The Legend Of The Blue Sea Ep 17 Part 2

Sebelumnya...


Yoo Ran pergi menjenguk Seketaris Nam. Istri Seketaris Nam ikut senang karena Yoo Ran sudah bertemu Joon Jae. Yoo Ran juga berharap Seketaris Nam cepat sadar. Istri Seketaris Nam mengatakan apa yang dikatakan dokter tadi bahwa suatu keajaiban Seketaris Nam bisa selamat dari situasi seperti ini.

“Seumur hidup dia selalu kurang beruntung. Keajaiban tak pernah berpihak padaku. “ ucap istri Seketaris Nam.


Yoo Ran pun langsung menggenggam tangan istri Seketaris Nam dan berkata bahwa hal baik dan buruk akan selalu dialami setiap orang.

“Hingga detik ini, karena kau telah mengalami banyak hal buruk, sekarang yang tersisa hanya hal baik saja, salah satunya keajaiban.” Ucap Yoo Ran.


Seketaris Nam kembali melihat kehidupan masa lalunya, dimana ia bersembunyi dari orang2 yang mengejarnya. Namun, salah satu orang yang mengejarnya yaitu Nam Doo, berhasil menemukannya.

Bersamaan dengan itu, jari2 Seketaris Nam kembali bergerak. Ya, ia mulai siuman!


Nam Doo pergi ke wahana akuarium dengan menyamar sebagai calon investor. Si pengelola akuarium pun menunjukkan hiu langka koleksi mereka yang nilainya mencapai satu miliar won.

“Dan jika putri duyung ada, kira-kira berapa harganya? Bukan putri duyung yang di pementasan, tapi putri duyung sungguhan.” Tanya Nam Doo.

“Aku tak yakin. Tapi katanya pernah di temukan mayat yang diduga putri duyung. Entah kabar itu tak benar atau belum terungkap, tapi, jika putri duyung sungguhan bisa di temukan hidup-hidup, sangat tak mungkin aku bisa menentukan harganya. Mungkin sekitar ribuan miliar won?” jawab si pengelola.

Mata Nam Doo pun langsung berbinar2 mendengar kata ribuan miliar won.


Lalu apakah Nam Doo sudah ingat bahwa Chung seekor Putri Duyung? Belum… pada hari saat Nam Doo berpikir keras kenapa ia menyuruh Chung menangis, ia masuk ke kamar Chung dan terkejut melihat wadah yang penuh dengan mutiara. Nam Doo juga ingat saat ia menguping pembicaraan Joon Jae dan Chung. Saat itu, ulang tahun Chung dan mereka mengobrol di pinggir kolam. Joon Jae menyebut Chung sebagai Putri Duyung nakal. Karena inilah, Nam Doo curiga kalau Chung Putri Duyung.


Chung mengajak Yoo Na dan si Tunawisma ke rumahnya. Yoo Na dan si Tunawisma mengira Chung sakit. Yoo Na bahkan sampai membolos demi melihat Chung. Chung mengaku bahwa ia hanya ingin melihat wajah mereka. Namun dalam hati, ia berkata bahwa ia mungkin akan pergi jadi ia ingin mengucapkan salam perpisahan. Chung memberi isyarat tutup mulut pada Yoo Na yang bisa mendengar suara hatinya .

“Kau adalah teman pertamaku yang begitu baik yang ku temui sejak aku ke sini. Setiap kali aku mengalami kesulitan, kau menjadi seseorang yang bisa ku andalkan dan beberapa kali aku merasa kau yang lebih tua dariku.” Ucap Chung pada Yoo Na.


“Lalu bagaimana denganku? Siapa aku bagimu?” tanya si Tunawisma.

“Kau guruku. Saat aku ke sini tanpa mengetahui apa-apa, kau mengajariku segalanya.” Jawab Chung.

“Tapi hanya kau yang mendengarkan aku, orang lain tidak. Jika aku mencoba mengajak mereka bicara, mereka memberikanku uang atau meludahiku. Ku rasa itu adalah karena penampilanku seperti ini.” jawab si Tunawisma.

“Tak peduli bagaimana penampilanmu, kau yang mengajariku cara melewati hidup. Bertemu denganmu di sini adalah keberuntungan.” Ucap Chung.

“Katanya hidup adalah rangkaian pertemuan dengan kesempatan. Ketika kau menghargai sebuah pertemuan, maka kehidupanmu akan penuh dengan hal baik, jika tidak, kehidupanmu akan menjadi sepi.” Jawab si Tunawisma.


“Lihatlah? Yang kau katakan kepadaku.  Kau benar-benar guru kehidupan yang hebat.” Puji Chung.

“Dia benar. Aku juga banyak belajar ketika sedang bersamamu.” Ucap Yoo Na.

Chung lantas mendekati keduanya dan memeluknya.

Joon Jae dan Tae Oh masih di jalan. Shi A menghubungi Joon Jae dan mengajak Joon Jae bertemu. Joon Jae setuju untuk bertemu karena ia juga ingin bicara dengan Shi A. Tae Oh yang mendengar pembicaraan mereka pun sedikit terkejut, tapi ia diam saja. Tae Oh bisa mendengar pembicaraan mereka karena Joon Jae bicara lewat loudspeaker.


Mereka bicara soal Yoo Ran di kafe dekat rumah Joon Jae. Shi A mengaku, bahwa selama Yoo Ran tinggal bersamanya, Yoo Ran begitu ramah dan ia merasa Yoo Ran bukanlah orang asing.

“Tapi setelah tahu bahwa dia ibumu...ku rasa itu memang takdir.” Ucap Shi A.

“Takdir?” tanya Joon Jae.


“Aku sangat menyukaimu, bukan sebagai teman tapi sebagai seorang pria. Selama 7 tahun, aku selalu memperhatikanmu. Dan aku tak tahu... apa yang ada di dalam hatimu sekarang, Aku menyukaimu. Aku bisa menunggu.” Jawab Shi A.

“Kau akan menunggu?” tanya Joon Jae.

“Bukankah Nona Chung akan pergi? Aku tahu bahwa dia wanita yang aneh, unik, menarik, dan cantik. Tapi aku tak percaya dia akan terus tinggal bersamamu.” Jawab Shi A.


“Jangan menungguku. Chung tak akan pergi ke mana pun. Dia akan tetap bersamaku. Bahkan jika Chung pergi, aku akan mengikutinya, jadi, jangan menungguku, Shi A-ya. Mulai sekarang, jangan perdulikan aku lagi. Dan carilah pria yang baik untukmu. Harusnya aku mengatakan ini padamu sejak awal. Maafkan aku.” ucap Joon Jae.

Tangis Shi A langsung mengalir deras usai mendengar penolakan Joon Jae.


Joon Jae yang hampir tiba di rumahnya, malah bertemu Chi Hyun di dekat rumahnya. Chi Hyun terlihat marah pada Joon Jae. Joon Jae bertanya, kenapa Chi Hyun datang lagi.

“Karena kau sudah lancang masuk ke rumahku tak ubahnya seperti seekor tikus.” Jawab Chi Hyun.

Joon Jae yang tak sudah tak tahan lagi, akhirnya meninju Chi Hyun. Chi Hyun mau membalas, tapi dia malah dipukul sekali lagi.

“Kenapa? Kenapa kau datang ke rumahku? Apa kau mencoba bertemu ayah atau sesuatu yang lain? Joon Jae, ayah bilang padaku dia tak mau bertemu anaknya yang suka menipu. Dia mengatakan hanya aku anaknya satu-satunya!” ucap Chi Hyun.


Joon Jae marah dan langsung mencengkram kerah Chi Hyun.

“Kenapa? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah? Kau memang penipu.Ya ampun, kau sungguh memalukan.” Ucap Chi Hyun.

“Kenapa kau tak memberitahuku jika penglihatan ayah memburuk?” tanya Joon Jae.

“Aku mengatakannya padamu, tapi kau mengabaikannya.” Jawab Chi Hyun.


“Apa itu karena ibumu?” tanya Joon Jae yang langsung membuat Chi Hyun diam.

“Apa kau sudah cukup mengenal siapa ibumu? Kau akan terus membiarkannya  meskipun kau sudah tahu semuanya? Kenapa? Kenapa? Kau sudah gila?! Kau bilang hanya dia satu-satunya ayah yang kau punya, kenapa kau bisa melakukan itu?” teriak Joon Jae.

“Kau....Lepaskan!” balas Chi Hyun dengan berteriak juga.

“Hentikan ibumu. Hentikan semua yang dilakukannya pada ayahku. Aku sudah tahu semuanya, Dan aku tak akan tinggal diam lebih lama lagi. Jika ini belum berhenti,kau dan ibumu akan mati. Akan ku pastikan itu terjadi.” Ancam Joon Jae.


Joon Jae beranjak pergi, namun Chi Hyun menghentikan langkahnya dengan mengatakan soal Chung yang datang menemuinya. Ia menuduh Joon Jae sengaja mengirim Chung agar bisa menyelinap ke rumah.

“Kau kira kau bisa melindungi semuanya!” tanya Chi Hyun.

Joon Jae terkejut, namun ia diam saja dan kembali melangkahkan kakinya.


Setibanya di kamar, Joon Jae langsung naik ke kamar Chung dan menemukan Chung yang berbaring tanpa semangat. Joon Jae duduk disamping Chung dan meminta Chung mengatakan padanya apa yang ada di pikiran Chung.

“Gelang yang kuberikan padamu… Saat aku menemukan gelang itu di dasar laut, ku kira itu suatu kebetulan. Tapi saat ku pikir-pikir lagi, ternyata itu bukan suatu kebetulan. Saat itu segalanya di mulai lagi. Aku selalu penasaran kenapa aku berenang begitu jauh untuk mencarimu. Tapi ternyata karena takdirnya memang seperti itu. Takdir yang seharusnya tak terulang lagi.” Ucap Chung.

Joon Jae masih pura2 tidak mengerti. Ia bertanya, apa maksud Chung.


“Kau bilang mereka hidup bahagia, tak menderita ataupun terluka, mereka hidup lama sampai lanjut usia, itu kisah kita berdua dulu. Kenapa kau berbohong? Itu bukan kisah yang bahagia pada akhirnya. Kita berdua mati pada akhirnya, kau mati karena aku, dan aku mati karenamu. Di laut yang begitu dingin.” Jawab Chung.

Joon Jae ingin tahu bagaimana Chung bisa tahu.


“Saat kau pergi ke rumah ayahmu, aku bertemu Heo Chi Hyun. Dan aku juga bertemu Ma Dae Young. Aku memegang tangan Ma Dae Young  dan menghapus semua ingatannya, saat itu juga aku melihat kita berdua yang terperangkap dalam ingatannya. Lalu, aku akhirnya tahu mimpi yang kau takutkan itu. Jadi, aku adalah mimpimu yang menakutkan itu, iya kan?” ucap Chung.

“Tidak.” Jawab Joon Jae.
“Kau masih ingin melanjutkannya meski kau tahu semuanya akan terulang?” tanya Chung.


“Itu tak benar.  Siapa bilang itu akan terulang? Itu tak akan terjadi.” Jawab Joon Jae.

“Aku seharusnya tak ke sini. Jadi, tak ada yang harus terulang lagi.” Ucap Chung.

“Jadi? Kau menyesali semuanya? Pertemuan kita, kedatanganmu ke sini, dan kebersamaan kita?” tanya Joon Jae.


Chung pun terdiam dan mengingat hal2 yang telah ia lalui bersama Joon Jae.

“Tidak. Aku tak menyesal. Bagaimana bisa aku menyesalinya?” jawab Chung.

“Aku juga sama. Meski sudah tahu semuanya aku tak akan menyesalinya. Bertemu denganmu... bukan sesuatu yang harus ku sesali.” Ucap Joon Jae.


“Aku takut kau akan mati karena aku.” jawab Chung.

“Jika saja, maksudku jika saja yang kau takutkan itu terjadi, jantungmu harus tetap berdetak. Kau harus tahu, bahkan jika aku tak di sisimu, aku akan terus mencintaimu.” Ucap Joon Jae.


Joon Jae lalu membelai lembut Chung.


Tae Oh lagi asyik main game, namun kemudian keseruannya terhenti lantaran Shi A menghubunginya. Shi A menyalahkan Tae Oh karena Joon Jae menolak cintanya. Tae Oh menghela napasnya dan bertanya Shi A dimana.


Shi A melampiskan kesedihannya dengan bernyanyi sambil menangis di karaoke. Tae Oh iba melihat tangis Shi A tapi begitu melihat Shi A bernyanyi lagi, ia tersenyum lega karena tahu Shi A bisa mengatasi kesedihannya. Shi A berhenti bernyanyi begitu melihat Tae Oh. Tae Oh lantas mendekati Shi A.

“Hei Tae Oh, apa kau menderita seperti ini? Apa kau sesedih ini? Bagiku... Bagiku... Ini sakit  seperti hatiku terkoyak-koyak. Aku benar-benar menyukainya sejak lama.” Ucap Shi A.


Shi A tak sanggup bicara lagi. Tae Oh pun merangkul dan menepuk bahu Shi A.


CEO Heo terbangun dan heran mendapati Seo Hee tak ada di sampingnya. CEO Heo lalu keluar kamar dan mendengar Seo Hee sedang bicara dengan seseorang.


Seo Hee sedang bicara dengan Dae Young. Ia menyuruh Dae Young tinggal di rumahnya untuk sementara. Selama siang hari, Dae Young bisa menetap di basement tapi setelah pembantu mereka pulang, Dae Young bisa naik ke atas.


Percakapan mereka terdengar Detektif Hong, namun sayang mereka tahu Seo Hee bicara dengan siapa karena mereka hanya melihat mobil Seo Hee yang masuk ke garasi ditambah Dae Young juga tak berbicara.

 CEO Heo nampak menuruni tangga pelan2.

“Heo Il Joong mengenali suaramu dan dia mengira kau sekretaris barunya, karena sudah seperti itu jadi tetaplah di dekatnya dan berpura-puralah membantunya. Pastikan dia bahwa dia tak bisa kemana-mana.” Ucap Seo Hee.

Karena Dae Young diam saja, Seo Hee pun kesal dan bertanya apa Dae Young masih belum ingat.


CEO Heo syok mendengarnya. Namun saat mau balik ke kamar, kaki CEO Heo membentur anak tangga. Seo Hee langsung keluar karena mendengar suara berisik tapi ia tak menemukan apapun.

Namun saat hendak masuk ke kamar, ia tanpa sengaja melihat bayangan CEO Heo yang sembunyi di balik sofa dari kaca lemari.


Detektif Hong memperdengarkan rekaman itu pada Joon Jae cs. Nam Doo penasaran, siapa yang bicara dengan Seo Hee. Detektif Hong berkata, suara orang itu tidak terdengar. Chung kemudian datang dan memberitahu itu Dae Young.

“Itu Ma Dae Young. Dia tak ingat apa-apa sekarang.” ucap Chung.

“Apa maksudmu dia tak ingat apapun?” tanya Nam Doo.

“Siapa dirinya, semua perbuatan mengerikan yang telah dilakukannya sejauh ini... Kenapa kau mengatakan dia tak bisa mengingat apapun?” tanya Detektif Hong.

“Kau bisa bertanya padanya secara pribadi saat kau sudah menangkapnya. Bagaimana dengan surat perintah penggeledahan itu?” sela Joon Jae.

“Ku rasa kita akan mendapatkannya besok siang.” Jawab Detektif Hong.


Nam Doo pun semakin mencurigai Chung adalah Putri Duyung.


CEO Heo memadamkan ponselnya dan menyembunyikan ponselnya di bawah kasur. Tak lama kemudian, Seo Hee datang membawakannya obat dan berkata kalau ia ada urusan jadi ia harus pergi. Setelah itu, Seo Hee menanyakan ponsel CEO Heo. CEO Heo pun pura2 tidak tahu. Seo Hee lantas menghubungi ponsel CEO Heo dan tersadar kalau ponsel CEO Heo sengaja dimatikan.


“Seo Hee, saat kau bertemu denganku, apa pada saat itu kau sudah mencintaiku?” tanya CEO Heo.

Seo Hee tersenyum sinis dan berkata, “Tak sedetikpun aku tidak mencintaimu.”


Seo Hee pun pergi. CEO Heo lagi2 membuang obatnya. Setelah itu, ia meminum air tapi ia tak tahu air yang diminumnya bukanlah air putih. Karena rasa airnya sedikit aneh, CEO Heo pun tak menghabiskannya.

Tanpa ia sadari, Seo Hee menatapnya di belakang dan tersenyum evil.


Seo Hee keluar dari rumahnya. Asisten Detektif Hong diam2 membuntutinya. Seo Hee ternyata mengajak Chi Hyun makan diluar. Curiga dengan ibunya, Chi Hyun pun bilang kalau ia ada janji dengan orang lain.


Racun itu mulai bereaksi. CEO Heo merasakan sakit yang amat hebat di dadanya. CEO Heo lalu dengan susah payah meraih ponselnya dan menghubungi Joon Jae, namun sayangnya ponsel Joon Jae tertinggal di kamar sementara Joon Jae dan yang lain ada di ruang tamu. CEO Heo akhirnya meninggalkan sebuah pesan.


Dae Young sedang mengemasi semua tanaman Seo Hee yang ada di pot. Setelah itu, ia membawanya keluar. Diluar, ia bertemu Chi Hyun yang baru pulang. Melihat Dae Young, Chi Hyun pun dengan panic langsung beranjak ke kamar ayahnya.


Joon Jae akhirnya masuk ke kamarnya dan mengecek ponselnya. Ia terkejut mendengar pesan suara ayahnya.
“Joon Jae.-ya, Ayahmu memang sudah keliru….” Ucap CEO Heo.

Joon Jae langsung berlari keluar. Ia bertemu Nam Doo di ruang tamu. Ia menyuruh Nam Doo mengontak Detektif Hong dan juga menitipkan Chung pada Nam Doo karena ia tak akan pulang.

Melihat kepergian Joon Jae, Chung bertanya pada Nam Doo ada apa. Nam Doo lagi2 menatap Chung dengan tatapan yang sulit diartikan.


Dalam perjalanan ke rumah ayahnya, Joon Jae mendengarkan seluruh kata2 sang ayah.

“Kau benar. Keputusanku dari awal sudah salah. Aku tak yakin kenapa begitu sulit menerimanya. Aku tak yakin kenapa harus butuh waktu yang begitu lama. Aku selalu merindukan... momen bersamamu dan juga ibumu. Aku ingin kembali ke masa-masa itu...Kenapa aku harus mengabaikan perasaan itu? Kenapa begitu sulit meminta maaf pada kalian?Aku sangat menyesal sekarang. Jika aku dilahirkan kembali, aku ingin hidup sekali lagi sebagai... suami dari istriku dan ayah dari anakku. Ku rasa aku begitu serakah, kan? Maafkan aku, Joon Jae-ya. Aku menyayangimu, anakku.”


Joon Jae akhirnya tiba di kediaman sang ayah. Ia memarkirkan mobilnya di belakang ambulans. Setelah itu, ia turun dari mobil dan melihat dua petugas membawa seseorang diatas tandu yang ditutupi kain putih.


Perlahan2, Joon Jae menyibak kain putih itu dan syok melihat ayahnya sudah terbujur kaku. Joon Jae terduduk lemas. Tangisnya pecah. Sementara CEO Heo mulai dimasukkan ke ambulans.

“Ini seharusnya belum terjadi. Tak seharusnya ini berakhir, Ayah. Kumohon tunggu. Tunggu, Ayah. Ini belum saatnya, Ayah. Kumohon. Ayah! Ayah, maafkan aku. Maafkan aku.” isaknya.

0 Comments:

Post a Comment