Seekor elang tampak beterbangan di langit Joseon.
“Raja Goryeo dan
Putri Yuan telah melahirkan seorang anak. Di usianya yang ketiga tahun, anak
itu telah menjadi Putra Mahkota. Dan semua orang menunduk di hadapan anak itu. Baginya,
istana yang dilapisi berlapis-lapis dinding itu, adalah dunianya. Aku selalu
sendirian.”
Seorang kasim masuk ke kamar Putra Mahkota. Ia mempersiapkan
jubah kebesaran Putra Mahkota, serta memberitahu Putra Mahkota bahwa Yang Mulia
Raja tengah mencari Putra Mahkota. Namun sang Putra Mahkota tidak ada di
kamarnya.
Si Putra Mahkota sudah pergi bersama temannya menunggang
kuda. Seorang teman yang dikenalnya sejak berumur 12 tahun. Teman yang
mengatakan padanya, bahwa ada dunia diluar istana dan orang-orang tinggal di
dunia itu. Teman yang mengajaknya pergi ke dunia itu.
Mereka pergi ke lapangan dimana orang-orang sedang bermain
Bokyeokgu. Tatapan mereka lantas tertuju pada seorang gadis yang bermain
Bokyeokgu dengan lincah melawan para pemuda.
Bola yang digunakan untuk bermain Bokyeokgu tiba-tiba saja
terlempar ke hadapan si Putra Mahkota. Si gadis tomboy yang bermain Bokyeokgu
itu pun bergegas menghampiri Putra Mahkota.
“Kenapa kalian ada di sini?” tanya si gadis tomboy. Dialah
Eun San.
“Kami datang untuk menemui Dongangeosa.” Jawab Wang Rin,
teman si Putra Mahkota.
“Tunggulah di sana, di ruang penerimaan tamu, dan kembalikan
bolanya padaku.” Ucap San.
“Kami tidak punya banyak waktu, jadi, kami berharap bisa
bertemu dengannya secepatnya.” Jawab Wang Won, si Putra Mahkota.
“Guru hanya menemui tamu jika beliau menginginkannya. Jadi, pergi dan tunggulah sampai beliau merasa ingin.” Ucap San.
“Kau tidak dengar? Aku bilang aku tidak punya waktu.” Jawab
Won.
San pun mulai kesal.
“Kau masuk dalam permainan sakral dan menginjak bola orang
lain. Bahkan kau berbicara informal pada orang tidak dikenal?” ucap San.
Rin pun mau menjelaskan, tapi keburu dipotong Won. Won
bilang mereka tidak perlu repot-repot bicara dengan wanita dan menyuruh San
memberitahunya dimana sang guru.
San lantas berusaha mengambil bolanya tapi Won malah
menggeser bola San kesana kemari dengan kakinya. Won juga menendang stik
pemukul San. San yang mulai habis kesabaran, akhirnya mendesak Won ke pohon
serta menarik baju Won.
“Apa mungkin karena kau tidak pernah mempelajarinya, jadi kau
tidak mengerti perkataan seorang wanita? Haruskah aku mengatakannya
perlahan-lahan? Pergilah. Sekarang juga!”
Tapi Won malah mendorong San. San pun membalas, mencoba
memukul Won. Tapi karena Won menghindari pukulannya, akhirnya ia meraih kerah
baju Won dan mendesak Won lagi ke pohon. Won menatap curiga San, sementara San
menatap Won dengan tatapan tajam. Won bertanya, apa San tidak mengenalinya. San
bilang, omong kosong. Gantian Won yang mendesak San ke pohon. Won kemudian mengakui,
kalau mereka pernah bertemu sebelumnya.
Kita lalu mendengar narasi Won.
“Inilah kisah tentang
diriku yang mencintaimu melebihi diriku sendiri.”
(7 tahun lalu)
Won remaja masuk ke sebuah gudang, teman memelihara elang.
Ia lantas membuka jendela di gudang itu lebar-lebar dan memotong tali pengikat
kaki elang, agar elang itu bisa terbang dengan bebas. Sementara itu, di sebuah
upacara, Yang Mulia Raja bertanya apakah elangnya masih belum siap. Tak lama
kemudian, Raja melihat elang yang melambangkan dirinya itu pergi.
Won kemudian mengatakan pada sang ayah kalau dia sudah
melepaskan semua elang di kandang elang jadi sang ayah tidak perlu lagi pergi
berburu dan rakyat takkan membenci sang ayah lagi.
Raja terkejut, Siapa... yang membenciku?
“Semua orang mengatakan karena kegemaran ayahanda pergi
berburu, rakyat...”
Melihat kemarahan di wajah Raja Putri Wonsung pun angkat
bicara. Ia mengaku, bahwa dirinya lah yang mengatakan itu pada Won karena Raja
terlalu sering berburu.
“Untuk berburu, kau membakar ladang pertanian rakyat. Dan kau
merampas ayam dan anjing rakyat untuk dijadikan sebagai umpan elang. Aku takut
rakyat mungkin akan membenci Yang Mulia.” aku putri Wonsung.
Raja pun tertawa, tidak menyangka Won akan memikirkan
rakyat. Raja lantas menyuruh Won mendekat. Raja kemudian berbisik pada Won
kalau rakyat yang dipikirkan Won itu adalah rakyatnya. Setelah itu, Raja
melirik Putri Wonsung dengan tajam
“Seseorang yang punya darah campuran dengan barbar itu
adalah keturunan campuran.” Ucap Raja.
Won pun syok dengan perkataan Raja. Dan ia pun tambah syok
saat melihat elang itu melesat kembali ke Raja setelah Raja meniup peluit.
Kita lalu melihat Won yang masih berdiri mematung di tempat
upacara, padahal semua orang sudah pergi. Rin mendekati Won. Won menyuruh Rin
pergi, karena ia ingin sendiri. Tapi Rin menunjukkan manisan yang dibawanya.
Rin bilang, saat ia memberikan manisan itu pada adiknya yang menangis, sang
adik langsung berhenti menangis.
“Kau kurang ajar dan bodoh. Beraninya kamu! Siapa yang
sedang menangis?” marah Won.
“Aku juga memberikan dia ini saat dia marah. Barulah hatinya
tenang.” Jawab Rin.
“Kau siapa?” tanya Won.
“Aku Wang Rin, putra ketiga Sasagong yang tinggal di
Jeongseungdong.” Jawab Rin.
“Jeongseungdong katamu?
Apakah rakyat tinggal di sana?” tanya Won.
“Rakyat tinggal di mana-mana, selain di istana ini.” jawab
Rin.
Para kasim kelimpungan mencari Putra Mahkota. Tak tahunya,
mereka sembunyi di atap. Setelah para kasim pergi, keduanya turun dari atap dan
mengendap-ngendap keluar istana. Rin juga memberikan pakaian ala orang biasa
untuk Won. Tapi lucunya, Won tidak tahu bagaimana caranya mengganti pakaian
sendiri. Terpaksa lah Rin membantu Won
berganti pakaian.
Rin melepaskan jubah Won tapi Won terus-terusan mengeluh kalau
lengannya sakit saat Rin membantunya melepaskan jubah. Akhirnya Won memutuskan
mengganti pakaiannya sendiri. Rin tidak setuju dan memaksa membantu Putra
Mahkota melepas jubah. Tapi Won kekeuh mau ganti baju sendiri. Mereka berdua
akhirnya malah saling berebut pakaian itu.
Won dan Rin sukses kabur dari istana. Mereka berdua lari ke
pasar. Won dengan seenaknya mengambil manisan milik pedagang. Kontan si
pedagang tak terima. Ia meneriaki Won maling dan berusaha mengejar keduanya.
Won lalu mengajak Rin bertaruh siapa yang bisa berlari ke
Jembatan Sandae terlebih dahulu. Won berjanji, akan memberikan pedang naga
kecil pada Rin jika dirinya kalah. Rin jelas senang. Won pun lari duluan karena
tak ingin Rin menang. Rin protes karena Won harusnya menentukan titik awal
balapan terlebih dahulu. Tapi Won tak peduli dan terus berlari. Rin pun
bergegas menyusul Won.
Namun sampai di sebuah jalan, Won tak sengaja menabrak
gerobak dua pria sangar. Pria itu langsung menjewer Won. Rin tak terima. Ia
langsung mendorong pria yang menjewer Won sampai jatuh. Pria yang satu lagi tak
terima dan berusaha membalas Rin.
Saat itulah, tanpa sengaja, Won dan Rin melihat ada senjata
dibalik kain penutup gerobak. Kedua pria itu panic dan buru-buru menutupi
senjatanya dengan kain. Kedua pria itu lantas menanyakan asal Won dan Rin. Won
dan Rin pun menendang kedua pria itu dan kabur.
Kedua pria itu tak tinggal diam. Mereka bergegas mengejar
Won dan Rin. Sampai di pasar, Won dan Rin berpencar. Kedua pria itu juga ikut
berpencar mengejar mereka. Namun dua pria itu kalah cepat dari Won dan Rin.
Mereka sama sekali tak sadar dan melewati Won yang bersembunyi di atas mereka
dan Rin yang bersembunyi di gang begitu saja.
Begitu keadaan aman, mereka pun membahas senjata-senjata
yang dimiliki kedua pria tadi. Rin menyarankan agar Won menyuruh orang untuk
menyelidiki hal itu. Won menolak dan memilih menyelidiki hal itu sendiri karena
merasa hal itu sangat menyenangkan.
Kedua preman tadi membawa kereta mereka ke sebuah tempat.
Boss tempat itu memberi mereka sekantong uang serta mengajak mereka untuk ikut
merampok seorang pedagang besar bernama Eun Young Baek.
“Sudah pernah dengar, kalau penjaga keluarga mereka lebih
kuat dari pasukan penjaga istana Raja? Orang bilang, mereka berlatih ketat
setiap tiga hari sekali. Gunakan akal sehatmu.” Jawab preman pertama.
“Yang perlu kita lakukan hanyalah memindahkan barang. Kita
sudah punya petarung handal untuk bertarung.” Jawab si bos.
“Baiklah. Pergilah bersenang-senang sepuasnya. Aku akan
tetap tinggal di sini.” Ucap preman pertama.
“Sayang sekali. Satu gulungan sutra dari kantor dagang akan cukup
untuk menghidupi dirimu sendiri selama satu tahun penuh.” Jawab si boss.
Preman kedua pun tertarik dan mengajak preman pertama ikut,
tapi si preman pertama tetap menolak.
Tanpa mereka sadari, pembicaraan mereka didengar oleh Won
dan Rin. Won dan Rin terkejut mendengar rencana mereka merampok Menteri Eun.
Rombongan keluarga Menteri Eun melewati sebuah hutan. Eun
san pun membujuk sang ibu untuk menurunkannya disana karena mau melihat biji
rasberi yang ditanamnya tahun lalu. San bilang dia akan pergi bersama Bi Yeon.
Di tempat lain, Wang Jeon dan Song In sedang membicarakan
San yang tahun depan akan berumur 12 tahun. Dan saat umurnya 13 tahun, larangan
menikah akan diberlakukan padanya. Song In yakin, Menteri Eun akan melakukan
segala cara untuk menikahkan San tahun depan.
“Jika di usia 13 tahun dia belum menikah, tidak ada yang
tahu kapan dia bisa terpilih sebagai penghormatan kepada Yuan?” jawab Wang
Jeon.
“Kudengar, itulah sebabnya dia sudah mulai menimbang
pilihannya dari para kandidat untuk menjadi pasangan putrinya.” Ucap Song In.
“Jika kita terus seperti ini, apakah menurutmu aku akan memiliki
kesempatan?” tanya Wang Jeon.
“Apa nasihatku pernah salah?” balas Song In.
Won dan Rin mengendap-ngendap masuk ke salah satu ruangan dan melihat para preman sedang
bersiap untuk merampok Menteri Eun. Rin yang tak tenang, mengajak Won pergi
tapi Won masih ingin melihat lebih dalam. Rin pun marah Won tidak mendengarkan
ucapannya. Tapi Won malah balik marah karena Rin tidak mendengar perintahnya.
“Kembalilah bersama pengawalmu. Aku akan melaporkan hal ini ke
kantor pemerintahan setempat.” Ucap Rin.
“Aku ingin tahu seberapa kuatkah Eun Young Baek.” Jawab Won.
“Untuk apa kau ingin mengetahuinya?” tanya Rin.
“Dia lebih kaya dari Raja dan memiliki pasukan bersenjata
yang lebih kuat dari Raja. Aku ingin menyaksikan seberapa kuatnya dia.” jawab
Won.
“Jadi, kau hanya akan duduk-duduk dan melihat puluhan
perampok tengah bersiap-siap merampoknya?” tanya Rin.
“Tidak perlu cemas. Pengawalku masing-masing bisa
menyingkirkan sepuluh dari gerombolan perampok itu.” jawab Won.
Madam Kim akhirnya menyerah dan membiarkan putrinya pergi
bersama Bi Yeon dengan syarat harus ditemani
4 pengawal. San pun dipaksa sang ibu memakai jubahnya. San yang tidak
tahu apa bahaya mengintai mereka, terlihat begitu senang.
Wang Jeon dan Song In sedang membicarakan rencana mereka
terhadap Menteri Eun.
“Setahun sekali, istri Menteri Eun pergi mengunjungi rumah keluarganya. Hari
ini adalah hari dimana mereka kembali. Gerombolan tersebut mengira mereka
mengantarkan barang dagang kantor. Gerombolan itu akan menunggu sinyal dari
kita dan menyerang mereka seperti sekelompok perampok.” Ucap Song In.
Song In juga berkata, nanti Wang Jeon akan pura-pura
kebetulan ada di sana dan menolong San.
“Tapi, ingat satu hal. Singkirkan semua orang dan segala
sesuatu yang berpotensi bisa mencurigaimu. Semakin sedikit yang selamat semakin
baik.” Ucap Song In.
San yang tidak sadar bahaya macam apa yang mengintai
keluarganya, berlari dengan penuh semangat mencari tanamannya. Saat dia merasa
terganggu dengan mantelnya yang nyangkut di pohon, ia langsung melepas
mantelnya dan memberikan mantelnya itu pada Bi Yeon. Tak itu saja, San juga
melemparkan hiasan rambutnya ke Bi Yeon agar dia bisa lebih leluasa.
Won dan Rin tengah bersembunyi, mengintip para perampok yang
juga sembunyi menunggu kedatangan rombongan Menteri Eun. Tak lama kemudian, Rin
melihat kemunculan salah satu pengawal istana. Rin pun memberi kode, menyuruh
si pengawal menunggu.
Rombongan keluarga Menteri Eun akhirnya lewat. Para perampok
langsung menyerang mereka. Pengawal keluarga Menteri Eun pun bergegas
melindungi nyonya mereka. Won heran sendiri melihat betapa kuatnya para
pengawal keluarga Menteri Eun. Ia tidak percaya pengawal keluarga bangsawan
bisa sekuat itu.
Namun saat para perampok itu mulai kewalahan, tiba-tiba saja
sebuah senjata melayang dan menghujam salah satu pengawal yang langsung roboh.
Setelah itu, para pembunuh turun dari puncak-puncak pohon bamboo dan ikut
menyerang pengawal keluarga Menteri Eun.
Melihat itu, Won cemas dan langsung memanggil dua
pengawalnya untuk menolong mereka namun dua pengawal Won tak bisa melakukannya
karena tugas utama mereka adalah melindungi Won. Kesal, Won pun berniat maju
membantu keluarga Menteri Eun tapi ia langsung ditahan dua pengawalnya.
Pemimpin kelompok pembunuh itu dengan mudahnya menjatuhkan
para pengawal keluarga Menteri Eun. Saat salah satu pengawal mengoyak lengan
baju si pemimpin kelompok pembunuh, terlihat lah tato ular di lengan si
pemimpin pembunuh. Pengawal itu lantas berusaha menyerang si pemimpin pembunuh.
Namun, dengan sekali tebas si pemimpin pembunuh berhasil menebas pengawal itu
sampai mati.
Pemimpin kelompok pembunuh membuka tandu dan heran tidak
mendapati San disana. Ibu San yang terdiam ketakutan akhirnya melihat tato ular
si pembunuh. Tahu ibu San melirik tato ularnya, si pembunuh langsung menebas
ibu San.
San berceloteh riang soal tanamannya pada Bi Yeon. Bi Yeon
malas-malasan mendengar cerita San. Keriangan San akhirnya berganti menjadi
ketakutan saat si pembunuh berhasil menemukan mereka. Pimpinan kelompok
pembunuh yang melihat Bi Yeon memakai mantel dan hiasan San, jadi mengira Bi
Yeon adalah San.
4 pengawal yg tersisa bergegas melarikan San dan Bi Yeon. Namun
kelompok pembunuh berhasil mengejar mereka. Keempat pengawal itu pun
mati-matian melawan kelompok pembunuh untuk melindungi nona mereka.
Bi Yeon yang menyaksikan pertarungan itu menjerit histeris,
sementara San gemetaran melihat mereka dengan tatapan nanar.
Won dan Rin beserta dua pengawalnya akhirnya mendekati tandu
San. Won sedih karena hanya mendapati mayat-mayat disana. Tak lama kemudian,
mereka mendengar rintihan ibu San. Won pun langsung membuka tandu dan menyuruh
pengawalnya memanggil tabib. Tapi ibu San yang sadar ajalnya hampir tiba,
meminta Won menyelamatkan San.
4 pengawal San akhirnya tumbang. San yang ketakutan mencoba
melindungi diri dengan sebuah pedang. San menawari para pembunuh itu sejumlah
uang asalkan si pembunuh mau melepaskan mereka.
Tatapan San akhirnya jatuh ke tato ular si pembunuh.
Menyadari San melihat tatonya, si pembunuh bersiap menebas San. Melihat itu, Bi
Yeon pun langsung menjadikan dirinya tameng untuk melindungi San. Bi Yeon pun
langsung ambruk setelah pedang si pembunuh mengoyak pipinya.
Setelah membunuh Bi Yeon, pembunuh itu berniat menghabisi
San juga.
0 Comments:
Post a Comment