Nyonya Yang berusaha menjelaskan alasannya mengirim Ji An ke keluarga Haesung. Sambil menahan tangis, Nyonya Yang bilang ia mengirim Ji An ke sana bukan karena Ji An putri kandungnya. Nyonya Yang juga berusaha meyakinkan Ji Soo, kalau tidak pernah sedikit pun ia tidak menganggap Ji Soo sebagai putrinya. Ia tidak pernah berpikir kalau Ji Soo putri orang lain. Nyonya Yang juga menceritakan, saat ia melihat Ji An di kantor polisi.
“Dia terhuyung, menjatuh diri dan menangis. Kau
tahu kan bagaimana Ji An harus bertahan sepanjang hidupnya?” ucap Nyonya Yang.
Namun Ji Soo masih tidak mau mengerti. Nyonya
Yang pun tidak tahu lagi bagaimana caranya membuat Ji Soo mengerti.
Sementara itu, Ji An berjalan menyusuri sepanjang
jalan tanpa tahu harus pergi kemana.
Ji Soo sudah tertidur. Tuan Seo menatap Ji Soo dengan tangis
tertahan.
Ji Tae yang baru pulang, mendengar suara tangisan sang ibu. Tuan Seo yang baru turun dari kamar Ji Soo, minta maaf pada Ji Tae. Merasa tak nyaman, Ji Tae pun langsung masuk ke kamarnya.
Di kamar, Ji Tae mencoba menghubungi Ji An. Namun
ponsel Ji An masih tak bisa dihubungi. Ji Tae meninggalkan pesan suara.
“Ji An-ah, ini kakak. Kau baik-baik saja, kan?
Aku mengerti perasaanmu, pulihkan dirimu dan pulanglah ke rumah.”
Tuan Seo memberikan gaji pertamanya pada Soo A.
Ia menyuruh Soo A dan Ji Tae pindah. Tuan Seo merasa malu. Ji Tae dan Soo A
baru saja menikah, harusnya bisa menikmati momen sebagai pengantin baru.
Ji An juga sudah tidur. Ia menyewa sebuah kamar.
Paginya, Tuan Seo berdiri di jalanan dekat rumah, menunggu Ji An. Tanpa ia sadari, Ji Soo menatapnya dari depan rumah. Ji Soo pun kesal melihat Tuan Seo yang masih terus memikirkan Ji An. Saking kesalnya, ia pun memutar arahnya dan berlalu begitu saja.
Tuan Seo mengetuk pintu kamar Ji Soo, tapi karena
tak ada jawaban, Tuan Seo akhirnya masuk ke kamar Ji Soo. Dan ia pun terkejut
karena mendapati kamar Ji Soo yang kosong. Sementara di dapur, Nyonya Yang lagi
membuat bubur untuk Ji Soo karena Ji Soo selalu mengalami gangguan pencernaan
kalau sedang marah.
Begitu sampai di toko roti, Boss Kang langsung mengajari Ji Soo cara membuat roti castella, menu terbaru mereka.
Dan saat hendak menuju Kafe Hee, Ji Soo tak sadar kalau berpapasan dengan Hyuk. Ji Soo terus berjalan dengan pandangan kosong. Hyuk pun bergegas menghampiri Ji Soo. Namun Ji Soo masih tak sadar. Ji Soo baru sadar ketika Hyuk menegurnya. Ia terkejut melihat Hyuk yang tiba-tiba sudah nongol disampingnya.
“Apa yang terjadi? Aku menyelamatkan hidupmu tapi
kau tidak mengucapkan terima kasih padaku? Kau bahkan mengabaikanku sekarang.”
tegur Hyuk.
“Maafkan aku, aku tadi sedang melamun.” Jawab Ji
Soo.
Perhatian Hyuk pun teralih ke mata Ji Soo. Ia pun
melihat mata Ji Soo dari dekat, sontak Ji Soo gugup dan langsung menjauhkan
wajahnya dari Hyuk.
“Matamu merah. Kau masih sakit?” tanya Hyuk.
“Aku baik-baik saja sekarang.” jawab Ji Soo.
“Sepertinya kau sedang malas bicara. Biarkan aku yang mengantarkan roti ini.” ucap
Hyuk, lalu mengambil bungkusan roti di tangan Ji Soo.
Sebelum pergi, Hyuk pun menyemangati Ji Soo. Setelah Hyuk pergi, Ji Soo langsung berkomentar lirih kalau orang asing baru saja memberinya semangat.
Ji Soo kembali ke toko dan membantu Boss Kang
menjual roti. Roti Boss Kang ludes terjual dalam waktu satu jam. Seorang
pelanggan pun meminta Boss Kang membuat roti castella nya sedikit lebih banyak,
tapi Boss Kang menolak.
Setelah tokonya tutup, Ji Soo ingin tahu alasan Boss Kang membuat menu baru karena yang ia tahu Boss Kang membuatnya bukan untuk menghasilkan uang.
Tapi yang ditanya, malah senyum-senyum sendiri
teringat saat Hee marah-marah padanya di depan toko roti setelah kebohongannya
terbongkar.
Flashback…
“Jangan
pernah muncul lagi di hadapanku! Jangan datang ke kafeku dan mengirimiku roti!”
Flashback
end…
Ji Soo pun heran sendiri melihat Boss Kang
senyum-senyum. Boss Kang lantas membicarakan soal Hee. Ji Soo penasara, ada
hubungan apa antara Boss Kang dan Hee. Boss Kang hanya menjawab, kalau Hee
hanyalah kenalannya.
Sementara di kafe, Hee justru menangis mengingat
pertengkarannya di depan roti.
Tuan Seo mengajak Ji Soo makan di restoran pasta karena Tuan Seo tahu Ji Soo menyukai pasta. Tapi Tuan Seo sama sekali tidak menyentuh pastanya. Melihat ayahnya tidak makan, Ji Soo pun menghela nafas, lalu meminta ayahnya bicara. Tuan Seo membicarakan Ji An. Ji Soo langsung emosi dan mengancam akan pergi jika sang ayah masih membicarakan Ji An. Tuan Seo lantas memberitahu Ji Soo, kalau orang tua kandung Ji Soo menginginkan Ji Soo kembali. Ji Soo pun kesal.
“Kalau ibu tidak berbohong, kalau ibu jujur
mengatakan akulah putri mereka, bisakah ayah mengatakan apa yang ayah katakan
sekarang! Apakah ayah mau aku pergi!”
“Tapi mereka orang tua kandungmu.”
“Dan ayah, orang tua ku yang palsu?”
“Bukan begitu maksud ayah.”
Tuan Seo lalu mencoba menahan Ji Soo yang ingin pergi. Ji Soo marah, ia bilang mau tetap tinggal atau pergi, itu terserahnya.
Hyuk pergi mencari Ji An ke gedung acara. Ia pun
terkejut saat diberitahu rekan Ji An kalau Ji An sudah resign.
Pas kembali ke toko roti, Ji Soo terkejut melihat
ayah kandungnya datang untuk membeli roti. Tuan Choi mengajak Ji Soo makan
siang. Ji Soo menghela napas, lalu menarik Tuan Choi keluar.
“Anda tidak boleh memperlihatkan diri disini.”
Ucap Ji Soo.
“Aku hanya melihat-lihat dan membeli beberapa
roti.” Jawab Tuan Choi.
“Untuk apa anda kemari, aku sibuk!” ucap Ji Soo
kesal.
“Maaf, ini tidak akan terjadi jika kami mengeceknya
terlebih dahulu. Kau pasti terkejut, bukan?” jawab Tuan Choi.
“Kau merasa
menyesal dan menerobos masuk ke rumahku begitu?” tanya Ji Soo.
“Maafkan aku. Aku tidak bisa berpikir jernih saat
itu. Aku sangat marah. Pikiranku kacau.” Jawab Tuan Choi.
“Kau menerobos masuk ke rumah ku dan tempat kerja
ku.” Ucap Ji Soo.
“Benar. Aku melakukannya lagi. “ jawab Tuan Choi.
“Jika kau merasa menyesal, tinggalkan aku
sendiri.” Ucap Ji Soo.
“Aku tahu kau marah, tapi kita harus memperbaiki
hal yang salah.” Jawab Tuan Choi.
“Ini tidak akan terjadi kalau kalian tidak
kehilanganku!” ucap Ji Soo.
“Kami tidak sengaja kehilanganmu.” Jawab Tuan
Choi.
“Aku berharap orang tuaku tidak akan menahanku
jika kalian tidak membuangku.” Ucap Ji Soo.
Tuan Choi ingin memberi penjelasan, tapi Ji Soo
tidak mau mendengar penjelasan apapun dan buru-buru pergi.
Sementara itu, Ji An yang lagi main-main di pantai teringat kenangannya bersama Ji Soo, saat mereka sekeluarga piknik ke pantai.
Sampai senja tiba, Ji An masih duduk di tepi pantai. Ji An kemudian menyalakan ponselnya dan melihat foto2nya bersama Do Kyung. Do Kyung sendiri ada di depan rumah Ji An. Ia cemas karena Ji An masih belum menghubunginya.
Tak lama kemudian, Do Kyung mendapat kiriman
foto2nya dari Ji An. Do Kyung pun bergegas menghubungi Ji An, namun sayang
ponsel Ji An sudah tak aktif.
Do Kyung kembali ke mobil dan heran sendiri
kenapa Ji An mematikan ponsel setelah mengiriminya beberapa foto. Sementara Ji
An, membuang ponselnya ke laut.
Setelah membuang ponselnya ke laut, Ji An pergi
ke hutan.
Ji Soo memutuskan pindah ke rumah Haesung.
Sontak, itu membuat Tuan Seo dan Nyonya Yang terkejut. Mereka mencoba menahan
Ji Soo, tapi Ji Soo marah dan melarang mereka mencegahnya dengan mata
berkaca-kaca.
Tuan Seo dan Nyonya Yang mengejar Ji Soo. Melihat itu, Ji Soo pun buru-buru masuk ke taksi. Tangis Nyonya Yang pecah. Di taksi, Ji Soo juga menangis.
Soo A yang baru pulang menjemput Ji Tae, hanya
bisa terdiam melihat sang ibu menangisi kepergian Ji Soo.
Bersamaan dengan Ji Soo yang masuk ke rumah
Haesung, Ji An menenggak puluhan butir pil!!
Tuan Choi dan Nyonya No terkejut dengan kedatangan Ji Soo. Nyonya No ingin tahu alasan Ji Soo datang, tapi Ji Soo langsung memotong kata-kata Nyonya No dengan mengatakan, karena ia putri kandung keluarga mereka, jadi ia memutuskan untuk pindah.
Ji Soo lantas menanyakan, dimana kamarnya? Apa
dia harus menggunakan kamar Ji An?
Di tengah hutan, Ji An mulai tidak sadarkan diri.
Kita lalu mendengar narasi Ji An, yang tidak bisa
memaafkan dirinya sendiri.
Sori ga pnh coment, silent reader neh.. Tp sll puas ma gaya tulisan anda.. Semangat trus ya