Sun dibawa ke ruang interogasi. Raja sendiri yang menginterogasi Sun. Sun ditelanjangi dan disiksa. Sun beralasan, kalau ia hanya merasa tersentuh akan kepedulian Putra Mahkota terhadap rakyat.
“Putra Mahkota bahkan begitu
baik terhadap hamba yang bukan siapa-siapa. Beliau akan menjadi Raja hebat di
masa mendatang yang mengutamakan rakyatnya.” Ucap Sun.
“Kau bilang itu pendapatmu. Kau
tidak berhak berpendapat dengan statusmu itu!” marah Raja.
Sun pun kembali disiksa.
Wajahnya ditutupi kain dan disiram air. Kontan saja, Sun megap2.
“Kenapa kau menawarkan diri
kepada Putra Mahkota?” tanya Raja.
“Sebab Putra Mahkota berkata
beliau akan menjadi keadilan bagi rakyat. Hamba rasa sanggup mengorbankan nyawa
demi beliau. Memangnya orang rendahan tidak boleh menjadi abdi setia?” jawab
Sun.
Raja makin murka. Ia menuduh Sun menganggap Putra Mahkota orang lemah. Sun pun kembali disiksa. Wajahnya ditutupi kain dan disiram air.
Seorang pejabat mengintip, tapi ia langsung ketahuan Kepala Lee. Kepala Lee menebas kepalanya dan memasukkannya ke ruang interogasi. Sun teriak ketakutan melihat mayat pria itu.
“Aku tanya sekali lagi. Mengapa kau menawarkan diri pada Putra Mahkota? Kau menawarkan diri karena memiliki keinginan pribadi! Beraninya kau!” tuduh Raja.
“Hamba kelaparan!” teriak
Sun akhirnya. Raja terkejut mendengarnya. Sun lalu berlutut di hadapan Raja.
“Pekerjaan sehari-hari
begitu berat. Ibu hamba sakit. Bahkan ayah hamba telah meninggal sekarang dan
entah harus bagaimana keluarga hamba. Hamba ingin keluarga hamba tidak lagi
kelaparan. Hamba hanya ingin membaca dan belajar sesuka hamba!” ucap Sun.
Raja lantas bicara di luar
dengan Kepala Lee. Raja yakin, Sun bukanlah mata2 Dae Mok. Seorang anak bernama
Lee Sun muncul tepat waktu, Raja yakin itu pertanda bagus. Raja ingin Sun
dikirim menggantikan Putra Mahkota pada inisiasi itu. Saat Dae Mok dan Kelompok
Pyunsoo berkumpul, langsung kepung mereka. Raja mengingatkan kalau Dae Mok
hanya bisa disingkirkan saat inisiasi itu.
Raja tengah melakukan ritual esok harinya. Tak lama kemudian, Putra Mahkota datang dan duduk di belakang Raja. Putra Mahkota mengungkapkan keinginannya untuk menemui Kelompok Pyunsoo sebelum bertukar tempat dengan Sun. Raja tak memberi restu. Putra Mahkota berkata, kalau Raja harus mengizinkannya.
Raja lantas mendongak ke
langit, menatap matahari yang begitu terik. Raja berkata, PM Lee Sun boleh
pergi ke sana kalau doa PM Lee Sun agar hujan turun terkabul.
“Ayahanda yang telah menjadikan
air negeri ini kompensasi atas nyawa saya. Namun merupakan takdir saya untuk
mengembalikannya pada rakyat. Inilah tugas Putra Mahkota, Raja masa depan
Joseon. Anda berkata satu langkah saya dapat menghabisi rakyat. Bahwa keputusan
saya mempengaruhi seluruh negeri. Namun saya sebelumnya bahkan tak tahu rakyat
bisa mati akibat kehausan.” Ucap PM Lee Sun.
“Tidak. Itu salah saya. Karena
saya bukanlah orang biasa, saya Putra Mahkota, maka jelas itu salah saya. Tolong
izinkan saya melakukannya. Saya akan menemukan cara mengembalikan air pada
rakyat.” Ucap PM Lee Sun.
Raja merasa berat. Jelas saja, karena ia takut Putra Mahkota terluka. Langit seketika menghitam. Tak lama kemudian, hujan pun turun dengan derasnya. Raja terkejut. Ia bangkit dari duduknya dan menatap ke arah Putra Mahkota.
Dae Mok tengah berpesta
bersama kroninya. Menteri Choi memuji kehebatan Dae Mok yang berhasil
mengendalikan Raja dan Putra Mahkota. Menteri Heo lantas berkata, kalau Putra
Mahkota memiliki mental yang sangat lemah. Menteri Choi yakin, jika mereka
menekan Putra Mahkota sedikit lagi, maka Putra Mahkota akan datang sendiri
memohon diselamatkan.
“Benar sekali.” Ucap seseorang di balik pintu. Pintu kemudian terbuka. Terlihatlah sosok Putra Mahkota yang datang bersama Chung Woon. Mereka semua langsung terkejut.
“Apa kau Pimpinan Kelompok
Pyunsoo, Dae Mok?” tanya PM Lee Sun dingin.
“Beliau Putra Mahkota.” Ucap
Chung Woon.
Woo Jae ingin bangkit
memberi hormat, tapi langsung ditahan pejabat yang duduk di sebelahnya. Para
pejabat lantas menoleh ke arah Dae Mok. Dae Mok dan Putra Mahkota saling bertatapan
dengan dingin, sebelum akhirnya Dae Mok bangkit dan memberi hormat pada Putra
Mahkota. Kroni2 Dae Mok seketika ikut bangkit dan memberi hormat pada PM Lee
Sun.
“Tidak. Tak usah. Sebelumnya,
aku... tidak tahu apa-apa soal Kelompok Pyunsoo. Aku datang untuk mengatakan
betapa menyesal tidak mengenal kalian lebih awal. Namun, tidak pantas juga aku
mendadak muncul begini, jadi lupakan saja semua formalitas dan ayo duduk
bersama.” Jawab PM Lee Sun.
“Namun, Yang Mulia, hukum…”
“Hukum?” Putra Mahkota memotong
kata2 Dae Mok.
“Jika kita mengikuti hukum yang berlaku, maka kau harus berlutut padaku sejak dari halaman. Kau mau begitu? Namun, kulihat tempat dudukmu bahkan lebih tinggi dari wakil perdana menteri. Artinya, formalitas jabatan tidaklah berlaku di sini, terlebih aku menerobos masuk, jadi tidak usah repot-repot dan duduk saja bersama.” Sindir PM Lee Sun, membuat semuanya kaget.
“Apa yang membuat Yang Mulia
Putra Mahkota jauh-jauh kemari?” tanya Dae Mok.
“Aku datang meminta saran
darimu. Apa kau keberatan?” jawab Putra Mahkota.
“Sebenarnya, yang dibutuhkan
Raja adalah kesetiaan. Temukan orang-orang kepercayaan dan biarkan mereka
mengabdi dengan setia. Jika mampu, tak peduli kesulitan apa pun yang
mengguncang negeri, akan selesai dengan sendirinya.” Ucap Dae Mok.
“Orang kepercayaan yang
mengabdi dengan setia. Apa kau termasuk?” tanya PM Lee Sun.
“Saya terlalu tua dan lemah
untuk melakukan hal semacam itu. Silakan, percayakan pada orang-orang muda
saja, dan jangan pernah mencurigainya. Jika seperti itu, Yang Mulia akan
mendapat kedamaian hakiki saat mengambil alih tahta kepemimpinan negeri ini.”
jawab Dae Mok.
“Aku akan mengingat saranmu.”
Ucap PM Lee Sun.
PM Lee Sun lalu memberikan
kode pada Chung Woon. Chung Woon pun dengan sigap meletakkan sebuah bunga
berwarna kuning di atas meja. PM Lee Sun berkata, itu bukanlah hadiah tapi
wujud terima kasihnya atas saran Dae Mok.
“Apa dua tahun lalu, ya? Aku
melihat tanaman liar ini sedang tumbuh. Cantik sekali, sehingga aku membawanya.
Setahun setelahnya, tak kunjung berbunga. Hanya daunnya saja yang terus
memanjang mirip seperti daun bawang. Kupikir mungkin ia masih beradaptasi dan
aku harus menunggu. Tapi setahun kemudian tetap tak berbunga. Aku lelah menanti
dan coba memeriksanya, dan kata para ahli, tanaman itu harus kedinginan agar
dapat berbunga. Dipikir-pikir, rumah hijau milikku terlalu hangat sehingga ia
tak berbunga. Bukankah itu lucu sekali?” ucap PM Lee Sun sambil tertawa.
Senyum PM Lee Sun kemudian menghilang. Wajahnya berubah serius dan sorot matanya nampak tajam menatap Dae Mok.
“Namun setelahnya, saat
terkena hujan dan salju, ia sungguh berbunga.” Ucap PM Lee Sun.
“Anda datang jauh-jauh kemari
menceritakan perihal bunga? Saya sangat tersentuh dengan kepedulian anda
terhadap saya. Saya hanya mengharapkan ini. Selalu mencintai rakyat, tolong
jadilah Raja seperti itu.” jawab Dae Mok.
“Tentu saja, aku pasti akan
begitu.” ucap Putra Mahkota.
Keduanya lalu saling
bertatapan dengan tajam.
Setelah PM Lee Sun pergi, Dae Mok memperhatikan bunga kuning pemberian PM Lee Sun dengan wajah super kesal.
“Bukankah kau mengatakan dia
Putra Mahkota bermental lemah akibat depresinya?” ucap Dae Mok pada Menteri
Heo.
Semua pun langsung ketakutan.
“Seperti itulah rumor yang
beredar.” Bela Menteri Joo.
“Lalu, tumbuhan apa ini? Dia
sedang menegaskan akan menjadi bunga yang mengalahkan badai salju! Apakah Putra Mahkota
sedang mendeklarasikan perang padaku!” ucapnya geram.
0 Comments:
Post a Comment