Sebelumnya...
Ga Eun menyendiri di dekat sebuah pondok. Seseorang datang memakaikan jaket ke tubuhnya. Ga Eun menoleh, ia tersenyum dengan mata berkaca-kaca melihat kedatangan ayahnya namun semua itu hanya bayangannya saja karena yang datang bukanlah Tuan Han, tapi Putra Mahkota.
āSebagaimana matahari yang menanti bulan ini, aku juga akan selalu bersamamu. Aku mungkin tak bisa melihatmu dengan sangat jelas, sebagaimana matahari dan rembulan. Kau mungkin berubah, namun apapun yang kau lakukan, aku akan melindungimu.ā Ucap Putra Mahkota.
Ga Eun sedang melipat seragam ayahnya. Tanpa sengaja, ia menemukan kertas di dalam saku seragam ayahnya. Kertas itu adalah kertas mandat Putra Mahkota yang memerintahkan ayahnya menyelidiki Departemen Pengadaan Air. Ga Eun pun langsung ingat ucapan ayahnya yang mengaku sebagai pengkhianat dan sudah melakukan kejahatan besar.
Kepala Lee memberitahu Raja soal Ga Eun yang ditahan. Raja pun langsung teringat janjinya pada Tuan Han akan menjaga Ga Eun. Raja menyesal karena lupa akan janjinya itu. Raja lantas menyuruh Kepala Lee membebaskan Ga Eun dan membawa Ga Eun ke hadapannya.
Sun lalu tersenyum pada Putra Mahkota, tapi begitu mata mereka bertemu, Sun buru2 menunduk. Putra Mahkota lalu memberikan topengnya pada Sun. Ia berkata, saat Sun memakai topengnya, maka Sun menjadi dirinya jadi Sun tidak boleh menundukkan kepala lagi.
āPutra Mahkota diberitahu inisiasi dilakukan besok, sebenarnya... hari ini. Saat dimulai, Dae Mok akan menyuruhmu minum anggur bunga poppi. Lalu kau akan mengalami nyeri jantung yang luar biasa serta halusinasi. Tahanlah. Kemudian, dia akan membuka topeng dan menanyakan namamu. Apa yang harus kau katakan?ā tanya Raja.
Ga Eun menyendiri di dekat sebuah pondok. Seseorang datang memakaikan jaket ke tubuhnya. Ga Eun menoleh, ia tersenyum dengan mata berkaca-kaca melihat kedatangan ayahnya namun semua itu hanya bayangannya saja karena yang datang bukanlah Tuan Han, tapi Putra Mahkota.
āAyah biasanya datang kemari
bersamaku untuk melihat bintang.ā Ujar Ga Eun.
āApa kau pernah mendengar
ini sebelumnya? Mereka bilang, matahari hanya tampak saat siang dan diganti
bulan saat malam. Mereka bilang, matahari dan bulan tak bisa terlihat bersama. Namun,
itu tidak benar. Di sana... Mereka ada di langit bersama, 'kan? Sekalipun kau
tidak lagi bisa melihat ayahmu, dia... akan selalu ada di sisimu.ā Jawab PM Lee
Sun.
Tangis Ga Eun kembali
mengalir. Putra Mahkota menatap iba pada Ga Eun. Ga Eun balas menatap Putra
Mahkota dengan tatapan sendu.
āAda banyak sekali yang
ingin kukatakan. Ga Eun-ah...ā Putra Mahkota lantas menunjukkan kalung
berbandul bulan dan matahari.
āSebagaimana matahari yang menanti bulan ini, aku juga akan selalu bersamamu. Aku mungkin tak bisa melihatmu dengan sangat jelas, sebagaimana matahari dan rembulan. Kau mungkin berubah, namun apapun yang kau lakukan, aku akan melindungimu.ā Ucap Putra Mahkota.
Putra Mahkota lantas
memakaikan kalung itu ke leher Ga Eun.
āMungkin akan sulit, namun
maukah kau mengingatnya? Bahwa aku akan selalu di sisimu seperti ini. Bahwa kau
tidaklah sendirian.ā Ucap Putra Mahkota.
āApa kau akan pergi?ā tanya Ga Eun cemas.
āApa kau akan pergi?ā tanya Ga Eun cemas.
āUntuk memenuhi janjiku pada
ayahmu dan menjadi seseorang yang mampu melindungi mereka yang berharga
untukku, maka aku harus pergi. Aku, entah bisa memenuhi janji pada ayahmu atau
tidak, maukah kau tetap mengawasiku?ā ucap Putra Mahkota.
Ga Eun hanya menjawabnya
lewat tatapan tak rela Putra Mahkota pergi.
āJika kau mau, kita bertemu
lagi di sini tiga hari lagi.ā Janji Putra Mahkota.
Rombongan Raja dan Putra
Mahkota menuju istana. Sun yang mengenakan seragam kasim, tampak menutupi
wajahnya karena takut ada yang mengenalinya. Setibanya di istana, Ratu
menyambut mereka dengan tersenyum lebar. Ratu memberi ucapan selamat karena
hujan akhirnya turun berkat ritual yang dilakukan sendiri oleh Raja.
āAku pun senang.ā Jawab
Raja.
āYang Mulia, tentang Putri
Mahkota...ā
āKita diskusikan masalah itu
nanti saja.ā Jawab Raja dingin, lalu melangkah masuk ke istana bersama Putra
Mahkota dan Sun. Ratu tampak kecewa atas penolakan Raja.
Youngbin Lee tak setuju
dengan rencana Putra Mahkota. Ia meminta Raja menghentikan Putra Mahkota. Raja
berkata, bahwa ia sudah memberi izin bagi Putra Mahkota. Ia yakin, langit juga
sudah memberi restu.
āIbu, saya harus menemukan
jalan menggulingkan Kelompok Pyunsoo. Saya pasti kembali setelah menemukan
jalan menjadi Raja sesungguhnya.ā Ucap Putra Mahkota.
āHaruskah kau pergi?ā tanya
Youngbin Lee tak rela.
āJuga, ada seseorang yang
ingin saya bawa bersama. Putri Hanseongbu Han Gyu Ho, Han Ga Eun.ā Jawab Putra
Mahkota.
Raja dan Youngbin Lee pun
terkejut mendengarnya.
Ga Eun sedang melipat seragam ayahnya. Tanpa sengaja, ia menemukan kertas di dalam saku seragam ayahnya. Kertas itu adalah kertas mandat Putra Mahkota yang memerintahkan ayahnya menyelidiki Departemen Pengadaan Air. Ga Eun pun langsung ingat ucapan ayahnya yang mengaku sebagai pengkhianat dan sudah melakukan kejahatan besar.
Ga Eun syok, ia marahā¦
āPutra Mahkota memang
memberi ayah perintah, kenapa berbohong!ā
Ga Eun lalu melirik tajam
pedang ayahnya. Ooow⦠dia membawa pedang itu menuju istana. Setibanya di sana,
dia langsung menebas umbul-umbul. Kontan, para pengawal langsung
mengamankannya. Ga Eun berteriak marah.
āPutra Mahkota telah mengeksekusi
ayahku, Hanseongbu Han Gyu Ho. Katakan padanya, aku kemari untuk membunuhnya!ā
Kepala Lee memberitahu Raja soal Ga Eun yang ditahan. Raja pun langsung teringat janjinya pada Tuan Han akan menjaga Ga Eun. Raja menyesal karena lupa akan janjinya itu. Raja lantas menyuruh Kepala Lee membebaskan Ga Eun dan membawa Ga Eun ke hadapannya.
Putra Mahkota mulai
mengajari Sun apa saja yang biasa ia lakukan. Cara membaca buku, berjalan, dll.
Setelah itu, ia membawa Sun ke green house-nya. Putra Mahkota bilang, itu
adalah tempat favoritnya. Sun takjub melihatnya.
āOrang-orang hanya melihat
topengku dan menatap tajam layaknya anak panah. Saat rasanya terlalu sulit, aku
ke sini untuk menangis.ā Ucap Putra Mahkota.
Sun tampak tersentuh
mendengar cerita Putra Mahkota. Putra Mahkota kemudian menatap Sun, lalu
memegang tangannya.
āLee Sun-ah, aku akan tanya
sekali lagi. Saat aku pergi setelah inisiasi, kau akan hidup memakai topeng. Kau
sungguh baik-baik saja? Harus menyembunyikan dirimu sendiri sepanjang waktu bukanlah
hal yang mudah. Kau tidak bisa memercayai siapa pun dan tidak boleh berbagi
pikiran dengan orang lain. Akan lebih berat dibandingkan hidup kelaparan dan
kesusahan.ā Ucap Putra Mahkota.
āYang Mulia, sebagaimana
kepercayaan hamba, tolong Yang Mulia juga memercayai hamba.ā Jawab Sun.
āBaiklah.ā Ucap Putra
Mahkota.
āMungkin akan sulit, tapi
bertahanlah demi aku.ā pinta Putra Mahkota.
āNamun, hamba mencemaskan ibu
dan adik hamba.ā Jawab Sun.
āAku akan menjaga mereka.
Jangan cemas. Fokuslah saja belajar.ā ucap Putra Mahkota.
Sun lalu tersenyum pada Putra Mahkota, tapi begitu mata mereka bertemu, Sun buru2 menunduk. Putra Mahkota lalu memberikan topengnya pada Sun. Ia berkata, saat Sun memakai topengnya, maka Sun menjadi dirinya jadi Sun tidak boleh menundukkan kepala lagi.
āDan juga saat aku kembali,
aku ingin kau tetap menjadi teman... sekaligus menjadi abdi setiaku.ā Ucap
Putra Mahkota.
āHa... hamba hanya orang
rendahan bagaimana bisa berada di dekat Yang Mulia?ā jawab Sun.
Pembicaraan terhenti
lantaran Chung Woon datang dan memberitahu soal Ga Eun. Putra Mahkota terkejut.
Sun pun berkata, akan memakai topengnya sekarang jadi Putra Mahkota bisa
menemui Ga Eun.
Putra Mahkota keluar memakai
seragam kasim. Ia tak sendiri, tapi ditemani Chung Woon. Mereka pergi dengan terburu-buru hingga tak
menyadari Kepala Lee mengawasi mereka di belakang. Begitu mereka pergi, Kepala
Lee langsung menemui Sun. Kepala Lee membawa Sun menemui Raja.
āPutra Mahkota diberitahu inisiasi dilakukan besok, sebenarnya... hari ini. Saat dimulai, Dae Mok akan menyuruhmu minum anggur bunga poppi. Lalu kau akan mengalami nyeri jantung yang luar biasa serta halusinasi. Tahanlah. Kemudian, dia akan membuka topeng dan menanyakan namamu. Apa yang harus kau katakan?ā tanya Raja.
āAku...ā tatapan mata Sun
berubah tajam, Putra Mahkota Joseon, Lee Sun.
Comments
Post a Comment