Nenek masih marah, Gyeong Min pun disuruh ibunya menemui nenek sebelum pergi. Nenek bahkan juga menolak minum tehnya.
Gyeong
Min pun membawakan teh untuk sang nenek. Tapi nenek yang masih kesal, tidak mau
minum tehnya.
“Nenek,
apa kau merajuk?” tanya Gyeong Min.
“Merajuk?
Berani sekali kau mengatakan hal itu pada nenekmu.” Jawab Nyonya Jo.
“Nenek
kau manis sekali yang artinya kau merajuk.” Ucap Gyeong Min.
“Berhenti
mempermainkanku!” jawab sang nenek.
“Nenek,
aku mengerti perasaanmu terhadap Roo Bi, tapi tidak bisakah nenek melihat
darimana aku berasal?” ucap Gyeong Min.
“Apa
maksudmu?” tanya nenek.
“Nenek
dan kakek jatuh cinta dan menikah meski ditentang keluarga. Mereka mengizinkan
nenek menikah dengan kakek karena nenek mengancam bunuh diri. Jadi, aku yakin
nenek bisa mengerti dengan perasaanku dan Roo Bi.” Jawab Gyeong Min.
“Kau
tidak tahu apa-apa! Jika aku tidak menikah dengan kakekmu, aku sudah berada di
istana sekarang dan hidup bagaikan seorang ratu!” ucap nenek.
Gyeong
Min pun tertawa mendengar ucapan neneknya. Tapi kemarahan nenek belum juga
mereda. Tapi Gyeong Min tidak menyerah hingga berhasil membuat sang nenek
kembali tertawa.
Dari
bandara, In Soo langsung ke rumah sakit.
“Dimana
Jeong Roo Na?” tanyanya.
“Jeong
Roo Na-ssi masih ada di ruangan intensif. Jeong Roo Bi-ssi, sudah siuman tapi
Jeong Roo Na masih koma.” Jawab dokter.
“Koma?
Itu artinya hidupnya dalam bahaya?” tanya In Soo.
“Yang
terburuk sudah berakhir tapi kami masih memantau keadaannya.” Jawab dokter.
“Bagaimana
bayinya? Aku tunangannya.” Ucap In Soo.
“Dia
tidak hamil. Jeong Roo Bi-ssi yang hamil, tapi dia keguguran.” Jawab suster.
“Suster
Kim!” tegur dokter, suster itu pun langsung diam.
Lalu,
Gilja dan Chorim datang. Mereka pun bicara di ruang tunggu.
“Rencananya
kami akan memberitahumu dan juga keluargaku setelah aku kembali dari China.
Kami akan bertunangan.” Ucap In Soo.
“Roo Bi
akan menikah dengan Gyeong Min dan Roo Na juga akan menikah denganmu.”
Tangis
Gilja pun pecah. Chorim pun menenangkan Gilja dengan mengatakan kalau Roo Na
akan segera pulih.
In Soo
pun ingin melihat Roo Na, tapi Gilja bilang In Soo harus menunggu sampai jam
besuk tiba.
In Soo
lalu pergi ke kamar Roo Bi. Roo Na pun panic melihat In Soo. In Soo menyapa Roo
Na, lalu berkata pada Roo Na kalau ia datang untuk melihat Roo Na. Roo Na
seketika gugup. Tak ingin rencananya rusak, ia pun kembali berbaring
memunggungi In Soo dan menutup wajahnya dengan selimut.
Saat
itulah, In Soo tanpa sengaja melihat tahi lalat di kaki kiri Roo Na.
In Soo
dan Gilja lalu melihat Roo Bi. In Soo memperhatikan telapak kaki Roo Bi dan
tidak menemukan tahi lalat di sana.
In Soo
yang kini sudah berada di kantornya, terus memikirkan Roo Na dan Roo Bi.
In Soo
lalu berjalan keluar kantor dan mengingat kata-kata Roo Bi yang ingin hidup
enak dengan cara apapun.
Barulah
In Soo sadar, kenapa Roo Na tidak mau menikah dengannya.
In Soo
pun kembali ke rumah sakit. Ia masuk ke kamar Roo Na yang tengah bersama Gyeong
Min saat itu. Roo Na pun langsung gugup. Apalagi saat In Soo bilang, ia datang
untuk menjenguk Roo Na.
“Jangan
katakan apapun! Jangan! Jangan!” ucap Roo Na dalam hati sambil menatap tajam In
Soo.
“Aku
benar. Kau bukan Roo Bi. Kau Roo Na!” balas In Soo dalam hati sambil menatap
tajam Roo Na.
In Soo
pun ingin memberitahu Gyeong Min semuanya. Untuk mencegah In Soo bicara, Roo Na
pun dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke lantai. Gyeong Min terkejut dan
langsung memanggil dokter.
Saat
Gyeong Min pergi, In Soo pun bicara pada Roo Na.
“Kau
Jeong Roo Na! Katakan padaku, kenapa! Kenapa!” teriak In Soo.
Bersambung.......
0 Comments:
Post a Comment