Gyeong Min bertanya, kapan In Soo akan melamar adik
iparnya. In Soo berkata, setidaknya dia harus memiliki apartemen dulu, meski
berukuran kecil, baru menikahi ‘Roo Na’.
In Soo lalu bertanya, apa Gyeong Min bahagia setelah
menikah. Gyeong Min pun berkata, bahwa ia merasa hidup dengan wanita berbeda. In
Soo membenarkan kata-kata Gyeong Min. Ia berkata, Roo Na memang wanita berbeda.
Gyeong Min pun heran, apa maksudmu?
“Merreka mengatakan, wanita punya 1000 wajah.” Jawab
In Soo.
Di rumah, nenek mengajarkan Geum Hee merajut. Dan
Geum Hee melakukannya dengan benar. Nenek pun memuji Geum Hee.
“Sebenarnya aku ini sangat pintar. Satu-satunya
kekuranganku, hanya ini...” ucap Geum Hee sambil menunjuk bibirnya.
“... dan aku agak jelek.” Lanjut Geum Hee.
“Kata siapa kau jelek? Kau hanya terlihat aneh
dengan semua operasi plastikmu. Kau akan jauh lebih cantik jika kau tidak
melakukan operasi plastik.” Ucap nenek.
“Itu tidak benar, Samonim. Meskipun aku tidak
melakukannya di klink berlisensi, tapi operasi plastik benar-benar meningkatkan
penampilanku. Orang-orang sering berkata, aku mengerikan.” Jawab Geum Hee.
“Siapa yang mengatakan itu?” tanya nenek.
“Mantan suamiku. Dia bilang, dia kehilangan selera
makannya karena aku. Di kehidupan selanjutnya, aku ingin menjadi cantik. Aku
ingin semua pria jatuh cinta padaku setelah bertemu denganku.” Jawab Geum Hee.
“Kau benar-benar terobsesi rupanya. Kecantikan
membawa nasib buruk. Menjadi cantik, tidak selamanya baik.” Ucap nenek.
Lalu, Roo Na pulang dan langsung menuju ke kamarnya
dengan wajah lesu.
Geum Hee menyusul Roo Na ke kamar. Roo Na yang malas
meladeni Geum Hee pun mengusir Geum Hee dengan alasan, ingin ganti baju. Ia
mengatakannya dengan ketus.
“Jangan kasar.” Ucap Geum Hee.
“Ada apa?” tanya Roo Na.
“Kau punya rahasia, kan?” jawab Geum Hee.
“Apa maksudmu?” tanya Roo Na.
“Kau hamil, kan? Aku tahu apa yang kau lakukan tadi
malam.” Jawab Geum Hee.
“Apa yang kau bicarakan!” sentak Roo Na. Roo Na lalu
menyuruh Geum Hee pergi.
“Apa ini? Kenapa ini ada di tempat sampah?
Sepertinya ini masih baru.” Ucap Geum Hee, sambil menunjukkan baju dan sepatu
bayi yang sejak tadi disembunyikannya di balik punggungnya. Sontak, Roo Na
terkejut.
“Jadi kenapa?” tanya Roo Na.
“Ini aneh. Apakah kau hamil, lalu keguguran dan
membuang ini karena marah?” jawab Geum Hee.
“Ya, aku melakukannya. Kau puas sekarang?” jawab Roo
Na.
“Oh, baiklah. Samonim! Samonim!” teriak Geum Hee,
memanggil nenek.
Roo Na pun langsung membekap mulut Geum Hee. Lalu,
Roo Na mengaku kalau ia membelikan baju dan sepatu itu untuk temannya, tapi
karena temannya tidak menyukainya, jadi ia membuangnya.
“Kau harusnya menyumbangkannya. Kau tahu kan,
kepedulian mertuamu pada anak-anak di Afrika.” Ucap Geum Hee.
“Oke, baiklah. Aku membuat kesalahan.” Jawab Roo Na.
“Aku akan membiarkanmu kali ini. Dengan kau mabuk
malam itu, kau berhutang dua kali padaku.” Ucap Geum Hee.
Geum Hee lalu meminta salah satu tas mahal Roo Na. Terpaksalah
Roo Na memberikannya karena tak mau Geum Hee bicara macam-macam pada keluarga
Gyeong Min.
Gyeong Min yang sudah mabuk, mulai tak sadarkan
diri. Tepat saat itu, Roo Na menelponnya. In Soo lah yang menjawab.
Roo Na panik saat mendengar suara In Soo. In Soo pun
berkata, ia menemui Gyeong Min untuk membongkar kedok Roo Na.
Sontak, Roo Na panic. Ditambah lagi, In Soo
memutuskan panggilannya begitu saja.
Roo Na lantas menghubungi In Soo untuk menanyakan
posisi Gyeong Min.
Setelah tahu dimana Gyeong Min, Roo Na pun bergegas
menyusul Gyeong Min.
“Apa yang kau lakukan padanya?” tanya Roo Na.
“Kedengarannya, itu bukanlah ucapan terima kasih
Nyonya Bae.” Jawab In Soo.
“Siapa kau berani minum dengan suamiku? Apa yang kau
katakan padanya? Kuharap kau tidak mengatakan sesuatu yang bodoh.” tanya Roo
Na.
“Kau lah satu-satunya yang bodoh di sini.” Jawab In
Soo.
Sontak, jawaban In Soo menarik perhatian salah satu
waiter yang menjaga bar. Roo Na pun menatap tajam si waiter. Si waiter kemudian
pergi dan In Soo menyuruh Roo Na hati-hati.
Roo Na lantas membawa Gyeong Min ke mobil. Setelah
memasukkan Gyeong Min ke mobil dengan bantuan seorang waiter, Roo Na pun
memarahi In Soo. Tak hanya itu, Roo Na juga melemparkan baju dan sepatu bayi
itu ke In Soo.
“Kenapa kau memberikan ini padaku di depan
keluargaku!” tanya Roo Na.
“Aku ingin memberikanmu kesempatan terakhir.
Kesempatan untuk mengakui siapa dirimu.” Jawab In Soo.
In Soo lalu memungut baju dan sepatu bayi itu dan
memasukkannya ke dalam tasnya.
“Mengakui semuanya? Aku? Aku tidak akan pergi sejauh
ini jika aku melakukannya. Aku mempertaruhkan semuanya untuk sampai disini. Kau
pikir aku akan menyerah? Kau pikir, aku takut dengan semua ini? Pembalasan
dendam? Aku tidak takut.” Ucap Roo Na.
“Aku mempertaruhkan semuanya untuk balas dendam. Aku
akan menghancurkanmu sepenuhnya, bahkan lebih daripada aku mencintaimu.” Jawab
In Soo.
“Kau gila, kau psikopat!” ucap Roo Na, lalu pergi
meninggalkan In Soo.
Dongpal membawakan semangka untuk Jihyeok yang
sedang belajar keras.
“Bagaimana pelajaranmu?” tanya Dongpal.
“Seharusnya berjalan dengan baik, kan? Aku harus
bisa masuk ke Universitas Nasional Seoul tahun ini, apapun yang terjadi.” Ucap
Jihyeok.
“Kalau kau lulus, itu akan menjadi hal terbesar yang
pernah terjadi di keluarga ini.” Jawab Dongpal.
“Tapi, siapa ahjumma yang datang kemarin malam?”
tanya Jihyeok.
“Hanya teman.” Jawab Dongpal.
“Tapi kenapa dia datang ke rumah kita dan kau
menjejalkanku ke dalam lemari?” tanya Jihyeok.
“Aku minta maaf.” Jawab Dongpal.
“Aku harus tahu apa yang terjadi. Melihat dari apa
yang terjadi, aku tahu kau berpura-pura belum menikah, kan? Tapi tidak
semestinya kau memberitahu alamat kita. Kenapa kau membuatnya datang di tengah
malam?” ucap Jihyeok.
“Kau tahu kan betapa populernya ayahmu di kalangan
para wanita.” Jawab Dongpal.
“Kau tidak melakukan hal bodoh dan berakhir di
penjara lagi, kan?” tanya Jihyeok.
“Hey!” teriak Dongpal kesal.
“Kau ditangkap dua kali karena penipuan.” Ucap
Jihyeok.
“Aku telah membuka lembaran baru.” Jawab Dongpal.
“Jika wanita itu datang lagi, akan kuberitahu
semuanya.” Ucap Jihyeok.
Roo Na masuk ke stage. Produser pun bersiap
melakukan test kamera. In Soo menatap tajam Roo Na di layar kamera. Se Ra pun
datang dan berkata, wajah Roo Na tidak terlihat bersinar dan hidup di layar.
“Jika lampu terlalu terang, produk akan terlihat
tidak alami.” Jawab In Soo.
“Itu sebabnya kami memiliki produser. Kau harus
membuat mereka terlihat bersinar. Atur kembali lampunya.” Suruh Se Ra.
Se Ra lalu menatap Roo Na yang terlihat gugup. Se Ra
berkata, Roo Na harus dirias ulang lagi. Roo Na pun mengerti.
Setelah Se Ra pergi, In Soo tersenyum menyeringai ke
arah Roo Na. Dan Roo Na menatap In Soo dengan gugup.
Restoran cukup rame. Chorim dan Soyeong berlari
kesana kemari melayani pelanggan mereka. Tak ingin Chorim kelelahan, Dongpal
pun memberikan Chorim minuman energi. Chorim senang karena Dongpal hanya
memberikan minuman energi itu untuknya. Tapi baru minum seteguk, Gilja dan
Soyeong tiba-tiba datang dan memelototinya. Lalu, tak lama kemudian, Gilja dan
Soyeong pun memamerkan minuman energi yang sama pada Chorim.
“Haishhh.” Chorim mendengus kesal mengetahui Dongpal
juga memberikan minuman energi itu pada Gilja dan Soyeong.
Roo Na di toko perhiasan, ia membeli sebuah cincin.
Pegawai toko mengenalinya sebagai Jeong Roo Bi. Si pegawai toko mengaku sebagai
fans berat dirinya. Tak hanya si pegawai toko, tapi para pengunjung toko juga
langsung mengerumuni Roo Na. Roo Na pun kesenangan.
Gyeong Min yang baru pulang, hendak menyimpan
sesuatu di dalam laci. Tapi begitu ia membuka laci, ia menemukan cincin Roo Bi
di sana. Sontak ia terkejut dan teringat janji Roo Bi yang tidak akan
melepaskan cincin itu meski mereka berpisah, meski mereka meninggal, ketika
melamar Roo Bi.
Gyeong Min pun merasa aneh.
Begitu Roo Na pulang, Gyeong Min pun langsung
menanyakan cincin itu. Roo Na beralasan, ia tidak memakai cincin itu karena
cincin itu terus saja jatuh ke pakaiannya.
“Apa kau lupa dengan janjimu?” tanya Gyeong Min.
“Tentu saja tidak. Aku sadar, betapa berartinya
cincin itu untuk kita. Kau melamarku dengan itu. Tapi sebagai seorang wanita,
aku bosan dengan warna merah di cincin itu. Aku berpikir untuk memakai berlian
sebagai cincin kawin kita, tapi itu sedikit berlebihan.” Jawab Roo Na.
Roo Na pun memberikan Gyeong Min hadiah. Gyeong Min
yang terlanjur kecewa, hanya diam saja. Roo Na menyuruh Gyeong Min membuka
hadiahnya. Gyeong Min pun menghela napas dan membuka hadiahnya. Sebuah dasi.
Roo Na berkata, itu dasi mahal. Saat memberikan dasi itulah, Gyeong Min melihat
cincin baru Roo Na.
Gyeong Min tambah kecewa. Roo Na pun memeluk Gyeong
Min. Ia meminta maaf dan berjanji akan kembali menjadi Roo Bi yang dulu.
Gyeong Min ingin membahas janji Roo Bi, tapi Roo Na
langsung menghentikannya dan menyuruh Gyeong Min mengenakan dasi itu ke kantor
esok hari.
Lalu, terdengar suara Nyonya Park yang memanggil Roo
Na dan Gyeong Min untuk makan.
Geum Hee sibuk memperhatikan hidungnya saat Roo Na
dan Gyeong Min sedang makan. Roo Na lalu meminta tambahan sup. Gyeong Min pun
memuji rasa masakan Geum Hee. Gyeong Min bilang, masakan Geum Hee lebih enak
dari buatan Dae Jang Geum.
“Keponakanku sayang, kau selalu tahu apa yang harus
kau katakan. Kau adalah pria impianku. Oya, apa kau tahu aku sedang belajar
membuat kue? Tunggu saja, aku akan membuatkanmu menu sarapan penuh dengan roti
buatan sendiri yang lezat dan segar. Sereal pada Hari Senin, lalu morning rolls
Hari Selesa, roti bawang putih Hari Rabu...”
“Ahjumma, cukup. Kami merasa terganggu.” Ucap Roo
Na. Geum Hee pun langsung berhenti bicara. Tapi Gyeong Min membela Geum Hee.
Nenek kemudian datang dan miris melihat tubuh Gyeong
Min yang mulai kurus. Nenek pun meminta tambahan nasi untuk Gyeong Min pada
Geum Hee.
Gilja menunggu Chorim di luar. Ia bahkan menghubungi
ponsel Chorim, tapi ponsel Chorim lagi-lagi tak aktif. Tak lama kemudian, ia
melihat Chorim pulang diantar Dongpal.
Gilja ternganga melihat Dongpal merangkul Chorim.
Chorim yang hendak masuk ke rumah, tiba-tiba ditarik
Dongpal. Dongpal meng-kiss Chorim!
Begitu masuk ke rumah, Gilja langsung menasehati
Chorim. Chorim pun terkejut saat Gilja mengaku melihat mereka berdua tadi.
Gilja lalu menyuruh Chorim menetapkan tanggal pernikahan.
Di kamarnya, In Soo menenggak sekaleng soju sambil
memikirkan percakapannya dengan Roo Na di depan bar.
“Aku
mempertaruhkan semuanya untuk sampai disini. Kau pikir aku akan menyerah? Kau
pikir aku takut dengan ancamanmu? Balas dendam? Kau tidak bisa menakutiku.”
Ucap Roo Na.
“Aku
akan menghancurkanmu, sepenuhnya. Lebih dari aku mencintaimu.” Jawab In Soo.
“Kau
gila, kau psikopat!” dengus Roo Na.
In Soo juga ingat saat orang suruhan Roo Na memukuli
dirinya. Terakhir, ia ingat saat orang suruhan Roo Na mengikutinya saat ia
sedang bersama Se Ra.
Kesal, In Soo pun meremuk kaleng sojunya. Suara
petir menggegelar.
Roo Bi yang sudah tidur, kembali melihat kilasan
bayangan masa lalunya.
Tak lama kemudian, ia terbangun dengan wajah penuh
keringat.
Keesokan harinya, di tempat kurus, Geum Hee tak
henti-hentinya memandangi Dongpal.
Selesai kursus, Geum Hee pun mendekati Dongpal.
“Bolehkah aku mewawancaraimu? Aku punya beberapa
pertanyaan.” Ucap Geum Hee.
“Silahkan.” Jawab Dongpal.
“Apa kau hidup sendiri?” tanya Geum Hee.
“Aku tinggal dengan anakku.” Jawab Dongpal.
“Jadi hanya kau berdua dengan anakmu? Istrimu tidak
ada? Benar. Aku sudah menduganya. Aku juga masih sendiri. Aku belum punya anak.
Aku akan memberikan kartu namaku, jadi hubungi aku.” Ucap Geum Hee.
Dongpal masuk ke restoran dan menyapa Gilja dengan
wajah berseri. Gilja penasaran, apa yang membuat Dongpal begitu senang. Soyeong
keluar dari dapur dan ikut bertanya apa yang membuat Dongpal berseri-seri.
“Pagi ini, aku tersadar sekali lagi. Aku pikir, aku
cukup tampan. Beberapa wanita bahkan memberiku kartu nama.” Jawab Dongpal.
Chorim yang duduk di meja kasir pun kaget.
“Dia pasti jelek, benar kan?” tanya Soyeong.
“Tidak semuanya. Dia sangat cantik. Operasi
plastiknya agak banyak, tapi di usianya sekarang ini, dia terlihat cantik.”
Jawab Dongpal.
“Apa hebatnya operasi plastik yang gagal?” nyinyir
Chorim.
“Lebih baik daripada terlihat aneh tanpa operasi.
Dia bertubuh mungil tapi melengkung.” Jawab Dongpal.
Dongpal lalu beranjak pergi. Begitu Dongpal pergi,
Soyeong pun menggoda Chorim. Ia dengan sengaja menyuruh Chorim untuk
berhati-hati. Chorim yang kemakan omongan Soyeong pun mulai panas. Gilja
tersenyum geli melihat mereka.
Geum Hee membawakan camilan untuk Tuan Bae dan
nenek. Ia pun senang karena Tuan Bae dan nenek menyukai kue buatannya. Nenek
lalu menyuruh Geum Hee memanggil Nyonya Park.
Geum Hee pun memanggil Nyonya Park. Ia menyuruh
Nyonya Park mencicipi kue buatannya. Tapi Nyonya Park menolak karena perutnya
sedang tidak enak.
“Tapi mereka bilang, kue ku enak.” Ucap Geum Hee.
“Akan kucicipi nanti.” Jawab Nyonya Park.
“Eonni, bisakah kau melakukan satu hal untukku? Aku
minta maaf, tapi bisakah aku mendapatkan 1000 dollar sekarang? Aku harus
operasi.” Ucap Geum Hee.
Nyonya Park pun cemas, apa kau sakit? Ada apa?
Tapi begitu Geum Hee bilang, mau mengoperasi
hidungnya, Nyonya Park pun marah. Nyonya Park lalu menasehati Geum Hee. Nyonya
Park bilang, bukankah Geum Hee menyimpan uang untuk membuka toko roti.
Geum Hee pun kesal. Mereka lalu berdebat hingga
akhirnya nenek masuk. Geum Hee pun mengadu pada nenek, tapi begitu Nyonya Park
menjelaskan semuanya, nenek balik memarahi Geum Hee. Geum Hee merajuk. Ia
keluar dari kamar Nyonya Park sambil menangis.
Roo Na tengah bersiap-siap. Ia komat-kamit,
menghafal dialognya sementara Roo Bi tampak sibuk menata rambutnya.
Gyeong Min memperhatikan Roo Na dari kejauhan. Se Ra
kemudian datang.
“Bagaimana kerjaan Roo Na?” tanya Gyeong Min.
“Dia cukup bagus. Tapi meskipun dia jahat, kita
tidak bisa memecatnya mengingat betapa suksesnya Roo Bi sebagai pembawa acara
ini.” Jawab Se Ra.
“Bersikap baiklah padanya. Dia keluarga kita.” Ucap
Gyeong Min.
“Tentu saja, aku baik padanya. Aku hanya iri.” Jawab
Se Ra.
“Semuanya bersiap!” teriak sutradara.
Tapi tiba2, seseorang berteriak, Jeong Roo Bi-ssi!
Roo Bi dan Roo Na pun mendongak ke atas dan melihat
sebuah lampu gantung yang jatuh dan hendak menimpa Roo Na. Sontak, Roo Bi
langsung mendorong tubuh Roo Na. Mereka berdua pun jatuh. Keduanya selamat,
tapi lutut Roo Bi terluka.
Gyeong Min pun menarik Roo Bi. Ia tampak
mengkhawatirkan Roo Bi.
Tak lama kemudian, In Soo datang dan menatap cemas
Roo Na.
Se Ra melihat luka Roo Bi. Gyeong Min pun langsung
mengambil saputangannya dan menekan luka Roo Bi.
“Aku bisa melakukannya sendiri, Hyeongbu.” Ucap Roo
Bi.
“Diamlah sebentar. Kau harus ke rumah sakit.” Jawab
Gyeong Min.
Gyeong Min lalu membawa Roo Bi. Ia memapah Roo Bi keluar dari studio.
Melihat itu, Roo Na pun kesal.
Semangat kakak, dramanya bagus... 😄😄😄