Ruby Ring Ep 59 Part 2

Sebelumnya...


 Di dapur restoran, Dongpal kesal mengingat pertemuannya dengan Daepung semalam.

"Dia menipu dan membawa kabur uang orang sebanyak 10 ribu dollar. Tidak seharusnya dia berkeliaran di jalan. Dia seperti gelandangan." ucap Dongpal.

Ya, Dongpal terganggu!


Gilja terkejut melihat kedatangan Roo Na. Chorim dan Soyoung pun langsung memberikan ucapan selamat atas kehamilan Roo Na. Dongpal yang baru keluar dari dapur pun ikut memberi ucapan selamat.

"Kenapa kau kemari?" tanya Gilja. Roo Na pun berkata, dirinya hanya mampir.

"Mampir? Kau harus menjaga dirimu sendiri. " ucap Gilja.

"Aku habis dari rumah sakit." jawab Roo Na.

"Sendirian?" tanya Gilja.

"Dengan ibu mertuaku." jawab Roo Na.

"Mertuamu senang, kan? Jadi apa kata dokter? Bayinya baik-baik saja?" tanya Gilja. Roo Na pun mengiyakan.

"Kau membawa fotonya? Hasil USG." tanya Chorim.

"Bibi Chorim, terlalu dini untuk melihat wajah bayinya. Lagipula, aku meninggalkannya di mobilku. Aku akan menunjukkannya lain kali." jawab Roo Na.

"Kau tahu bagaimana cemasnya ibumu padamu? Sampai bayinya lahir, tetaplah di tempat tidur dan jangan kemana-mana.

"Pastikan kau tidak melakukan kesalahan." ucap Chorim.

"Kenapa kau bicara seperti itu?" protes Gilja.

"Mi.. mianhae, eonni. Aku akan mengunci mulutku." jawab Chorim.


Dongpal pun datang dan memberikan Roo Na bunga. Chorim protes karena Dongpal tidak pernah memberikannya bunga.

Dongpal beralasan, itu karena dia akan menjadi paman setelah bayi Roo Na lahir jadi bunga itu hadiah darinya sebagai paman untuk keponakannya.

Mereka semua pun tertawa bahagia. Roo Na merasa tidak nyaman melihat tawa bahagia keluarganya.


Gyeong Min dan Roo Bi bertemu di lorong kantor.

"Kau masih disini? Ini sudah larut." ucap Gyeong Min.

"Bagaimana denganmu?" tanya Roo Bi.

"Oh, aku sudah mau pulang." jawab Gyeong Min.

"Kau mau minum denganku?" tanya Roo Bi.


Dan mereka pun pergi minum. Gyeong Min menuangkan bir untuk Roo Bi. Roo Bi pun meminumnya dengan cepat.

"Kenapa kau tidak minum pelan-pelan?" tanya Gyeong Min.

"Jika aku melakukannya, kau akan pulang terlambat dan Roo Bi tidak akan memaafkanmu. Bertele-tele bukan gaya Jeong Roo Na, jadi aku akan langsung menanyakannya padamu. Hyeong-bu, kenapa kau menghindariku belakangan ini?"

"Apa maksudmu? Banyak yang kupikirkan akhir-akhir ini. Maaf jika aku membuatmu merasa seperti itu." jawab Gyeong Min.

"Jika kau menyesal, bagaimana kalau tambah lagi?" ucap Roo Bi sembari mengangkat botol birnya. Gyeong Min pun langsung menyodorkan gelasnya.

Lalu, mata Roo Bi seketika menjadi berkaca-kaca.


"Kudengar kau akan segera menjadi ayah. Selamat." ucap Roo Bi.

"Gomawo, Cheo-je." jawab Gyeong Min.

"Kau bahagia?" tanya Roo Bi. Lalu Roo Bi bertanya dalam hatinya, apakah kehamilan Roo Na cukup untuk memaafkan Roo Na.

"Aku tidak tahu." jawab Gyeong Min.

"Setelah bayinya lahir, maka tidak akan ada jalan untuk kembali." ucap Roo Bi.

"Tidak ada jalan untuk kembali? Maksudmu?" tanya Gyeong Min.

"Banyak pasangan tetap bersama demi anak.  Anda mungkin menyisihkan konflik sejak dini, tetapi tanpa seorang anak, berapa banyak pernikahan yang akan bertahan seumur hidup? Ada cerita tentang penebang pohon yang berusaha menyembunyikan jubah istrinya sampai mereka memiliki anak ketiga mereka. Tapi istrinya menemukan jubah itu terlebih dulu dan meninggalkannya." jawab Roo Bi.

"Aku tidak menyangka kau sangat peduli padaku dan Roo Bi." ucap Gyeong Min.

"Aku juga merasa aneh. Seperti yang mereka bilang, aku juga banyak berubah." jawab Roo Bi.


"Tapi apa yang kau khawatirkan? Bahwa aku mengkhianati kakakmu? Atau kakakmu akan meninggalkanku?" tanya Gyeong Min.

Roo Bi tidak menjawab dan menenggak birnya.

"Kapan kau dan In Soo akan menikah?" tanya Gyeong Min.

"Haruskah aku menikah dengannya? Apa menurutmu, itu hal yang benar untuk dilakukan?" tanya Roo Bi.

"Tapi kalian berdua saling mencintai." jawab Gyeong Min.

"Aku tidak yakin." ucap Roo Bi.

"Kau tidak mencintainya?" tanya Gyeong Min.

"Apa bedanya?" jawab Roo Bi.


Ponsel Gyeong Min berdering. Telepon dari Roo Na. Begitu Gyeong Min menjawabnya, Roo Bi langsung beranjak pergi.

"Kau dimana?" tanya Roo Bi. Gyeong Min tidak langsung menjawab. Ia terdiam saat melihat kepergian Roo Bi.

"Kau mabuk? Dengan siapa?" tanya Roo Na.

"Jangan cemas. Aku tidak akan lama. Aku akan segera pulang." jawab Gyeong Min, lalu memutuskan panggilan Roo Na.


Roo Bi pergi ke toilet. Ia mencuci tangannya, lalu menatap ke arah cermin dan seolah melihat bayangan Roo Na yang sedang menertawakannya.

"Kau bahkan tidak bisa minum satu gelas pun. Apa yang ingin kau capai? Merayu pria? Jangan membuatku tertawa. Kau? Menggoda kakak iparmu? Jujurlah disini, kau tidak bisa melepaskannya. Kau mengejarnya tanpa tujuan, tapi Bae Gyeong Min sudah pergi terlalu jauh." ucap Roo Na.


Roo Bi pun terduduk lemas. Tangisnya pecah.

"Tapi aku Jeong Roo Bi. Aku disini. Dia percaya kalau Jeong Roo Bi lah yang sedang mengandung anaknya. Bodoh!"


Ponsel Roo Bi berdering. Telepon dari In Soo.


Sementara itu, Gyeong Min memikirkan kata-kata Roo Bi yang bertanya padanya soal pernikahan dengan In Soo. Ia heran, kenapa Roo Bi menanyakan itu padanya.

Lalu, ponselnya berdering. Telepon dari In Soo yang mengabarkann kalau dirinya sudah membawa pulang Roo Bi.

"Dia mabuk jadi aku mengantarnya pulang. Aku ingin menyapamu, tapi tidak bisa. Maafkan aku." ucap In Soo.

Setelah menerima telepon dari In Soo, Gyeong Min pun melanjutkan minumnya.


Gilja menguap lebar. Ia sudah mengantuk, tapi tetap memaksakan dirinya terjaga. Roo Na menelponnya. Roo Na meminta maaf karena sudah membangunkan sang ibu.

"Aku belum tidur. Roo Na belum pulang jadi aku menunggunya." jawab Gilja.

Terkejutlah Roo Na mengetahui Roo Bi belum pulang.


Lalu tak lama, Roo Bi pulang diantar In Soo. Gilja pun kaget melihat Roo Bi yang harus digendong In Soo.

"Dia sedikit mabuk. Maaf, eommoni." ucap In Soo.


Mendengar itu, Roo Na tambah kaget. Gilja pun memberitahu Roo Na, kalau Roo Bi pulang diantar In Soo. Roo Na bertanya, apa Roo Bi minum bersama In Soo. Gilja pun berkata, karena In Soo yang mengantarnya pulang jadi bisa jadi mereka minum bersama.

"Ada apa menelpon ibu?" tanya Gilja.

"Tidak ada apa-apa." jawab Roo Na, lalu menutup telponnya.

Roo Na pun seketika cemas, ia curiga Gyeong Min, Roo Bi dan In Soo minum bersama.


In Soo membantu Roo Bi berbaring. In Soo hendak pergi, tapi Roo Bi memanggilnya. In Soo pun duduk di depan Roo Bi.

"Apa yang harus kulakukan? Aku takut. Aku menginginkannya. Aku ingin membuatnya jadi milikku lagi. Aku ingin menatapnya dan mengatakan bahwa aku lah Jeong Roo Bi." ucap Roo Bi.

"Kalau begitu, lakukanlah." jawab In Soo.


"Tapi Roo Na mengandung anaknya. Bae Gyeong Min, pria yang aku cintai dan Jeong Roo Na, wanita yang kau cintai, mereka akan punya anak." ucap Roo Bi.

"Aku tidak mencintai Roo Na lagi." jawab In Soo.

"Geojitmal. Kau pikir aku tidak tahu alasanmu tetap bersamaku? Karena aku memiliki wajah Jeong Roo Na." ucap Roo Bi.

"Aku mencintaimu, bukan karena wajahmu tapi hatimu." jawab In Soo.

"Seperti apa hatiku? Jujurlah pada dirimu sendiri, kenapa kau tidak meninggalkanku! Karena aku atau Roo Na!" ucap Roo Bi.


Tangis Roo Bi pun pecah. Dia menyuruh In Soo pergi. Tepat saat itu, Gilja masuk membawakan mereka air madu dan terkejut.

"Roo Na-ya, kenapa kau mengusir In Soo? Apa kalian putus?" tanya Gilja.

"Anio, eommoni. Dia hanya mabuk." jawab In Soo.

In Soo lantas membantu Roo Bi berbaring dan setelah itu mereka keluar dari kamar Roo Bi.


"Jangan memarahi Roo Na. Dia sangat tertekan akhir-akhir ini. Karena Roo Bi cuti hamil jadi ia harus menyelesaikan pekerjaan Roo Bi." ucap In Soo.

"Tapi tetap saja, kupikir dia sudah berhenti minum. Ada apa dengannya? Kenapa dia menyuruhmu pergi?" tanya Gilja.

"Dia mabuk." jawab In Soo.

"Lalu apakah ayahmu sudah membaik? Ayahmu harus segera membaik agar kalian bisa menikah." ucap Gilka, membuat In Soo terdiam.


Gyeong Min akhirnya pulang dalam keadaan mabuk. Roo Na pun langsung memapahnya ke tempat tidur.

"Roo Bi-ya, Jeong Roo Bi kesayanganku, kau mencintaiku, kan? Roo Bi-ya, jangan biarkan aku tergelincir." ucap Gyeong Min.

Sontak, Roo Na kaget mendengarnya.

Bersambung.....

0 Comments:

Post a Comment