Moo Yeol membawa Yeo Ri pergi. Ia diam saja dengan wajah arogannya saat Yeo Ri bertanya kemana mereka akan pergi.
Kamera CCTV mulai merekam Yeo Ri.
Di kamarnya, Hae Joo memikirkan saat ia dan ibunya menerima lukisan Yeo Ri.
Ia juga memikirkan saat melihat wajah Yeo Ri di layar intercom semalam.
Hae Joo yakin tidak salah lihat. Ia yakin Yeo Ri masih hidup dan diam-diam bertemu dengan Moo Yeol.
Hae Joo pun bersumpah akan menangkap Yeo Ri.
Hae Joo buru-buru turun ke bawah saat mendengar ayahnya pulang. Hae Joo : Appa, dimana Moo Yeol?
Do Young terkejut mengetahui Moo Yeol belum pulang. Ji Won bertanya ke Hae Joo, apa Moo Yeol tidak bilang mau mampir kemana. Do Young pun cemas, ia takut Moo Yeol minum-minum lagi. Tak mau ayahnya kecewa pada Moo Yeol, Hae Joo langsung bilang kalau Moo Yeol pergi ke pertemuan alumni dan menyuruh sang ayah ganti baju.
Ji Won menyusul Hae Joo ke kamar. Ia bertanya, kenapa Hae Joo begitu putus asa menunggu Moo Yeol.
Hae Joo pun berkata, bahwa Moo Yeol pergi dengan Yeo Ri.
Ji Won terkejut, Hae Joo-ya!
"Aku memasang kamera tersembunyi di mobilnya." ucap Hae Joo.
"Kau sudah gila?" tanya Ji Won.
"Aku tidak bisa mengabaikan ini. Dia yang memencet bel kemarin. Aku melihatnya. Dia yang menjawab telepon Moo Yeol. Itu suara Yeo Ri. Bagaimana bisa aku melupakan wajah dan suaranya?"
"Sadarlah! Bagaimana jika Moo Yeol tahu? Apa yang akan kau katakan padanya? Bayangkan dia tahu kau berpikir melihat gadis yang sudah mati dan memasang kamera tersembunyi. Dia pasti mau bercerai."
"Jika aku menangkap Yeo Ri, dia tidak bisa mengatakan apapun."
"Mau sampai kapan kau mengecewakan ibumu seperti ini? Pada akhirnya, pemikiran buruk akan merugikanmu. Kecurigaan menimbulkan kecurigaan. Kecurigaan itu berubah menjadi keyakinan. Karena mencurigai Yeo Ri masih hidup, kau merasa semuanya membuktikan itu benar."
"Tidak, aku hanya meyakini yang kulihat dan kudengar."
"Ayo temui psikiater besok agar kau bisa melupakan Yeo Ri."
"ANIYAAA! Itu Yeo Ri. Aku tidak berkhayal dan gila. Mereka sedang bersama sekarang."
Teriakan Hae Joo membuat Ga Ya dan Ma Ya datang. Ga Ya mengira, sang ibu berteriak karena marah pada mereka. Hae Joo terkejut melihat anak-anaknya belum tidur.
Ji Won memarahi Hae Joo karena sudah mengganggu anak-anak. Ji Won lalu bicara pada anak-anak, kalau Hae Joo tidak marah dan mengajak mereka tidur.
Ji Won hanya menemani Ga Ya. Ia membantu Ga Ya berbaring dan menyelimuti Ga Ya. Ga Ya berkata, sang ibu menakutkan saat sedang marah. Mendengar itu, Ji Won pun menjelaskan kalau Hae Joo hanya sedang kesal. Ji Won lantas menyuruh Ma Ya tidur. Ma Ya meminta maaf. Ma Ya mengaku, ia merasa ibunya sedang marah padanya.
Ji Won : Jangan bicara konyol dan pergilah tidur. Ibu kalian benar-benar akan marah jika kalian tidak tidur.
Moo Yeol dan Yeo Ri bicara di sebuah kafe. Moo Yeol meminta penjelasan Yeo Ri kenapa Yeo Ri mengantarnya pulang semalam.
Moo Yeol : Bukankah sudah kubilang, keluargaku tidak suka jika kau muncul?
Yeo Ri : Kau mabuk dan pingsan, jadi aku mengantarmu. Bukannya berterima kasih, kau malah marah padaku karena aku perhatian.
Moo Yeol : Karena kau datang ke rumahku dan memencet bel, istriku melihatmu.
Yeo Ri : Aku memencet bel, agar dia melihatmu dan membawamu masuk. Agar dia mengurusmu.
Moo Yeol : Sudah kubilang, wajahmu sama persis dengan wajah cinta pertamaku yang tidak bisa kulupakan. Amat mirip sampai aku salah mengira.
Yeo Ri : Lalu?
Moo Yeol : Aku tidak mau memprovokasi keluargaku karenamu.
Yeo Ri : Aniyo, aku tidak punya alasan menghindari keluargamu. Kau tahu, aku bukan Son Yeo Ri cinta pertamamu. Aku Yoon Seol yang kebetulan mirip dengannya.
Yeo Ri menghela nafas. Kemudian ia mengaku, tidak tahu kenapa dirinya ingin menenangkan Moo Yeol kemarin. Yeo Ri juga berharap, ia dan Moo Yeol bisa menjadi teman baik.
Yeo Ri lalu menanyakan kondisi tangan Moo Yeol. Moo Yeol pun teringat saat Yeo Ri mengobati luka di tangannya kemarin.
Karena Moo Yeol diam saja, Yeo Ri pun menganggap tidak ada lagi yang perlu mereka bicarakan. Yeo Ri pamit. Tapi baru berdiri dari duduknya, ia mendengar suara musik jazz yang diputar oleh kafe.
Yeo Ri pun memberitahu Moo Yeol kenapa ia menyukai musik jazz. Yeo Ri bilang, musik jazz secara terbuka mengutarakan hasrat manusia yang dibatasi kendali diri. Karena jazz menstimulasi dan menggodaku terus menerus.
Sontak, kata-kata Yeo Ri mengingatkan Moo Yeol pada masa lalu mereka. Saat itu, Moo Yeol mengatakan hal yang sama saat Yeo Ri menanyakan alasan dirinya menyukai jazz.
Yeo Ri beranjak pergi.
Moo Yeol menyusul Yeo Ri. Ia curiga lagi kalau Seol adalah Yeo Ri. Tapi saat ia berniat membahas kata-kata Yeo Ri tadi tentang musik jazz, ia pun mengurungkan niatnya dan menawarkan diri mengantar Yeo Ri pulang. Tapi Yeo Ri menolak dengan alasan takut dilihat Hae Joo.
Yeo Ri pergi dengan taksi.
Di taksi, Yeo Ri tersenyum agak sinis.
Lalu, ia mengambil dompetnya yang seketika mengingatkannya pada Do Chi yang memiliki lukisannya.
Yeo Ri lantas meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
Yeo Ri : Ini aku, bolehkah aku mampir?
Sementara itu, Do Chi kesal karena teleponnya krang kring krang kring dari tadi. Ia bahkan sampai harus mematikan ponselnya dan mencabut kabel teleponnya. Do Chi pun penasaran, siapa yang memberitahu para reporter jika ia dan So Ra akan menikah.
Do Chi lalu mengambil topinya dan beranjak pergi.
Di kamarnya, Ae Nok berdandan sambil bernyanyi.
Ae Nok : Masalah si kembar sudah selesai.
Ae Nok lalu menatap kartu nama Oliver.
"Dewa cinta sudah menembakkan anak panahnya. Aku akan masuk saat restorannya sudah kosong sebelum tutup."
Ae Nok beranjak keluar, tapi sampai di luar, ia dikejutkan dengan kemunculan Yeol Mae yang tiba-tiba.
Ae Nok menjerit ketakutan. Ia pikir Yeol Mae adalah hantu. Semua itu, karena Yeol Mae mendadak muncul di depan pintu kamarnya dan menutupi seluruh wajahnya dengan rambut.
"Eomma." panggil Yeol Mae.
Tahu itu Yeol Mae, Ae Nok pun marah dan memukuli Yeol Mae dengan tasnya.
Ae Nok : Kenapa kau berdiri di sana seperti hantu? Aku sudah gemetaran kemarin karena melihat hantu Yeo Ri.
Yeol Mae mengebelakangkan rambutnya dan protes karena Ae Nok menyanyi disaat dia lagi depresi karena putus cinta.
Yeol Mae lantas menyadari kata-kata Ae Nok tadi soal hantu Yeo Ri. Ae Nok pun buru-buru mengatakan kalau Yeol Mae salah dengar.
Yeol Mae lalu melihat penampilan Ae Nok yang rapi dan bertanya Ae Nok mau kemana.
Ae Nok : Ibu hendak menemui pria yang dikenalkan ayahmu kepada ibu. Ae Nok pun menggeser tubuh Yeol Mae dengan bahunya dan beranjak pergi.
Oliver sedang beberes di kafenya ketika Yeo Ri datang. Yeo Ri minta maaf karena datang di jam yang sudah larut. Ia mengaku, ada yang mengganggu pikirannya tapi tidak tahu harus bicara dengan siapa. Oliver pun menyuruh Yeo Ri duduk.
Yeo Ri : Ini tentang Goo Do Chi. Ternyata dia akrab dengan mendiang ayahku.
Oliver : Akrab bagaimana?
Yeo Ri : Ayahku pernah meminta melukiskan sesuatu untuknya. Katanya ada lukisan yang ingin dia berikan pada seseorang yang selalu ingin dia hibur dan orang itu adalah Do Chi.
Oliver terkejut, bagaimana bisa?
Yeo Ri : Ayahku adalah sopir keluarga Do Chi.
Oliver : Lantas apa yang mau kau lakukan?
Yeo Ri : Ayahku amat menyukainya sampai ingin menyemangatinya. Tapi aku memanfaatkannya untuk membalas dendam. Itu menggangguku. Aku menemuinya beberapa kali dan dia tidak tampak seperti orang jahat. Aku bingung. Aku penasaran, apakah benar aku memanfaatkannya.
Do Chi tiba-tiba datang. Ia terpaku mendengarkan omongan Yeo Ri.
Oliver yang akhirnya menyadari kehadiran Do Chi pun kaget. Yeo Ri pun juga kaget. Ia takut Do Chi mendengar semuanya.
Ae Nok tiba di kafe Oliver, tapi ia tak bisa menemukan pintu masuknya. Ae Nok ingin menghubungi Oliver tapi baru sadar ponselnya ketinggalan.
Saat hendak pergi, Ae Nok melihat selebaran yang tertempel di pintu masuk. Selebaran yang mencari pekerja part-time.
Do Chi tidak mendengar kata-kata Yeo Ri tadi, padahal Yeo Ri dan Oliver sudah tegang. Do Chi mengaku senang melihat Yeo Ri di sana. Do Chi berkata, sebenarnya ia ragu untuk datang karena mengira kafe Oliver sudah tutup tapi ia memutuskan mampir saja dan malah bertemu Yeo Ri di sana.
Oliver : Aku ada pelanggan jadi aku harus melayanimu walaupun sudah mau tutup.
Oliver lalu beranjak pergi meninggalkan mereka.
Do Chi mengajak Yeo Ri makan bersama. Tapi Yeo Ri mengaku sudah makan dan buru-buru pergi. Sontak, Do Chi kaget dan bingung dengan sikap Yeo Ri yang tiba-tiba seperti itu.
Sambil memijat Do Young, Ji Won bertanya apa Do Young sudah membaca artikel pernikahan Do Chi dan So Ra. Do Young berkata, ia membacanya saat dalam perjalanan pulang tadi. Do Young lantas bertanya, apa Ji Won yang ada dibalik artikel itu.
Ji Won : Sudah kubilang aku akan mengurus pekerjaan kotor jadi kau dan Hae Joo tidak perlu melakukannya.
Do Young : Do Chi bilang apa?
Ji Won : Dia menyuruh So Ra mengubah beritanya jadi aku menyuruh So Ra keluar negeri agar itu tidak terjadi. Aku membutuhkan bantuanmu. Hanya kau yang tidak bisa dia tolak. Hubungi dia dan suruh dia melanjutkan proses pernikahannya.
Do Young : Dia lebih keras kepala dari kelihatannya. Aku tidak tahu itu akan mempan atau tidak.
Ji Won : Ini waktu terbaik, jadi dorong dia. Beri dia wortel dan dorong dia.
Do Young langsung menghubungi Do Chi. Do Chi mengaku, ia menyukai So Ra tapi tidak untuk pernikahan. Ia berkata, akan menikahi seseorang yang benar-benar ia cintai.
Do Young marah, ia berkata sudah bukan saatnya lagi bagi Do Chi mengeluh soal cinta dan tidak semua orang menikah karena cinta. Tapi Do Chi kekeuh ingin menikah dengan wanita yang benar-benar ia cintai.
Do Young lantas berjanji, akan mengungkapkan ke publik bahwa mereka kakak adik jika Do Chi setuju menikahi So Ra.
Do Young : Kuanggap kau sudah setuju dengan pernikahan.
Do Young memutuskan panggilannya.
Ji Won memuji Do Young hebat. Setelah itu, ia menawari Do Young teh herbal.
Moo Yeol akhirnya tiba di rumah. Hae Joo langsung menyambut dia dengan ramah.
Ji Won keluar. Hae Joo melirik Ji Won. Ji Won menggeleng, agar Hae Joo tidak macam-macam.
Hae Joo lalu menarik Moo Yeol ke kamar.
Setelah Moo Yeol benar-benar tidur, Hae Joo keluar dari kamarnya dan bergegas ke mobil Moo Yeol. Ia mengambil kamera CCTV itu dan menggantinya dengan yang baru agar Moo Yeol tidak curiga.
Hae Joo bergegas masuk ke dalam, tapi sampai di dalam, ia dikejutkan dengan Ji Won yang berdiri di pintu.
Ji Won menarik Hae Joo di dapur. Di dapur, Ji Won memarahi Hae Joo. Tapi Hae Joo tidak peduli. Ia berkata, meski mereka harus bercerai, ia tak mau dibodoh-bodohi. Ia yakin, Moo Yeol pergi bersama Yeo Ri tadi.
Ji Won : Kau bisa hidup tanpa Moo Yeol? Kau panik akan setiap tatapan dan gerakan yang dia buat.
Hae Joo : Aku masih amat mencintainya. Aku melakukan ini karena itu. Aku tidak mau kehilangannya.
Ji Won : Yeo Ri sudah meninggal. Walaupun Moo Yeol sempat melirik wanita lain, abaikan saja. Perselingkuhan itu singkat dan akan hilang sendiri. Kau harus menjadi akar yang tidak bisa diguncang. Begitulah caramu melindungi keluargamu.
Hae Joo : Aku tidak mau seperti ibu. Aku tidak mau hidup seperti ibu. Ibu bahagia tinggal seperti itu dengan ayah? Ibu bahagia sebagai wanita?
Ji Won : Baiklah jika kau sudah bertekad, tapi apapun yang terjadi, kau harus membahasnya dulu dengan ibu.
Sekembalinya ke kamar, Hae Joo melihat Moo Yeol masih tidur.
Hae Joo pun berniat melihat isi rekaman CCTVnya, tapi belum sempat melihat, Moo Yeol terbangun. Hae Joo beralasan, ia tak bisa tidur jadi ingin menonton film.
Moo Yeol : Tidurlah, kau akan makin terjaga. Akan kupijit dirimu agar bisa tertidur.
Hae Joo : Aku tidak apa-apa.
Hae Joo lalu naik ke tempat tidur tanpa mencabut kartu memorinya di laptop Moo Yeol.
Bersambung ke part 2....
0 Comments:
Post a Comment