Watcher Ep 3 Part 1

Sebelumnya...


Episode ini, dibuka dengan penculikan Tae Joo, 7 tahun yang lalu.

Saat itu, Tae Joo tengah tidur sendirian di kamarnya, ketika suara langkah terdengar.

Seseorang masuk ke kamarnya. Seorang pria berjubah hitam dengan martil di tangannya.

Tae Joo mengira suaminya yang datang. Ia pun bangun dan menoleh ke belakang. Tae Joo terkejut. Pria itu langsung menghantamkan martil ke kepalanya.

Tae Joo diikat di kursi di ruang tengah rumahnya. Mulutnya juga dilakban. Tae Joo marah sekaligus takut.

"Mau melihat wajahku?" tanya pria itu dengan suara yang disamarkan.

"... tapi setelahnya kau akan mati." ucap pria itu lagi.

Pria itu lalu meletakkan pisau di pangkuan Tae Joo. Tae Joo semakin ketakutan.

Pria itu kemudian bertanya, dimana Tae Joo menyimpan barang buktinya.

Pria itu melepaskan lakban di mulut Tae Joo agar Tae Joo bisa menjawab.

Tae Joo : Siapa yang memberitahumu?

Pria itu kembali melakban mulut Tae Joo.


Pria itu lalu tanya, darimana asal rasa kemanusiaan mereka.

"Dari sisi kegunaan, manusia tidak berdaya tanpa ibu jari mereka. Satu jari yang patah pun bisa menghancurkan mental seseorang." ucap pria itu.

Tae Joo panic. Pria itu bersiap memotong ibu jari Tae Joo dengan pisau yang tadi ia letakkan di pangkuan Tae Joo.


Tepat saat itu, suami Tae Joo pulang. Pria itu batal memotong ibu jari Tae Joo. Ia berdiri dan beranjak menuju suami Tae Joo yang baru pulang. Tae Joo berusaha menjerit tapi tak bisa karena mulutnya dilakban. Pria itu menyerang suami Tae Joo dengan martilnya.

Flashback end...


Tae Joo terbangun setelah penyiksaan yang ia dan suaminya alami kembali terbayang di benaknya.

Ia terdiam sejenak memikirkan peristiwa itu sebelum akhirnya mengatakan bahwa ia selalu bisa tidur nyenyak disana.

Tae Joo lantas bangkit dari ranjang sofanya.

Rupanya Tae Joo ada di klinik tempat ia biasa menerima terapi.

"Mau konsultasi? Jika tidak nyaman berbicara denganku, akan kurujuk ke dokter lain." ucap dokter itu sembari memberikan kertas resep pada Tae Joo.

"Obat zaman sekarang bagus. Membantuku lupa semuanya." jawab Tae Joo sembari mengambil kertas itu.

"Tapi teringat lagi, bukan? Trauma tidak bisa dilupakan jika hanya dipendam. Trauma berubah menjadi kenangan jika dibicarakan dengan orang lain. Akan terasa sudah berlalu meskipun rasanya sulit.  Setelah itu, barulah penanganan dimulai." ucap dokter.

"Aku tidak butuh penanganan. Trauma ini belum berakhir." jawab Tae Joo, kemudian beranjak pergi.


Hae Ryong menaiki sebuah tangga dan pergi menemui seorang pria muda berkacamata yang sudah menunggunya di depan sebuah ruangan.

"Astaga. Belakangan kau sering dipermalukan. Semua keterangan dan buktinya ada di sini. Tinggal baca saja." ucap pria itu, lalu memberikan berkas yang dibawanya ke Hae Ryong.

"Kau bisa bicara sejenak, lalu mengenalkanku. Akan kulanjutkan sisanya." lanjut pria itu.

"Jaksa Lee, jangan tersenyum di depan wartawan. Para korban juga akan melihatmu. Jangan terlihat senang sendirian." ucap Hae Ryong.


Hae Ryong lalu beranjak masuk ke ruangan, diikuti oleh pria bermarga Lee itu yang bekerja sebagai jaksa.

Di ruangan itu, sudah berkumpul sejumlah wartawan. Ruangan itu adalah ruangan konferensi pers Kepolisian Seyang.

Di belakang Hae Ryong, tergantung spanduk bertuliskan, 'Pengumuman Investigasi Perdagangan Organ'.

Hae Ryong : Aku kepala Reserse Kriminal Khusus, Jang Hae Ryong dari Kepolisian Seyang. Berikut penjelasan kasusnya...."


Adegan beralih pada sebuah kamar RS yang dijaga ketat oleh dua pengawal.


Di dalamnya, seorang pria tua yang terbaring di ranjang, mendapatkan laporan dari seketarisnya yang juga seorang pria berkacamata.

"Pimpinan Yang ingin menjual sahamnya senilai 34 juta dolar. Dengan begitu, saham perusahaan pra-IPO tidak bermasalah." ucap seketarisnya.

"Berapa sisa saham kita?" tanya si CEO.

"Saham Wakil Direktur Yang 6,1 persen dan saham Direktur Yang 2 persen. Tapi afiliasi kita dalam negeri juga memegang sahamnya." jawab seketaris.


Masih di kamar yang sama, seorang gadis remaja yang juga berseragam pasien, duduk di ranjang lainnya. Ia asyik dengan game nya di ponsel.

Gadis itu kemudian turun dari ranjangnya dan menyimpan ponselnya di saku jaketnya.


Dua pengawal menghalangi gadis itu yang hendak menuju ke pintu keluar.

Gadis itu lalu menatap si CEO.

"Aku mau mencari udara segar." ucap gadis itu. Si CEO mengangguk, mengizinkan.


Gadis itu kemudian pergi, diikuti seorang pengawal.

Ia tiba di depan lift dan menemukan beberapa pengawal lagi disana.

Gadis itu kemudian meraih ponselnya dan menghubungi nomor kontak yang ia namai 'Betina Cerdik'.


Ternyata si Betina Cerdik yang ia hubungi adalah Tae Joo.

Tae Joo heran nomor tidak dikenal menghubungi ponselnya.

Tae Joo menjawab ponselnya sambil berjalan terburu2 ke mobilnya.

"Han Sonsaengnim, ini aku, Hyo Jung." ucap gadis itu.

"Lee Hyo Jung? Lee Hyo Jung yang kabur tanpa membayar komisi itu?" tanya Tae Joo.

"Tolong aku, aku bisa mati." pinta Hyo Jung.

"Sebelum ini kau juga berkata begitu. Lalu kau memutus komunikasi setelah sidang. Aku sampai mabuk-mabukan karena itu." jawab Tae Joo.

"Aku di lantai tiga Rumah Sakit Seyang. Waktunya sempit. Kumohon. Jaksa yang waktu itu juga ada di sini." ucap Hyo Jung.

Tae Joo terdiam.

Hyo Jung langsung memutus panggilannya dan beranjak pergi.


Jae Sik tanya, haruskah mereka kesana, menemui Hyo Jung.

Tae Joo tidak menjawab.


Chi Gwang menyerahkan berkas2 kasus yang perlu diusut dilang pada Jin Woo.

Jin Woo yang melihat Chi Gwang, bertanya, apa Chi Gwang begadang lagi. Chi Gwang tidak menjawab.

Jin Woo lalu membuka berkas2 yang diberikan Chi Gwang.

Berkas pertama, berisi kasus pembunuhan wiraniaga gerai makanan. Chi Gwang menjelaskan, wiraniaga itu bernama Lee Jong Woo, terkait jaringan gerai makanan.

Chi Gwang : Dia berkeras telah menyuap polisi lalu dia ditemukan tewas. Kasusnya dinyatakan bunuh diri, tapi sangat meragukan. Kita harus mengusutnya ulang.


Berkas kedua, berisi kasus  CEO Hong Sung Jin. CEO Hong dinyatakan meninggalkan saat sedang buron tapi jasadnya tidak ditemukan.

Chi Gwang : Beberapa orang yang terkait kasusnya dirumorkan melakukan suap.


Berkas ketiga, Kim Joong San, bos Geng Samsun. Chi Gwang bilang dia pemilik kelab malam dan didakwa atas  penghindaran pajak dan distribusi narkoba, tapi dia bisa lolos karena seseorang menghambat pencekalannya.


Jin Woo lantas menutup berkas kasus itu dan tanya ke Chi Gwang, apa alasan dibalik pengasingan Chi Gwang ke jabatan lain setelah Chi Gwang masuk tim investigasi khusus.

Jin Woo : Tersangka yang kau usut menyayat urat nadinya. Itu sebabnya, bukan?

Chi Gwang : Lantas? Aku akan diasingkan lagi jika tidak tunduk kepada petinggi?

Jin Woo : Han Tae Joo menyarankan pembentukan Tim Investigasi Korupsi. Kejaksaan menyelidiki korupsi di kepolisian. Kita juga harus membentuk tim yang menyelidiki kejaksaan. Komisaris Yeom yang muda dan ambisius itu setuju.

Chi Gwang : Lantas sejauh apa batasanku?

Jin Woo : Jangan mengulas kasus lama. Ulas kasus terbaru. Jika bisa, ulas kasus yang terkait kejaksaan. Aku memercayaimu, tapi Komisaris Yeom tidak. Buktikan kemampuanmu kepadanya.

Kesal, Chi Gwang mengambil kembali berkasnya dan beranjak pergi.


Tapi belum sampai ke pintu, Jin Woo menyuruh Chi Gwang mengulas kasus ayahnya Young Koon.

Jin Woo : Kasus itu juga meragukan. Kau mantan bawahan Kim Jae Myung. Jadi, tidak perlu repot membaca berkasnya lagi sebelum mengusut. Dan putra Jae Myung... kau sengaja menerimanya, bukan?

Chi Gwang pun tambah kesal dan kembali ke meja Jin Woo.

Chi Gwang : Aku baru tahu setelah menerimanya.

Jin Woo : Mengungkit masa lalu tidak nyaman, bukan? Berhentilah merisaukan orang lain. Siapa yang mau memakai senjata yang bisa makan tuannya?

Chi Gwang mau ke pintu tapi Jin Woo lagi2 membuat langkahnya terhenti dan menatap kesal padanya.

Jin Woo : Tadi Hae Ryong merusuh. Kita beri dia kesempatan untuk menebusnya. Manusia tidak selalu sempurna.

Chi Gwang : Sampaikan kepada Komisaris Yeom, dispenser airnya sudah sampai.


Tae Joo tiba di RS. Ia di eskalator dan menghubungi seseorang, tapi orang yang dihubunginya tidak bisa dihubungi.

Hyo Jung berteriak memanggilnya 'eonni' sambil berlari ke arahnya.

Hyo Jung : Tae Joo Eonni? Tae Joo Eonni, kan? Ini aku, Hyo Jung. Kau tidak berubah sama sekali. Ada perlu apa di rumah sakit?

Tae Joo terheran-heran dengan sikap Hyo Jung padahal tadi Hyo Jung yang memintanya datang.

Wajah Hyo Jung berubah serius. Ia mengkode Tae Joo, bahwa pengawal mengikutinya.


Tae Joo duduk di depan RS. Tak lama, Hyo Jung datang membawakannya minuman.

Hyo Jung : Aku tidak bisa meminumnya karena akan dioperasi.


Hyo Jung lalu duduk disamping Tae Joo.

Hyo Jung : Maaf soal waktu itu. Aku terpaksa karena terlilit banyak utang.

Tae Joo : Entah apa rencanamu kali ini, tapi aku tidak ikut.

Hyo Jung : Aku bisa mati setelah dioperasi.

Tae Joo : Semua manusia akan mati. Di mana Jaksa Lee?

Hyo Jung : Aku bertemu orang-orang jahat. Tapi...


Hyo Jung pun menghentikan kata-katanya karena Jaksa Lee tiba2 nongol di hadapan mereka.

Jaksa Lee : Lama tidak berjumpa, Tae Joo.

Tae Joo : Tidak kusangka kita bertemu di sini, Jaksa Lee.

Jaksa Lee : Kalian saling kenal?

Tae Joo : Aku pernah menjadi pengacaranya. Kau juga menangani perkaranya. Kau lupa?

Jaksa Lee : Terlalu banyak perkara yang kutangani.

Tae Joo : Aku yang menang saat itu. Kau malu karena kalah di perkara yang seharusnya bisa dimenangkan. Kabarnya, kau masih belum bisa menjadi jaksa agung.

Jaksa Lee lalu menyuruh Hyo Jung istirahat. Hyo Jung menurut dan langsung pergi.


Setelah itu, Jaksa Lee dan Tae Joo bicara empat mata.

Jaksa Lee : Entah apa yang Hyo Jung katakan kepadamu, operasi Hyo Jung...

Tae Joo : Operasi apa?

Jaksa Lee : Transplantasi ginjal. Kenalanku sedang sakit. Hyo Jung mendonasikan ginjalnya.

Tae Joo : Memenuhi persyaratan sebagai donor itu rumit. Kau membantu pasiennya?

Jaksa Lee : Mereka akan menikah dan Hyo Jung ingin berdonasi. Jadi, tidak ada yang rumit.

Tae Joo : Hyo Jung pasti sangat mencintainya. Mendonasikan organ itu bukan keputusan mudah. Siapa calon suaminya?

Jaksa Lee : Begitulah cinta sejati. Aku yakin kau tidak akan pernah melakukannya.


Jaksa Lee lalu melihat ke arah ibu jari Tae Joo.

Jaksa Lee : Bagaimana kabarmu?


Tae Joo pun teringat peristiwa itu, saat ibu jarinya dipotong. Sang suami yang juga diikat dan mulutnya dilakban pun tidak bisa berbuat apa-apa melihat istrinya mengalami penyiksaan seperti itu.

Flashback end...


Tae Joo : Aku sedang berobat di terapis. Peristiwa hari itu masih merisaukanku. Mau membantu?

Jaksa Lee : Sudah kubantu menangkap pelakunya.

Tae Joo : Pelakunya menerobos ke rumah jaksa, mengikat, menyiksa suami istri, lalu melarikan diri. Sedangkan dia penjahat kelas teri dengan dua catatan kriminal. Kau pikir aku percaya?

Jaksa Lee : Begini, sebagai tokoh penting, mungkin kau tidak paham. Tapi begitulah hidup. Orang sukses bisa dijatuhkan oleh orang biasa. Setelah menerima fakta itu, barulah kau bisa menjalani hidup.

Jaksa Lee beranjak pergi. Tae Joo menatap kepergiannya dengan wajah marah.

*Jgn2 ini kasus perdagangan organ yang dimaksud Hae Ryong. Dan Hyo Jung dipaksa mendonasikan organnya ke si CEO tadi. Dan entah kenapa sy merasa ada kasus besar lainnya dibalik kasus perdagangan organ ini yang melibatkan Tae Joo dan ayahnya Young Koon.


Jaksa Lee langsung ke kamar si CEO dan menemui Hyo Jung.

Jaksa Lee : Apa yang kalian bicarakan?

Hyo Jung : Dia menyapaku lebih dahulu. Kami hanya bertegur sapa.

Jaksa Lee meminta ponsel Hyo Jung. Hyo Jung terdiam.


Si CEO keluar dari kamar mandi. Jaksa Lee langsung menghampirinya.

"Pak, aku sudah datang." ucap Jaksa Lee.

"Kau orang sibuk, menelepon saja cukup. Sudah mencari Yi Seob?" tanya si CEO.

"Aku sudah meminta bantuan polisi. Mereka akan segera mengabari." jawab Jaksa Lee.

"Putra macam apa yang tidak menunggui operasi ayahnya? Aku gagal mendidiknya." ucap si CEO sambil melihat fotonya bersama putranya.


Si CEO lantas kembali ke tempat tidurnya.

Jaksa Lee : Anda bisa menemuinya setelah operasi. Semuanya akan baik-baik saja.

Jaksa Lee menatap Hyo Jung.

"Aku yakin kau butuh uang dan ingin pulang dengan selamat." ucap Jaksa Lee pada Hyo Jung.


Sambil menuruni eskalator, Tae Joo menghubungi terapisnya.

Tae Joo : Lee Hyo Jung. Usianya sekitar 27-28 tahun. Dia donor ginjal.

Terapis : Apa maksudmu?

Tae Joo : Kau punya teman dokter di Rumah Sakit Seyang, bukan? Dia dioperasi di sana. Bisa cek nama penerimanya? Aku akan berkonsultasi sebagai gantinya.

Terapis : Hei, konsultasi ini kepentinganmu.

Tae Joo : Aku tahu. Terima kasih.


Sampai di lobbi, Tae Joo melihat berita konferensi pers Hae Ryong dan Jaksa Lee soal penjualan organ.

"Reserse Kriminal Khusus dari Kepolisian Seyang menangkap Lee, 45 tahun, yang bertugas mengontrol operasi dan Yang, 35 tahun, broker organ, karena menjadi perantara perdagangan organ. Mereka mengeksploitasi syarat proses transplantasi antara keluarga yang mudah dan memalsukan banyak dokumen untuk operasi ilegal. Reserse Kriminal Khusus berhasil mengendusnya." begitulah isi beritanya.

Jaksa Lee kemudian mengenalkan dirinya pada wartawan.

Jaksa Lee : Aku Lee Dong Yoon dari Kejaksaan Negeri Seyang. Operasi perdagangan organ ini dijalankan secara sistematis...


Tak lama, ponsel Tae Joo berdering. Telepon dari terapisnya, Park Ji Hyun.

Ji Hyun : Shin Oh Sung. Oh Sung Capital Daepyo. Ginjal Lee Hyo Jung cocok dengannya. Beruntung sekali CEO itu.

Tae Joo lalu tanya kapan Tae Joo mau datang konsultasi.

Tae Joo : Nanti kuhubungi.

Muka Ji Hyun langsung berubah kesal.

Tae Joo mulai mengerti masalahnya. Ia lantas menghubungi si Pecinta Uang.

Tae Joo : Shin Oh Sung dari Oh Sung Capital dan Jaksa Lee Dong Yoon. Selidiki hubungan finansial mereka.


Di kantor, Soo Yeon dan Young Koon juga sedang menonton berita itu.

Lalu telepon di meja Soo Yeon berbunyi. Soo Yeon menjawabnya tapi setelah itu, ia memanggil Young Koon dan berkata, itu dari Tae Joo.

Young Koon bergegas ke meja.

Young Koon : Ada kasus apa?

Tae Joo : Kasus korupsi yang melibatkan jaksa.

Tae Joo mengatakannya sambil tersenyum dan meminum kopi dari Hyo Jung.

Bersambung ke part 2....

0 Comments:

Post a Comment