The Great Show Ep 15 Part 4

Sebelumnya...


Joon Ho menemui ayahnya.

Kyung Hoon : Jika kau terus mengganti orang hanya karena mereka tidak setuju denganmu, itu akan menjadi minus.

Joon Ho : Merger itu nilai tambah?

Kyung Hoon : Tentu! Jika terus menambahkannya seperti itu, kau bisa menjadi politikus hebat.

Joon Ho : Kurasa ayah memperlakukanku seperti tentara yang dikalahkan karena aku memegang tangan ayah hari ini, tapi menurutku cara politik ayah salah. Setelah masuk Dewan Nasional, aku akan menentang apa pun yang kuyakini salah.

Kyung Hoon senang, akhirnya ayah bisa melihatnya di matamu. Keinginan untuk menang, apa pun yang terjadi. Andai kita bisa memperbaiki cara bicaramu.

Joon Ho : Apa salahnya dengan caraku bicara?

Kyung Hoon : Ayah melihat betapa lemahnya nada bicaramu selama kampanye. Para pemilih menginginkan pemimpin, bukan teman. Kontrol! Kau harus membuat pidato karismatik untuk meraih hati rakyat.


Joon Ho kembali berkampanye, kali ini bersama Hye Jin dan ortunya.

Joon Ho teringat kata2 ayahnya tadi soal kontrol suaranya.

Joon Ho : Hanya ada satu alasan aku memutuskan untuk memulai politik. Itu karena aku bisa melihat ada terlalu banya politikus tidak tahu malu di negara kita, di kedua ujung spektrum politik. Malu. Itu adalah mengetahui cara bersikap jujur dan malu. Sudah kurang dari enam bulan sejak aku memutuskan untuk menjadi politikus. Aku sudah tidak yakin apakah aku bisa menjadi politikus yang memiliki rasa malu. Jika kalian ingin politikus yang bisa dengan berani mengatakan akan menjadi politikus seperti itu, kalian tidak perlu memilihku. Namun jika kalian ingin seorang politikus yang terus berusaha dan mendorong dirinya untuk menjadi politikus seperti itu, kalian boleh memilihku,


Sontak, mendengar itu, Kyung Hoon langsung merasa kesindir.


Para warga lalu mulai meneriakkan nama Joon Ho.


Bong Joo menunjukkan hasil suara sementara pada Dae Han. Hasilnya, Joon Ho mendapat 35% suara dan Dae Han 34%.

Dae Han senang, hei, apa yang kukatakan kepadamu? Sudah kubilang merger bukan berarti jumlah suara mereka bersatu. Jika satu persen, itu sepadan dengan perjuangannya, mengingat perbedaan batas kesalahan.

Bong Joo : Bagus ini persaingan ketat, tapi karena mereka bersatu, Partai Nasionalis akan memberikan dukungan besar.

Dae Han : Benar. Kita tidak boleh bahagia. Kita tidak akan bisa mengalahkan mereka dengan jumlah dukungan. Tidak akan pernah.

Bong Joo : Maka kita harus memakai ketulusan dan perbedaan sebagai strategi kita.

Dae Han : Ketulusan dan perbedaan? Benar. Bagus.


Dae Han lalu mengajak Bong Joo berkampanye jalan kaki saja mulai besok.

Bong Joo : Bagaimana cara kita mengelilingi seluruh distrik dengan jalan kaki? Tidak ada gunanya, tidak peduli sejauh apa kita pergi jika kita tidak tulus! Itu cukup persuasif.

Dae Han : Baiklah. Coba kulihat. Apakah tepat satu persen?


Besoknya,, Dae Han pun mulai turun ke jalan dan mewawancarai satu per satu org2 di jalanan.

Pertama, Dae Han mewawancarai seorang pedagang.

"Ekonomi sangat buruk. Harganya sangat tinggi. Sangat sulit."


Dae Han lalu mewawancarai seorang lansia yg tengah berjalan.

"Kau harus menciptakan lebih banyak pekerjaan untuk orang tua."

Dae Han : Kami tidak akan bisa datang ke banyak tempat dengan berjalan, tapi cara kami kampanye akan disiarkan langsung di TV Hebat, jadi, jangan khawatir.


Dae Han lalu mewawancarai ibu2 yg duduk di taman bersama anak mereka.

Dae Han : Bagaimana rasanya membesarkan anak?

"Itu tidak mudah."

"Butuh banyak uang untuk mendidik. Kami cemas soal kesehatan anak."


Dae Han : Bagaimana bisnis pengantaranmu?

"Biaya pengantarannya terlalu kecil. Semoga naik."


"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Pekerjaanku dimulai pagi-pagi sekali. Aku sangat mengkhawatirkan mobil yang mengebut."

Dae Han : Demi keselamatan petugas kebersihan jalanan yang bekerja pagi-pagi, tolong mengemudi perlahan.


"Bisnis tumpang membunuh kami. Sangat sulit untuk memenuhi target penghasilan kami sehari-hari."


"Harganya terlalu tinggi. Usai membayar uang sekolah anakku, kami selalu rugi."

"Aku tahu membesarkan anak membutuhkan banyak biaya. Dahulu aku membesarkan empat anak."

"Kudengar kau mengirim tiga anak kembali ke ayah kandung mereka."


Tak dan si kembar menonton acara itu di Kanal Widaehan Sho.

Tae Poong : Dia membicarakan kita!

Song Yi : Diamlah. Aku tidak bisa mendengar mereka.


Dae Han : Kami sangat dekat saat mereka tinggal denganku. Aku ingin tetap bersama mereka, tapi tidak bisa hanya karena ingin.

"Kau benar. Jika ayah kandung mereka muncul dan ingin membesarkan anak-anaknya, kau tidak akan punya pilihan."

"Aku mungkin bukan ayah mereka, tapi aku akan menjadi wali mereka. Jika ada masalah atau tantangan dalam hidup mereka, aku akan selalu membantu mereka."


Tae Poong : Kak Tak, apa itu wali?

Tak : Sesuatu seperti pahlawan super.

Song Yi : Aku sangat merindukan Paman Wi.

Tae Poong : Aku juga.

Tak : Kita menontonnya sekarang.


Tiba2, Dong Nam datang. Tak pun langsung mematikan ponselnya.

Dong Nam : Kenapa kalian tiba-tiba berhenti menontonnya? Jika itu menyenangkan, ayah ingin menonton bersama.

Tak : Ini bukan apa-apa.

Tak beranjak ke kamar.


Dong Nam lalu bertanya ke si kembar apa yg mereka tonton.

Song Yi : Film animasi.

Tae Poong : Gim.

Dong Nam : Ayah tahu apa yang kalian tonton. Kalian menonton Widaehan sho lagi?


Asisten Kyung Hoon memberitahu hasil perolehan suara sementara.

"Hasil pemungutan suara hari ini menunjukkan Wi Dae Han mengungguli Pak Kang sebanyak dua persen."

"Berapa hari sebelum pemilihan?"

"Lima hari, Pak."

"Sekarang saatnya menyudutkan Wi Dae Han." ucap Kyung Hoon licik.


"Aku tidak bisa jalan lagi. Bisakah kita memakai mobil besok?" pinta Bong Joo sambil menempelkan koyo ke kakinya.

"Berhentilah mengeluh." jawab Dae Han, sambil membaca naskah.


Dae Han lalu berdiri dan mengecek kaki Bong Joo.

Dae Han : Separah apa?

Bong Joo : Lihat. Kulitnya terkelupas.

Dae Han : Astaga. Berhenti melebih-lebihkan.

Dae Han memukul kaki Bong Joo dan kembali duduk.

Bong Joo : Ini dalam batas kesalahan, tapi aku senang kita mengalahkan Kang Joon Ho. Kurasa kerja keras kita akhirnya terbayar.

Dae Han : Tapi ini bukan apa-apa dibandingkan yang kita lalui selama perjalanan duka.


Soo Hyun dan Da Jung datang membawa camilan ayam.

Dae Han menatap Da Jung : Kondisimu sedang rentan. Kau tidak perlu datang sejauh ini.

Soo Hyun : Itulah yang kukatakan.

Da Jung : Pak Kang meminta semua anggota keluarganya untuk kampanye. Setidaknya, inilah yang bisa aku lakukan. Mengantar ayam.

Bong Joo : Putri yang hebat.

Da Jung : Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.


Reportem Nam melihat hasil suara terkini. Peringkat Dae Han diatas Joon Ho.

Reporter Nam : Yang lebih penting daripada perbedaan dua persen adalah peringkat Wi Dae Han terus meningkat.

Joon Ho : Kenapa kita tidak mengubah kampanye kita juga? Kita tidak menonjol karena kita memakai metode tradisional.

Reporter Nam : Ada tipe orang yang tepat untuk melakukan pertunjukan begini. Anggaplah Wi Dae Han menari dengan pakaian dalam. Orang akan menganggapnya lucu. Apa yang akan dipikirkan orang jika kau melakukannya?

Joon Ho : Aku tidak bilang kita harus berpura-pura. Sesuatu yang bisa mengubah hati para konstituen kita. Kita perlu itu. Aku sangat menyadari itu. Sulit memikirkan cara kita melakukannya.


Tiba2, Kyung Hoon dan asistennya datang.

Kyung Hoon : Reporter Nam, terima kasih atas kerja kerasmu.

Reporter Nam : Aku akan bekerja lebih keras untuk memastikan kemenangannya.

Joon Ho : Aku harus bicara empat mata dengan Joon Ho.

Reporter Nam dan asisten Kyung Hoon bergegas keluar.


Kyung Hoon : Ayah sudah melihat hasil pemungutan suara hari ini. Kau tertinggal dua poin persentase dari Wi Dae Han.

Joon Ho : Itu dalam batas kesalahan dan kita masih punya lima hari.

Kyung Hoon : Menurutmu kenapa kau berada di belakang Wi Dae Han bahkan setelah merger?

Joon Ho : Menyatukan kandidat sebelum pemilu dan dukungan dari partai besar. Pendekatan yang mendominasi terhadap pemilu membuat konstituensi berpaling dariku.

Kyung Hoon : Ayah tidak setuju. Wi Dae Han memiliki kisah menarik. Tapi kau tidak.

Joon Ho : Jika ayah benar, apa gunanya pemilu? Aku tidak bisa buat kisah dramatis lima hari sebelum pemilu.

Kyung Hoon : Tapi kau bisa mengekspos bahwa kisah Wi Dae Han sepenuhnya salah.

Joon Ho : Apa maksud ayah?

Kyung Hoon : Ayah kandung anak-anak Wi Dae Han memberikan informasi ini. Itu pertunjukan dari awal.


Kyung Hoon memutar rekaman pengakuan Dong Nam bahwa Da Jung bukan putri kandung Dae Han dan Dae Han tahu itu.

Dan Joon Ho terkejut saat mendengar Da Jung adalah anak hasil pemerkosaan.

Joon Ho : Apa ini benar?

Kyung Hoon : Ayah tidak bisa memercayainya begitu saja. Jadi, ayah melakukan tes DNA terhadap Wi Dae Han dan putri itu diam-diam. Ternyata benar. Jika kita melaporkan ini kepada media, para media akan bersenang-senang. Wi Dae Han akan langsung hancur.

Joon Ho : Lalu kenapa ayah membawakannya kepadaku alih-alih menyerahkannya kepada media?

Kyung Hoon : Ayah juga seorang ayah. Jika ini diketahui publik, apa yang akan terjadi kepada Da Jung? Dia juga sedang hamil.

Joon Ho : Jadi, apa yang akan ayah lakukan?

Kyung Hoon : Ayah akan menyerahkannya kepadamu.


Sementara Dae Han dan Bong Joo sedang menikmati camilan ayam yg dibawa Soo Hyun dan Da Jung.

Da Jung : Waktu ayah hanya lima hari. Kurasa ayah akan menang. Ayah tahu aku punya indra keenam.

Bong Joo : Aku tidak percaya hal seperti itu. Aku hanya percaya pada data.

Dae Han : Apa pendapat datamu tentang hasil pemilu ini?

Bong Joo : Berdasarkan rating penerimaan dan hasil survei berdasarkan usia, dengan tepat 3,7 persen, aku memprediksi Anggota Dewan Wi akan menang.

Dae Han :  Bagus!


Bong Joo lalu melirik Soo Hyun.

Bong Joo : Kau akan memilihnya, bukan?

Soo Hyun : Aku mengawasinya dengan ketat untuk mencari tahu apakah dia akan jadi politikus hebat jika kupilih. Dia sedikit mendapatkan kepercayaanku.


Mendengar itu, Dae Han berdiri dan memijat2 bahu Soo Hyun. Da Jung tertawa melihatnya.


Ponsel Dae Han kemudian berdering. Telepon dari Joon Ho.

Dae Han : Kenapa dia menelepon selarut ini?


Joon Ho sedang di jalan,, teringat kata-kata ayahnya tadi.

Kyung Hoon : Ayah serahkan kepadamu. Kau bisa mengubur rekaman itu atau menyerahkannya ke media. Atau gunakan cara lain. Kau yang putuskan. Ayah akan menghormati keputusanmu.


Kyung Hoon sudah tiba di rumahnya.

Asisten Kyung Hoon : Menurut anda apa yang akan dilakukan Pak Kang dengan itu?

Kyung Hoon : Dia tidak akan menguburnya karena dia tidak mau melihat Dae Han, yang melakukan hal itu, bergabung dengan Dewan Nasional.


Dae Han dan Joon Ho bertemu di depan gedung putih.

Dae Han : Ada apa kau mengajakku bertemu selarut ini?

Joon Ho : Aku harus mengaku. Sejujurnya, aku iri kepadamu saat SMA.

Dae Han : Kau punya segalanya. Kenapa kau iri kepadaku?

Joon Ho : Kau benar. Aku punya segalanya. Tetap saja, aku merasa kurang, dan aku berusaha sebaik mungkin agar tidak kehilangan posisiku di puncak kelas. Aku bekerja keras di sekolah, tapi kau berbuat semaumu dan meraih peringkat pertama dengan mudah, baik itu nilai atau popularitas. Aku iri kepadamu. Aku juga merasa minder. Namun, semua itu menghilang hari ini.

Dae Han : Aku tidak yakin itu pujian atau sarkasme, tapi hidup tidak mudah bagi siapa pun. Mungkin kau punya rintanganmu sendiri, tapi hidupku seperti ladang ranjau. Kau menyadari itu?

Joon Ho : Sepertinya begitu, karena kau masih berdiri di ranjau.


Dae Han : Kenapa kau memanggilku kemari selarut ini?

Joon Ho : Han Da Jung. Aku tahu dia bukan putrimu. Aku juga tahu siapa ayah kandungnya.

Dae Han : Apa maksudmu?

Joon Ho : Kau pasti lebih tahu. Alasan aku memberitahumu alih-alih media adalah aku tidak mau Da Jung, yang dimanfaatkan olehmu, terluka lagi.


Dae Han : Lalu? Apa yang kau inginkan dariku?

Joon Ho : Orang yang mengikat simpulnya yang harus membukanya. Aku tidak akan mengumumkan ini, jadi, batalkan saja pencalonan dirimu. Hanya itu cara untuk melindungi Da Jung dan dirimu.

Sontak Dae Han kaget mendengar Joon Ho memintanya mengundurkan diri dari pencalonan.


Bersambung.....

*Kok kesel ya ama si Joon Ho ini.... Make segala cara buat ngejegal Dae Han.. lalu apa bedanya dia sama ayahnya?

0 Comments:

Post a Comment