King Maker : The Change Of Destiny Ep 14 Part 1

Sebelumnya...


Episode ke-14 ini dibuka dengan dua pria sewaan Hakim Lee, yang mengikuti dua pria lainnya yang entah sewaan siapa. Kedua pria yang diikuti anak Hakim Lee, melintasi hutan seraya bersikap waspada.


Di bawah air terjun, ada sebuah tenda besar.

Hakim Lee dan Byung Hak duduk di bawah tenda, sambil minum teh.

Byung Hak : Setelah wabah ini selesai, di bawah cuaca dan angin yang indah ini, minuman ini terasa seperti madu. Bukankah ini akan lebih enak jika diminum bersama teman?

Hakim Lee : Apa aku terpilih menjadi jubung-mu, Tuan?

Byung Hak : Benar sekali! Kau terpilih!

Hakim Lee : Biarkan yang terpilih menuangkan minuman untukmu.

Byung Hak : Ide bagus.


Hakim Lee berdiri dan menuangkan minuman untuk Byung Hak.


Setelah itu, Hakim Lee kembali meminum minumannya sendiri dan menatap Byung Hak sembari bertanya-tanya dalam hatinya apa yang diinginkan Byung Hak sampai memperlakukannya dengan baik seperti itu.

Byung Hak bertanya, apa Raja pingsan lagi setelah melakukan ritual doa?

Hakim Lee mengatakan, tubuh Raja semakin melemah dan kondisinya parah.

Byung Hak : Karena Raja tidak punya penerus, bukankah kerabat Raja harus cepat mengumpulkan suara?

Hakim Lee : Dengan 10 orang di sana, ada 10 pendapat, sulit untuk sepakat.

Byung Hak : Apa yang sulit? Alih-alih 10 atau 100 orang, bukankah sudah jelas sawang yang paling menjanjikan ada di keluargamu?

Hakim Lee : Aku tidak mengerti.


Byung Hak : Maksudku, aku tertarik dengan putramu. Coba kulihat... Kau punya putra dan putriku adalah perawan yang sopan. Mungkin kita bisa menikahkan mereka dan membahas peluang lebih lanjut?

Hakim Lee tertawa. Dia akhirnya paham kenapa Byung Hak mendadak bersikap manis kepadanya.

Hakim Lee : Jika itu putrimu, aku bisa berlari keluar memakai kaus kaki untuk mendampinginya sebagai atasanku!

Byung Hak : Jika menantuku menjadi raja berikutnya, putriku tidak akan menjadi atasanmu, menantuku akan menjadi penguasa!


Mereka bersulang lagi.

Hakim Lee dalam hati, Kim Byung Hak Kim Byung Hak telah memakan umpannya. Semua perlahan memihakku.

Byung Hak tertawa.

Hakim Lee ingat kata-kata Chun Joong, bahwa ada konflik internal di dalam Keluarga Kim.


Departemen pernikahan mulai menyiapkan pernikahan Putri Mahkota. Mereka mencari calon suami untuk Bong Ryeon.


Bong Ryeon menemui neneknya. Ia kaget saat Ibu Suri mengatakan soal pernikahannya. Ibu Suri bilang sudah punya beberapa calon.

Bong Ryeon menolak menikah.

Ibu Suri : Itu omong kosong! Itu bagian penting kehidupan, terlebih lagi, itu tugasmu sebagai putri raja.

Ibu Suri lalu menebak Bong Ryeon tak mau menikah karena Chun Joong. Ia tanya, apa Bong Ryeon udah tergoda dengan lidah Chun Joong yang seperti ular.


Bong Ryeon menjelaskan bahwa Chun Joong tidak melakukan kesalahan padanya.

Ia juga mau bilang hal lain tentang Chun Joong tapi Ibu Suri yang benci Chun Joong tak mau mendengar dan menyuruhnya pergi.

Bong Ryeon tertunduk sedih.


Usai bicara dengan neneknya, Bong Ryeon jalan-jalan dengan ayahnya di teras istana.

Raja : Kulihat kau sangat ingin bicara denganku. Apa yang kau pikirkan? Kali ini, aku akan memastikan kau menikah dengan keluarga hebat. Camkan itu.

Bong Ryeon : Sebagai putri anda, aku punya permintaan.

Raja : Baiklah, aku mendengarkan.

Bong Ryeon : Aku ingin Choi Chun Joong. Aku ingin menikahi Choi Chun Joong.

Raja kaget, apa maksudmu?


Bong Ryeon : Apa ayah benar-benar percaya pernikahanku akan berjalan lancar dan aman? Ayah pikir keluarga Kim-moon akan membiarkanku menikah tanpa mereka? Aku akan dikirim ke tempat yang diinginkan oleh Kim Jwa Keun dan Kim Byeong Woon.

Raja : Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!

Bong Ryeon : Rasa sakit karena tidak bisa bersama orang yang kita cintai... ayah yang paling tahu soal ini. Aku ditakdirkan mencintai hanya satu pria. Jika tidak bisa bersama Choi Chun Joong,  aku akan tidak bahagia seumur hidupku. Tolong nikahkan aku dengan Choi Chun Joong.  Ayahku... Hanya ini keinginanku.

Raja terdiam, sembari menatap putrinya. Ia dilema.


Di kamarnya, Bong Ryeon menulis surat.

In Gyu berdiri di depan kamar Bong Ryeon. Sepertinya dia sudah mendengar kabar pernikahan Bong Ryeon.


Paginya, In Gyu menemui Ibu Suri.

In Gyu : Ibu Suri, aku Chae In Gyu dari Kementerian Kehakiman.

Ibu Suri : Bukankah kau bedebah kasar yang bekerja untuk keluarga Kim-moon yang menculik Tuan Putri waktu itu? Beraninya kau mendatangiku!

In Gyu : Ya, Ibu Suri. Aku berusaha mencegah Tuan Putri bergaul dengan peramal rendahan itu. Ibu Suri, tolong dengarkan ucapanku.

Ibu Suri : Baiklah, bicaralah.


In Gyu memohon.

In Gyu : Aku sudah mengenal Tuan Putri sejak kecil. Aku akan mengurusnya dengan amat baik. Tolong berikan aku... Tolong janjikan Tuan Putri untukku.

Ibu Suri sewot, apa?  Aku belum pernah mendengar pria yang begitu arogan! Tunggu apa lagi? Singkirkan dia!


Para pengawal langsung membawa In Gyu.

In Gyu teriak, Ibu Suri, mungkin aku tidak layak, tapi tolong beri aku Tuan Putri! Izinkan aku menjadi menantu, Ibu Suri!

Ibu Suri lalu menyuruh pelayannya mencari tahu soal In Gyu.

Ibu Suri : Soal apa dia benar-benar mengenal Tuan Putri dari usia muda, dan juga soal keluarga dan reputasinya. Aku ingin tahu semuanya.


Diluar, In Gyu meyakinkan dirinya kalau dia masih punya kesempatan.

In Gyu : Ibu Suri belum mempertimbangkan salah satu kandidat pun. Aku bisa menjadi kandidat. Aku punya kesempatan. Aku juga punya keluarga Kim-moon yang mendukungku.

Tapi kemudian, raut wajah In Gyu berubah khawatir dan ia teringat masa lalunya.

Flashback...


In Gyu ingin bertemu ibunya tapi dihalangi kedua pelayannya.

In Gyu pun bertanya dari depan pintu kamar ibunya.

In Gyu : Apa ibu baik-baik saja? Aku putra ibu akan masuk.

Ibu In Gyu : Ibu bilang jangan masuk!


In Gyu memaksa, Ibu, kudengar itu penyakit misterius... Aku hanya khawatir.

Ibu In Gyu : Kenapa kau sangat menyebalkan? Ibu bilang jangan masuk! Kau sama persis dengan ayahmu. Kau memiliki sifat yang tepat sama dengan keluarga Chae dari kelas menengah yang tidak sabar! Pergi dari sini!


In Gyu juga ingat saat Bong Ryeon membantunya ketika ia hampir pingsan di halamannya.


Setelah itu, In Gyu ingat saat melihat Bong Ryeon dan Chun Joong pacaran di bawah pohon.


Lalu dia ingat Bong Ryeon yang hampir menikah dengan Chun Joong.


In Gyu bertekad, saat itulah aku memutuskan, aku akan selalu memiliki Bong Ryeon di sisiku. Aku tidak akan membiarkan Choi Chun Joong merebutmu dariku.


Di kedai, Pal Ryeong mondar mandir. Chun Joong pun bertanya sambil memakai sepatunya, ada masalah apa.

Pal Ryeong memberitahu soal pernikahan Bong Ryeon.

Pal Ryeong : Dia diumumkan secara resmi akan menikah. Hampir semua keluarga bangsawan mengirim surat kelahiran mereka.

Chun Joong kaget.

Pal Ryeong tanya, apa Chun Joong baik-baik saja?

Chun Joong bersikap tenang, aku selalu tahu hari ini akan datang. Ayo pergi, para pasien menunggu.


Ja Young dan yang lain masih sibuk merawat orang sakit.

Chun Joong datang.

Ja Young : Tuan, selamat datang.

Chun Joong : Kau hebat.

Ja Young menunduk, menunjukkan rasa hormatnya kepada Chun Joong.

Chun Joong lalu beranjak ke dalam.


Goo Cheol heran melihatnya.

Goo Cheol : Tuan, apa ada yang salah dengannya? Dia tampak tidak baik-baik saja.

Pal Ryeong tak menjawab dan minta sisa kue beras karena ia lapar.


Man Seok menatap Chun Joong. Ia tahu terjadi sesuatu.


Di halaman belakang, Chun Joong resah memikirkan Bong Ryeon yang akan menikah.


Lalu kemudian dia beranjak membawa pedangnya.

Chi Sung datang, kau mau ke mana sendirian dengan pedang itu?

Chun Joong : Ke kediaman Kim Jwa Keun. Aku sudah terlalu lama meninggalkan Bong Ryeon sendirian. Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk membawanya ke sini.

Chi Sung : Sudah kuduga kau akan bilang begitu. Jika kau memegang pedang dengan ketidaksabaran dan pikiran kacau, pedang itu akan mengkhianati dan memotongmu. Kau harus berhenti.

Chun Joong : Jika tidak melakukan ini, aku akan menyesalinya seumur hidupku. Aku sudah memutuskan.


Chun Joong mau pergi tapi Man Seok datang membawa surat yang diikat dibawah anak panah.

Man Seok : Aku keluar dari kamar mandi untuk mencari ini...

Chi Sung : Bukankah itu Si Gan Gye Seo?

*Si Gan Gye Seo, surat yang diikat di anak panah.


Chun Joong membacanya.

Ternyata itu dari Bong Ryeon.

Bong Ryeon : Tuan, jangan tergesa-gesa. Aku akan menciptakan peluang. Hari Kamis, pukul 17.00, datanglah ke kediaman Tuan Yeoungun-gun.


Chi Sung tanya apa itu dari Bong Ryeon.

Chun Joong : Dia wanita yang teliti dan strategis. Aku tidak boleh bertindak sendiri dan sebaiknya menunggunya.


Man Seok ingat saat Bong Ryeon menangkapnya.

Bong Ryeon : Kau sungguh manusia yang memalukan. Kau berpura-pura menjadi teman dan bicara dengan penuh tipu, tapi sebenarnya kau bekerja sebagai mata-mata Chae In Gyu. Kau pantas mati di tanganku sekarang.

Man Seok terdesak, aku sudah...

Bong Ryeon : Apa? Kau ingin memperpanjang hidupmu yang penuh hina? Kau ingin bersama tuanmu, In Gyu?

Man Seok akhirnya ngaku kalau putrinya yang masih 7 tahun dan ibunya yang sudah tua disandera In Gyu.

Man Seok : Jika aku bertindak gegabah, dia akan membunuh keluargaku tanpa ragu. Aku tidak bisa memberi tahu Tuan Chun Joong.  tapi juga tidak bisa menyerah dan mati.

Man Seok lalu nangis.


Tapi setelah itu, ia minta Bong Ryeon membunuhnya saja. Ia bilang selama ini seperti siksaan baginya.

Dan : Dia pria yang mampu berkhianat. Siapa yang tahu kapan dia akan mengkhianatinya dalam situasi berbeda?

Tapi Bong Ryeon memutuskan memberi kesempatan pada Man Seok.

Man Seok kaget, apa?

Bong Ryeon : Kau tidak boleh memberi tahu Chae In Gyu. Bisakah kau menjanjikan ini?

Man Seok : Ya, apa pun. Aku akan melakukan apa pun.

Flashback end...


Kini Man Seok duduk sendirian, sambil membaca surat itu. Ia menghela nafas, lalu melipat kembali surat dari Bong Ryeon itu.

Bersambung ke part 2....

0 Comments:

Post a Comment