Skip to main content

Happiness Ep 2 Part 3

All content milik tvn.

Penulis : Rahmi Iza

Sebelumnya : Happiness Ep 2 Part 2

Selanjutnya : Happiness Ep 2 Part 4

Sinopsis lengkap Happiness bisa diklik disini



Sae Bom membereskan sampah. Dan Yi Hyun mencuci piring.

Selesai memasukkan sampah kertas ke dalam plastik besar, Sae Bom menempelkan kupon ke dinding. Di kupon itu, sudah ada 3 cap.

Itu kupon makanan. Sae Bom menatap kupon makanannya dan mengajak Yi Hyun makan di restoran itu sebanyak 20 kali agar bisa mendapat tangsuyuk gratis.

Yi Hyun setuju.


Sae Bom lalu memberi Yi Hyun kertas.

Yi Hyun : Apa ini?

Sae Bom : Kontrak yang menyatakan bahwa unit ini atas nama kita berdua saat kita membeli apartemen ini dalam sepuluh tahun. Kau paham pembagian 6-4, bukan? Aku berusaha lebih keras untuk mendapatkan tempat ini.

Yi Hyun : Tentu saja. Kau bahkan menyelamatkan hidupku.


Sae Bom lalu mulai mengomentari apartemennya.

Sae Bom : Aku ingin mengubah lantainya dengan pola herringbone, tapi rasanya tidak tepat membongkar lantai baru. Tapi ini bagus dan rapi juga.

Dia lalu rebahan di sofa.

Sae Bom : Sulit kupercaya. Rumah kita sendiri.


Sae Bom lalu berdiri dan menatap jendela.

Sae Bom : Untuk gordennya, aku memikirkan warna netral, seperti putih atau krem.

Yi Hyun : Tentu.  Apa kita perlu memasang tirai?

Sae Bom menatap lampu.

Sae Bom : Kurasa pencahayaannya sempurna. Kurasa kita bisa memasang lampu untuk dekorasi. Kita harus beli peralatan olahraga untuk ruangan ini.

Yi Hyun : Kedengarannya bagus.


Dia juga mengomentari wastafel nya.

Sae Bom : Baja antikarat yang terbaik untuk meja wastafel, tapi ini masih sangat baru.

Yi Hyun : Kita selalu bisa menggantinya nanti.

Sae Bom : Mau mengganti keran kamar mandi dan dapur?

Yi Hyun : Baiklah.

Sae Bom : Kita harus dapatkan banyak uang. Tapi ini bagus. Memberi kita alasan untuk menghasilkan uang.

Yi Hyun : Benar. Aku juga akan bekerja keras. Kita bisa!


Yi Hyun terus mengikuti kemana Sae Bom pergi.

Sae Bom agak terkejut melihat dua kasur di dalam kamar.

Yi Hyun : Kudengar orang dari kantor wilayah mungkin datang. Haruskah kuubah? Mau kupindahkan?

Sae Bom : Tidak, ini sudah bagus. Seseorang harus selalu memperhatikan detail.

Yi Hyun : Benar.


Sekarang, Sae Bom sudah rebahan di kasur.

Sementara Yi Hyun sibuk mengecas ponselnya.

Sae Bom cerita, saat dia masih muda, dia pernah punya rumah.

Sae Bom : Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kami terus pindah ke rumah yang lebih kecil, dan akhirnya, kami pindah ke rumah setengah basemen. Hanya ada satu kamar di sana.

Yi Hyun : Saat SMA?

Sae Bom : Ya. Bahkan jika sudah di luar rumah seharian, aku harus tidur di malam hari. Aku akan menunda pulang sampai saat terakhir, dan kami semua berbaring berdampingan di kamar itu dan tidur. Orang tuaku bertengkar setiap hari. Aku berusaha mengabaikannya sebaik mungkin, tapi saat tidak bisa, aku mengambil kunci mobil ayahku dan pergi. Aku selalu ingin punya kamar sendiri. Kamar yang sepenuhnya milikku. Aku hampir berhasil mewujudkannya. Dunia tidak boleh hancur sekarang.

Sae Bom pun tertidur.

Yi Hyun yang melihat Sae Bom udah tidur, bergegas bangun dan menyelimuti Sae Bom.

Setelah menyelimuti Sae Bom, Yi Hyun mematikan lampu dan mulai tidur.

Tapi Sae Bom bermimpi buruk.


Dalam mimpinya, Jong Tae yang sudah berubah menjadi zombie mengatakan padanya, kalau dia akan berakhir sepertinya juga.

Sae Bom pun terbangun. Dia kaget setengah mati.

Yi Hyun ikut terbangun.

Yi Hyun : Ada apa?


Lalu mereka mendengar suara berisik dari lantai atas.

Yi Hyun : Apa yang mereka lakukan malam-malam begini? Kau mau aku ke atas?

Sae Bom : Tidak. Aku terkejut, itu saja.

Suara berisik yang mereka dengar mungkin berasal dari kamar 601.


Paginya, Yi Hyun dibangunkan dengan bunyi ponselnya.

Yi Hyun : Apa?

Yi Hyun melihat jam di ponselnya. Masih jam enam.

Yi Hyun : Sekarang?

Terpaksalah Yi Hyun bangun.

Sae Bom tanya siapa yang nelpon.

Yi Hyun bilang kenalannya. Lalu dia pergi setelah menyuruh Sae Bom tidur lagi.


Ternyata Yi Hyun pergi ke lobi, menemui Tae Seok.

Yi Hyun : Kenapa kau harus mengambil darahnya padahal dia sudah cukup menderita?

Tae Seok : Kami tidak mengambil banyak. Jangan mengeluh, ingatlah aku yang membuat kalian menikah.

Yi Hyun pun duduk.

Yi Hyun : Apa hubungannya denganmu? Itu murni karena keahlianku.

Tae Seok : Jika aku tidak memberinya poin ekstra, apa dia akan memintamu menikah dengannya?

Yi Hyun : Kau berhasil menyelinap ke gedung kami.

Tae Seok : Lihat berita tentang penampungan tunawisma?

Yi Hyun : Ya.

Tae Seok : Sore ini, laporan akan keluar bahwa orang-orang di sana diberikan Next. Jika ada efek samping, semua pasokan di pasar akan ditarik kembali, dan mereka yang ketahuan menjualnya akan dijatuhi hukuman berat. Itu rencana pemerintah.

Yi Hyun : Kenapa kau memberitahuku itu?

Tae Seok : Karena kita harus mengerjakan ini bersama. Kami mengirim surat ke kantormu, meminta bantuanmu.

Yi Hyun : Aku agak sibuk.


Tapi kemudian Yi Hyun dihubungi kaptennya.

Yi Hyun menjawab. Kaptennya meminta dia bekerja sama dengan Tae Seok.

Yi Hyun tak punya pilihan lain selain menerimanya karena itu perintah dari kaptennya.


Yi Hyun lalu tanya pada Tae Seok, apa selanjutnya.

Tae Seok memberikan ponsel Jong Tae. Dia bilang, dia sudah membuka kunci ponsel itu.

Tae Seok : Berpura-puralah menjadi dia, temui pengedarnya, dan tangkap dia.

Yi Hyun : Apa dia bekerja dengan kita?

Tae Seok : Bisa dibilang begitu.

Flashback...

Tae Seok mendatangi Jong Tae yang sedang mengamuk.

Jong Tae diikat di ranjangnya dan mulutnya diberi pengaman.

Tae Seok meletakkan jari Jong Tae untuk membuka kunci ponsel Jong Tae.

Flashback end...


Yi Hyun : Apa kau tahu kenapa kasus narkotika sangat sulit? Para berandalan ini sangat penuh rasa curiga, tapi mereka juga serakah. Mereka tidak akan setuju bertemu kecuali kubayar setengah uang muka. Polisi tidak punya dana. Bukannya aku tidak mau membantu. Kita tidak akan dapat kemajuan...

Tae Seok berdiri dan meletakkan tas yang sudah pasti isinya uang ke depan Yi Hyun.

Tae Seok : Ini danamu. Bawa kembali tanda terima jika memungkinkan, dan kembalikan sisanya.

Yi Hyun : Kudengar kau pernah bekerja di perusahaan farmasi. Sesuatu tentang meningkatkan daya saing.

Tae Seok : Daya Saing yang Ditingkatkan. Itu tim yang mencuri produk perusahaan pesaing. Aku tidak bisa membuat apa pun, tapi aku cukup pandai mencuri.

Yi Hyun : Dan memukuli orang.

Tae Seok : Hubungi aku jika kau menemukan pengedarnya. Aku akan datang sebagai pengamat.

Yi Hyun : Berapa sebenarnya jumlahnya? Kau tidak akan berbohong tentang jumlahnya nanti, bukan?

Tae Seok : Kopral Jung Yi Hyun. Juga dikenal sebagai "penyelidik". Kau selalu menggunakan logika untuk memecahkan kasus.

Yi Hyun : Banyak kolega memanggilku buldoser atau aku hanya beruntung. Aku dapat pemikiran aneh yang kebetulan cocok.

Tae Seok : Orang-orang menganggap atlet tidak pintar. Bagaimana jika kau buktikan bahwa kau pintar dan juga bugar?

Tae Seok beranjak pergi.


Sae Bom yang masih rebahan, lagi ngeliat-liat beberapa barang rumah tangga yang akan dibelinya.

Lalu Nyonya Kim Bok Nam menelponnya.

Sae Bom menjawabnya, ya, eomma?

Nyonya Kim tengah dirawat di rumah sakit.

Nyonya Kim : Kau pindah ke apartemen kemarin? Kenapa tidak bilang? Haruskah ibu mendengar tentangmu dari Yi Hyun?

Sae Bom : Aku lelah, Bu. Aku dites untuk penyakit menular.

Nyonya Kim : Ibu menjalani tes COVID-19 lebih dari lima kali.

Sae Bom : Bukan itu. Ibu tahu penyakit menggigit yang dibicarakan orang-orang.

Nyonya Kim : Penyakit orang gila itu?

Sae Bom : Penyakit itu ada namanya?

Nyonya Kim : Ya. Itu diciptakan dari "penyakit anjing gila". Mereka bilang manusia juga bisa terkena rabies. Astaga. Pemilik anjing mengalami masa sulit belakangan ini.

Sae Bom : Ya, pokoknya penyakit itu. Aku dites untuk penyakit itu, dan kini aku dikarantina. Aku bermimpi menggigit seseorang semalam.

Nyonya Kim : Benarkah? Apa Yi Hyun tidak keberatan berada di dekatmu?

Sae Bom : Tidak. Kami sangat saling mencintai. Aku akan segera sembuh, dan mengundang Ibu ke pernikahan kami.

Sae Bom lalu pura-pura batuk.

Sae Bom : Aku batuk. Aku harus pergi.


Setelah itu, Sae Bom memeriksa kulkas.

Sae Bom : Kita butuh bahan makanan.

Lalu Sae Bom membaca katalog yang ada di meja.

Lagi asik-asik baca katalog, dia kembali mendengar suara berisik dari lantai atas.


Paginya, Seo Yoon, si gadis kecil penghuni kamar 502, menyelipkan secarik kertas ke pintu Sae Bom.

Tapi Sae Bom tiba-tiba keluar.

Sae Bom : Apa itu? Kau menantangku berkelahi?

Sae Bom pura-pura mengeluarkan jurus.

Seo Yoon diam saja menatapnya.

Sae Bom pun berhenti melakukannya dan membaca tulisan di kertas yang diberikan Seo Yoon.


Ternyata tulisannya adalah ucapan terima kasih Seo Yoon atas tteok yang diberikan Sae Bom. Dia bilang, tteok nya enak.

Sae Bom : Toko ini juga mengantar pesanan. Kau tahu itu, bukan?

Seo Yoon : Ya. Tteok Myungwon.

Sae Bom : Benar. Jika kau mau tteok, beri tahu keluargamu kau ingin tteok mereka.

Seo Yoon : Omong-omong, apa benar kau polisi?

Sae Bom : Ya, benar. Lihat ini.


Sae Bom nunjukin tulisan dibelakang jaketnya.

Sae Bom : Ini lebih baik dari sekadar polisi.

Seo Yoon : Aku ingin menjadi sepertimu saat aku sehat.

Sae Bom : Kau sakit sekarang?

Seo Yoon : Sedikit saja.

Sae Bom : Dahulu, aku juga sakit parah. Jadi, aku tidak bisa bersekolah selama dua tahun. Tapi aku baik-baik saja sekarang. Kau akan jauh lebih kuat dariku. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Aku serius.

Seo Yoon : Kau mau ke mana?

Sae Bom : Berjuang.


Sae Bom dan Seo Yoon pergi ke kamar 601.

Setelah lama membunyikan bel, Joo Hyeong keluar dari dalam.

Joo Hyeong baik-baik saja.

Sae Bom : Aku tinggal di bawah. Dan kau berisik sejak semalam. Kau sedang menjalankan proses renovasi?

Joo Hyeong : Maafkan aku. Kami memindahkan perabot.

Sae Bom : Di tengah malam?

Joo Hyeong : Aku sangat pandai mengambil inisiatif. Aku harus beraktivitas saat terfokus pada sesuatu. Maaf atas gangguannya.

Sae Bom : Itu bukan berinisiatif. Itu gangguan.

Sae Bom berusaha mengintip ke dalam, tapi dihalangi Joo Hyeong.

Joo Hyeong : Itu tidak akan terjadi lagi.

Sae Bom : Tolong hati-hati.

Joo Hyeong : Tunggu sebentar. Terima kasih untuk tteok-nya.

Sae Bom : Bagaimana kau tahu itu dariku? Kurasa kita belum pernah bertemu.

Joo Hyeong : Aku sudah dengar tentangmu. Dia cantik. Putrimu mirip denganmu.

Joo Hyeong menutup pintu.


Sae Bom pun tanya, apa Seo Yoon mengenal Joo Hyeong.

Seo Yoon : Kami naik lift bersama beberapa kali. Tapi kurasa dia tidak tertarik berinteraksi dengan orang lain. Dia dan istrinya sama-sama dokter. Tapi dia hanya berdiam diri di rumah. Ibuku bilang ada masalah hukum.

Sae Bom : Begitu rupanya. Atau mungkin dia suka berdiam diri di rumah.

Sae Bom menyuruh Seo Yoon pulang.

Seo Yoon tanya, Sae Bom mau kemana.

Sae Bom bilang dia mau olahraga.

Seo Yoon tampak sedih. Sae Bom pun tanya, apa Seo Yoon sendirian di rumah.

Seo Yoon : Ayahku mengirim paket. Dan ibuku membantunya memilahnya di pagi hari.

Sae Bom : Bagaimana dengan sekolah?

Seo Yoon : Aku sedang belajar di rumah. Selama kami memberi tahu guru sebelumnya, kami bisa libur 19 hari setiap tahun.

Sae Bom : Begitu rupanya. Ikut aku. Mari berolahraga hari ini.


Sae Bom dan Seo Yoon pergi ke tempat gym yang tadi Sae Bom lihat di katalog.

Karyawan gym menyuruh Sae Bom menuliskan nomor unit apartemen Sae Bom.

Begitu melihat nomor unit apartemen Sae Bom, si karyawan langsung bilang kalau orang yang menyewa unit apartemen Seyang dilarang masuk ke gym.

Sae Bom : Kenapa tidak bisa? Apa karena biaya perawatannya?

Si karyawan bilang, itu salah satu alasannya.

"Tapi itu karena harga peralatan olahraga. Penghuni penjualan umum membeli mesin-mesin itu. Tapi beberapa orang bilang mengizinkan orang dari unit sewaan tidak adil."

"Begitu rupanya. Baiklah. Aku akan berolahraga di luar."

"Tapi jika kau menerima sesi latihan dariku, aku bisa membiarkanmu menggunakan fasilitas ini."

"Aku akan berolahraga di rumah."

Sae Bom mengajak Seo Yoon pergi.


Sambil berjalan keluar, Sae Bom tanya, kenapa Seo Yoon gak kasih tahu dia soal ini.

Seo Yoon : Kupikir kau bisa memperbaikinya. Kau tahu hukum yang bisa memperbaiki ini?

Sae Bom : Akan sulit memperbaiki ini begitu uang terlibat. Tapi ada satu cara.

Bersambung ke part 4...

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya... Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya. “Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah. “Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok. “Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.   Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah ...