Again My Life Eps 5 Part 4

 All Content From SBS, Viu, nodrakor
Penulis : Catatan-Iza
Sinopsis Lengkap : Again My Life
Sebelumnya : Again My Life Eps 5 Part 3
Selanjutnya : Again My Life Eps 6 Part 1


Yang ditemui Hee Woo adalah Pak Woo.

Hee Woo : Anda baik-baik saja?

Pak Woo langsung menyambut Hee Woo.

Pak Woo : Astaga. Apa yang kau lakukan di sini, Pak Tua?

Hee Woo menunggu di mobil. Dia ada di depan Klub Biliar Gimsan. Tak lama, Sang Man pun masuk. Dia sudah mengganti bajunya dan membawa tas besar. Sang Man melihat kaca.

Sang Man : Ini bagus. Rasanya menyegarkan melakukan perjalanan dinas.

Sang Man lalu bilang dia sudah menarik uangnya. lalu dia tanya, untuk apa uang itu.

Hee Woo tak menjawab dan terus menatap Klub Biliar Gimsan. Sang Man melihat apa yang ditatap Hee Woo.

Sang Man : Kau berencana membeli gedung itu? Jangan terlalu terburu-buru. Kau membuat Pak Woo khawatir. Aku pergi agar bisa membalas budimu. Aku sudah siap mempertaruhkan nyawaku.




Hee Woo pun ingat saat Sang Man datang pertama kali padanya, setelah kasus ayahnya selesai.

Hee Woo kaget Sang Man bisa menemukan dirinya.

Sang Man : Kau tidak berpikir bisa bersembunyi dariku, bukan?

Hee Woo : Aku seharusnya tidak terkejut. Kau menghabiskan sepuluh tahun mencari pelaku sebenarnya.  Menemukanku akan mudah.

Sang Man : Sudah lama aku ingin bertemu denganmu. Izinkan aku memperkenalkan diri secara resmi. Namaku Park Sang Man. Aku belajar teknik komputer di Universitas Hankuk, sepertimu. Aku mendapat beasiswa untuk setiap semester. Aku belum pernah berkencan dengan siapa pun di kampus. Namun, aku didukung penuh oleh profesor dan teman-teman mahasiswa. Itu sebabnya aku di sini...

Hee Woo ketawa mendengarnya. Lalu dia berkata dalam hatinya kalau Sang Man sudah jauh lebih ceria sekarang.

Sang Man pun heran Hee Woo ketawa. Dia tanya, kenapa Hee Woo ketawa.

Hee Woo : Bukan apa-apa. Senang bertemu denganmu.

Sang Man : Aku datang untuk membalas budi karena kamu menyelamatkan ayahku. Aku ingin menjadi tangan dan kakimu mulai hari ini.

Sang Man nunjukin kakinya.

Flashback end...


Hee Woo : Membantu Pak Woo adalah membantuku. Jadi, jangan lewatkan satu hal pun yang dia ajarkan, ya?

Sang Man : Orang-orang selalu mengomeliku. Kupikir sesuatu yang menarik akan terjadi di perjalanan ini.

Hee Woo : Sesuatu yang menarik akan segera terjadi. Ambil tasnya.

Hee Woo terus memperhatikan seorang pria yang berjaga di pintu depan klub. Tak lama, pengunjung datang dan memasukkan sesuatu ke dalam saku jas pria penjaga pintu itu. Setelah itu, si pengunjung masuk.


Hee Woo dan Sang Man turun dan berjalan2 di sekitar klub.

Pria penjaga pintu melihat mereka dan tanya, mereka mau apa.

Hee Woo : Kudengar ada rumah judi di sekitar sini.

Pria itu tak mengaku, dia bilang tak ada hal yang seperti itu dan menyuruh Hee Woo pergi.

Hee Woo merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.

Pria itu langsung membuka lebar jasnya. Hee Woo memasukkan uangnya ke dalam saku jas pria itu dan berbisik, agar pria itu mengizinkannya bersenang-senang.

Pria itu lalu bilang Hee Woo butuh banyak uang jika mau bermain. Jangan lihat buku dari sampulnya.

Hee Woo pun memanggil Sang Man.

Sang Man mengerti dan menunjukkan uang di dalam tas gede yang dia bawa.

Melihat uang, pria itu langsung bersikap hormat pada Hee Woo dan membawa Hee Woo masuk ke dalam.


Pria itu kemudian memberitahu manajernya.

*Kita sebut manajer aja yaa biar gampang.

Sang manajer pun langsung menyambut Hee Woo dengan hormat.

Manajer : Aku senang kau datang, Pak.

Dia lalu berbisik, lain kali, minta temui Nona Kim.

Hee Woo : Baiklah, akan kulakukan.

Manajer lalu membawa Hee Woo ke sebuah ruangan.

Ada dinding berwarna hijau di depan mereka. Di depan dinding, ada beberapa jas yang dipajang dengan manekin.

Manajer memencet tombol di sampingnya. Dinding hijau itu terbuka.

Manajer mengajak Hee Woo masuk.

Disanalah tempat judinya.


Manajer menunjukkan tempat Hee Woo bisa membeli cip.

Hee Woo membeli cip. Dia mulai dengan 10.000 dolar.

Petugas bilang dia akan mengurangi sepuluh persen sebagai biaya layanan.

Sang Man kesal, kita hanya dapat cip bernilai 9.000 dolar dengan uang 10.000 dolar.

Hee Woo : Jangan menjadi pecundang.

Setelah membeli cip, Hee Woo dan Sang Man beranjak ke meja judi.


Manajer menjelaskan, ini permainan terpopuler di kasino kami. Peraturannya juga sederhana. Kalian hanya perlu mencocokkan angka dadu. Seperti yang anda lihat, persentase kemenangan anda akan bervariasi berdasarkan angka. Tujuh memiliki peluang tertinggi untuk menang, jadi, anda dapat uang enam kali lipat. Angka dua dan sebelas memiliki peluang terendah untuk menang. Jadi, dengan itu, anda dapat uang 36 kali lipat. Mudah, bukan?

Hee Woo : Ya. Itu cukup sederhana. Tidak ada kecurangan, bukan?

Manajer tertawa, ayolah. Ini hanya restoran di lingkungan setempat. Bersenang-senanglah.


Hee Woo awal2 kalah.

Dia pun berdiri. Do A Jin yang bertindak sebagai pengocok dadu, bertanya, apa Hee Woo akan terus bermain.

Hee Woo : Tentu.

Hee Woo memanggil Sang Man, tukarkan sisa uangnya menjadi cip. Satu hal lagi.

Hee Woo berbisik, jangan lupa membawa catatannya.


Hee Woo lanjut main, dia bilang firasatnya bagus soal itu.

Hee Woo : Aku akan mempertaruhkan semuanya pada tujuh.

Sontak lah, A Jin kaget dan menatap si manajer.

Si manajer nampak kesal.

Hee Woo yang tahu itu, mengubah angkanya menjadi enam.

A Jin dan si manajer lega. Hee Woo memperhatikan A Jin.

Hee Woo : Ujung bibirnya terangkat. Kenapa dia melakukan itu?

Hee Woo merubah angkanya lagi, dari delapan-enam-tujuh.


A Jin tegang lagi.

A Jin : Apa itu angka terakhir anda?

Hee Woo : Maafkan. Karena pertaruhkan semua, aku ingin berpikir sedikit lagi.

Hee Woo belum merubah angkanya.

A Jin bersiap membuka dadunya. Tapi disaat terakhir, Hee Woo mengubah angkanya menjadi enam.

Sontak lah A Jin dan si manajer senang.

A Jin membuka dadu. Tujuh.

A Jin : Akankah anda berhenti bermain?

Hee Woo : Ya. Aku menghabiskan semua uang yang kubawa.


Malamnya, Sang Man membahas permainan Hee Woo di kasino tadi.

Sang Man : Kau sengaja kalah, bukan? Kau terus mengganti angkanya. Kau bukan tipe yang ragu. Itu sebabnya aku terus mengamati bandar. Astaga. Saat aku terus mengamatinya, itu sudah jelas. Itu seperti pola. Saat akhirnya kau  mengganti angkanya, dia tampak sangat lega. Sebelumnya, dia sangat gelisah. Itu sangat halus, tapi aku menyadarinya.

Hee Woo : Cukup bagus.

Sang Man : Usai habiskan waktu dengan Pak Woo, akhirnya aku mempelajari trik lain.

Hee Woo : Setidaknya, kau belajar sesuatu. Itu bagus.

Sang Man : Kau bukan tipe orang yang membuang-buang uangmu. Kau tidak akan melakukan hal seperti itu untuk disukai bandar cantik.

Hee Woo : Aku bisa meraih hatinya tanpa menghabiskan uangku. Benar, bukan?

Sang Man : Kau masih pamer bahkan setelah kekalahan menyakitkan itu. Aku salut kepadamu.

Sang Man lalu mendesak Hee Woo cerita, ada apa. Kenapa Hee Woo sampai membawanya.

Hee Woo : Hei, jika kau tahu, itu tidak akan menyenangkan. Kau akan tahu nanti. Kita dalam perjalanan ke Seoul. Matikan lampunya.

Sang Man :Boleh aku tidur denganmu di ranjang?

Hee Woo langsung ngasih kakinya.

Sang Man tak bicara lagi dan matiin lampu terus tidur.


Besoknya, Penyidik Oh kaget Hee Woo udah datang.

Hee Woo : Aku sudah baca semua fail yang kau kirimkan kepadaku. Bisakah kau menyelidiki kasus-kasus ini sekali lagi? Aku sudah mempersempit daftarnya ke kasus-saat saat polisi mungkin melewatkan sesuatu.

Penyidik Oh melihat berkas kasus yang diprint Hee Woo.

Penyidik Oh : Kapan kau membutuhkannya?

Hee Woo : Tentu saja sebelum kau pulang. Benar. Kirimkan berkasnya lewat surel setelah kau selesai. Satu hal lagi. Aku akan bekerja di luar kantor lagi.

Hee Woo pergi.

Penyidik Oh kesal, benar-benar psikopat. Astaga. Dia membuatku gila.


Hee Woo sedang melihat2 menu. Dia lalu bertanya pada pelayan apa menu yang enak di restoran itu. Dan yang menjawab A Jin.

A Jin : Ikan sebelah sedang musim sekarang.

Hee Woo : Aku mau itu.

Pelayan : Baiklah.


Pelayan pergi. A Jin menghampiri Hee Woo.

A Jin : Namaku Do A Jin. Kenapa kau melakukannya?

Hee Woo : Apa maksudmu?

A Jin : Kau sengaja kalah kemarin.

Hee Woo : Astaga. Tidak mungkin. Aku akan mendapatkan 40.000 dolar jika menang.

A Jin : Apa maumu?


Setelah kalah, Hee Woo menjabat tangan A Jin. Tentu saja dia tak hanya menjabat. Dia menyelipkan kertas kecil ke tangan A Jin. A Jin membaca pesan Hee Woo di toilet. Hee Woo bilang, dia perlu bicara dengan A Jin. Hee Woo juga menuliskan nomor ponselnya.

Flashback end...


A Jin : Jika mencari rekan untuk melakukan rencanamu, aku selesai bicara.

Hee Woo : Kurasa bisa dibilang begitu, tapi rencanaku agak berbeda.

A Jin : Apa kau tertarik denganku?

Hee Woo : Astaga. Butuh waktu lama untuk terbiasa denganmu. Namun, kau terus mengecewakanku.

A Jin : Menurutmu aku semembosankan itu? Jangan bertele-tele. Langsung ke intinya saja.

Hee Woo : Aku mau informasi soal Geng Yuchae, pengelola rumah judi.

A Jin kaget, lalu dia tanya siapa Hee Woo sebenarnya.

Hee Woo pun mengenalkan dirinya dan menunjukkan identitasnya sebagai seorang jaksa.

Tentu saja A Jin kaget luar biasa.


Kepala Jeon udah terlelap. Ponselnya tiba2 berbunyi.

Kepala Jeon : Kenapa kau menelponku selarut ini?

Yang menelpon adalah Hee Woo. Dia bersama Sang Man di mobilnya.

Hee Woo : Aku akan menghancurkan Geng Yuchae.

Kepala Jeon kaget. Dia langsung bangun.

Hee Woo : Aku akan menghancurkan Geng Yuchae.

Kepala Jeon : Kau punya bukti?

Hee Woo : Aku bisa membuat bukti sekarang.

Kepala Jeon : Astaga. Ada apa denganmu?

Hee Woo : Mereka mengelola tempat judi ilegal. Itu alasan yang cukup untuk mengejar mereka. Aku sedang meminta bantuan polisi.

Kepala Jeon : Hei, Berandal. Dengar. Aku tidak tahu kau berbuat apa, tapi itu bahaya. Jangan lakukan.

Hee Woo : Aku seorang jaksa. Aku harus mengundurkan diri jika itu akan menghentikanku bekerja.

Kepala Jeon : Astaga. Kau menguliahiku tentang etika sekarang? Kau tidak melihat mereka saat kita minum bersama? Mereka preman, tapi mereka pikir mereka pemerintah. Polisi juga memihak mereka. Aku yakin mereka bahkan membuat kimchi bersama. Mereka akan meminta bantuan polisi untuk mendukung mereka. Jangan lakukan itu. Kau tidak tahu apa-apa tentang kota ini. Itu tidak akan membantumu!

Hee Woo : Aku akan mengikuti contohmu di Seoul.

Kepala Jeon sewot, Kim Hee Woo!

Hee Woo : Aku akan melapor nanti.

Hee Woo memutus panggilannya.

Kepala Jeon kesal, astaga. Bedebah gila itu.


Sang Man menatap Hee Woo.

Sang Man : Kau yakin ini tidak terlalu berbahaya?

Hee Woo : Tentu saja berbahaya. Namun tidak, begitu aku tiba di sana. Kenapa? Karena ini aku.

Sang Man menggoda Hee Woo, itu seksi. Maukah kau menikah denganku?

Hee Woo : Itu menyebalkan. Kau ingin aku memukulmu?

Sang Man : Kau tampan.

Hee Woo : Berhenti bicara omong kosong. Pastikan waktunya tepat.

Sang Man : Baik, Pak.


Hee Woo dan Sang Man mulai bergerak. Hee Woo masuk dengan santainya ke tempat judi. Manajer menyambutnya dengan ramah.

Manajer : Anda sudah kembali. Anda akan bermain dadu lagi?

Hee Woo : Tidak.

Hee Woo lalu meminta semua perhatian para pengunjung.

Hee Woo : Baiklah. Semuanya. Aku butuh perhatian kalian. Perhatian!

Hee Woo menunjukkan identitasnya sebagai jaksa.

Hee Woo : Aku dari Kejaksaan Wilayah Cabang Gimsan. Semua orang di sini telah melanggar Pasal 246 dan 247 hukum pidana. Kalian ditahan.

Para pengunjung langsung riuh, mereka takut.

Manajer : Begitu rupanya. Kau jaksa. Lalu di mana sopan santunmu? Jaksa seharusnya berpendidikan. Kau punya surat perintah?

Hee Woo : Tidak. Aku diajari aku tidak membutuhkannya untuk menangkap penjahat sedang beraksi.

Manajer : Begitukah? Kalau begitu, kurasa kau kurang latihan lapangan. Namun, aku sangat pengertian dalam hal itu. Baiklah. Jaksa muda kita ini kesal karena insiden kemarin. Aku mengerti. Kau bisa saja memberitahuku perasaanmu. Jangan tersinggung.


Manajer mencoba menyuap Hee Woo. Dia memberikan Hee Woo sejumlah uang.

Manajer : Lihat ini! Ini merepotkan. Kau buat semua orang tidak nyaman saja.

Hee Woo : Aku akan menambahkan tuntutan suap ke daftarmu.

Manajer : Jadi, kau serius soal ini. Hei, Pak Jaksa. Kau akan menyesali ini. Ini Gimsan. Kau tahu kenapa udang lokal kami sangat gemuk dan lezat? Karena itu memakan mayat manusia. Mau kulempar ke pemancingan udang di tepi laut?

Hee Woo : Astaga. Kau mengancam seorang jaksa? Juga menghalangi proses hukum. Kau akan lama dipenjara.

Manajer : Aku menunjukkan rasa hormatku. Namun, tampaknya kau tidak terima rasa hormatku yang tulus.


Manajer memanggil anak buahnya, Hyun Jong, berikan alatku.

Hyun Jong memberikan pisau pada si manajer.

Manajer : Maka kau harus mati.

Hee Woo : Kau tidak tahu hukumanmu akan lebih berat jika menyerangku dengan pisau?

Manajer : Sayang sekali aku tidak belajar soal itu, dasar jaksa menyebalkan.


Hee Woo memberikan isyarat dengan tangannya, menyuruh mereka menunggu.

Lalu dia menghubungi seseorang.

Hee Woo : Ini aku.

Hee Woo lalu mengarahkan telunjuknya pada manajer.

Hee Woo : Sekarang.


Lampu di sana seketika padam.

Tapi hanya sebentar.

Hee Woo kaget lampu nyala lagi padahal dia belum selesai menghajar para bedebah itu.

Hee Woo kesal, Sang Man-ah!


Terpaksalah Hee Woo menghajar mereka semua. Setelah menjatuhkan mereka, Hee Woo keluar. Dia melihat Sang Man lagi gelud sama Penyidik Oh.

Hee Woo : Penyidik Oh, ada apa?

Penyidik Oh : Aku di sini sebagai bantuan. Dia berkeliaran di sekitar sekring listrik.

Sang Man menatap Hee Woo, aku bisa memahaminya. Aku tidak bisa melakukannya di tempat terbuka.

Hee Woo pun ngasih tahu Penyidik Oh kalau Sang Man di pihak mereka.

Sang Man kesal, lihat? Kau dengar itu?

Hee Woo : Omong-omong, aku belum selesai. Jaga diri kalian. Sampai nanti. Mengerti?


Hee Woo kembali ke dalam. Dan, anggota Geng Yuchae sudah menunggunya.

Hee Woo : Astaga. Kenapa kalian banyak sekali padahal bisnis ini sangat kecil? Teman-teman. Dengar. Kalian punya ruang duduk untuk beristirahat? Aku seorang jaksa... Kalian mungkin tidak peduli. Waktu kita tidak banyak. Mari kita mulai. Lawan aku!

Hee Woo menjatuhkan mereka semua dengan mudah.


Sang Man dan Penyidik Oh masuk. Mereka kaget melihat Hee Woo menghajar para anggota geng dengan tangan kosong.

Hee Woo : Astaga, para bedebah itu. Mereka menguras tenagaku.

Hee Woo mendekati Sang Man dan Penyidik Oh.

Hee Woo : Baiklah. Jadi, semuanya sudah beres di sini. Benar, bukan?

Penyidik Oh : Ya. Tentu saja.

Hee Woo : Baiklah. Ayo pergi sekarang.


Hee Woo keluar. Sang Man dan Penyidik Oh mengikuti Hee Woo. Hee Woo ingat kata2 A Jin. Menurut A Jin, ada kantor di samping tempat penukaran cip. Itu markas untuk Geng Yuchae. Itu kantor, tapi bandar pun tidak bisa masuk. Hee Woo mungkin akan menemukan yang Hee Woo inginkan di sana.

Mereka masuk ke markas Geng Yuchae.

Hee Woo : Penyidik Oh. Kita akan menyita semua berkas di kantor ini.

Penyidik Oh : Baik, Pak. Aku akan mengambil kotaknya.

Penyidik Oh keluar.


Hee Woo : Sang Man, retas komputer mereka dan bandingkan datanya dengan buku kas.

Sang Man langsung beraksi.

Hee Woo : Namun, apa menurutmu, kau bisa meretas...

Hee Woo terdiam melihat Sang Man sudah selesai meretas.

Hee Woo : Ya, kau bisa.

Hee Woo bicara dalam hatinya, benar. Kau bahkan meretas server kantor kejaksaan untuk membersihkan nama ayahmu.


Tapi tiba2, mereka mendengar keributan diluar. Mereka keluar dan menemukan Penyidik Oh babak belur.

Hee Woo mendekati Penyidik Oh.

Hee Woo : Penyidik Oh, kau baik-baik saja?

Penyidik Oh : Ya. Aku tidak apa-apa.


Seorang pria datang,

Hee Woo mengenalinya.

Hee Woo : Astaga. Senang bertemu denganmu, Lee Hyun Seok.

Hyun Seok : Kau mengenalku?

Hee Woo : Aku datang ke sini untukmu. Tentu saja aku mengenalmu.

Hyun Seok : Kalau begitu, kau pasti tahu untuk siapa aku bekerja.

Hee Woo : Tentu saja. Namun, kau harus bekerja untukku mulai sekarang. Aku tahu kau ingin menggunakan keahlianmu untuk tujuan baik.

Hyun Seok : Waktumu tidak banyak sampai aku merobek mulutmu.

Hee Woo : Astaga. Kenapa kau harus begitu menakutkan? Kau membuatku takut. Baiklah. Aku akan mengalahkanmu. Lalu kau harus menuruti perkataanku. Mengerti?

Hyun Seok : Tentu. Tidak ada uang damai, bahkan jika aku merobek mulutmu.

Hee Woo : Setuju.


Mereka bertarung.

Hee Woo berkata dalam hatinya.

Hee Woo : Lee Hyun Seok. Jika terus begini, dia akan menjadi petarung nomor satu dalam beberapa tahun. Kali ini, aku tidak akan membiarkannya hidup seperti itu.


Hee Woo pun berhasil menjatuhkan Hyun Seok.

Dia lantas memanggil Sang Man.

Sang Man datang, haruskah aku membunuh pria ini?

Hee Woo : Apa?

Sang Man : Itu yang mereka lakukan di film. Dia hampir mengalahkanku.

Hee Woo : Aku harus memberinya pekerjaan.

Sang Man : Di mana dia akan bekerja?

Hee Woo : Di bawahmu. Lagi pula, kita butuh bantuan. Dia juga bisa menjadi pengawalmu.

Sang Man : Astaga. Kurasa aku butuh pengawal untuk melindungiku darinya.

Hee Woo : Dia tidak menggigit. Jangan cemas. Dia akan menjadi aset bagus. Latih dia dengan baik.

Sang Man : Tapi...

Hee Woo menatap galak Sang Man. Sang Man mengalah. Dia membangunkan Hyun Seok, lalu membawanya pergi.


Kepala Jeon dan Jaksa Ji datang. Mereka kaget melihat perbuatan Hee Woo.

Hee Woo mendekati Kepala Jeon.

Tapi Kepala Jeon malah menamparnya. Hee Woo pun kaget.

Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment