Sebelumnya...
Tuan Jang tiba di rumah bersama Tae Joon. Tuan Jang menanyakan istri dan anaknya pada pembantu.
"Mereka di dapur. Anda harus melihatnya."
"Se Jin di dapur? Pantas dia menyuruhku datang dengan Tae Joon. Aku rasa dia memasak."
Mereka ke dapur dan melihat berbagai hidangan sudah tersaji di meja. Tuan Jang mengira istri dan anaknya yang menyiapkan semua itu. Yoo Kyung menyapa Tae Joon. Tae Joon berterima kasih karena sudah diundang. Yoo Kyung memberitahu suaminya, bukan mereka yang memasak tapi seseorang yang profesional.
Na Yeon menoleh. Tuan Jang dan Tae Joon kaget melihat Na Yeon.
Na Yeon : Aku memasak makanan ini dengan sepenuh hatiku.
Se Jin : Dia wanita yang menyiapkan hidangan untuk kita tempo hari.
Yoo Kyung menyuruh suaminya duduk. Se Jin mendorong Tae Joon ke kursi makan.
Tuan Jang minta penjelasan Yoo Kyung, kenapa Yoo Kyung memanggil Na Yeon segala padahal mereka hanya makan malam biasa.
Yoo Kyung bercerita, ia dan Se Jin bertemu Na Yeon di depan rumah saat mereka baru pulang belanja.
Yoo Kyung : Dia baru saja selesai bekerja di dekat sini dan memutuskan mampir kemari, jadi sekalian saja aku meminta bantuannya.
Se Jin : Aku menyuruhnya menyiapkan semua ini karena Tae Joon mau datang. Ditambah, Tae Joon menyukai masakannya tempo hari.
Tuan Jang menatap Na Yeon.
"Terima kasih, karena hari sudah malam jadi kau boleh pergi."
"Aku rasa aku tidak bisa pergi." jawab Na Yeon.
"Appa, bintang hari ini adalah makanan penutupnya. Aku memintanya membuatkan makanan penutup tradisional Korea."
"Aku akan membuatnya setelah kalian selesai makan." jawab Na Yeon.
Tuan Jang pun tegang dan menatap Na Yeon dengan tatapan terancam.
Na Yeon keluar dan menunggu Tae Joon di depan pagar. Tak lama, Tae Joon datang dan langsung menariknya ke taman.
Tae Joon marah.
"Kau sudah gila! Sadarlah!"
"Benar, aku sudah gila! Akan aneh jika aku tidak gila! Ayah Se Jin mengancamku. Dia bilang, jika aku tidak pergi, aku akan kehilangan Sae Byeol juga. Kau tahu apa yang kukatakan sebagai balasannya? Cobalah lakukan! Dan aku tidak akan tinggal diam. Aku menyuruhnya memberitahu Se Jin dan istrinya semuanya tentang Sae Byeol dan memintanya melakukan apapun untuk menghentikan pernikahanmu!"
"Kau tidak akan bisa melakukannya. Kau tidak akan bisa menghancurkanku."
"Mwo?"
"Karena kau masih mencintaiku jadi kau tidak akan pernah bisa melakukannya."
"Kang Tae Joon..." Na Yeon menatap tajam Tae Joon.
"Lupakan pria brengsek sepertiku. Buka hatimu dan lanjutkan hidupmu dengan Sae Byeol. Inilah hal terbaik yang bisa kita lakukan, Na Yeon-ah."
"Apa-apaan ini? Kalian saling mengenal?"
Tae Joon menoleh dan terkejut melihat Se Jin yang tiba-tiba muncul.
Se Jin mendekati mereka dengan wajah marah.
"Jadi wanita yang menyiapkan makan malam untuk kita adalah mantan kekasihmu?"
"Aku bisa menjelaskannya." jawab Tae Joon, lalu mengajak Se Jin pergi tapi Se Jin tidak mau.
"Kudengar namamu Lee Na Yeon. Apa kau Lee Na Yeon yang sama dengan yang aku kenal?"
"Seperti inilah reuni kita setelah 20 tahun, tapi tempatnya agak buruk. Apa kabarmu Jang Se Jin."
"Manhae? Jeongmal Lee Na Yeon manhae?"
"Ayo pulang dan bicara." ajak Tae Joon, tapi Se Jin tidak mau.
"Aku benar-benar bodoh. Aku tidak percaya aku tidak bisa mengenalimu. Inilah aku dan sama seperti 20 tahun lalu. Aku tidak pernah kehilangan siapapun tapi aku selalu membuat diriku terlihat bodoh di depanmu. Kau tidak ingat?"
"Aku tidak yakin." jawab Na Yeon.
"Jangan bicara disini. Ayo kita minum. Ini sudah 20 tahun. Aku akan membelikannya."
Se Jin memaksa Na Yeon ikut dengannya. Tae Joon mencegah Se Jin.
"Ada apa denganmu! Aku sudah bilang aku akan menjelaskannya!"
"Menjelaskan apa! Aku dengar semuanya! Apalagi yang harus kudengar!"
Se Jin kembali menatap Na Yeon.
"Apa masih ada yang lain? Kudengar kau punya anak. Sae Byeol, kan? Nama yang cantik. Dia perempuan? Dia pasti cantik dan mirip Tae Joon. Aku ingin bertemu dia."
Tae Joon berusaha mengajak Se Jin pergi tapi Se Jin tetap menolak.
"Ini sudah larut. Kita bisa bicara lagi lain kali. Tae Joon-ah, antar dia pulang. Ini sudah larut."
"Se Jin-ah."
Se Jin memegang tangan Tae Joon dan berusaha tersenyum.
"Aku baik-baik saja, kita bicarakan besok."
Se Jin beranjak pergi.
Tae Joon menghela nafas dan menatap kesal ke arah Na Yeon.
"Kau puas Se Jin sudah tahu semuanya. Kau akan menyesal atas apa yang kau lakukan malam ini." ucap Tae Joon, lalu pergi menyusul Na Yeon.
*Omo, kali ini Tae Joon yang ngancam Na Yeon.. Kasihan Na Yeon. Ditekan sana-sini.
Se Jin berjalan gontai. Tae Joon menyusul Se Jin. Ia terkejut melihat Se Jin jatuh dan langsung menghampiri Se Jin. Se Jin tidak mengerti, kenapa Na Yeon dari sekian banyak wanita. Tae Joon meminta maaf karena tidak memberitahu Se Jin. Ia lantas membantu Se Jin berdiri. Se Jin berkata, tidak akan ada yang berubah meski Tae Joon mengatakannya sejak awal.
"Kang Tae Joon, tegakkan kepalamu dan dengar baik-baik. Susu sudah tumpah. Hanya orang bodoh yang berusaha memasukkannya kembali. Bersihkan saja semuanya dan tuang susu yang baru."
Se Jin juga berkata, mereka akan tetap menikah sesuai rencana.
Sekarang Se Jin masuk ke kamarnya. Ia teringat masa kecilnya dulu dengan Na Yeon.
Se Jin marah! Ia menjatuhkan barang-barang yang ada di mejanya, lalu berteriak dan menangis.
Tuan Jang melihat itu dari depan pintu. Ia kemudian masuk dan memungut dua berkas Se Jin di lantai.
"Ayah berharap kau tidak mengetahuinya sampai kau menikah tapi ayah sadar, ayah egois."
Se Jin terkejut ayahnya sudah tahu.
"Tae Joon memberitahu ayah. Dia tidak tahu anak itu. Dia juga kaget. Kau bisa putus dengannya?"
Se Jin terisak dan menggeleng.
"Hanya itu yang penting. Kau istirahat lah, bayimu pasti kaget juga."
Tuan Jang beranjak pergi. Se Jin pun berkata, bahwa dia siap dengan konsekuensinya karena sudah merebut Tae Joon dari Na Yeon. Ia juga berpikir bisa menerima Sae Byeol, tapi yang ia tidak mengerti kenapa harus Na Yeon. Ia menatap sang ayah dan mengaku takut masa depannya serta bayinya rusak.
Tuan Jang memeluk Se Jin.
"Ayah tidak akan membiarkan itu terjadi, jadi jangan pikirkan hal itu dan pikirkan saja bayimu."
"Appa, aku tidak akan pernah melepaskan Tae Joon. Jika ada yang menghalangiku, tidak peduli anak kecil atau siapa pun, aku akan mengatasinya. Aku tidak akan membiarkan Tae Joon pergi."
Tuan Jang terlihat marah.
Yoo Kyung sedang melihat-lihat perhiasannya dan mengambil sebuah cincin. Yakin Tae Joon tidak mempersiapkan cincin pernikahan yang bagus, ia pun memutuskan memberikan cincin itu pada Se Jin.
Yoo Kyung : Aku tidak membutuhkan cincin ini, karena aku tidak punya menantu perempuan jadi akan kuberikan pada Se Jin.
Yoo Kyung pun melihat perhiasannya yang lain dan tanpa sengaja menjatuhkan antingnya. Melihat anting itu, sontak ia teringat cerita dibalik anting itu.
Flashback...
Saat Yoon Ae terkapar di jalan, ia mengambil has tes DNA Tuan Jang dan Se Jin.
Ketika sudah berada di mobilnya dan jauh dari lokasi kecelakaan Yoon Ae, ia baru sadar salah satu antingnya hilang.
Na Yeon yang melihat anting itu minta penjelasan kenapa anting itu hanya satu.
Flashback end...
Yoo Kyung yang tegang, langsung mengembalikan antingnya ke dalam kotak perhiasannya. Ia takut rahasianya terbongkar.
Na Yeon duduk di tepi Sungai Han dengan mata berkaca-kaca.
"Lee Yoon Ae-ssi, aku mengejar pria yang tidak menginginkanku. Aku menangis dan mengancamnya juga. Bahkan bagiku, begitu menyedihkan. Tapi kenapa dia melahirkan pecundang seperti itu? Dia harusnya punya putri yang pintar dan keren. Kenapa dia melahirkan seorang pecundang. Kenapa dia...." tangis Na Yeon pecah.
"... melahirkan pecundang seperti ku, wae!"
Man Jung ke restoran Mal Sook karena merindukan ayam Mal Sook. Ia penasaran, apa resep rahasia Mal Sook hingga membuat ayam gorengnya begitu enak.
Tak lama kemudian, Man Jung berpikir tidak ada yang bisa menghentikannya karena ia akan membayar ayam yang dimakannya.
Saat sudah memutuskan untuk masuk, Mal Sook tiba-tiba keluar, membuatnya kaget.
"Oh Man Jung, aku tahu akan akan kembali. Tidak banyak yang memiliki restoran sepertiku, tapi seseorang yang sudah mencoba ayamku sekali pasti akan kembali."
"Kau pikir aku datang untuk ayam?"
"Lalu kau datang untuk meminta maaf mewakili Tae Joon?"
"Kenapa aku harus melakukannya. Maksudku, Tae Joon tidak salah. Itu salah Na Yeon sampai Tae Joon berselingkuh!"
Kesal, Mal Sook menggulung lengan bajunya dan berkata, sudah bersumpah akan menjambak Man Jung jika Man Jung muncul di hadapannya.
Man Jung yang takut, langsung kabur.
*Gk tau malu emang ni si Man Jung. Udah ngelepeh Na Yeon, ngatain Na Yeon yg salah sampe Tae Joon berani selingkuh, eeh masih berniat nyobain masakan Mal Sook.
Se Gwang dan Geum Bong di bar. Geum Bong terkejut mendengar cerita Se Gwang. Se Gwang cerita, kalau ibunya meninggalkannya sejak usia 5 tahun.
Se Gwang : Ayahku bolak balik keluar negeri untuk urusan bisnis. Ibuku sangat cantik dan elegan. Ayah memberikan semuanya untuk ibuku tapi ibuku merasa tidak pernah cukup dan pergi meninggalkan kami.
"Kau tidak tahu dimana ibu kandungmu?"
"Aku bertemu dia belum lama ini. Apakah ini hanya kebetulan seperti di film-film? Aku bisa mengenalinya. Dia masih terlihat sama. Bersinar dan elegan. Tapi dia tidak mengenaliku. Aku menabraknya dan dia tidak mengenaliku."
Se Gwang pura-pura nangis. Geum Bong yang percaya, langsung kasihan dan memeluk Se Gwang.
Ponsel Se Gwang tiba-tiba berdering. Se Gwang langsung berdiri dan beranjak menjauhi Geum Bong.
Telepon dari Man Jung yang mengajak Se Gwang bertemu. Man Jung berkata, punggungnya sakit akibat ditabrak Se Gwang dan dia harus melakukan CT Scan.
Se Gwang : Ajumma, jika kau sampai berbohong, kau akan berakhir di penjara.
Usai bicara dengan Se Gwang, Man Jung kembali menyantap mi nya.
Di kamarnya, Na Yeon menatap beberapa buku tabungannya. Buku tabungan yang pertama, tabungan yang ia simpan untuk keluarganya. Buku yang kedua, yang dari Tae Joon dan yang ketiga, tabungan untuk masa depan Sae Byeol.
Selang beberapa menit, Na Yeon menyimpan semua buku tabungannya ke dalam sebuah amplop. Setelah itu, ia menatap cincin yang diberikan Tae Joon saat melamarnya, kemudian melepaskannya.
Na Yeon lantas menatap Sae Byeol dan menangis.
"Haruskah aku berhenti. Meskipun kau tidak punya ayah, kau akan tumbuh dengan baik kan?"
Na Yeon merebahkan kepalanya dan menangis hebat. Sae Byeol yang sudah terlelap itu, meletakkan tangannnya di punggung Na Yeon dan menepuk-nepuk punggung Na Yeon.
Sontak Na Yeon kaget dan langsung menatap ke arah Sae Byeol.
Na Yeon lantas mengelus pipi Sae Byeol, lalu merebahkan kepalanya di dekat kepala Sae Byeol dan kembali menangis.
Paginya, Kepala Gudang menanyakan soal rumor Hwi Kyung anak Pimpinan Park pada Hwi Kyung.
"Aku benci berbohong. Mulutku gatal ingin memberitahumu saat kau meremehkanku."
Sontak si Kepala Gudang kaget.
"Kau dalam masalah besar sekarang. Kau sudah bersikap kasar pada anak pimpinan." canda Hwi Kyung.
"Kalau kau anak Pimpinan, aku pamannya Pimpinan!"
"Apa?"
"Jangan bertingkah di depan karyawan lain dan jaga sikapmu. Jangan suka memerintah dan bekerja keras lah sebagai karyawan! Pelajari bisnis sebelum kau pergi dari sini." ucap si Kepala Gudang lalu pergi.
Do Hee menemui seorang wanita di sebuah kafe. Do Hee berterima kasih pada wanita itu.
"Aku sudah lama bekerja dengan Nyonya dan aku tidak bisa diam lagi."
"Aku mengerti. Kita harus menghentikan mereka yang menyalahgunakan kekuasaan dan kekayaan."
Setelah Do Hee masuk ke toilet dan bertemu wanita lain di sana. Do Hee pura-pura membetulkan alisnya dan terus menatap ke arah wanita itu.
Wanita itu yang tahu ditatap Do Hee, merasa tidak nyaman dan buru-buru pergi setelah menggunakan lipstiknya.
Do Hee buru-buru kembali ke mobilnya. Di mobil, ia membaca artikel perceraian Hwi Kyung dengan wanita itu. Di artikel itu, tertulis bahwa wanita itu berusaha bunuh diri karena depresi.
Tak lama, wanita itu muncul bersama seorang pria. Do Hee tambah heran.
"Apa dia sudah menikah lagi tapi mereka tidak terlihat seperti pasangan yang sudah menikah."
Do Hee pun langsung mengikuti mereka dan melihat pasangan itu masuk ke kamar hotel.
Bersambung ke part 2............
-
Sinopsis Wonderful World Episode 1-16
Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.
-
Duis non justo nec auge
Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.
-
Vicaris Vacanti Vestibulum
Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.
-
Vicaris Vacanti Vestibulum
Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.
-
Vicaris Vacanti Vestibulum
Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.
Blessing of the Sea Ep 1 Part 2
by
GenkPelangi
at
January 24, 2019
Sebelumnya...
Ji Hwan bilang pada istrinya, ia akan berdoa ke kuil dan mengumpulkan herbal dalam perjalanan. Namun sang istri cemas. Sang istri mengaku, setiap kali memikirkan orang-orang yang berusaha menyakiti Ji Hwan, ia takut.
Ji Hwan : Jangan cemas. Uri Hong Joo akan masuk sekolah tahun depan. Aku ingin dia tahu diluar sana ada banyak teman baik selain hewan dan serangga.
Ji Hwan lantas memegang tangan istrinya dan meyakinkan istrinya bahwa mereka akan baik-baik saja.
Ji Hwan : Meski tidak ada yang memercayaiku, aku yakin akan ada satu orang yang percaya. Satu orang.
Besoknya, Jae Ran memberitahu ibunya bahwa Sung Jae sudah berangkat pagi-pagi sekali tadi. Young In pun kesal mendengarnya dan menyuruh Jae Ran memanggil Pil Doo.
Jae Ran : Dia pikir Seo Pil Doo solusi untuk segala masalah?
Ponsel Jae Ran berdering. Jae Ran terkejut mendengarnya dan meminta si penelpon agar segera mengirimkan sesuatu padanya.
Tak lama kemudian, Jae Ran mendapat kiriman foto-foto seorang pria.
Pria yang ada di foto yang ditatap Jae Ran, ada di rumah sakit. Ia terkejut melihat tagihan rumah sakit anaknya yang sangat mahal dan yakin ada kesalahan.
"Anda Pak Sim Hak Kyu walinya Pasien Yeo Ji Na?" tanya pihak rumah sakit.
Pria itu mengiyakan.
"Tidak ada perbedaan untuk anak dan orang dewasa."
Hak Kyu pun meminta diskon.
"Ini bukan pasar, Pak." ucap pihak rumah sakit.
Hak Kyu menghela nafas. Ia lalu pergi dan duduk di depan meja resepsionis.
Han Kyu kemudian menghitung uangnya dan makin lemas karena uangnya tidak cukup membayar biaya rumah sakit.
Pandangan Han Kyu kemudian terarah pada TV di ruang tunggu yang menyiarkan lukisan yang tadi ditatap Hong Joo yang ternyata bernilai tinggi.
"Jika aku seniman, setidaknya aku harus meninggalkan yang seperti itu. Aku bekerja sebagai pelukis, tapi kenapa sulit menghasilkan uang?" ucapnya.
Di ranjang rumah sakit, Ji Na tengah menggambar.
Sementara sang ibu, Bang Deok Hee, bertengkar dengan keluarga salah satu pasien. Keluarga salah satu pasien menuduh Deok Hee mencuri bubur abalone nya. Ia mengaku, ada yang melihat
Deok Hee mengeluarkan wadah bubur abalone nya.
"Siapa yang melihatnya? Entah siapa, tapi akan kucongkel matamu! Aku akan berdoa pada Raja Naga, agar kalian membusuk disini sampai mati. Tunggu saja. Besok akan kubawa jimat dan kuletakkan di kasur kalian."
"Aigo, dasar dukun payah. Apa yang kau lakukan? Hya, jika kau sesakti itu, kenapa anakmu sakit? Apa Raja Naga mu tidak peduli padanya?"
"Hya, kau mengajakku berkelahi!"
Deok Hee pun mulai menjambak rambut si ajumma.
Tak lama kemudian, Hak Kyu datang dan berusaha melerai perkelahian itu tapi gagal.
Deok Hee baru berhenti berkelahi saat Ji Na berteriak menyuruhnya berhenti.
Hak Kyu pun membawa istrinya keluar. Diluar, ia memarahi istrinya karena bertengkar di depan Ji Na. Ia juga marah karena sang istri mencuri bubur abalone orang lain.
"Aku kasihan karena Ji Na tidak bisa menelan makanan rumah sakit yang tidak enak. Anak malang itu bahkan tidak bisa ke toilet dan dia sekarat seiring wajahnya menguning. Tapi apa yang kau lakukan? Apakah kau akan diam saja seperti ini jika dia putri kandungmu?"
"Apa maksudmu?"
"Dia putri dari istrimu dengan mantan suaminya, wajar kau tidak peduli padanya. Dia hanya orang asing."
"Bang Deok Hee! Ucapanmu sangat menyinggungku. Aku tidak pernah menganggap dia orang asing. Aku bersumpah."
"Jangan hanya bicara, bawakan aku uang! Aku tidak peduli meski kau mencuri. Bawakan aku uang!"
Poong Do sedang mengeker sesuatu. Tak lama kemudian, Sung Jae dan menunjukkan tiket pesawat.
Ya, mereka ada di bandara. Sung Jae berkata, bahwa mereka akan menemui ibu Poong Do. Poong Do senang mendengarnya.
Ponsel Sung Jae kemudian berdering. Sung Jae tidak mengenali nomornya.
"Ini nomor Ma Sung Jae? Ini kau kan, Sung Jae?" tanya suara pria di seberang sana.
Sung Jae langsung tersenyum tidak percaya mendengarnya.
Hak Kyu ada di tengah hutan. Ia berkata, meski dirinya bekerja mengecat atap, uangnya tidak akan cukup mencukupi kebutuhan mereka. Hak Kyu kemudian teringat saran istrinya untuk menjadi pencuri.
Han Kyu lalu berteriak.
"Mencuri juga tidak mudah, Deok Hee-ya!"
Han Kyu kemudian melanjutkan pencariannya. Ia kesal karena tidak bisa menemukan jamur.
Han Kyu lantas melemparkan tongkat kayunya ke sembarang arah. Ia terkejut mendengar tongkat kayunya menabrak sesuatu.
"Harta karun! Satu dari itu, pasti cukup untuk biaya rumah sakit Ji Na."
Han Kyu pun mendekat. Ia memanjat tebing untuk mencapai harta karunnya. Tapi saat hampir sampai, seekor laba-laba jatuh ke tangannya. Han Kyu kaget dan menjerit. Akibatnya, ia langsung jatuh berguling ke bawah.
Han Kyu tak sadarkan diri.
Hong Joo menumbuk sesuatu yang menghasilkan warna merah.
Seseorang mengintipnya dari belakang. Hong Joo yang curiga ada yang mengawasinya, langsung mencari sosok si pengawas tapi tidak menemukan siapa pun.
Sang ibu keluar. Hong Joo pun berkata, ada yang mengawasi mereka.
"Siapa? Sejak kapan?"
"Mereka di sana sejak kita kembali memetik kelopak bunga. Aku tidak melihat mereka lagi."
Ibu Hong Joo langsung ke jalan, memeriksa.
Tepat saat itu, sebuah mobil datang dan berhenti di depannya.
Poong Do keluar dari dalam mobil dan langsung muntah.
Sung Jae keluar dari mobil dan menepuk-nepuk punggung Poong Do.
Sung Jae lantas berniat mengambil tisu. Ibu Hong Joo pun langsung menyerahkan tisunya.
"Putramu pasti mabuk berat." ucap ibu Hong Joo yang terus memperhatikan Sung Jae. Ia merasa mengenali Sung Jae.
"Iya, tapi apa kau tahu dimana Kuil Gangnyeong? Ini kali pertamaku kemari, jadi aku agak tersesat."
"Kuil Gangnyeong? Terus ikuti jalan ini dan belok kiri pada persimpangan. Tapi kenapa kau mau kesana?"
Sung Jae yang tidak mengenali ibu Hong Joo sedikit terkejut dengan pertanyaan ibu Hong Joo.
"Maafkan aku." ucap ibu Hong Joo.
"Seseorang yang selalu ingin kutemui ada di sana. Seseorang yang aku cari bahkan di mimpiku."
Ibu Hong Joo lantas melihat jam tangan Sung Jae dan tambah yakin.
"Apa kau Ma Sung Jae?"
"Bagaimana kau bisa mengenalku?"
Belum sempat menjawab, Hong Joo sudah muncul. Hong Joo takjub melihat mobil Sung Jae dan mau mendekat, tapi sang ibu langsung menariknya.
"Ibu mereka siapa? Teman ibu?"
Poong Do muntah lagi. Kali ini muntahannya mengenai kaki Hong Joo. Hong Joo sontak teriak dan menatap kesal Poong Do.
Sekarang, Sung Jae berada di rumah kaca. Ia takjub melihat tanaman di rumah kaca.
"Kurasa kau sukses, Ji Hwan-ah."
Tak lama kemudian, istri Ji Hwan datang membawakan minuman.
"Bagaimana kau tahu aku Ma Sung Jae?"
"Aku mendengar banyak tentangmu. Dan juga arloji itu."
"Apa Ji Hwan masih memiliki ini?"
"Dia selalu bilang bahwa ada satu orang yang akan memercayai dia. Menurutku keyakinkan itu yang membuat dia bertahan."
Hong Joo sedang melihat kekeran Poong Do. Tak lama kemudian, Poong Do keluar dari dalam rumah dan memakai bajunya Hong Joo. Poong Do merebut kekerannya dan menatap sebal Hong
Joo. Hong Joo juga membalas tatapan Poong Do itu dengan tatapan sebal.
Tak lama kemudian, Sung Jae dan istri Ji Hwan datang.
"Hong Joo-ya, jangan kasar begitu."
"Dia memuntahiku dan memarahiku karena aku melihat kekerannya."
"Poong Do-ya, cobalah akrab dengan temanmu."
Poong Do lalu protes dengan bajunya. Istri Ji Hwan minta maaf karena ia tak punya baju lain. Ia berkata, matahari sedang panas jadi baju Poong Do akan segera kering.
"Maaf, Poong Do-ya. Ayah sudah mengirimkan barang kita. Kau bisa menunggu sebentar. Ayah akan pergi memanggil teman ayah."
Poong Do menolak.
"Ada banyak batu besar. Jalanannya akan bergelombang dan kau akan muntah lagi." ucap Hong Joo.
Istri Ji Hwan merasa tidak enak dengan ucapan putrinya, sementara Sung Jae tertawa melihat reaksi putranya diledek Hong Joo.
Ji Hwan sendiri tengah membebat luka di tangan Hak Kyu. Tak lama kemudian, Hak Kyu siuman dan mengira dirinya ada di akhirat.
Ji Hwan : Kau bisa terkena masalah jika aku tidak menemukanmu.
Hak Kyu pun ingat apa yang terjadi pada dirinya.
Hak Kyu : Racunnya sudah menyebar.
Ji Hwan : Kurasa ini bukan laba-laba beracun.
Ji Hwan lantas membantu Hak Kyu bangun. Hak Kyu berterima kasih karena Ji Hwan sudah menolong.
Hak Kyu lalu melihat saputangan yang membebat tangannya.
"Maaf karena saputanganmu kotor. Ini juga tampak langka."
"Putriku yang membuatnya. Dia akan bangga jika ini digunakan untuk menyelematkan orang lain."
"Siapa pun itu, dia pasti putri yang baik."
Ji Hwan pun menunjukkan foto putrinya.
"Aigo, dia tampak cerdas. Dia akan menjadi orang hebat."
"Ya, dia cukup pintar. Ngomong-ngomong, matahari akan segera terbenam. Kau bisa berdiri? Kuil Gangnyeong sudah dekat. Kau harus menginap di sana."
"Aku mengenal kuil itu. Aku memang mau ke sana."
HaK Kyu lalu berdiri tapi jatuh lagi karena kakinya sakit.
"Kurasa kakimu terkilir. Naik lah ke punggungku dan tolong pegang kan barangku." ucap Ji Hwan.
Hak Kyu merasa enak.
"Putriku suka digendong, jadi aku sudah terbiasa." ucap Ji Hwan.
Hak Kyu pun akhirnya naik ke punggung Ji Hwan.
Poong Do duduk dibawah pohon, menatap foto dirinya dengan sang ibu dengan tatapan sedih.
Hong Joo yang melihat itu pun menjahili Poong Do.
Ia mengambil tongkat kayu, lalu mengganggu burung yang sedang duduk di sarang di atas pohon. Burung itu langsung terbang dan menjatuhkan tai nya ke kepala Poong Doo dan foto ibu Poong Do.
Sontak, Poong Do marah dan melempari Hong Joo dengan kerikil. Hong Joo pun langsung lari memanggil sang ibu.
Poong Do mengusap tai burung yang ada di foto ibunya dan menangis.
Hong Joo mengadukan Poong Do pada ibunya yang sedang memasak. Sang ibu pun berkata, itu karena Poong Do sedang patah hati jadi Poong Do tidak banyak bicara.
"Kenapa dia patah hati?" tanya Hong Joo.
"Ibu juga tidak tahu. Mungkin kau akan tahu jika mendengarkannya."
"Bagaimana aku bisa mendengarkan jika dia tidak bicara?"
Sang ibu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Hong Joo.
Sementara itu, Poong Do berniat ke kamar mandi. Tapi baru membuka pintu, ia langsung menutup hidungnya dan menutup kali pintu kamar mandinya.
Hong Joo melihat Poong Do. Poong Do kemudian berlari dan Hong Joo mengikutinya.
Poong Do buang air di semak-semak. Hong Joo yang melihat itu langsung meneriaki Poong Do.
Melihat Hong Joo, Poong Do buru-buru memasang celananya. Setelah itu, ia berjalan ke arah Hong Joo tapi malah terpeleset dan jatuh ke dalam air.
Hong Joo sontak tertawa.
Sementara Poong Do panik dan mencari sesuatu.
Melihat Poong Do mencari sesuatu, Hong Joo mengedarkan pandangannya ke air dan menemukan kekeran Poong Do.
Hong Joo langsung membenamkan kepalanya dan mengambil kekeran Poong Do.
Berkat itu lah, Poong Do dan Hong Joo jadi berteman. Ibu Hong Joo kemudian datang membawakan mereka minuman hangat. Ibu Hong Joo juga memarahi Hong Joo lantaran membuat Poong Doo kecebur.
Poong Do pun memegang tangan ibu Hong Joo dan menggelengkan kepalanya.
"Ada apa Poong Do-ya?"
"Dia melarang ibu memarahiku. Aku bisa mendengar apa yang mau dia katakan."
Bersambung ke part 2........
Tags
Blessing of the Sea
Ji Hwan bilang pada istrinya, ia akan berdoa ke kuil dan mengumpulkan herbal dalam perjalanan. Namun sang istri cemas. Sang istri mengaku, setiap kali memikirkan orang-orang yang berusaha menyakiti Ji Hwan, ia takut.
Ji Hwan : Jangan cemas. Uri Hong Joo akan masuk sekolah tahun depan. Aku ingin dia tahu diluar sana ada banyak teman baik selain hewan dan serangga.
Ji Hwan lantas memegang tangan istrinya dan meyakinkan istrinya bahwa mereka akan baik-baik saja.
Ji Hwan : Meski tidak ada yang memercayaiku, aku yakin akan ada satu orang yang percaya. Satu orang.
Besoknya, Jae Ran memberitahu ibunya bahwa Sung Jae sudah berangkat pagi-pagi sekali tadi. Young In pun kesal mendengarnya dan menyuruh Jae Ran memanggil Pil Doo.
Jae Ran : Dia pikir Seo Pil Doo solusi untuk segala masalah?
Ponsel Jae Ran berdering. Jae Ran terkejut mendengarnya dan meminta si penelpon agar segera mengirimkan sesuatu padanya.
Tak lama kemudian, Jae Ran mendapat kiriman foto-foto seorang pria.
Pria yang ada di foto yang ditatap Jae Ran, ada di rumah sakit. Ia terkejut melihat tagihan rumah sakit anaknya yang sangat mahal dan yakin ada kesalahan.
"Anda Pak Sim Hak Kyu walinya Pasien Yeo Ji Na?" tanya pihak rumah sakit.
Pria itu mengiyakan.
"Tidak ada perbedaan untuk anak dan orang dewasa."
Hak Kyu pun meminta diskon.
"Ini bukan pasar, Pak." ucap pihak rumah sakit.
Hak Kyu menghela nafas. Ia lalu pergi dan duduk di depan meja resepsionis.
Han Kyu kemudian menghitung uangnya dan makin lemas karena uangnya tidak cukup membayar biaya rumah sakit.
Pandangan Han Kyu kemudian terarah pada TV di ruang tunggu yang menyiarkan lukisan yang tadi ditatap Hong Joo yang ternyata bernilai tinggi.
"Jika aku seniman, setidaknya aku harus meninggalkan yang seperti itu. Aku bekerja sebagai pelukis, tapi kenapa sulit menghasilkan uang?" ucapnya.
Di ranjang rumah sakit, Ji Na tengah menggambar.
Sementara sang ibu, Bang Deok Hee, bertengkar dengan keluarga salah satu pasien. Keluarga salah satu pasien menuduh Deok Hee mencuri bubur abalone nya. Ia mengaku, ada yang melihat
Deok Hee mengeluarkan wadah bubur abalone nya.
"Siapa yang melihatnya? Entah siapa, tapi akan kucongkel matamu! Aku akan berdoa pada Raja Naga, agar kalian membusuk disini sampai mati. Tunggu saja. Besok akan kubawa jimat dan kuletakkan di kasur kalian."
"Aigo, dasar dukun payah. Apa yang kau lakukan? Hya, jika kau sesakti itu, kenapa anakmu sakit? Apa Raja Naga mu tidak peduli padanya?"
"Hya, kau mengajakku berkelahi!"
Deok Hee pun mulai menjambak rambut si ajumma.
Tak lama kemudian, Hak Kyu datang dan berusaha melerai perkelahian itu tapi gagal.
Deok Hee baru berhenti berkelahi saat Ji Na berteriak menyuruhnya berhenti.
Hak Kyu pun membawa istrinya keluar. Diluar, ia memarahi istrinya karena bertengkar di depan Ji Na. Ia juga marah karena sang istri mencuri bubur abalone orang lain.
"Aku kasihan karena Ji Na tidak bisa menelan makanan rumah sakit yang tidak enak. Anak malang itu bahkan tidak bisa ke toilet dan dia sekarat seiring wajahnya menguning. Tapi apa yang kau lakukan? Apakah kau akan diam saja seperti ini jika dia putri kandungmu?"
"Apa maksudmu?"
"Dia putri dari istrimu dengan mantan suaminya, wajar kau tidak peduli padanya. Dia hanya orang asing."
"Bang Deok Hee! Ucapanmu sangat menyinggungku. Aku tidak pernah menganggap dia orang asing. Aku bersumpah."
"Jangan hanya bicara, bawakan aku uang! Aku tidak peduli meski kau mencuri. Bawakan aku uang!"
Poong Do sedang mengeker sesuatu. Tak lama kemudian, Sung Jae dan menunjukkan tiket pesawat.
Ya, mereka ada di bandara. Sung Jae berkata, bahwa mereka akan menemui ibu Poong Do. Poong Do senang mendengarnya.
Ponsel Sung Jae kemudian berdering. Sung Jae tidak mengenali nomornya.
"Ini nomor Ma Sung Jae? Ini kau kan, Sung Jae?" tanya suara pria di seberang sana.
Sung Jae langsung tersenyum tidak percaya mendengarnya.
Hak Kyu ada di tengah hutan. Ia berkata, meski dirinya bekerja mengecat atap, uangnya tidak akan cukup mencukupi kebutuhan mereka. Hak Kyu kemudian teringat saran istrinya untuk menjadi pencuri.
Han Kyu lalu berteriak.
"Mencuri juga tidak mudah, Deok Hee-ya!"
Han Kyu kemudian melanjutkan pencariannya. Ia kesal karena tidak bisa menemukan jamur.
Han Kyu lantas melemparkan tongkat kayunya ke sembarang arah. Ia terkejut mendengar tongkat kayunya menabrak sesuatu.
"Harta karun! Satu dari itu, pasti cukup untuk biaya rumah sakit Ji Na."
Han Kyu pun mendekat. Ia memanjat tebing untuk mencapai harta karunnya. Tapi saat hampir sampai, seekor laba-laba jatuh ke tangannya. Han Kyu kaget dan menjerit. Akibatnya, ia langsung jatuh berguling ke bawah.
Han Kyu tak sadarkan diri.
Hong Joo menumbuk sesuatu yang menghasilkan warna merah.
Seseorang mengintipnya dari belakang. Hong Joo yang curiga ada yang mengawasinya, langsung mencari sosok si pengawas tapi tidak menemukan siapa pun.
Sang ibu keluar. Hong Joo pun berkata, ada yang mengawasi mereka.
"Siapa? Sejak kapan?"
"Mereka di sana sejak kita kembali memetik kelopak bunga. Aku tidak melihat mereka lagi."
Ibu Hong Joo langsung ke jalan, memeriksa.
Tepat saat itu, sebuah mobil datang dan berhenti di depannya.
Poong Do keluar dari dalam mobil dan langsung muntah.
Sung Jae keluar dari mobil dan menepuk-nepuk punggung Poong Do.
Sung Jae lantas berniat mengambil tisu. Ibu Hong Joo pun langsung menyerahkan tisunya.
"Putramu pasti mabuk berat." ucap ibu Hong Joo yang terus memperhatikan Sung Jae. Ia merasa mengenali Sung Jae.
"Iya, tapi apa kau tahu dimana Kuil Gangnyeong? Ini kali pertamaku kemari, jadi aku agak tersesat."
"Kuil Gangnyeong? Terus ikuti jalan ini dan belok kiri pada persimpangan. Tapi kenapa kau mau kesana?"
Sung Jae yang tidak mengenali ibu Hong Joo sedikit terkejut dengan pertanyaan ibu Hong Joo.
"Maafkan aku." ucap ibu Hong Joo.
"Seseorang yang selalu ingin kutemui ada di sana. Seseorang yang aku cari bahkan di mimpiku."
Ibu Hong Joo lantas melihat jam tangan Sung Jae dan tambah yakin.
"Apa kau Ma Sung Jae?"
"Bagaimana kau bisa mengenalku?"
Belum sempat menjawab, Hong Joo sudah muncul. Hong Joo takjub melihat mobil Sung Jae dan mau mendekat, tapi sang ibu langsung menariknya.
"Ibu mereka siapa? Teman ibu?"
Poong Do muntah lagi. Kali ini muntahannya mengenai kaki Hong Joo. Hong Joo sontak teriak dan menatap kesal Poong Do.
Sekarang, Sung Jae berada di rumah kaca. Ia takjub melihat tanaman di rumah kaca.
"Kurasa kau sukses, Ji Hwan-ah."
Tak lama kemudian, istri Ji Hwan datang membawakan minuman.
"Bagaimana kau tahu aku Ma Sung Jae?"
"Aku mendengar banyak tentangmu. Dan juga arloji itu."
"Apa Ji Hwan masih memiliki ini?"
"Dia selalu bilang bahwa ada satu orang yang akan memercayai dia. Menurutku keyakinkan itu yang membuat dia bertahan."
Hong Joo sedang melihat kekeran Poong Do. Tak lama kemudian, Poong Do keluar dari dalam rumah dan memakai bajunya Hong Joo. Poong Do merebut kekerannya dan menatap sebal Hong
Joo. Hong Joo juga membalas tatapan Poong Do itu dengan tatapan sebal.
Tak lama kemudian, Sung Jae dan istri Ji Hwan datang.
"Hong Joo-ya, jangan kasar begitu."
"Dia memuntahiku dan memarahiku karena aku melihat kekerannya."
"Poong Do-ya, cobalah akrab dengan temanmu."
Poong Do lalu protes dengan bajunya. Istri Ji Hwan minta maaf karena ia tak punya baju lain. Ia berkata, matahari sedang panas jadi baju Poong Do akan segera kering.
"Maaf, Poong Do-ya. Ayah sudah mengirimkan barang kita. Kau bisa menunggu sebentar. Ayah akan pergi memanggil teman ayah."
Poong Do menolak.
"Ada banyak batu besar. Jalanannya akan bergelombang dan kau akan muntah lagi." ucap Hong Joo.
Istri Ji Hwan merasa tidak enak dengan ucapan putrinya, sementara Sung Jae tertawa melihat reaksi putranya diledek Hong Joo.
Ji Hwan sendiri tengah membebat luka di tangan Hak Kyu. Tak lama kemudian, Hak Kyu siuman dan mengira dirinya ada di akhirat.
Ji Hwan : Kau bisa terkena masalah jika aku tidak menemukanmu.
Hak Kyu pun ingat apa yang terjadi pada dirinya.
Hak Kyu : Racunnya sudah menyebar.
Ji Hwan : Kurasa ini bukan laba-laba beracun.
Ji Hwan lantas membantu Hak Kyu bangun. Hak Kyu berterima kasih karena Ji Hwan sudah menolong.
Hak Kyu lalu melihat saputangan yang membebat tangannya.
"Maaf karena saputanganmu kotor. Ini juga tampak langka."
"Putriku yang membuatnya. Dia akan bangga jika ini digunakan untuk menyelematkan orang lain."
"Siapa pun itu, dia pasti putri yang baik."
Ji Hwan pun menunjukkan foto putrinya.
"Aigo, dia tampak cerdas. Dia akan menjadi orang hebat."
"Ya, dia cukup pintar. Ngomong-ngomong, matahari akan segera terbenam. Kau bisa berdiri? Kuil Gangnyeong sudah dekat. Kau harus menginap di sana."
"Aku mengenal kuil itu. Aku memang mau ke sana."
HaK Kyu lalu berdiri tapi jatuh lagi karena kakinya sakit.
"Kurasa kakimu terkilir. Naik lah ke punggungku dan tolong pegang kan barangku." ucap Ji Hwan.
Hak Kyu merasa enak.
"Putriku suka digendong, jadi aku sudah terbiasa." ucap Ji Hwan.
Hak Kyu pun akhirnya naik ke punggung Ji Hwan.
Poong Do duduk dibawah pohon, menatap foto dirinya dengan sang ibu dengan tatapan sedih.
Hong Joo yang melihat itu pun menjahili Poong Do.
Ia mengambil tongkat kayu, lalu mengganggu burung yang sedang duduk di sarang di atas pohon. Burung itu langsung terbang dan menjatuhkan tai nya ke kepala Poong Doo dan foto ibu Poong Do.
Sontak, Poong Do marah dan melempari Hong Joo dengan kerikil. Hong Joo pun langsung lari memanggil sang ibu.
Poong Do mengusap tai burung yang ada di foto ibunya dan menangis.
Hong Joo mengadukan Poong Do pada ibunya yang sedang memasak. Sang ibu pun berkata, itu karena Poong Do sedang patah hati jadi Poong Do tidak banyak bicara.
"Kenapa dia patah hati?" tanya Hong Joo.
"Ibu juga tidak tahu. Mungkin kau akan tahu jika mendengarkannya."
"Bagaimana aku bisa mendengarkan jika dia tidak bicara?"
Sang ibu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Hong Joo.
Sementara itu, Poong Do berniat ke kamar mandi. Tapi baru membuka pintu, ia langsung menutup hidungnya dan menutup kali pintu kamar mandinya.
Hong Joo melihat Poong Do. Poong Do kemudian berlari dan Hong Joo mengikutinya.
Poong Do buang air di semak-semak. Hong Joo yang melihat itu langsung meneriaki Poong Do.
Melihat Hong Joo, Poong Do buru-buru memasang celananya. Setelah itu, ia berjalan ke arah Hong Joo tapi malah terpeleset dan jatuh ke dalam air.
Hong Joo sontak tertawa.
Sementara Poong Do panik dan mencari sesuatu.
Melihat Poong Do mencari sesuatu, Hong Joo mengedarkan pandangannya ke air dan menemukan kekeran Poong Do.
Hong Joo langsung membenamkan kepalanya dan mengambil kekeran Poong Do.
Berkat itu lah, Poong Do dan Hong Joo jadi berteman. Ibu Hong Joo kemudian datang membawakan mereka minuman hangat. Ibu Hong Joo juga memarahi Hong Joo lantaran membuat Poong Doo kecebur.
Poong Do pun memegang tangan ibu Hong Joo dan menggelengkan kepalanya.
"Ada apa Poong Do-ya?"
"Dia melarang ibu memarahiku. Aku bisa mendengar apa yang mau dia katakan."
Bersambung ke part 2........
Subscribe to:
Posts (Atom)
About Me
Kumpulan Sinopsis
- Sinopsis Adamas
- Sinopsis Again My Life
- Sinopsis Alice
- Sinopsis Anna
- Sinopsis Babel
- Sinopsis Big Mouth
- Sinopsis Blessing of the Sea
- Sinopsis Blind
- Sinopsis Defendant
- Sinopsis Different Dreams
- Sinopsis Fantastic
- Sinopsis Graceful Family
- Sinopsis Gyeongseong Creature
- Sinopsis Happiness
- Sinopsis Hide and Seek
- Sinopsis Hide Identity
- Sinopsis I Have a Lover
- Sinopsis King Maker : The Change of Destiny
- SInopsis King the Land
- Sinopsis Lies of Lies
- Sinopsis Love Rain
- Sinopsis Maestra
- Sinopsis Moving
- Sinopsis My Golden Life
- Sinopsis My Happy End
- Sinopsis My Perfect Stranger
- Sinopsis Oh My Geum Bi
- Sinopsis Perfect Marriage Revenge
- Sinopsis Ruby Ring
- Sinopsis Ruler : Master Of The Mask
- Sinopsis Selection : The War Between Women
- Sinopsis Song of the Bandits
- Sinopsis still 17
- Sinopsis Temptation Of An Angel
- Sinopsis The Game : Towards Zero
- Sinopsis The Glory
- Sinopsis The Great Show
- Sinopsis The Legend Of The Blue Sea
- Sinopsis The Police Station Next to The Fire Station
- Sinopsis The Princess Man
- Sinopsis The Promise
- Sinopsis The World of the Married
- Sinopsis The Worst of Evil
- Sinopsis Train
- Sinopsis Undercover
- Sinopsis Unknown Woman
- Sinopsis Vigilante
- Sinopsis Watcher
- Sinopsis Wonderful World
Labels
- Adamas (1)
- Again My Life (20)
- Alice (6)
- Babel (47)
- Big Mouth (24)
- Blessing of the Sea (24)
- Blind (9)
- Defendant (35)
- Different Dreams (81)
- Fantastic (42)
- Flower of Evil (10)
- Good Witch (3)
- Graceful Family (63)
- Happines (24)
- Hide and Seek (77)
- Hide Identity (1)
- I Have a Lover (88)
- King Maker : The Change of Destiny (62)
- Lean Of You - Jung Yup (1)
- Lee Yoo Ri Setuju Bintangi Drama MBC Selanjutnya Spring Must Be Coming (1)
- Lies of Lies (32)
- live up to your name (36)
- Love Rain (16)
- Love Story - Lyn (1)
- Maestra (5)
- My Golden Life (100)
- My Happy End (15)
- Oh My Geum Bi (6)
- Perfect Marriage Revenge (2)
- Ruby Ring (181)
- Ruler : Master Of The Mask (56)
- Selection : The War Between Women (63)
- SInopsis King the Land (1)
- Temptation Of An Angel (22)
- The Game : Towards Zero (50)
- The Glory (1)
- The Great Show (62)
- The Legend Of The Blue Sea (39)
- The Police Station Next to The Fire Station (3)
- The Princess Man (24)
- The Promise (211)
- The Road : The Tragedy of One (1)
- The Second Anna (5)
- The World of the Married (21)
- The Worst of Evil (1)
- Train (2)
- Undercover (9)
- Unknown Woman (92)
- VIP (1)
- Watcher (65)
Blog Archive
- ► 2020 (285)
- ► 2019 (614)
- ► 2018 (436)
- ► 2017 (209)
Recent Comments
Followers
-
[Sebelumnya ] Di kediamannya, Hae Sung sedang latihan dibimbing oleh Chang Suk. “Pikiran kosong, mata kosong, tapi setelah ia menemuk...
-
Sebelumnya.... 1 Tahun Kemudian…. Hae Sung dan Chang Suk tampak sedang bersiap2. Chang Suk berkata, setahun sudah berlalu. Hae ...