• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruby Ring Ep 60 Part 1

Sebelumnya...


Ketika sarapan, nenek heran melihat wajah Gyeong Min yang pucat padahal yang mengalami morning sickness Roo Na.

"Mereka bilang, calon orang tua menderita morning sickness bersama." jawab Se Ra.

"Tidak ada yang mengatakan itu!" sewot nenek.

"Pasangan suami istri sudah menjadi satu. Nenek tidak tahu?" tanya Se Ra.

"Maafkan aku. Aku ingin ke kamarku." ucap Roo Na.

"Jika kau lelah, berbaringlah." jawab Nyonya Park.


"Gyeong Min-ah, kau mau nasi? Kau kelihatan tidak berselera." ucap Geum Hee.

"Terima kasih, Bibi Geum Hee." jawab Gyeong Min.

"Perhatikan istrimu. Jika kau tidak bersikap baik padanya saat dia hamil, dia akan merengek padamu sepanjang hidupmu." ucap Tuan Bae.

"Ketika wanita hamil, mereka ingin diperlakukan dengan baik. Jadi bersabarlah sedikit dan perhatikan dia, Gyeong Min-ah

"Lupakan masa lalu." ucap nenek.

"Ini adalah keajaiban. Kapan aku punya bayi?" celetuk Se Ra.

"Diamlah! Kau masih sendiri. Cari pacar lebih dulu!" sewot nenek.


Bel pun berbunyi. Nyonya Park penasaran, siapa yang datang pagi-pagi begitu. Nenek berkata, itu Dokter Kang. Ia mengaku, sengaja menyuruh Dokter Kang dari klinik herbal untuk mampir agar mereka semua bisa mendapatkan obat herbal.


Di kamarnya, Roo Na stress memikirkan kehamilannya.

Ia tidak tahu, sampai kapan ia akan terkurung di penjara seperti itu.

Ya, Roo Na merasa dipenjara karena kehamilannya. Lalu, Roo Na pun bangkit dan mencari sesuatu di internet.


Dokter Kang sudah datang. Tepat saat itu, Gyeong Min dan Se Ra sudah bersiap pergi ke kantor. Tuan Bae menyuruh mereka duduk sebentar, agar bisa diperiksa dan diberikan obat herbal.

"Lain kali saja." jawab Gyeong Min.

"Setelah aku menikah dan hamil, aku akan melakukannya." ucap Se Ra.

"Dimana Roo Bi?" tanya Nyonya Park.

"Dia kurang enak badan. Dia bilang, ingin istirahat." jawab Gyeong Min.

"Ini aneh, Dokter Kang datang untuknya. Suruh dia turun, tapi tidak. Biar aku saja. Aku akan membawanya turun." ucap nenek.

"Biar aku saja, eommoni." jawab Nyonya Park.


Di kamarnya, Roo Na kesal karena nenek memanggil dokter ke rumah. Ia takut, kalau mereka menemukan bahwa dirinya tidak hamil. Saat mendengar suara Nyonya Park yang memanggilnya, ia pun buru-buru naik ke tempat tidur.

"Perasaanmu masih tidak enak?" tanya Nyonya Park.

Roo Na pun mengiyakan.

"Kalau begitu, kau harus diperiksa. Aku tahu ini sulit, tapi turunlah. Nenekmu tidak sabar." ucap Nyonya Park.

"Aku akan melakukannya lain kali. Aku ingin istirahat sekarang." jawab Roo Na.

"Jangan seperti itu, turunlah. Kau tahu kan seperti apa sifat nenek. Turunlah." ucap Nyonya Park.


Saat melihat Nyonya Park turun sendirian, nenek pun kesal. Ia mau menjemput Roo Na tapi dilarang Dokter Kang.

"Karena naiknya hormon, yang terbaik baginya adalah istirahat sekarang, terutama jika itu yang dia inginkan. Kita akan melakukannya saat ia merasa jauh lebih sehat." ucap Dokter Kang.

"Dengarkan Dokter Kang, Bu." pinta Tuan Bae. Nenek pun jadi kesal.


Di restoran, Gilja, Chorim, Soyoung dan Dongpal sedang istirahat. Gilja diam saja, memikirkan sesuatu. Sementara Chorim,

Dongpal dan Soyoung sibuk membahas Daepung.

"Dongpal-ssi, apa Daepung sudah menghubungimu?" tanya Chorim. Dongpal menggeleng.

"Hari itu, kami melihatnya di depan restoran. Dia melihat-lihat ke dalam, tapi dia kabur saat aku dan Chorim muncul." ucap Soyoung.

Dongpal pun kaget, apa!


"Keponakanmu baik-baik saja?" tanya Chorim lagi.

"Kenapa kau menanyakan dia?" tanya Dongpal balik.

"Ayahnya kabur. Aku hanya ingin tahu kabarnya. Dia diterima di perguruan tinggi, kan?"

Dongpal mengiyakan.

"Kasihan sekali anak itu. Ayahnya penipu dan dia juga sangat tampan. Tapi Dongpal-ssi, apakah anaknya Daepung akan tetap tinggal denganmu? Dia tidak akan pindah? Ayahnya kabur. Pasti tidak akan nyaman rasanya." ucap Chorim.

"Itu..." Dongpal bingung menjawabnya. Tepat saat itu, Gilja buka suara.

"Komo, haruskah aku mengunjungi mertua Roo Bi? Roo Bi membuat masalah di keluarga itu dan sebagai ibunya, aku pikir aku harus minta maaf dan berterima kasih pada mereka. Sekarang, Roo Bi hamil. Kurasa ini waktu yang tepat untuk mengunjungi mereka." ucap Chorim.

"Tentu saja, itu ide yang bagus. Samonim." jawab Dongpal.

"Kau benar, Samonim." ucap Soyoung.

"Apa yang harus kuberikan pada mereka? Apakah kue beras?" tanya Gilja.


Chorim ingin bicara lagi soal Jihyeok. Dongpal langsung berseru pada Gilja dan menghampiri Gilja. Ia bilang, tahu tempat yang bagus membeli kue beras.


Seorang bocah laki2 merengek2 minta dibelikan mainan mobil pada ibunya. Mereka lewat di depan Daepung yang sedang makan sisa nasi. Sambil menunjuk ke arah Daepung, ibu itu berkata pada anaknya, kalau sang anak akan jadi pecundang seperti Daepung jika boros.


Nenek menyuruh Nyonya Park menelpon Dokter Kim. Ia merasa, harus membawa Roo Na ke rumah sakit untuk check up. Ditambah, ia juga penasaran dengan wajah cucunya yang ada di kandungan Roo Na. Nyonya Park pun langsung menghubungi Dokter Kim.


Roo Na sedang menyisir rambutnya. Begitu mendengar suara nenek memanggilnya, ia langsung naik ke tempat tidur. Nenek menyuruh Roo Na siap-siap. Ia mengaku, tidak bisa tenang sebelum membawa Roo Na ke dokter. Roo Na menolaknya dengan alasan, tidak enak badan. Tapi nenek memaksa. Nenek bilang, kalau dirinya harus membawa Roo Na ke dokter karena kalau tidak, ia tak akan bisa tenang.


Nyonya Park dan nenek menunggu Roo Na dibawah. Tak lama kemudian, Roo Na pun turun. Roo Na masih berusaha menolak ajakan nenek ke dokter dengan alasan, tidak enak badan.

"Ada banyak alasan untuk pergi. Mungkin itu perutmu, atau sesuatu yang lain. Bisa saja terjadi hal buruk jika kau tidak memeriksanya." jawab nenek.

"Nenek benar. Semakin cepat kau menemui dokter, semakin cepat pula kau ditolong." ucap Nyonya Park.

"Ketika orang tua menyuruhmu melakukan sesuatu, lakukan saja." jawab nenek.


Tak hanya itu, nenek juga menyuruh Roo Na menelpon Gyeong Min. Nenek bilang, akan lebih bagus jika Gyeong Min ikut juga.

Roo Na pun kembali membuat alasan, ia bilang kalau Gyeong Min mungkin sedang sibuk. Tapi nenek memaksa. Terpaksalah

Roo Na menghubungi Gyeong Min.

"Kau sibuk?" tanya Roo Na.

"Iya, ada apa?" jawab Gyeong Min.

Mendengar Gyeong Min sibuk, Roo Na pun buru-buru menyudahi pembicaraannya tapi nenek langsung merebut ponsel Roo Na.

Nenek mengajak Gyeong Min ke rumah sakit, tapi Gyeong Min menolak dengan alasan sibuk. Nenek pun mengerti dan tidak memaksa Gyeong Min lagi.


Gyeong Min sendiri bertanya-tanya, kenapa ia tidak bahagia dengan kehamilan Roo Na.


Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Roo Na terlihat resah. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya menghindar keluarga Gyeong Min.

Lalu tiba-tiba, Sopir Kim yang membawa mereka mengerem mendadak. Nenek langsung sewot dan menyuruh Sopir Kim hati- hati.


Sampai di rumah sakit, Roo Na masih tidak bisa tenang. Ia berusaha berpikir tapi tetap tidak menemukan jalan keluar.

Ia bahkan sampai mau pergi diam-diam saking bingungnya, tapi Nyonya Park melihatnya. Roo Na pun membuat alasan, kalau ia mau ke toilet.

Di toilet, Roo Na masih berusaha memikirkan jalan keluar. Tapi ia sudah tak mampu berpikir. Tak lama kemudian, Nyonya Park menyusulnya. Nyonya Park memberitahu Roo Na bahwa dokter sudah menunggu mereka.


Geum Hee yang sedang olahraga, tanpa sengaja melihat Daepung. Singkat cerita, Daepung meminta maaf karena sudah menipu Geum Hee. Daepung mengaku, melakukan itu demi Dongpal karena Dongpal sudah berbaik padanya, jadi ia mau membalas kebaikan Dongpal.

"Kau pikir kau bisa menipu seseorang dengan pakaian seperti itu?" sewot Geum Hee.


Roo Na sudah selesai diperiksa. Dokter pun memberikan ucapan selamat. Sontak, Roo Na terkejut.

Dokter menjelaskan, kalau bayi yang ada di kandungan Roo Na sehat-sehat saja, tapi Roo Na harus tetap berhati-hati dan tidak boleh memaksakan diri. Dokter juga memberikan foto hasil USGnya.

Nyonya Park dan nenek bahagia melihatnya. Sementara Roo Na, ia tidak menyangka kalau dirinya benar-benar hamil. Senyumnya pun perlahan-lahan muncul.

Bersambung ke part 2.......

Ruby Ring Ep 59 Part 2

Sebelumnya...


 Di dapur restoran, Dongpal kesal mengingat pertemuannya dengan Daepung semalam.

"Dia menipu dan membawa kabur uang orang sebanyak 10 ribu dollar. Tidak seharusnya dia berkeliaran di jalan. Dia seperti gelandangan." ucap Dongpal.

Ya, Dongpal terganggu!


Gilja terkejut melihat kedatangan Roo Na. Chorim dan Soyoung pun langsung memberikan ucapan selamat atas kehamilan Roo Na. Dongpal yang baru keluar dari dapur pun ikut memberi ucapan selamat.

"Kenapa kau kemari?" tanya Gilja. Roo Na pun berkata, dirinya hanya mampir.

"Mampir? Kau harus menjaga dirimu sendiri. " ucap Gilja.

"Aku habis dari rumah sakit." jawab Roo Na.

"Sendirian?" tanya Gilja.

"Dengan ibu mertuaku." jawab Roo Na.

"Mertuamu senang, kan? Jadi apa kata dokter? Bayinya baik-baik saja?" tanya Gilja. Roo Na pun mengiyakan.

"Kau membawa fotonya? Hasil USG." tanya Chorim.

"Bibi Chorim, terlalu dini untuk melihat wajah bayinya. Lagipula, aku meninggalkannya di mobilku. Aku akan menunjukkannya lain kali." jawab Roo Na.

"Kau tahu bagaimana cemasnya ibumu padamu? Sampai bayinya lahir, tetaplah di tempat tidur dan jangan kemana-mana.

"Pastikan kau tidak melakukan kesalahan." ucap Chorim.

"Kenapa kau bicara seperti itu?" protes Gilja.

"Mi.. mianhae, eonni. Aku akan mengunci mulutku." jawab Chorim.


Dongpal pun datang dan memberikan Roo Na bunga. Chorim protes karena Dongpal tidak pernah memberikannya bunga.

Dongpal beralasan, itu karena dia akan menjadi paman setelah bayi Roo Na lahir jadi bunga itu hadiah darinya sebagai paman untuk keponakannya.

Mereka semua pun tertawa bahagia. Roo Na merasa tidak nyaman melihat tawa bahagia keluarganya.


Gyeong Min dan Roo Bi bertemu di lorong kantor.

"Kau masih disini? Ini sudah larut." ucap Gyeong Min.

"Bagaimana denganmu?" tanya Roo Bi.

"Oh, aku sudah mau pulang." jawab Gyeong Min.

"Kau mau minum denganku?" tanya Roo Bi.


Dan mereka pun pergi minum. Gyeong Min menuangkan bir untuk Roo Bi. Roo Bi pun meminumnya dengan cepat.

"Kenapa kau tidak minum pelan-pelan?" tanya Gyeong Min.

"Jika aku melakukannya, kau akan pulang terlambat dan Roo Bi tidak akan memaafkanmu. Bertele-tele bukan gaya Jeong Roo Na, jadi aku akan langsung menanyakannya padamu. Hyeong-bu, kenapa kau menghindariku belakangan ini?"

"Apa maksudmu? Banyak yang kupikirkan akhir-akhir ini. Maaf jika aku membuatmu merasa seperti itu." jawab Gyeong Min.

"Jika kau menyesal, bagaimana kalau tambah lagi?" ucap Roo Bi sembari mengangkat botol birnya. Gyeong Min pun langsung menyodorkan gelasnya.

Lalu, mata Roo Bi seketika menjadi berkaca-kaca.


"Kudengar kau akan segera menjadi ayah. Selamat." ucap Roo Bi.

"Gomawo, Cheo-je." jawab Gyeong Min.

"Kau bahagia?" tanya Roo Bi. Lalu Roo Bi bertanya dalam hatinya, apakah kehamilan Roo Na cukup untuk memaafkan Roo Na.

"Aku tidak tahu." jawab Gyeong Min.

"Setelah bayinya lahir, maka tidak akan ada jalan untuk kembali." ucap Roo Bi.

"Tidak ada jalan untuk kembali? Maksudmu?" tanya Gyeong Min.

"Banyak pasangan tetap bersama demi anak.  Anda mungkin menyisihkan konflik sejak dini, tetapi tanpa seorang anak, berapa banyak pernikahan yang akan bertahan seumur hidup? Ada cerita tentang penebang pohon yang berusaha menyembunyikan jubah istrinya sampai mereka memiliki anak ketiga mereka. Tapi istrinya menemukan jubah itu terlebih dulu dan meninggalkannya." jawab Roo Bi.

"Aku tidak menyangka kau sangat peduli padaku dan Roo Bi." ucap Gyeong Min.

"Aku juga merasa aneh. Seperti yang mereka bilang, aku juga banyak berubah." jawab Roo Bi.


"Tapi apa yang kau khawatirkan? Bahwa aku mengkhianati kakakmu? Atau kakakmu akan meninggalkanku?" tanya Gyeong Min.

Roo Bi tidak menjawab dan menenggak birnya.

"Kapan kau dan In Soo akan menikah?" tanya Gyeong Min.

"Haruskah aku menikah dengannya? Apa menurutmu, itu hal yang benar untuk dilakukan?" tanya Roo Bi.

"Tapi kalian berdua saling mencintai." jawab Gyeong Min.

"Aku tidak yakin." ucap Roo Bi.

"Kau tidak mencintainya?" tanya Gyeong Min.

"Apa bedanya?" jawab Roo Bi.


Ponsel Gyeong Min berdering. Telepon dari Roo Na. Begitu Gyeong Min menjawabnya, Roo Bi langsung beranjak pergi.

"Kau dimana?" tanya Roo Bi. Gyeong Min tidak langsung menjawab. Ia terdiam saat melihat kepergian Roo Bi.

"Kau mabuk? Dengan siapa?" tanya Roo Na.

"Jangan cemas. Aku tidak akan lama. Aku akan segera pulang." jawab Gyeong Min, lalu memutuskan panggilan Roo Na.


Roo Bi pergi ke toilet. Ia mencuci tangannya, lalu menatap ke arah cermin dan seolah melihat bayangan Roo Na yang sedang menertawakannya.

"Kau bahkan tidak bisa minum satu gelas pun. Apa yang ingin kau capai? Merayu pria? Jangan membuatku tertawa. Kau? Menggoda kakak iparmu? Jujurlah disini, kau tidak bisa melepaskannya. Kau mengejarnya tanpa tujuan, tapi Bae Gyeong Min sudah pergi terlalu jauh." ucap Roo Na.


Roo Bi pun terduduk lemas. Tangisnya pecah.

"Tapi aku Jeong Roo Bi. Aku disini. Dia percaya kalau Jeong Roo Bi lah yang sedang mengandung anaknya. Bodoh!"


Ponsel Roo Bi berdering. Telepon dari In Soo.


Sementara itu, Gyeong Min memikirkan kata-kata Roo Bi yang bertanya padanya soal pernikahan dengan In Soo. Ia heran, kenapa Roo Bi menanyakan itu padanya.

Lalu, ponselnya berdering. Telepon dari In Soo yang mengabarkann kalau dirinya sudah membawa pulang Roo Bi.

"Dia mabuk jadi aku mengantarnya pulang. Aku ingin menyapamu, tapi tidak bisa. Maafkan aku." ucap In Soo.

Setelah menerima telepon dari In Soo, Gyeong Min pun melanjutkan minumnya.


Gilja menguap lebar. Ia sudah mengantuk, tapi tetap memaksakan dirinya terjaga. Roo Na menelponnya. Roo Na meminta maaf karena sudah membangunkan sang ibu.

"Aku belum tidur. Roo Na belum pulang jadi aku menunggunya." jawab Gilja.

Terkejutlah Roo Na mengetahui Roo Bi belum pulang.


Lalu tak lama, Roo Bi pulang diantar In Soo. Gilja pun kaget melihat Roo Bi yang harus digendong In Soo.

"Dia sedikit mabuk. Maaf, eommoni." ucap In Soo.


Mendengar itu, Roo Na tambah kaget. Gilja pun memberitahu Roo Na, kalau Roo Bi pulang diantar In Soo. Roo Na bertanya, apa Roo Bi minum bersama In Soo. Gilja pun berkata, karena In Soo yang mengantarnya pulang jadi bisa jadi mereka minum bersama.

"Ada apa menelpon ibu?" tanya Gilja.

"Tidak ada apa-apa." jawab Roo Na, lalu menutup telponnya.

Roo Na pun seketika cemas, ia curiga Gyeong Min, Roo Bi dan In Soo minum bersama.


In Soo membantu Roo Bi berbaring. In Soo hendak pergi, tapi Roo Bi memanggilnya. In Soo pun duduk di depan Roo Bi.

"Apa yang harus kulakukan? Aku takut. Aku menginginkannya. Aku ingin membuatnya jadi milikku lagi. Aku ingin menatapnya dan mengatakan bahwa aku lah Jeong Roo Bi." ucap Roo Bi.

"Kalau begitu, lakukanlah." jawab In Soo.


"Tapi Roo Na mengandung anaknya. Bae Gyeong Min, pria yang aku cintai dan Jeong Roo Na, wanita yang kau cintai, mereka akan punya anak." ucap Roo Bi.

"Aku tidak mencintai Roo Na lagi." jawab In Soo.

"Geojitmal. Kau pikir aku tidak tahu alasanmu tetap bersamaku? Karena aku memiliki wajah Jeong Roo Na." ucap Roo Bi.

"Aku mencintaimu, bukan karena wajahmu tapi hatimu." jawab In Soo.

"Seperti apa hatiku? Jujurlah pada dirimu sendiri, kenapa kau tidak meninggalkanku! Karena aku atau Roo Na!" ucap Roo Bi.


Tangis Roo Bi pun pecah. Dia menyuruh In Soo pergi. Tepat saat itu, Gilja masuk membawakan mereka air madu dan terkejut.

"Roo Na-ya, kenapa kau mengusir In Soo? Apa kalian putus?" tanya Gilja.

"Anio, eommoni. Dia hanya mabuk." jawab In Soo.

In Soo lantas membantu Roo Bi berbaring dan setelah itu mereka keluar dari kamar Roo Bi.


"Jangan memarahi Roo Na. Dia sangat tertekan akhir-akhir ini. Karena Roo Bi cuti hamil jadi ia harus menyelesaikan pekerjaan Roo Bi." ucap In Soo.

"Tapi tetap saja, kupikir dia sudah berhenti minum. Ada apa dengannya? Kenapa dia menyuruhmu pergi?" tanya Gilja.

"Dia mabuk." jawab In Soo.

"Lalu apakah ayahmu sudah membaik? Ayahmu harus segera membaik agar kalian bisa menikah." ucap Gilka, membuat In Soo terdiam.


Gyeong Min akhirnya pulang dalam keadaan mabuk. Roo Na pun langsung memapahnya ke tempat tidur.

"Roo Bi-ya, Jeong Roo Bi kesayanganku, kau mencintaiku, kan? Roo Bi-ya, jangan biarkan aku tergelincir." ucap Gyeong Min.

Sontak, Roo Na kaget mendengarnya.

Bersambung.....