• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ice Adonis Ep 2 Part 1

Sebelumnya...


Episode ini dibuka dengan make up fashion show oleh J-Cosmetics.

Yoon Hee yang berdiri di belakang panggung, tampak memberikan pengarahan bagi para model.


Tak lama kemudian, Yoon Jae datang bersama Yoo Ra.

Melihat ada orang asing yang duduk di meja Yoon Jae, Yoo Ra pun menyuruh orang itu pergi.


Orang itu Kang Wook. Kang Wook langsung pergi begitu Yoo Ra memintanya pergi. Setelah Kang Wook pergi, ia dan Yoon Jae pun duduk meja itu. Kang Wook pun melirik papan papan nama di atas meja yang tadi didudukinya. Papan nama itu bertuliskan, 'Ha Yoon Jae'.


"Soo Ae-ya." panggil Yeon Hwa cemas sambil menerobos masuk ke sebuah ruangan.

Soo Ae pun langsung memeluk Yeon Hwa.

"Gwenchana?" tanya Yeon Hwa. Soo Ae mengangguk.


"Aku hampir saja menjual adikmu ke suatu tempat." ucap pria yang tadi membekap Soo Ae.

"Kubilang akan kubayar!" jawab Yeon Hwa.

"Sudah kubilang. Aku tidak sabar, jadi jangan membuatku menunggu. Kapan kau akan membayar hutang 30 ribu dollar mu?" ucap pria itu.

"30 ribu dollar? Naik lagi?" tanya Yeon Hwa kaget.

"Tidakkah kau tahu berapa banyak uangku yang diambil ayahmu sebelum dia mati? Anggap saja 30 ribu dollar impas.


Sungguh menyakitkan melihatmu setelah ibumu meninggalkanmu." jawab pria itu.

Yeon Hwa pun marah, ia mengepalkan tangannya dan menyebut pria itu monster.

"Kau melarangku mengganggumu ibumu yang sudah menikah." jawab pria itu seraya bangkit dari duduknya dan mendekati Yeon Hwa.

Pria itu lantas menyentuh dagu Yeon Hwa.

"Apa kau yang mau menikah denganku? Tapi aku tak bisa dapat banyak uang untuk luka itu." ucap pria itu.


Marah, Yeon Hwa pun berusaha menampar pria itu tapi pria itu menepis tangannya.

"Kuberi waktu dua minggu. Beri aku 30 ribu dollar dan akhiri ini." ucap pria itu.


Yeon Hwa membawa adiknya pergi. Sang adik yang merasa bersalah pun meminta maaf padanya. Tapi Yeon Hwa bilang, itu bukan salah Soo Ae. Soo Ae lalu mengatakan, kalau pria itu tadi menyeretnya dan menutup mulutnya.

"Kau pasti sangat ketakutan." jawab Yeon Hwa.

"Ayo ke tempat ibu. Eomma bogoshipo. Kajja." pinta Soo Ae.

"Soo Ae-ya, ibu akan cemas kalau dia tahu. Jadi kita rahasiakan ini ya? Jangan beritahu Yoon Jae juga. Kau bisa kan?" ucap Yeon Hwa.

"Apa ibu meninggalkan kita? Kenapa ibu tidak datang menjemput kita? Ibu meninggalkan kita, kan?" tanya Soo Ae.

Tangisnya hampir pecah.


"Aniyo, Soo Ae-ya." jawab Yeon Hwa, lalu memeluk Soo Ae.

"Aku harap kita bisa tinggal dengan ibu. Aku harap ibu segera datang. Bogoshipoyo eomma." ucap Soo Ae.


Nyonya Han sendiri sedang mengupas buah di dapur sambil sesekali menarik napas.

Lalu, Tuan Choi datang dan memeluknya dari belakang. Tuan Choi mengaku, menantikan saat itu sepanjang hari. Ia juga berkata, bahwa dirinya akan melakukan semua yang tidak bisa ia lakukan selama 25 tahun ini. Melakukan 100 kali sehari belum cukup.

"Kudengar kau pergi perawatan wajah dengan ibu hari ini. Beliau tak punya putri dan menantunya meninggal. Beliau tak punya banyak kegembiaraan dalam hidupnya. Beliau akan menerimamu perlahan-lahan. Aku yakin ini sulit bagimu, tapi kuminta kau bersabar." ucap Tuan Choi.


Nyonya Han lantas menatap Tuan Choi.

"Yeobo, undang Yeon Hwa dan Soo Ae ke pesta ulang tahun ibu yang ke-70. Anak-anakku dan aku belum bertemu para orang tua dari keluargamu. Besok juga ulang tahun Yeon Hwa. Aku ingin memintanya datang dan setidaknya memberi dia makanan." pinta Nyonya Han.

"Baiklah. Ayo kita lakukan." jawab Tuan Choi.

"Jeongmalyo?" tanya Nyonya Han.

"Tidak. Aku bercanda." jawab Tuan Choi, membuat Nyonya Han tertawa.

Tuan Choi lalu menyuruh Nyonya Han memberitahu Yeon Hwa agar Yeon Hwa tidak membuat rencana lain besok.

Nyonya Han tersenyum. Lalu mereka berpelukan.


Yoon Jae dan Yoon Hee mengantarkan Yoo Ra pulang.

Yoo Ra yang tadinya tersenyum di depan Yoon Jae dan Yoon Hee pun langsung kesal saat masuk ke rumahnya.

Nyonya Jo dan Nyonya Han menyambutnya.

"Kau pasti kedinginan. Masuklah ke kamarmu." suruh Nyonya Jo.

Yoo Ra tersenyum.

"Kau sudah makan?" tanya Nyonya Han.

"Aku akan naik." jawab Yoo Ra ketus, lalu menuju ke kamarnya.

Tuan Choi datang. Melihat sikap tidak sopan Yoo Ra pada Nyonya Han, Tuan Choi pun marah tapi Nyonya Jo meminta

Tuan Choi memaklumi Yoo Ra. Nyonya Jo berkata, itu karena Yoo Ra seharian berada di tempat kerja.

Lalu, Nyonya Jo menatap sinis ke arah Nyonya Han.

"Bukan karena dia tidak senang melihatmu." ucap Nyonya Jo lagi, lalu pergi meninggalkan mereka.


Nyonya Jo menyusul Yoo Ra ke kamar.

"Kau sudah makan? Sangat dingin diluar. Kenapa kau tidak naik mobilmu?" tanyanya.

"Yoon Jae Oppa mengantarku pulang, Nek." jawab Yoo Ra.

"Kenapa dia tidak masuk?" tanya nenek.

"Dia ingin tapi aku menyuruhnya pulang. Kami ada acara perusahaan. Dia pasti lelah." jawab Yoo Ra.

"Jadi karena itu kau tidak naik mobilmu?" tanya nenek.

Yoo Ra pun tertawa malu mendengarnya.


Lalu Yoo Ra memijit kakinya dan mengatakan, kakinya sangat pegal. Mendengar itu, nenek pun langsung duduk dan memijat kaki Yoo Ra. Yoo Ra melarang nenek memijat kakinya. Ia beralasan, kakinya bau. Tapi nenek bilang, kaki Yoo Ra tidak bau dan mulai memijat kaki Yoo Ra.


Sementara di kamarnya, Nyonya Han menghubungi Yeon Hwa. Yeon Hwa terkejut saat ibunya berkata, kalau Tuan Choi akan memperkenalkan mereka secara resmi.

"Tolong jangan terlambat demi ibu." pinta Nyonya Han.

Yeon Hwa terdiam. Ia teringat permintaan Yoo Ra tadi yang melarangnya muncul di depan Yoo Ra.

"Yeon Hwa-ya, kenapa kau diam saja?" tanya Nyonya Han.

"Aku mengerti. Aku dan Soo Ae akan datang." jawab Yeon Hwa.

Pembicaraan pun selesai.


"Kenapa kau menutup teleponnya? Aku juga mau bicara dengan ibu." ucap Soo Ae.

"Soo Ae-ya, mau bertemu dengan ibu besok?" tanya Yeon Hwa.

"Aku mau! Aku mau!" jawab Soo Ae sambil meloncat-loncat. Dia senang! Sementara Yeon Hwa justru merasa getir.


Tuan Choi memberitahu Nyonya Jo dan Yoo Ra, bahwa ia mengundang Yeon Hwa dan Soo Ae ke pesta ulang tahun

Nyonya Jo. Sontak, Nyonya Jo dan Yoo Ra kesal mendengarnya. Tuan Choi menjelaskan, bahwa mereka dan Nyonya Han sudah hidup bersama selama 6 bulan, jadi sudah saatnya memperkenalkan Nyonya Han, juga Yeon Hwa dan Soo Ae secara resmi.


Soo Ae sudah tidur. Yeon Hwa masih terjaga, ia memikirkan undangan ayah tirinya.


Yoon Jae keluar rumah. Di depan, ia bertemu Nyonya Jang yang baru saja turun dari taksi. Nyonya Jang beralasan, kalau dirinya baru saja pulang dari mencari makanan laut segar.

"Dengan mantel bulu?" tanya Yoon Jae.


Lalu, sopir mereka datang.

"Sopir Park, mampirlah ke pasar ikan dan beli lah beberapa ikan dan tiram dalam perjalanan kesini besok." suruh Nyonya Jang.


Setelah itu, Nyonya Jang berniat masuk ke dalam rumah.

"Bau ibu wangi." ucap Yoon Jae.

"Karena ibu memakai parfum. Kau adalah CEO perusahaan kosmetik. Kau harus tahu nama-nama parfum. Kau tidak memiliki kepekaan terhadap bau. Itu tidak baik." jawab Nyonya Jang, lalu berjalan masuk ke rumah.

Yoon Jae pun menatap ibunya curiga.


Di apartemennya, Kang Wook berdiri di depan jendela sambil menikmati wine.

"Pagi di Seoul. Tidak ada yang berubah. 20 tahun lalu maupun sekarang." ucapnya.

Tangannya nampak memegang berkas J-Cosmetics.


Yoon Jae jogging di taman. Sopir Park yang berlari di belakangnya, sudah tampak kelelahan.


Setelah jogging, Yoon Jae langsung mandi.


Yoo Ra menatap tajam pantulan wajahnya sambil mematut diri.

"Cobalah datang, Seol Yeon Hwa. Akan kubuat kau tidak bisa melupakannya sampai kau mati." ucapnya.


Yeon Hwa dan Soo Ae berlari mengejar bis.  Soo Ae sudah tidak sabar bertemu ibunya. Tapi tidak dengan Yeon Hwa.


Yoo Ra dan neneknya lagi di salon. Tak lama kemudian, Nyonya Han datang membawa bungkusan daging sapi dan nenek menyuruhnya mengantar daging itu ke panti jompo di Sillimg-dong. Nyonya Han pun kaget.

"Itu daging sapi segar untuk para tetua. Kita tidak mungkin menitipkannya pada jasa antar." ucap Nyonya Jo.

"Aku akan kesana setelah pestanya selesai." jawab Nyonya Han.

"Orang tua terlalu lemah untuk jalan dan tak mungkin datang jadi aku mengirimkan itu untuk makan siang mereka." ucap Nyonya Jo.

Nyonya Han pun langsung kecewa. Sementara Yoo Ra tersenyum senang.


Yoon Jae ke rumah Yeon Hwa. Ia bermaksud memberikan kejutan pada Yeon Hwa dan Soo Ae. Karena tak ada respon,

Yoon Jae pun menekan hendel pintu, tapi terkunci. Tak lama berselang, ia dapat SMS dari Yeon Hwa. Yeon Hwa memberitahunya kalau ia sedang dalam perjalanan ke ulang tahun nenek.

"Tidakkah dia sadar kalau hari ini dia ulang tahun?" gumam Yoon Jae.


Nenek, Yoo Ra dan Tuan Choi menyambut para tamu. Setelah itu, Tuan Choi menghubungi Nyonya Han.

Yoo Ra terkejut mendengar pembicaraan ayahnya dengan Nyonya Han tentang Yeon Hwa dan Soo Ae yang sudah tiba.

Sementara, Tuan Choi berjanji akan menjaga Yeon Hwa dan Soo Ae dengan baik.


Nyonya Han yang sedang dalam perjalanan menuju panti jompo di Sillimdong, merasa gelisah. Tak lama kemudian, ia meminta supir taksi kembali ke hotel tempat acara ulang tahun nenek diadakan.


Yoo Ra langsung turun ke bawah. Ia mencegat Yeon Hwa dan Soo Ae yang baru saja tiba.

"Beraninya kau datang kesini! Bukankah sudah kuperingatkan untuk tidak lagi menunjukkan wajahmu di depanku!"

"Kami datang untuk mengucapkan selamat pada nenek." jawab Yeon Hwa.

"Niga wae?" tanya Yoo Ra.

"Karena kita keluarga." jawab Yeon Hwa.

"Kajog? Siapa yang keluarga? Apa mereka ada upacara pernikahan? Keluargamu dan keluarga kami makan bersama di sebuah hotel. Itu saja. Bagaimana itu bisa disebut keluarga? Makan dengan seseorang membuat mereka menjadi keluarga? Sadarlah. Ayahku dan ibumu tidak mendaftarkan pernikahan." ucap Yoo Ra.

Yeon Hwa pun kaget mendengarnya.

"Kau dan aku tidak ada hubungan sama sekali. Jika kau sudah paham, pergilah." ucap Yoo Ra.

"Mereka mengundang kami jadi kami hanya akan menyapa dan pergi." jawab Yeon Hwa.

"Wae? Kau berharap ayahku akan memberimu uang?" tanya Yoo Ra.

"Yoo Ra-ya."


Yoo Ra lalu mengeluarkan sejumlah uang dari tasnya dan melemparkannya pada Yeon Hwa.

Sontak, orang-orang yang lalu lalang mulai berkumpul dan memperhatikan mereka.

Sementara Soo Ae yang tidak mengerti apa-apa, mulai mengutip uang itu.

"Ayo berikan uang itu pada ahjussi jahat." ucap Soo Ae.


"Kau juga suka uang? Kalau begitu ambillah." jawab Yoo Ra.

"Cuma ini?" tanya Yeon Hwa.

"Kenapa? Kurang?" tanya Yoo Ra, lalu menambahkan uangnya.

Kesal, Yeon Hwa pun mencengkram tangan Yoo Ra dan menyuruhnya berhenti.

"Seol Yeon Hwa, kau tidak bisa marah padaku. Mau tahu kenapa? Karena kau orang munafik yang jahat." ucap Yoo Ra.

"Apa maksudmu?" tanya Yeon Hwa.


"Kau ingin nenek kaya dan ayah hakim, jadi kau rawat adikmu yang kurang sehat dan membiarkan ibumu menikah lalu berpura-pura menjadi putri terbaik di dunia. Tapi aku tahu kau sedang menggali uang semua orang. Kau dan ibumu tak pernah mengeluh jika itu bisa membantumu menaikkan status sosial. Munafik." jawab Yoo Ra.

"Dimana Yoo Ra yang mengoleskan krim dan menempelkan perban di tanganku?" tanya Yeon Hwa, membuat Yoo Ra terdiam.

Lalu, Yeon Hwa mengambil uang itu dari tangan adiknya dan mengembalikannya pada Yoo Ra.

"Aku datang bukan karena uangmu. Aku datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada nenek. Itu saja." jawab Yeon Hwa.


Yeon Hwa lalu beranjak pergi, tapi Yoo Ra terus saja menghinanya.

"Lihat. Kau terus menahan dirimu meski itu menggerogotimu. Tak ingin kehilangan status keluarga sempurna, untuk menikah."

Yeon Hwa pun berbalik menatap Yoo Ra.

"Keduanya sama-sama kehilangan pasangan mereka dan hidup cuma untuk anak-anaknya. Bertemu setelah 25 tahun dan akhirnya bersama. Aku tak berharap kita bisa rukun. Tapi jangan buat mereka tertekan karena kita." ucap Yeon Hwa.

"Anak yang berbakti." sindir Yoo Ra.

"Kami ucapkan selamat dan pergi." jawab Yeon Hwa.

Yeon Hwa lalu mengajak Soo Ae masuk.


"Berhenti disana!" teriak Yoo Ra.

Tapi Yeon Hwa terus berjalan.

Yoo Ra berusaha mengejar Yeon Hwa tapi salah seorang teman neneknya memanggilnya. Terpaksalah, Yoo Ra menghampiri teman neneknya dan mengajak temen neneknya itu masuk.


Yoon Jae dan keluarganya juga sedang dalam perjalanan. Nyonya Jang pun membuka jendela agar Tuan Ha bisa mengirup udara segar, tapi baru terbuka setengah, Tuan Ha langsung batuk parah.

"Tutup jendelanya!" perintah Yoon Jae.

Yoon Jae lalu memberikan ayahnya alat bantu pernapasan.

Setelah itu, Nyonya Jang mengaku dirinya tak bisa makan karena memikirkan Tuan Ha.

Tapi Tuan Ha tidak terlalu menanggapi Nyonya Jang dan membahas soal perusahaan dengan Yoon Jae.

"CEO kita pasti melakukannya dengan baik." ucap Nyonya Jang.

Tuan Ha, lantas menyuruh Yoon Jae cepat menikah. Ia juga mendesak Yoon Jae agar mengenalkan Yeon Hwa padanya.


Yeon Hwa dan Soo Ae menghampiri nenek. Tuan Choi menyambut mereka dengan ramah, tapi tidak dengan Nyonya Jo.

Wajahnya langsung berubah masam begitu melihat Yeon Hwa dan Soo Ae.


Yeon Hwa memberikan ucapan selamat pada nenek. Tapi nenek tidak terlalu menanggapinya dan malah sibuk meladeni temannya yang datang dengan Yoo Ra.


Acara ulang tahun nenek dimulai.

Semula acara berjalan lancar, tapi Yoo Ra membuat masalah!

Saat pelayan datang membawa kue ulang tahun nenek, Yoo Ra dengan sengaja membuat kodok peliharaan Soo Ae lepas. Sontak, Soo Ae langsung mengambil piaraannya dan tidak sengaja menabrak kue ulang tahu nenek.

Yeon Hwa yang sedang menjawab telepon ibunya pun kaget.


Nenek langsung mengusir mereka.


Bersamaan dengan itu, Nyonya Han tiba di hotel. Tak lama setelah Nyonya Han masuk ke dalam, Yoon Jae dan keluarganya juga tiba disana.

Begitu masuk ke ruangan tempat acara berlangsung, Nyonya Han kaget melihat situasi acara yang kacau.

Yoon Jae dan keluarganya yang baru tiba juga kaget.


Nyonya Han langsung keluar dan menghubungi Yeon Hwa. Ia terkejut saat Yeon Hwa bilang sedang dalam perjalanan pulang.


Soo Ae merebut ponsel Yeon Hwa. Sambil menangis, Soo Ae menyalah dirinya yang sudah merusak acara ulang tahun nenek. Soo Ae juga menyebut dirinya bodoh dan memukuli kepalanya.

Melihat Soo Ae memukuli kepalanya, Yeon Hwa langsung menghentikannya.

"Eomma, bogoshipoyo. Eomma, saranghaeyo. Soo Ae-ya, pabo." ucap Soo Ae.

Mendengar itu, tangis Nyonya Han pecah.


Yeon Hwa lalu merebut ponselnya dan memutuskan panggilannya.

"Eonni, eomma eonje manna? Eomma eonje mannaroga?" tanya Soo Ae.


Tangis Soo Ae pun akhirnya pecah. Yeon Hwa memeluk Soo Ae dan berusaha menenangkan Soo Ae.

Bersambung ke part 2.......

Ice Adonis Ep 1 Part 2

Sebelumnya...


Yoon Jae menemui ayahnya. Yoon Jae berkata, ia tak bisa menerima metode ayahnya dan akan melakukan itu dengan cara dan aturannya.

"Aku tidak punya kekuasaan menyuruh mereka berbaris dan membungkuk." ucap Yoon Jae.

"Bukan kekuasaan tapi kesetiaan. Keyakinan apa yang mereka miliki terhadap anak muda sepertimu. Akan lebih mudah bagimu nanti jika mereka setia sekarang. Kau kira, kau bisa mengendalikan mereka karena kau CEO?" jawab Tuan Ha.

"Kesetiaan yang dipaksa akan bertahan berapa lama?" tanya Yoon Jae.

"Ayah sudah menjalankan bisnis ini selama 40 tahun. Belajarlah dari ayah." jawab Tuan Ha.

"Aku akan mengikuti keyakinkanku." ucap Yoon Jae.


Saat Yoon Jae hendak pergi, Tuan Ha memberikan foto seorang gadis. Tuan Ha berkata, gadis itu adalah putri Menteri Jung dan meminta Yoon Jae menemuinya. Nyonya Jang yang sedari tadi hanya duduk dan diam saja pun bangkit. Ia juga ingin melihat foto gadis itu. Yoon Jae lantas mengaku, ada gadis yang ingin dinikahinya.


Sementara itu, Yeon Hwa sudah masuk ke ruang wawancara. Dan salah satu pewawancara adalah Ha Yeon Hee.


Setelah Yeon Hwa masuk, Kang Wook pun datang. Ia lega karena namanya masih belum dipanggil.


Nyonya Han dan Nyonya Jo menuju suatu tempat. Nyonya Han memegang sebuah bra dan mengernyit heran. Lantas, ia bertanya pada Nyonya Jo kenapa Nyonya Jo menyuruhnya membawa pakaian dalam. Tapi Nyonya Jo diam saja dan pura-pura tidur.

"Ibu tidak bisa tidur lagi, kan? Kata pakar herbal, akan membaik setelah minum tonic selama dua minggu." ucap Nyonya Han.

Tapi Nyonya Jo tetap saja diam.


Ponsel Nyonya Han berdering. Telepon dari Tuan Choi. Tuan Choi yang saat itu tengah menuju ke ruang sidang pun terkejut mengetahui Nyonya Han pergi dengan Nyonya Jo. Nyonya Han mengaku, kalau ia tidak tahu sang ibu akan membawanya kemana. Tuan Choi berkata, besok ulang tahun ibunya jadi sang ibu pasti ingin pergi ke suatu tempat bersama menantunya.


Nyonya Jo yang mendengar percakapan sang menantu dengan putranya pun langsung mencibir menantunya.


Yoo Ra sedang menata ruangan Yoon Jae. Tak lama kemudian, Yoon Jae datang. Yoo Ra berbasa basi dengan menanyakan apa pertemuan Yoon Jae berjalan dengan lancar.  Yoon Jae tidak menjawab dan malah bertanya, untuk apa Yoo Ra meletakkan bunga di ruangannya.

"Itu bunga bakung yang berarti kemurnian dan pengabdian." jawab Yoo Ra.

"Apa jadwalku hari ini?" tanya Yoon Jae.

"Ada pertemuan dengan Jean Pierre pukul dua. Pukul empat ada pertemuan akhir untuk produk anti aging. Pukul lima ada pertemuan seni make up. Nona Ha Yoon Hee memerintahkan aku untuk membawamu." jawab Yoo Ra.

Yoon Jae pun tersenyum simpul.

"Dia pasti ingin mendengarku mengomel." ucap Yoon Jae.

"Untuk makan siang denganku, kau sudah setuju pergi denganku." jawab Yoo Ra.

"Kau masih berjuang rupanya." ucap Yoon Jae.

"Kau akan membelikanmu makan siang, kan?" tanya Yoo Ra.

"Pilihlah restoran favoritmu." jawab Yeon Jae.

Yoo Ra pun senang. Dan saat ia hendak meninggalkan ruangan Yeon Jae, ia mendengar bunyi ponsel Yoon Jae.


Yoon Jae membaca pesannya.

"Wawancara sudah selesai. Aku merasa lega. Semoga aku mendapatkannya, karena itu perusahaan tempat kau bekerja."

Yoon Jae pun panic.


Yoon Jae mengajak Yeon Hwa ke restoran mewah. Yeon Hwa pun menolak makan di restoran itu karena tahu Yoon Jae tidak punya uang. Yoon Jae mencari alasan, ia berkata hanya ingin memanjakan pacarnya.

"Asisten Manajer Ha, mau makan mi instan selama seminggu setelah ini?" tanya Yeon Hwa.

"Kau tak bilang mau melamar ke perusahaanku." jawab Yoon Jae.

"Aku akan bilang kalau lolos ke tahap ketiga. Tapi aku ingin sekali bertemu denganmu setelah wawancara. Seharusnya aku sabar. Bagaimana jika aku gagal." ucap Yeon Hwa.

"Kenapa akan gagal? Kau berjuang sangat keras. Orang memujimu dimana-mana." jawab Yoon Jae.

"Itu hanya pendapatmu. Aku sangat gugup. Aku buat banyak kesalahan." ucap Yeon Hwa.


Yeon Hwa lalu mengajak Yoon Jae berdoa bersama. Setelah itu, mereka pun tertawa.


Yeon Hwa lantas memberitahu Yoon Jae kalau ia akan bekerja paruh waktu untuk pertunjukan seni make up J-Cosmetic. Yeon Hwa bilang, ia dibayar 70 dollar. Sontak Yoon Jae terdiam. Ia ingat saat Yoo Ra memberitahu jadwalnya, kalau nanti ia akan menghadiri pertunjukan seni make up itu.


Yoon Hee sedang memeriksa panggung. Tak lama kemudian, Yoo Ra datang membawakannya banyak makanan. Ia berkata, Yoon Jae yang menyuruhnya membawa makanan karena khawatir Yoon Hee tak sempat makan.

"Berikan saja ke para model karena kita sudah pesan makanan China." jawab Yoon Hee.

"Anda pasti lelah. Tuan Ha bilang dia punya harapan yang tinggi padamu. " ucap Yoo Ra.

"Kau membuat cerita lagi. Aku tinggal dengan atasanmu selama 28 tahun. Dia tak mungkin berkata semanis itu." jawab Yoo Ra.


Ternyata Nyonya Jo membawa Nyonya Han ke cenayang. Sampai di sana, Nyonya Han langsung dilemparin beras oleh cenayang. Lalu Nyonya Jo memberikan bra Nyonya Han pada cenayang.


Para model sedang bersiap-siap. Yeon Hwa tampak sibuk. Ia berlari kesana kemari membantu para model.

Bersamaan dengan itu, Yoo Ra berjalan kesana dan mereka tak sengaja bertabrakan.

Yeon Hwa senang bertemu Yoo Ra tapi tidak dengan Yoo Ra. Yoo Ra bahkan berpura-pura tidak mengenalinya.


Seseorang menyuruh Yeon Hwa mengambil pengeriting rambut. Tapi karena terus menatap ke arah Yoo Ra, Yeon Hwa malah memegang besi pengeriting rambut yang panas. Sontak, ia menjerit kesakitan.

Melihat itu, Yoo Ra cuek saja dan terus membagi-bagikan makanan.


Seseorang kemudian memanggil Yeon Hwa. Saat berlari, hendak menemui orang yang memanggilnya, Yeon Hwa tak sengaja menabrak Yoon Hee. Melihat tangan Yeon Hwa terluka, Yoon Hee pun menyuruh Yoo Ra mengambil obat.

Terpaksalah Yoo Ra mengambil obat dan mengobati luka Yeon Hwa. Yoo Ra juga pura-pura bersikap manis dengan menanyakan, apakah Yeon Hwa baik-baik saja. Setelah itu, ia dan Yoon Hee beranjak pergi.


Yeon Hwa ke toilet dan menyiram tangannya.

"Dia pura-pura tidak mengenaliku, tapi dia peduli padaku." ucap Yeon Hwa senang.


Seseorang tiba-tiba mematikan kran nya. Yeon Hwa menoleh dan senang melihat sosok Yoo Ra di depannya.

"Kau bekerja untuk J-Cosmetic?" tanya Yeon Hwa.

"Sudah kubilang kan kalau aku tak mau melihatmu lagi." sentak Yoo Ra.

"Aku bekerja paruh waktu disini." jawab Yeon Hwa.

"Untuk apa? Segini cukup?" tanya Yoo Ra, lalu mengeluarkan cek dan memberikan cek nya pada Yeon Hwa.

"Untuk apa aku menerima uangmu?" tanya Yeon Hwa.

"Nanti J juga akan membayarmu, kan? Jadi anggap saja ini dari mereka." jawab Yoo Ra.

Tak hanya itu, Yoo Ra juga mengaku tertekan harus melihat ibu Yeon Hwa bertingkah seperti ibu kandungnya.

"Haruskah aku melihatmu juga di tempat kerja?" tanyanya.


Setelah ritual selesai, si cenayang pura-pura kerasukan arwah mendiang istrinya Tuan Choi. Ia yang pura-pura kerasukan pun mengajak Nyonya Han mati bersama dan bahkan mendorong Nyonya Han ke meja.


Nyonya Han menangis. Sambil menatap Nyonya Jo, ia berkata Nyonya Jo sangat kejam.

"Aku kejam? Kau... bersama keluargaku, duduk di meja makan.... untuk makan dengan senang semenjak kau datang? Yoo Ra sakit lambung dan masuk UGD. Hakim menjadi lemah. Kau melihatnya juga, tapi kau malah menyebutku kejam?" jawab Nyonya Jo.

Nyonya Han pun semakin terluka.


Soo Ae sedang menggambar sendirian ketika seorang pria datang dan membekapnya, lalu membawanya pergi.


Ahjumma pemilik warung pun langsung menghubungi Yeon Hwa begitu tahu Soo Ae menghilang. Yeon Hwa yang masih di tempat acara pun bergegas pulang.


Yoon Jae yang sedang rapat, tak bisa konsentrasi karena memikirkan Yeon Hwa yang akan bekerja di perusahaannya.


Yeon Hwa izin pulang pada Yeon Hee. Ia beralasan, ada urusan keluarga yang harus diselesaikannya. Tapi Yoon Hee tak memberi izin. Ia berkata, bagaimana bisa Yeon Hwa pulang disaat jam kerja.


Yoo Ra yang mendengar itu pun senang. Ia pikir, Yeon Hwa pulang setelah menerima uang darinya.

Yeon Hwa tak peduli. Ia tetap pergi meski Yoon Hee melarangnya.


"Katakan saja padaku. Apa yang bisa kubantu. Aku akan membantu semampuku." ucap Yoo Ra pada Yoon Hee.

Yoon Hee mengangguk, lalu beranjak pergi.


Setelah Yoon Hee pergi, seseorang datang memberikan cek pada Yoo Ra. Orang itu bilang, Yeon Hwa yang menyuruhnya mengembalikan cek itu pada Yoo Ra.


Sontak, Yoo Ra kesal dan pergi menyusul Yeon Hwa.

"Kita pertegas saja. Aku membencimu dan tidak nyaman melihatmu. Jadi jangan tunjukkan lagi wajahmu di hadapanku. Tidak peduli pekerjaan paruh waktu atau apapun, jangan berada di sekitarku! Menjauhlah dari perusahaan ini!" ucap Yoo Ra.

"Aku tidak punya waktu berdebat denganmu." jawab Yeon Hwa.

Yeon Hwa lantas menyetop sebuah taksi. Namun Yoo Ra malah terus menahannya.

"Jawab aku!" suruh Yoo Ra.

"Kenapa kau seperti ini?" tanya Yeon Hwa.

"Berjanji lah padaku untuk tidak pernah muncul di hadapanku!"

"Yoo Ra, jebal." pinta Yeon Hwa.

"Berjanjilah padaku." suruh Yoo Ra.

"Haruskah aku melakukannya? Adikku menghilang. Adikku hilang sekarang! Minggir!" ucap Yeon Hwa.

Tapi Yoo Ra terus menahannya.

"Berjanjilah! Kalau tidak, kau tidak boleh pergi!" ucap Yoo Ra.


Bersambung...