• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Live Up To Your Name Ep 14 Part 2

Sebelumnya...


Direktur Ma menemui Kakek Choi di sel.

Kakek Choi berkata, bahwa Direktur Ma melakukan hal yang sama seperti 20 tahun yang lalu.

"Cuma itu yang aku bisa lakukan. Apalagi yang harus kulakukan?" jawab Direktur Ma.

"Kau memanfaatkan keahlian orang lain untuk mendapatkan uang dan kekuasaan. Kau telah melakukannya seumur hidupmu." ucap kakek.

"Heo Jun dan Heo Im muncul di hadapanku." jawab Direktur Ma.

"Waktu kau membawa Heo Jun, kau memanfaatkannya dan kau hidup dari namanya sebanyak itu. Tidakkah itu cukup? Bahkan saat umurmu bertambah tua sekarang, kau masih melakukannya?" tanya kakek tak habis pikir.


"Pada saat itu, Heo Jun kembali padamu ya kan?" ucap Direktur Ma.

"Jadi kau juga membuat rencana waktu itu? Kalau begitu kau tahu pilihan apa yang diambil Heo Jun?" tanya kakek.

"Karena pilihannya itu, kau berada dalam kesulitan. Kau sudah lupa?" balas Direktur Ma.

"Aku tidak keberatan dengan apa yang terjadi dulu. Kau memaksa menantuku keluar, dibandingkan dengan itu, ini tidak ada apa-apanya. Jadi jangan sentuh Heo Im!" ucap kakek.

"Kali ini tidak akan berakhir dengan masa percobaan." ancam Direktur Ma.

"Sekarang aku mengerti kenapa Heo Jun khawatir karena dirimu. Seperti yang Heo Jun katakan, kau hanyalah orang yang tamak." ucap kakek.


Jae Ha yang mengikuti kakeknya, sontak kaget mendengar pembicaraan mereka.

Di depan kantor polisi, Direktur Ma teringat saat ia mengancam Heo Jun di depan kantor polisi.


Flashback...

"Kalau kau membantuku kali ini, aku akan membantu membersihkan nama Chun Sool dan aku tidak akan pernah meminta apapun lagi darimu." ucap Direktur Ma.

"Aku sudah memenuhi permintaanmu sejauh ini. Bukan untuk memuaskan keinginanmu. Aku melakukannya karena aku berpikir, kalau mereka juga pasien." jawab Heo Jun.

"Aku juga tahu itu." ucap Direktur Ma.

"Kalau begitu kau seharusnya mengerti kenapa aku tidak bisa membantumu sekarang." jawab Heo Jun.

"Kau mau Chun Sool masuk penjara?" tanya Direktur Ma.

"Kalau begitu, Chun Sool dan aku akan bisa melakukan hal yang benar sebagai dokter. Dokter dikenal akan sikap dan pemikirannya, bukan kehormatan palsunya. Kau bisa mendapatkan banyak hal dengan resep yang aku berikan, tapi kau tidak pernah bisa mengalahkan Chun Sool." jawab Heo Jun.

Flashback end...


"Kau akan lihat, setelah semuanya ini. Orang yang namanya akan dikenang bukanlah Choi Chun Sool, tapi aku Ma Seong Tae." ucap Direktur Ma licik.


Direktur Ma lantas berjalan menuju mobilnya tapi ia seketika kaget saat melihat Jae Ha yang berjalan ke arahnya.


"Pada saat itu, 20 tahun yang lalu, kakek juga membuat rencana seperti ini? Mungkin ayahku berusaha menyelesaikan semuanya?" tanya Jae Ha.

"Kau sudah tahu semuanya. Kau juga harus tahu apa yang harus kau lakukan." jawab Direktur Ma.

"Kakek juga seorang dokter. Bagaimana bisa kakek melakukan itu pada tubuh manusia?" tanya Jae Ha.

"Lantas apakah ada yang mati? Mereka semuanya menginginkan sesuatu sebagai balasannya. Mereka melakukan sesuatu karena mereka mamu." jawab Direktur Ma.

"Lalu siapa Heo Im sebenarnya? Siapa dia harus melakukan semua ini?" tanya Jae Ha.

"Kalau kemampuanmu separuh saja dari kemampuannya, kakek tidak akan melakukan ini!" jawab Direktur Ma.

Direktur Ma lalu beranjak pergi. Jae Ha tak habis pikir dengan tindakan kakeknya.


Yeon Kyung menatap tajam Tuan Kim. Tuan Kim langsung gugup.

"Apa kau sedang merasa tidak sehat?" tanya Yeon Kyung.

"Aku baik-baik saja." jawab Tuan Kim.

"Kau punya tekanan darah tinggi. Benar, kan?" tanya Yeon Kyung.

Tuan Kim mengangguk.

"Kau meminum aspirin, kan?" tanya Yeon Kyung.

"Benar, tapi kenapa?"

"Berbahaya kalau hatimu tertusuk dengan kondisi seperti itu, apa kau tahu itu?"

Sontak, Tuan Kim kaget mendengarnya.


"Aspirin adalah obat yang mencegah darah membeku, jadi saat kau terluka, aspirin membuat pendarahannya sulit dihentikan. Kau bisa saja berada dalam masalah besar." ucap Yeon Kyung.


Tuan Kim sontak teringat saat Direktur Ma memberitahunya dimana ia harus menusukkan jarum ke tubuhnya untuk menjebak kakek. Saat itu, Direktur Ma berkata bahwa hal itu tidak akan membahayakan Tuan Kim dan pendarahan Tuan Kim akan segera berhenti.


"Orang yang memerintahkanmu, tidak mengatakan tentang itu. Benar kan?" tanya Yeon Kyung.

"Ka... kau ini siapa?"

"Kau tidak ingat aku? Di stasiun Seoul beberapa hari lalu, aku ada di sana bersama Heo Bong Tak. Dan Tabib Choi Chun Sool dari Klinik Haeminseo adalah kakekku." jawab Yeon Kyung.

Sontak, Tuan Kim kaget.


Im kembali ke kantor polisi. Ia meminta polisi menyelidiki sekali lagi kasus Kakek Choi.

Tapi polisi tidak mau.

Im tak menyerah. Ia membuktikannya pada polisi bahwa kakek tidak bersalah dengan menusukkan jarum akupunturnya ke titik zhongwan di tubuhnya.

"Lihatlah, kau tidak bisa menusuk hatinya sama sekali  kalau melakukan ini. Akan tetapi, pasien itu jarumnya tertusuk dalam sampai ke tubuhnya." ucap Im.


Im lantas melepaskan jarumnya.

"Lihat, aku baik-baik saja. Saat dokter menusukkan akupuntur, dia menempatkan pikiran ke dalam tangannya. Bagaimana bisa dia tidak bisa membedakan menusuk dinding perut atau hati pasien. Tabib Choi telah memegang jarum seumur hidupnya. Dia telah merawat dan menyelamatkan banyak orang dengan jarumnya. Kumohon bisakah kau memeriksanya sekali lagi?" pinta Im.


Kakek Choi tiba-tiba dibawa keluar. Polisi membebaskan kakek, tapi penyelidikan akan tetap berjalan dan polisi meminta kakek datang lagi dua hari lagi.

"Untungnya korban sudah sadar. Tapi kami punya kesaksian dari saksi." ucap polisi.

Polisi lantas meminta kakek bicara jujur.

Sontak Im marah tapi kakek langsung menghentikannya dan mengajaknya pulang.

Wajah kakek terlihat pucat!


Di klinik, Jae Sook marah-marah pada seseorang di telepon karena sudah menulis artikel buruk soal kakek.

Kakek Choi yang baru saja kembali ke rumah pun kaget mendengarnya.

Dada kakek sakit lagi. Kakek pun meminta Im diam.


Im mengantarkan kakek ke kamar. Ia juga membantu kakek berbaring.

Melihat tangan kakek bergetar, Im pun langsung memeriksa denyut kakek.

"Denyut jantungnya sangat berserak. Jantungmu melemah. Kau akan lebih sering merasakan sakit dan tanganmu akan lebih sering bergetar dengan parah." ucap Im.

"Sekarang kau tahu apa penyakitku." jawab kakek.

"Kenapa kau tidak memberitahu Yeon Kyung dan melakukan operasi?" tanya Im.

"Jika waktunya tiba, aku akan mengatakannya sendiri. Kau tidak boleh memberitahunya." jawab kakek.


Kakek lalu bertanya apa Yeon Kyung tahu apa yang terjadi padanya hari ini.

Im memberitahu kalau Yeon Kyung lah yang mengoperasi Tuan Kim. Kakek langsung cemas.

Im pun berkata, kalau Yeon Kyung tahu kakek tidak bersalah dan meminta kakek untuk fokus pada kesembuhannya.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Semua orang akan pergi jika waktunya tiba dan aku tidak akan pergi sebelum waktuku tiba." ucap kakek.

Im pun meminta izin kakek, untuk melakukan akupuntur pada kakek agar dapat mengurangi rasa sakit kakek.


Im memberikan akupuntur pada kakek.

"Aku bukan tipe orang yang akan mengulang perkataanku. Kau tidak seharusnya membuang-buang waktumu dengan mengulang perkataan pada mereka yang tidak akan pernah mengerti." ucap kakek.


Kakek lalu menggenggam tangan Im.

"Jangan lupakan apa yang kukatakan tadi." pinta kakek.

Im mengangguk.


 "Aku capek. Aku sudah jadi dokter oriental selama 50 tahun. Sekarang sudah waktunya aku pensiun dan istirahat." ucap kakek.

Kakek lantas memiringkan badannya. Im langsung membantu kakek. Kakek pun tertidur.


Im keluar dari kamar kakek. Bersamaan dengan itu, Yeon Kyung tiba di rumah.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Im.

"Dia baik-baik saja. Syukurlah." jawab Yeon Kyung.

Yeon Kyung lalu menanyakan kondisi kakeknya.

"Kakekmu baru saja tidur." jawab Im.


Yeon Kyung lantas melihat kakeknya. Ia melihat kakek tidur tanpa selimut.

Yeon Kyung pun masuk pelan-pelan dan menyelimuti kakeknya.


Yeon Kyung keluar dari kamar kakeknya.

Ia berdiri di depan kamar kakeknya dan melihat tas bekal sang kakek.

Sontak, Yeon Kyung teringat saat ia menolak bekal pemberian kakeknya.


Teringat hal itu, air mata Yeon Kyung pun pecah.

Im terus memperhatikan Yeon Kyung.


Yeon Kyung lantas bercerita pada Im. Ia cerita, saat dirinya masih kecil, ia berpikir kakeknya sangat keren karena mampu mengobati orang-orang hanya dengan jarum saja.

"Aku membenci kakek karena tidak menyelamatkan ibuku. Aku memikirkan cara terbaik untuk menyakiti kakek dengan masuk sekolah kesehatan.  Tapi aku menyadarinya setelah menjadi dokter kalau ibuku sakit parah saat itu dan kakek melakukan yang terbaik untuk mengurangi rasa sakit ibu. Ini memalukan untuk dikatakan, tapi aku merasa aku dulu masih sangat kecil sampai aku perlu seseorang untuk melampiaskan kebencianku atas kematian ibuku. Baru-baru ini aku menyadari, kalau aku masih menyayangi kakek. Bahwa aku masih percaya padanya. Aku rasa aku tidak bisa hidup tanpa kakek." ucap Yeon Kyung.


Im pun memegang tangan Yeon Kyung. Ia meminta maaf.

"Untuk apa?" tanya Yeon Kyung.

Im hanya tersenyum menjawabnya.

"Kau menjadi bantuan besar hanya dengan berada disampingku." ucap Yeon Kyung.


"Aku ingin tinggal bersama mu dan tabib. Aku benar-benar menginginkannya." ucap Im lirih, dalam hatinya.


Sekarang, Im berdiri di depan klinik dan teringat saat kakek mengizinkannya menginap disana.


Lalu, ia duduk di halaman dan teringat kata-kata kakek saat mereka memberikan akupuntur pada teman-teman nenek bunga.

"Kau pikir disini kami cuma merawat pasien saja? Bagi mereka ini bukan sekedar tempat untuk mendapatkan akupuntur. Disini mereka menenangkan hati mereka dan berbagi penderitaan." ucap kakek.


Setelah itu, ia teringat kata-kata kakek tentang tugas dokter yang sebenarnya saat kakek mengajaknya pertama kali ke stasiun.


Lalu Im ingat kata-kata kakek tadi kalau kakek ingin pensiun setelah 50 tahun menjadi dokter.

Im juga ingat ancaman Direktur Ma kalau kakek akan membusuk di penjara jika ia tidak mengikuti perintah Direktur Ma.


Lalu Im melihat ke arah kamar kakek dan teringat kata-kata Yeon Kyung kalau Yeon Kyung tidak bisa hidup tanpa kakek.


Im juga ingat kata-kata Jae Ha. Ternyata Jae Ha sempat bicara dengan Im setelah tau identitas Im yang sebenarnya.

"Apa yang akan kau lakukan? Jika kau tetap disini, kakekku akan terus memanfaatkanmu. Itu akan membuang Yeon Kyung dan kakeknya menderita. Kau masih tidak mengerti?" ucap Jae Ha.


 Keesokan harinya, Im pun mulai bersiap-siap. Ia memakai jasnya dan teringat permintaan Direktur Ma.

"Ada pasien yang menderita saraf jantung. Yang harus kau lakukan hanyalah membuat pasien itu tertidur beberapa hari. Kalau kau melakukan itu, aku tidak akan mengganggu Chun Sool. Aku juga tidak akan meminta apapun lagi darimu." pinta Direktur Ma.

Im pun menghela nafasnya sambil menatap pantulan wajahnya di cermin.


Yeon Kyung yang baru keluar dari kamarnya terkejut melihat kasur Im sudah terlipat dengan rapi.

Yeon Kyung keluar karena mendengar suara ribut-ribut.


Nenek bunga dan teman-temannya protes karena klinik tutup. Byung Ki pun berkata, klinik mereka hari itu tutup karena tidak ada tabib yang bisa melakukan akupuntur.

Yeon Kyung pun mendekati Jae Sook. Ia menanyakan Im.

Jae Sook berkata, bahwa Im sudah pergi pagi-pagi sekali dengan mengenakan stelan jas.


Yeon Kyung langsung menemui kakeknya. Ia mau menanyakan dimana Im.

Tapi kakeknya sendiri sangat panic karena tahu Im pergi.

Yeon Kyung terkejut saat kakeknya bilang bahwa mereka harus menghentikan Im.


Yeon Kyung pun langsung masuk ke mobilnya sambil terus berusaha menghubungi Im.


Ia lalu melajukan mobilnya menuju suatu tempat sambil mengingat kata-kata kakeknya kalau Im tidak boleh melakukan hal buruk dengan akupuntur.

Kakek bilang, jika Im melakukan itu maka Im tidak akan bisa kembali lagi.

Ia juga ingat saat dirinya membaca buku biografi Im saat kakeknya mengatakan hal itu.


Sontak, Yeon Kyung cemas.

Yeon Kyung lantas menghubungi Jae Ha dan menanyakan keberadaan Direktur Ma.


Im dan Direktur Ma sedang menuju suatu tempat. Direktur Ma mengingatkan Im kalau Im tidak boleh melakukan kesalahan.

"Hidup Chun Sool bergantung padamu."


Ponsel Im berbunyi. Telepon dari Yeon Kyung. Im pun terpaksa me-reject nya.


Bersamaan dengan itu, Im berpapasan dengan mobil Yeon Kyung. Tapi Yeon Kyung tidak melihat Im dan terus melajukan mobilnya.


Im pun memejamkan matanya dan menghela nafas. Ya, ia tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan Direktur Ma.

Bersambung ke part 3.......

Live Up To Your Name Ep 14 Part 1

Sebelumnya...


Usai menerima kabar soal kakeknya dari Jae Sook, Yeon Kyung langsung memeriksa kondisi Tuan Kim.

Ia ingat, Tuan Kim adalah si gelandangan yang diobatinya di stasiun bersama Im dan Jae Ha.

Suster berkata, tekanan darah Tuan Kim turun dan denyutnya berdetak lebih cepat.

"Jika kita mengeluarkan jarumnya, dia mungkin akan tewas karena pendarahan. Kita harus ke ruang operasi." jawab Yeon Kyung.


Di kantor polisi, Tuan Park memberikan pernyataan palsu. Ia mengaku, melihat tangan Kakek Choi bergetar saat memberikan akupuntur pada Tuan Kim.

Polisi pun langsung meminta kesaksikan Im tentang pernyataan Tuan Kim.

"Itu..." Im bingung menjawabnya.

"Dimana dia melakukan akupuntur?" tanya polisi.

"Hegu, quchi, zusanli dan zhongwan." jawab Im.

"Itu adalah zhongwan. Dia melakukannya kalau begitu. Jarum pasien berada disitu." ucap polisi.

Im pun tercengang mendengarnya.


Di RS, Yeon Kyung dan Min Jae berusaha menyelamatkan Tuan Kim.

Yeon Kyung yang melihat luka Tuan Kim pun merasa aneh.

"Apanya yang aneh?" tanya Min Jae.

"Darah tidak akan menggenang seperti ini karena tertusuk jarum. " jawab Yeon Kyung.


Yeon Kyung pun mencabut jarum itu dan terus menatapnya.


Im masih di kantor polisi, tapi Tuan Park sudah pergi.

Polisi berkata, akan meminta kesaksikan Tuan Kim karena Im dan Tuan Park memberikan penyataan berbeda.

"Kalau begitu apakah semuanya akan selesai jika dia mengatakan Tabib Choi tidak menusuknya?" tanya Im.

Si polisi pun kaget saat membaca berkas Kakek Choi.

Polisi bilang, Kakek Choi pernah melakukan hal yang sama 20 tahun lalu.

"Seorang pasien hampir meninggalkan karena resep obat yang diberikannya." ucap polisi.


Im pun langsung menemui Kakek Choi. Ia bertanya, apa yang terjadi 20 tahun lalu. Tapi Kakek Choi bilang, Im tidak perlu mengetahuinya.

Kakek Choi yang sadar siapa dalang dibalik semua itu pun meyakinkan Im berkali-kali kalau dirinya baik-baik saja.

"Tidak ada yang boleh membuatmu lemah. Kalau kau mendengarkan kata orang, kau akan kalah." ucap kakek.

"Apa maksud anda?" tanya Im.

"Kau tidak akan kalah oleh orang lain. Kau akan mengalahkan dirimu sendiri. Jangan pernah lupakan tujuanmu menjadi seseorang dokter. Kau tidak boleh goyah karena orang lain." jawab kakek.

Im pun bingung.


Di RS, Yeon Kyung menanyakan data-data Tuan Kim.

Suster Jung berkata, ia tidak bisa menemukan apapun selain nama Tuan Kim karena Tuan Kim bukan pasien mereka.

"Dia gelandangan." jawab Yeon Kyung.

Suster Jung kaget, apa?

Min Jae kemudian datang dan memberikan jas milik Tuan Kim. Yeon Kyung langsung memeriksanya dan menemukan botol aspirin di dalam sana.


Polisi tiba-tiba datang.

Yeon Kyung pun langsung menjelaskan pada  polisi kalau sulit untuk menghentikan pendarahan Tuan Kim karena Tuan Kim pengkonsumsi aspirin.

Polisi kaget, ia percaya Kakek Choi melakukannya.

Yeon Kyung lantas melihatkan bukti lain.

"Kalau kau melihat hasil X-ray ini, jarumnya menusuk hati bagian atas. Meski ada kesalahan melakukan akupuntur dan jarumnya tertinggal disana, jarumnya tidak mungkin menghadap ke atas." ucap Yeon Kyung.

"Bagaimana kau tahu?" tanya polisi.

"Dan juga dokter itu telah melakukan akupuntur lebih dari 50 tahun. Dia tidak pernah membuat kesalahan seperti itu." jawab Yeon Kyung.

"Bagaimana kau tahu?" tanya polisi.

"Aku cucunya." jawab Yeon Kyung.


Jae Ha berusaha menghubungi Yeon Kyung, tapi ponsel Yeon Kyung tak aktif.


Ia lalu tak sengaja melihat Yeon Kyung tengah berbicara pada polisi.

Sontak, Jae Ha langsung menanyakannya pada Suster Jung.

"Ada pasien malpraktek dari klinik pengobatan oriental. Mereka bilang, dokternya menusuk hatinya." jawab Suster Jung.

"Dokter menusuk hatinya? Itu tidak masuk akal." ucap Jae Ha.

"Kau tahu itu? Apa ini pernah terjadi?" tanya Min Jae.

"Itu tidak pernah terjadi. Dokter tidak kompeten seperti apa yang melakukannya?" jawab Jae Ha.

"Nama klinik pengobatan oriental itu adalah Haeminseo." ucap Suster Jung yang sontak membuat Jae Ha kaget.

"Pasien itu adalah gelandangan yang sering mengunjungi klinik itu." jawab Min Jae.


Im dan polisi ke RS. Dan mereka langsung menemui Yeon Kyung. Yeon Kyung memberitahu polisi kalau ia adalah dokter yang mengoperasi Tuan Kim.

"Tuan Kim sudah sadar dan dia sudah bisa bersaksi sekarang." ucap Yeon Kyung.


Setelah polisi pergi, Yeon Kyung pun langsung menanyakan apa yang terjadi pada Im.

"Kakekku tidak melakukan itu kan?" tanya Yeon Kyung.

"Tentu saja tidak, kau tahu dia seperti apa." jawab Im.

"Lalu bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Yeon Kyung.

"Jangan khawatir. Pasien itu sudah sadar, jadi kita bisa mendengar kesaksiannya." jawab Im.


Akan tetapi, Tuan Kim juga memberikan kesaksian palsu. Ia mengaku, memejamkan matanya saat kakek melakukan akupuntur jadi ia tidak tahu apa kakek mengeluarkan jarum itu dari tubuhnya atau tidak.


Im pun langsung teringat saat memeriksa Tuan Kim.

Saat itu, Tuan Kim bersikeras kalau perutnya kembung padahal perutnya tidak bermasalah setelah diperiksa Im dan kakek.

Lalu saat Im hendak memberikan akupuntur, Tuan Kim meminta kakek yang melakukannya.


Setelah itu, Im ingat kata-kata Direktur Ma bahwa uang bisa menindas dan menginjak-nginjak seseorang.

Sadar Direktur Ma yang ada dibalik semua itu, Im langsung pergi.


Tuan Kim mengingat saat dirinya menusukkan jarum itu ke tubuhnya.


Di kantornya, Direktur Ma tersenyum licik.


Tak lama kemudian, Im datang meminta penjelasan kenapa Direktur Ma melakukan itu.

"Aku rasa kau sudah tahu kenapa aku melakukannya." jawab Direktur Ma.

"Apa karena aku?" tanya Im.

"Tidak sulit bagiku untuk menghancurkan klinik kuno itu." jawab Direktur Ma.


Di sel, kakek cemas. Ia takut kalau Im kembali bekerja pada Direktur Ma hanya demi membebaskannya.

Lalu tiba-tiba, kakek merasakan sakit di dadanya.


Im menolak tawaran Direktur Ma. Ia berkata, dirinya adalah seorang dokter.

Direktur Ma membenarkan. Ia berkata, karena Im adalah dokter yang berbakat, maka ia membutuhkan Im.

"Kau bisa mencoba mendapatkan uang dengan praktek pengobatan, dan aku juga suka uang. Tapi ada beberapa hal yang tidak seharusnya kau lakukan sebagai seorang dokter. Aku akan berpura-pura tidak mendengar apa yang kau katakan." ucap Im.

Direktur Ma tertawa sinis.


Im lantas berniat pergi. Tapi Direktur Ma mengancam akan menghancurkan hidup Kakek Choi.

"Kau bisa kembali ke Joseon seperti itu tapi orang tua itu akan menghabiskan waktunya di dalam penjara. Dan hidup yang dia bangun sebagai dokter seumur hidupnya, akan hancur."

Im pun berbalik dan menatap tajam Direktur Ma.

"Aku akan melindunginya." ucap Im, lalu beranjak pergi.


"Kau bisa jadi Heo Im kalau kau punya jarum di tanganmu. Kau bisa mencoba semua yang kau mau. Kau tidak akan bisa melakukan apapun." ucap Direktur Ma.


Im pun berjalan keluar. Setibanya di luar, ia berteriak marah.


Im kembali ke Shinhae. Yeon Kyung yang mondar mandir di depan meja Suster Jung sejak tadi karena menunggu Im pun langsung menghampiri Im.

"Pasien itu berbohong, kan? Apa yang akan terjadi pada kakek?" tanya Yeon Kyung.

"Tidak akan terjadi apa-apa. Aku pastikan itu." jawab Im.


Im membujuk Tuan Kim untuk membebaskan kakek. Tapi Tuan Kim bersikeras mengatakan ia tidak tahu apa-apa.

"Kau tahu seperti apa Tabib Choi." ucap Im.

"Apa yang kutahu? Dia cuma datang ke stasiun dan melakukan akupuntur beberapa kali. Aku cuma pergi ke sana karena gratis. Dan aku tahu pasti tangannya bergetar." jawab Tuan Kim.


Im kemudian berlutut.

"Aku tidak tahu kenapa kau melakukan ini, tapi kalau kau mengatakan yang sebenarnya aku tidak akan menyalahkan dirimu. Jadi kumohon." pinta Im.

"Apa kau sedang berusaha mengancam korban padahal kau adalah pelakunya? Kalau kau terus seperti ini, aku akan memanggil polisi." ancam Tuan Kim.

"Apa karena uang? Aku pernah melakukannya. Aku melakukan akupuntur demi uang tapi aku tidak pernah melukai orang dengan jarum. Jarum akupuntur dibuat untuk menyelamatkan orang-orang. Jarum-jarum itu bukan senjata yang dibuat untuk melukai orang yang berbeda dari mereka. Tidakkah kau ingat bagaimana Tabib Choi membantumu dengan jarum-jarum itu? Jadi kumohon, Tuan Kim." pinta Im.

Tuan Kim mulai tersentuh tapi meskipun tersentuh, ia tetap keras kepala.
 
Im pun bingung harus bagaimana lagi membujuk Tuan Kim.


Yeon Kyung menunggu di depan kamar rawat Tuan Kim.

Tak lama, Im keluar. Mereka pun saling bertatapan.


Di mobilnya, Jae Ha ragu kakeknya dalang dibalik masalah yang menimpa kakek Yeon Kyung.

Tapi kemudian ia ingat seorang pria yang memotret mereka di stasiun.

Ia juga ingat saat melihat Tuan Kim dan Tuan Park dibawa masuk ke RS oleh tangan kanan kakeknya.


Tak lama kemudian, Jae Ha melihat kakeknya masuk ke dalam mobil

Ia pun langsung mengikuti kakeknya.

Bersambung ke part 2........