• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Hide and Seek Ep 4 Part 2

Sebelumnya...


Part yang ini dibuka dengan Nyonya Park yang membicarakan soal Yeon Joo pada Kepala Pelayan Kim.

"Jadi namanya Ha Yeon Joo, dia seorang penjual keliling."

"Anda masih memikirkannya?" tanya Bu Kim (ah mulai hari ini kita panggil Bu Kim saja ya, kepanjangan kalau nyebutnya Kepala Pelayan Kim).

"Bukankah itu aneh? Bagaimana dia bisa tahu letak kamar Soo A? Bahkan pembantu kita saja tidak tahu." jawab Nyonya Park.

"Itu hanya kebetulan." ucap Bu Kim.

Tapi Nyonya Park yakin itu bukan kebetulan. Hanya Soo A yang tahu kamar itu.

Lalu ia meminta bantuan Bu Kim agar bisa keluar dari rumah. Ia mengaku, harus memastikan beberapa hal pada Yeon Joo.

"Tolong jangan katakan ini pada ibuku. Aku meminta bantuanmu sebagai teman, bukan atasanmu." pinta Nyonya Park.

Bu Kim pun membantu Nyonya Park.


Nyonya Park bertemu Yeon Joo di kafe.

"Kau pasti terkejut kan aku mengajakmu bertemu secara mendadak. Maaf atas kejadian tempo hari, aku sangat gelisah. Maaf karena aku kasar kepada orang yang belum pernah kutemui."

"Tapi itu bukan kali pertama kita bertemu. Aku pernah melihat anda di toko gaun pengantin. Anda kasar kepada ibuku saat itu." jawab Yeon Joo.

"Aku benar-benar minta maaf. Bisakah kau menyampaikan permintaan maafku pada ibumu?" ucap Nyonya Park.

"Akan kulakukan." jawab Yeon Joo.

"Alasanku mengajakmu bertemu hari ini, karena aku ingin..."


"Menanyakan bagaimana aku tahu tentang kamar di lantai dua?"

"Benar." jawab Nyonya Park.

"Aku sudah memberitahu anda. Itu kebetulan." ucap Yeon Joo.

"Bagaimana mungkin itu kebetulan? Hanya keluarga yang tahu itu kamar Soo A." jawab Nyonya Park.

"Apa Soo A adalah putrimu?" tanya Yeon Joo.

"Dia putriku yang hilang dan tidak pernah kulupakan selama 20 tahun. Mungkinkah kau adalah..."

"Tidak mungkin. Aku putri ibuku. Mereka bilang aku mirip ibuku dari kepala sampai kaki."


"Jadi maksudmu dia adalah ibu kandungmu? Tapi masih ada kemungkinan."

Mendengar itu, Yeon Joo marah dan menyuruh Nyonya Park memeriksakan diri ke dokter.

Yeon Joo lantas pergi meninggalkan Nyonya Park.


Di kamarnya, Chae Rin sedang memikirkan cara untuk membujuk para karyawan Taesan agar mau kembali bekerja.

Ia bertanya-tanya, apakah ada cara lain.

Ponselnya lalu berdering. Telepon dari Yeon Joo.


Dan mereka pun bertemu di kafe. Yeon Joo berkata, meja yang mereka duduki adalah meja tempat ia dan Nyonya Park bertemu.

"Gomawoyo, sudah memberitahu tentang ini. Jika bukan karena dirimu, aku tidak akan tahu tentang ibuku." jawab Chae Rin.

"Apakah Soo A adalah adik anda?" tanya Yeon Joo.

"Bisa dibilang begitu tapi tidak akan lama." jawab Chae Rin.

"Kedengarannya seolah-olah dia bukan adik kandung anda. Orang lain tidak akan berbicara seperti itu terhadap saudara kandungnya." ucap Yeon Joo.

"Sejujurnya, aku sangat merindukan adikku. Aku tidak melihat adikku selama 20 tahun. Bagaimana bisa? Jika aku tidak mengendalikan perasaanku, aku tidak akan bisa bekerja." jawab Chae Rin.

Chae Rin lantas meminta Yeon Joo mengabaikan ibunya jika ibunya menelpon Yeon Joo lagi.

"Pikirkan alasan untuk menghindari panggilannya. Jika tidak, kau akan kesulitan." ucap Yeon Joo.


Yeon Joo pun mengerti.

Chae Rin lantas mengajak Yeon Joo berteman karena merasa sebaya dengan Yeon Joo.

Yeon Joo pun berkata, merasa tersanjung bisa berteman dengan orang seperti Chae Rin.


Di pabrik, pemogokan masih berlangsung. Tiba-tiba, Jae Sang datang bersama Eun Hyuk dan anak buahnya.

Jae Sang mengaku, ia datang bukan sebagai atasan mereka tapi sebagai manusia.

Lantas, Jae Sang duduk lesehan di lantai.

"Aku orang yang rendah hati jika kalian lebih mengenalku. Aku tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kalian. Selain itu, lupakan perkataanku tempo hari. Itu salah satu kesalahan kecil yang bisa diperbuat manusia. Aku cukup yakin kalian murah hati. Aku juga menyiapkan sesuatu untuk kalian." ucap Jae Sang.

Jae Sang lalu memberikan kode pada anak buahnya untuk meletakkan kardus-kardus yang mereka bawa.

Kardus itu ternyata isinya makanan. Jae Sang mengajak para karyawan makan dan minum bersama.

Ia bahkan berniat menuangkan minuman untuk para pekerjanya.


Tapi si pemimpin demo mengambil botol sojunya dan berkata akan menuangkannya lebih dahulu untuk Jae Sang.

Jae Sang awalnya tersenyum bangga, tapi senyumnya langsung hilang saat melihat pria itu menuangkan soju, bir dan minuman soda ke dalam sebuah gayung.

"Kau mau aku minum dari sini?" tanya Jae Sang.

"Kau mengaku kau rendah hati saat duduk di tanah." jawab si pemimpin demo.

"Itu berbeda." ucap Jae Sang.

"Bilang saja tidak mau. Sudah kuduga kau tidak manusiawi." jawab si pemimpin demo.


Si pemimpin demo pun berniat menghabiskan minuman yang ada di dalam gayung, tapi Jae Sang langsung mengambilnya dan... terpaksa meminumnya. Tapi ia langsung memuntahkannya.

Sontak, para pekerja tertawa melihatnya.

Kesal, Jae Sang pun langsung mencengkram kerah si pemimpin demo. Ia berusaha memberi pelajaran pada pekerjanya itu, tapi Eun Hyuk langsung menghentikannya.


Jae Sang mengadu pada ayahnya. Ia yakin, ayahnya juga akan kesal jika berada di sana.

Presdir Moon marah dan menggebrak meja, membuat Jae Sang kaget.

Presdir Moon lantas melirik Chae Rin.

"Kenapa kau diam saja?" tanyanya.

"Aku tidak berhak untuk bicara. Aku sudah gagal dalam usaha pertamaku." jawab Chae Rin.

"Apa kau baru menyadarinya? Kau berani berteriak terhadap Pimpinan Moon." sentak Jae Sang.

"Lain kali aku tidak akan mencampuri apapun. Aku akan diam saja." jawab Chae Rin.

Tapi Presdir Moon tidak percaya. Ia merasa, Chae Rin punya rencana.


"Aku seharusnya tidak melakukan itu. Aku tahu semua kerja keras yang kalian lakukan." ucap Chae Rin.

"Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?" tanya Jae Sang.

"Bekerja di konstruksi ternyata lebih sulit dari dugaanku. Terutama dengan ketua pelaksana itu. Dia sangat berkharisma.  Itu menjelaskan kenapa para pegawai mengabaikan ucapan CEO  dan memujanya seperti dewa." jawab Chae Rin.

"Apa maksudmu?" tanya Jae Sang sewot.

"Kudengar kerahmu dicengkram hari itu. Memalukan, kau pasti sangat malu. Jika aku jadi kau, aku akan memasukkannya  ke dalam lubang."


Chae Rin juga mengatakan soal Jae Sang yang kabur lewat pintu belakang saat para pegawai menerobos masuk ke dalam kantor dengan alat berat.

Jae Sang pun kesal. Ia bertanya, siapa yang mengatakannya pada Chae Rin. Apakah Eun Hyuk.

"Omo, jadi itu benar? Aku hanya mengatakan itu karena penasaran. Benar. Apa yang kau katakan dan apa yang kau lakukan tidak berkaitan." jawab Chae Rin.

"Apa yang akan kau lakukan jika kumasukkan dia ke dalam lubang?" tanya Jae Sang.

"Aku meragukannya." jawab Chae Rin, lalu beranjak pergi sambil menertawakan Jae Sang.

"Tunggu saja, akan kukirim fotonya padamu saat kumasukkan dia ke dalam lubang!" teriak Jae Sang.

*Jae Sang kepancing! LOL LOL Chae Rin pinter ih. Buat yang belum ngerti, jadi Chae Rin ini sengaja mancing Jae Sang. Dia sengaja bilang, kalau dia jadi Jae Sang dia bakal masukin si pemimpin demo itu ke dalam lubang. Nah Jae Sang kepancing. Itu yang dia mau. Dia mau Jae Sang masukin ntu pria ke dalam lubang. Ntar setelah itu, Chae Rin nolongin pria itu dan membujuk pria itu agar kembali bekerja seperti biasa.

Tapi sih ya, sy gk yakin Presdir Moon bakal ijinin Chae Rin balik ke Makepacific.


Eun Hyuk pun membawa si pemimpin demo ke lokasi konstruksi dimana Jae Sang sudah menunggunya di sana.

Hujan turun sangat deras.

Jae Sang beralasan, ada yang mau dia bicarakan. Tapi pria itu bilang tidak ada yang mau ia bicarakan dengan Jae Sang.

Pria itu mau pergi tapi dihalangi Eun Hyuk.

Jae Sang berkata, tidak ada CCTV di lokasi itu.

"Kau mengancamku?" tanya pria itu.

"Aku akan melepaskanmu jika kau mengundurkan diri secara sukarela." jawab Jae Sang.


Eun Hyuk lantas memberikan sebuah pena dan surat pada pria itu.

Pria itu merobeknya. Ia tidak mau mengundurkan diri.

Ia juga mengambil ponselnya dan mengancam akan menyebarkan perbuatan Jae Sang ke media.

Melihat itu, Eun Hyuk langsung merebut ponsel pria itu dan membuatnya terjatuh.

"Kenapa kau memulai perkelahian yang tidak bisa kau menangkan." ucap Jae Sang.


Jae Sang lalu menendang pria itu ke dalam lubang galian yang sudah dibanjiri air.

Setelah melemparkan pria itu ke dalam lubang, ia pun tersenyum dan mengambil foto nya bersama pria itu.


Di kelas memasak, Chae Rin sedang menghantuk-hantukkan sebuah pisau ke talenan sambil menatap ke arah ponselnya.

Ia menunggu kabar dari Jae Sang soal pancingannya tadi.

Tak lama, ponselnya berbunyi dan Chae Rin langsung menusukkan pisaunya ke talenan.

Sontak, dua wanita yang sempat berkelahi dengannya tempo hari langsung takut melihatnya.


Chae Rin pun langsung memeriksa ponselnya.

"Moon Jae Sang, kau sangat mudah ditebak." ucapnya setelah melihat foto yang dikirimkan Jae Sang.

"Kau sedang melihat apa?" tanya si pengajar sambil mendekati Chae Rin.


Chae Rin berkata, suaminya mengiriminya sebuah foto karena sangat merindukannya.

"Aku tidak pernah tahu sisi ini darinya. Dia suami yang berbakti." ucap si pengajar.

Dua wanita di depan Chae Rin pun makin terdiam mendengarnya.


Jae Sang pun langsung menyombongkan dirinya di depan sang ayah.

"Aku bilang, jika kulihat wajahmu lagi di lokasi, itu akan menjadi kali terakhir. Moon Jae Sang adalah pria yang memegang ucapannya."

"Dan dia langsung menyerah setelah mendengar ucapanmu?" tanya sang ayah.

"Tentu saja, aku putra ayah. Itu mengalir di darah kita. Aku tidak mau tampak tidak manusiawi dengan menampilkan sisi kesempurnaan. Aku berpura-pura sampai sekarang." jawab Jae Sang.

"Ayah bisa mempercayaimu?" tanya Presdir Moon.

"Datang dan lihatlah sendiri besok." jawab Jae Sang.

Pelayan datang membawakan minuman untuk mereka.

Presdir Moon pun langsung menanyakan Chae Rin. Si pelayan berkata, bahwa Chae Rin akan terlambat pulang karena masih berada di kelas memasak.


Eun Hyuk yang masih di lokasi dihubungi Jae Sang. Jae Sang menyuruhnya mengawasi pria itu dan meminta Eun Hyuk melepaskan pria itu saat pria itu hampir mati.

"Pastikan kau menghapus rekaman itu dan buatlah kontrak bahwa dia tidak akan pernah merilisnya." suruh Jae Sang.


Sementara pria itu masih berteriak-teriak meminta tolong.

Tak lama kemudian, Eun Hyuk melihat kedatangan Chae Rin dan ia langsung bersembunyi.


Chae Rin berusaha menolong pria itu. Tapi pria itu tidak mempercayai Chae Rin.

Chae Rin pun berkata, bahwa suaminya sudah menutup seluruh pintu di lokasi itu dan meminta pria itu memilih mau mati disitu atau menerima uluran tangannya.


Pria itu akhirnya menggapai tangan Chae Rin. Chae Rin dengan bersusah payah menyelamatkan pria itu. Tapi sayangnya, Chae Rin gagal menariknya ke atas. Chae Rin pun mencari cara lain.

Ia mengambil seutas tali, lalu mengikatkan ujungnya pada besi dan melemparkan ujung yang lain pada pria itu.


Pria itu langsung memegang tali yang dilempar Chae Rin. Chae Rin dengan bersusah payah menarik pria itu ke atas.

Ia berhasil!!


Eun Hyuk yang melihat itu dari kejauhan pun menatap Chae Rin dengan tatapan penuh arti.

Bersambung ke part 3.......

Ruby Ring Ep 69 Part 2

Sebelumnya...


Gyeong Min mengantarkan Gilja pulang.

Gilja mengajak Gyeong Min mampir untuk makan malam, tapi Gyeong Min menolak dengan alasan ada banyak pekerjaan.

Gyeong Min pamit. Tapi saat hendak masuk ke mobil, Gilja memanggilnya lagi.

Gilja meminta Gyeong Min memberikan Roo Na satu kesempatan lagi.

Gyeong Min tidak menjawab dan pamit pada Gilja.


Roo Na kembali ke rumah Eun Ji, sesampainya di sana, ia langsung tiduran di kasur.

Ia teringat semua kata-kata Gyeong Min.

"Kenapa kau mematahkan hatiku? Kenapa kau membuatku berada dalam posisi sulit ketika kau tahu aku seberapa besar aku mencintaimu?" 

Roo Na juga ingat kata-kata In Soo.

"Bukankah sudah kubilang padamu, semua perasaanku padamu sudah hilang. Aku akan melindungi Roo Bi sampai akhir. "

"Jeong Roo Bi. Jeong Roo Bi. Aku tidak punya apa-apa, tapi kau memiliki keduanya. Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, tidak peduli apa yang kulakukan, aku tidak punya apa-apa. Kenapa selalu dirimu?"

Ia pun menangis.

8i9
Nenek kembali ke rumah. Tuan Bae sontak kaget dan bertanya, kenapa nenek keluar dari RS.

"Bagaimana jika terjadi sesuatu?" tanya Tuan Bae.

Tuan Bae juga memarahi Nyonya Park karena membawa nenek pulang.

"Ibu bilang, dia lebih nyaman ada di rumah dan dokter juga mengizinkannya. Jadi jangan cemas, yeobo." jawab Nyonya Park.

"Jangan menyalahkan Gyeongsuk. Aku lah yang bersikeras minta pulang ke rumah." ucap nenek.


Geum Hee pun langsung memberikan sign love pada nenek dan mengucapkan selamat kembali ke rumah.

Nenek pun tertawa dan berkata bahwa Geum Hee lah satu-satunya orang yang menyambut kepulangannya.


Se Ra lalu datang. Ia sebal karena nenek tidak memberitahunya sudah pulang ke rumah.

"Aku ke rumah sakit dan tidak mendapati nenek di sana." ucap Se Ra.

"Omo, mianhae Se Ra-ya. Aku lupa memberitahumu." jawab Nyonya Park.


Di apartemennya, In Soo memikirkan kata-kata Roo Na yang mengajaknya keluar negeri.

"Haruskah aku pergi keluar negeri bersama Roo Na? Akankah hal ini mengakhiri mimpi buruk kami berempat? Mungkinkah meninggalkan Roo Bi adalah hal terbaik yang bisa kulakukan? Roo Na memang benar, akulah yang menciptakan mimpi buruk ini. Akulah yang harus mengakhirnya, tapi bagaimana caranya?"

*Yaelah In Soo, bilang aja lu masih demen ama si Roo Na.


Roo Bi sendiri baru selesai makan malam dengan ketiga sahabatnya.

Setelah Hyeryeon dan Seokho pergi, Jin Hee pun menanyakan rumor yang ia dengar soal Roo Na pada Roo Bi.

Roo Bi tidak menjawab.

"Sejak kecelakaan itu, banyak hal yang berubah darinya." ucap Jin Hee.

Jin Hee lantas meminta Roo Bi menyemangati Roo Na. Roo Bi hanya bisa berkaca-kaca mendengarnya.

Jin Hee lalu beranjak pergi. Setelah Jin Hee pergi, In Soo menghubungi Roo Bi.


Roo Bi dan In Soo bertemu di kafe. In Soo memberitahu Roo Bi bahwa Roo Na mengajaknya ke luar negeri.

Roo Bi terkejut.

"Aku ingin menanyakan satu hal padamu. Jika aku pergi dengan Roo Na, kau akan mengakhiri balas dendammu? Jika itu bisa mengakhirinya, aku akan melakukan itu untukmu." ucap In Soo.

Mendengar itu, Roo Bi pun marah.

"Lalu bagaimana? Setelah kau pergi, apa yang tersisa untukku? Setelah kau pergi dan aku memberitahu Gyeong Min, akulah Jeong Roo Bi yang sebenarnya, apakah dia akan kembali padaku? Semua ini terjadi karena Roo Na."


"Kau bisa melupakan diriku, Roo Na bahkan Bae Gyeong Min dan bisa menata hidupmu lagi." jawab In Soo.

"Kau pikir itu mungkin?" tanya Roo Bi.

"Jika kau melanjutkan balas dendammu, akankah Gyeong Min kembali padamu? Lupakan semuanya dan hiduplah bahagia. Itu akan menjadi pembalasan dendam yang manis. Temukan seorang pria dan mulailah hidup yang baru." jawab In Soo.

"Aku tidak bisa melupakannya. Hidup baru tanpa Gyeong Min tidak ada artinya bagiku." ucap Roo Bi.

In Soo pun hanya bisa menghela napasnya.

*Si In Soo ini kek nya khawatir ya sama Roo Na. Gimana iya si Roo Bi bisa maafin Roo Na gitu aja setelah hidupnya dihancurin begitu.


Di kamarnya, Nyonya Park berusaha membujuk suaminya untuk memaafkan Roo Na.

Ia berkata, Roo Na mungkin merahasiakan kegugurannya karena mereka terlalu excited dengan kehamilannya.

Nyonya Park juga menceritakan tentang Gilja yang datang ke rumah sakit dan memohon agar mereka memaafkan Roo Na.

"Aku tidak bisa mempercayai kata-kata Roo Bi lagi." jawab Tuan Bae.


Di dapur Soyoung sedang membuat bubur kacang merah. Ia meminta Chorim menunggu sedikit lagi.

Ia berkata, Chorim akan menikmati bubur kacang merah paling enak di dunia.


Di kamarnya, Gilja tak bisa berhenti memikirkan masalah Roo Na dan Gyeong Min.

Ia takut kalau Gyeong Min akan menceraikan Roo Na.

"Haruskah aku menemuinya lagi?" tanya Gilja.

Gilja lantas menghubungi Roo Na tapi tidak dijawab. Dan itu bikin Gilja makin cemas.


Tak lama, Chorim membuka pintu kamar dan mengajaknya makan bubur. Ia berkata, Soyoung membuatkan bubur untuknya.


Gilja pun mencicipi bubur buatan Soyoung dan memuji rasanya.

Penasaran dengan rasanya, Chorim pun langsung menyendok bubur panas itu ke mulutnya.

Ia pun memarahi Soyoung yang sudah memberinya bubur panas.

"Bubur paling enak dinikmati panas-panas. Jadi kau harus memakannya pelan-pelan." jawab Soyoung.

Gilja pun semakin memuji Soyoung.


Roo Bi lalu pulang. Soyoung pun langsung ke dapur untuk mengambilkan bubur buat Roo Bi.

"Eomma, bagaimana perasaanmu?" tanya Roo Bi.

"Ibu baik-baik saja." jawab Gilja.

"Eonni, uri Roo Bi pasti bisa melalui semua ini. Jadi jangan cemas." ucap Chorim.

"Eomma, aku ingin memberitahu sesuatu." jawab Roo Bi.


Tepat saat itu, Soyoung datang membawa bubur.

"Aku dipromosikan." ucap Roo Bi.

Chorim yang kaget mendengar Roo Bi dipromosikan, tidak sengaja menyenggol bubur yang dipegang Soyoung hingga mangkuk berisi bubur panas itu menyiram kaki Roo Bi.

Sontak mereka kaget dan Gilja langsung mengelap kaki Roo Bi dengan tisu.


Soyoung pergi ke dapur dan tak lama kemudian, ia kembali membawa handuk basah.

Gilja memarahi Chorim yang tidak berhati-hati.

Lalu, ia mengelap kaki Roo Bi dengan handuk basah.

Dan saat itulah, ia melihat telapak kaki Roo Bi.

"Roo Bi-ya, kemana perginya tahi lalatmu?" tanya Gilja.

Roo Bi kaget dan langsung menarik kakinya.

Gilja menatap curiga Roo Bi.


Bersambung.......