Part yang ini dibuka dengan Nyonya Park yang membicarakan soal Yeon Joo pada Kepala Pelayan Kim.
"Jadi namanya Ha Yeon Joo, dia seorang penjual keliling."
"Anda masih memikirkannya?" tanya Bu Kim (ah mulai hari ini kita panggil Bu Kim saja ya, kepanjangan kalau nyebutnya Kepala Pelayan Kim).
"Bukankah itu aneh? Bagaimana dia bisa tahu letak kamar Soo A? Bahkan pembantu kita saja tidak tahu." jawab Nyonya Park.
"Itu hanya kebetulan." ucap Bu Kim.
Tapi Nyonya Park yakin itu bukan kebetulan. Hanya Soo A yang tahu kamar itu.
Lalu ia meminta bantuan Bu Kim agar bisa keluar dari rumah. Ia mengaku, harus memastikan beberapa hal pada Yeon Joo.
"Tolong jangan katakan ini pada ibuku. Aku meminta bantuanmu sebagai teman, bukan atasanmu." pinta Nyonya Park.
Bu Kim pun membantu Nyonya Park.
Nyonya Park bertemu Yeon Joo di kafe.
"Kau pasti terkejut kan aku mengajakmu bertemu secara mendadak. Maaf atas kejadian tempo hari, aku sangat gelisah. Maaf karena aku kasar kepada orang yang belum pernah kutemui."
"Tapi itu bukan kali pertama kita bertemu. Aku pernah melihat anda di toko gaun pengantin. Anda kasar kepada ibuku saat itu." jawab Yeon Joo.
"Aku benar-benar minta maaf. Bisakah kau menyampaikan permintaan maafku pada ibumu?" ucap Nyonya Park.
"Akan kulakukan." jawab Yeon Joo.
"Alasanku mengajakmu bertemu hari ini, karena aku ingin..."
"Menanyakan bagaimana aku tahu tentang kamar di lantai dua?"
"Benar." jawab Nyonya Park.
"Aku sudah memberitahu anda. Itu kebetulan." ucap Yeon Joo.
"Bagaimana mungkin itu kebetulan? Hanya keluarga yang tahu itu kamar Soo A." jawab Nyonya Park.
"Apa Soo A adalah putrimu?" tanya Yeon Joo.
"Dia putriku yang hilang dan tidak pernah kulupakan selama 20 tahun. Mungkinkah kau adalah..."
"Tidak mungkin. Aku putri ibuku. Mereka bilang aku mirip ibuku dari kepala sampai kaki."
"Jadi maksudmu dia adalah ibu kandungmu? Tapi masih ada kemungkinan."
Mendengar itu, Yeon Joo marah dan menyuruh Nyonya Park memeriksakan diri ke dokter.
Yeon Joo lantas pergi meninggalkan Nyonya Park.
Di kamarnya, Chae Rin sedang memikirkan cara untuk membujuk para karyawan Taesan agar mau kembali bekerja.
Ia bertanya-tanya, apakah ada cara lain.
Ponselnya lalu berdering. Telepon dari Yeon Joo.
Dan mereka pun bertemu di kafe. Yeon Joo berkata, meja yang mereka duduki adalah meja tempat ia dan Nyonya Park bertemu.
"Gomawoyo, sudah memberitahu tentang ini. Jika bukan karena dirimu, aku tidak akan tahu tentang ibuku." jawab Chae Rin.
"Apakah Soo A adalah adik anda?" tanya Yeon Joo.
"Bisa dibilang begitu tapi tidak akan lama." jawab Chae Rin.
"Kedengarannya seolah-olah dia bukan adik kandung anda. Orang lain tidak akan berbicara seperti itu terhadap saudara kandungnya." ucap Yeon Joo.
"Sejujurnya, aku sangat merindukan adikku. Aku tidak melihat adikku selama 20 tahun. Bagaimana bisa? Jika aku tidak mengendalikan perasaanku, aku tidak akan bisa bekerja." jawab Chae Rin.
Chae Rin lantas meminta Yeon Joo mengabaikan ibunya jika ibunya menelpon Yeon Joo lagi.
"Pikirkan alasan untuk menghindari panggilannya. Jika tidak, kau akan kesulitan." ucap Yeon Joo.
Yeon Joo pun mengerti.
Chae Rin lantas mengajak Yeon Joo berteman karena merasa sebaya dengan Yeon Joo.
Yeon Joo pun berkata, merasa tersanjung bisa berteman dengan orang seperti Chae Rin.
Di pabrik, pemogokan masih berlangsung. Tiba-tiba, Jae Sang datang bersama Eun Hyuk dan anak buahnya.
Jae Sang mengaku, ia datang bukan sebagai atasan mereka tapi sebagai manusia.
Lantas, Jae Sang duduk lesehan di lantai.
"Aku orang yang rendah hati jika kalian lebih mengenalku. Aku tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kalian. Selain itu, lupakan perkataanku tempo hari. Itu salah satu kesalahan kecil yang bisa diperbuat manusia. Aku cukup yakin kalian murah hati. Aku juga menyiapkan sesuatu untuk kalian." ucap Jae Sang.
Jae Sang lalu memberikan kode pada anak buahnya untuk meletakkan kardus-kardus yang mereka bawa.
Kardus itu ternyata isinya makanan. Jae Sang mengajak para karyawan makan dan minum bersama.
Ia bahkan berniat menuangkan minuman untuk para pekerjanya.
Tapi si pemimpin demo mengambil botol sojunya dan berkata akan menuangkannya lebih dahulu untuk Jae Sang.
Jae Sang awalnya tersenyum bangga, tapi senyumnya langsung hilang saat melihat pria itu menuangkan soju, bir dan minuman soda ke dalam sebuah gayung.
"Kau mau aku minum dari sini?" tanya Jae Sang.
"Kau mengaku kau rendah hati saat duduk di tanah." jawab si pemimpin demo.
"Itu berbeda." ucap Jae Sang.
"Bilang saja tidak mau. Sudah kuduga kau tidak manusiawi." jawab si pemimpin demo.
Si pemimpin demo pun berniat menghabiskan minuman yang ada di dalam gayung, tapi Jae Sang langsung mengambilnya dan... terpaksa meminumnya. Tapi ia langsung memuntahkannya.
Sontak, para pekerja tertawa melihatnya.
Kesal, Jae Sang pun langsung mencengkram kerah si pemimpin demo. Ia berusaha memberi pelajaran pada pekerjanya itu, tapi Eun Hyuk langsung menghentikannya.
Jae Sang mengadu pada ayahnya. Ia yakin, ayahnya juga akan kesal jika berada di sana.
Presdir Moon marah dan menggebrak meja, membuat Jae Sang kaget.
Presdir Moon lantas melirik Chae Rin.
"Kenapa kau diam saja?" tanyanya.
"Aku tidak berhak untuk bicara. Aku sudah gagal dalam usaha pertamaku." jawab Chae Rin.
"Apa kau baru menyadarinya? Kau berani berteriak terhadap Pimpinan Moon." sentak Jae Sang.
"Lain kali aku tidak akan mencampuri apapun. Aku akan diam saja." jawab Chae Rin.
Tapi Presdir Moon tidak percaya. Ia merasa, Chae Rin punya rencana.
"Aku seharusnya tidak melakukan itu. Aku tahu semua kerja keras yang kalian lakukan." ucap Chae Rin.
"Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?" tanya Jae Sang.
"Bekerja di konstruksi ternyata lebih sulit dari dugaanku. Terutama dengan ketua pelaksana itu. Dia sangat berkharisma. Itu menjelaskan kenapa para pegawai mengabaikan ucapan CEO dan memujanya seperti dewa." jawab Chae Rin.
"Apa maksudmu?" tanya Jae Sang sewot.
"Kudengar kerahmu dicengkram hari itu. Memalukan, kau pasti sangat malu. Jika aku jadi kau, aku akan memasukkannya ke dalam lubang."
Chae Rin juga mengatakan soal Jae Sang yang kabur lewat pintu belakang saat para pegawai menerobos masuk ke dalam kantor dengan alat berat.
Jae Sang pun kesal. Ia bertanya, siapa yang mengatakannya pada Chae Rin. Apakah Eun Hyuk.
"Omo, jadi itu benar? Aku hanya mengatakan itu karena penasaran. Benar. Apa yang kau katakan dan apa yang kau lakukan tidak berkaitan." jawab Chae Rin.
"Apa yang akan kau lakukan jika kumasukkan dia ke dalam lubang?" tanya Jae Sang.
"Aku meragukannya." jawab Chae Rin, lalu beranjak pergi sambil menertawakan Jae Sang.
"Tunggu saja, akan kukirim fotonya padamu saat kumasukkan dia ke dalam lubang!" teriak Jae Sang.
*Jae Sang kepancing! LOL LOL Chae Rin pinter ih. Buat yang belum ngerti, jadi Chae Rin ini sengaja mancing Jae Sang. Dia sengaja bilang, kalau dia jadi Jae Sang dia bakal masukin si pemimpin demo itu ke dalam lubang. Nah Jae Sang kepancing. Itu yang dia mau. Dia mau Jae Sang masukin ntu pria ke dalam lubang. Ntar setelah itu, Chae Rin nolongin pria itu dan membujuk pria itu agar kembali bekerja seperti biasa.
Tapi sih ya, sy gk yakin Presdir Moon bakal ijinin Chae Rin balik ke Makepacific.
Eun Hyuk pun membawa si pemimpin demo ke lokasi konstruksi dimana Jae Sang sudah menunggunya di sana.
Hujan turun sangat deras.
Jae Sang beralasan, ada yang mau dia bicarakan. Tapi pria itu bilang tidak ada yang mau ia bicarakan dengan Jae Sang.
Pria itu mau pergi tapi dihalangi Eun Hyuk.
Jae Sang berkata, tidak ada CCTV di lokasi itu.
"Kau mengancamku?" tanya pria itu.
"Aku akan melepaskanmu jika kau mengundurkan diri secara sukarela." jawab Jae Sang.
Eun Hyuk lantas memberikan sebuah pena dan surat pada pria itu.
Pria itu merobeknya. Ia tidak mau mengundurkan diri.
Ia juga mengambil ponselnya dan mengancam akan menyebarkan perbuatan Jae Sang ke media.
Melihat itu, Eun Hyuk langsung merebut ponsel pria itu dan membuatnya terjatuh.
"Kenapa kau memulai perkelahian yang tidak bisa kau menangkan." ucap Jae Sang.
Jae Sang lalu menendang pria itu ke dalam lubang galian yang sudah dibanjiri air.
Setelah melemparkan pria itu ke dalam lubang, ia pun tersenyum dan mengambil foto nya bersama pria itu.
Di kelas memasak, Chae Rin sedang menghantuk-hantukkan sebuah pisau ke talenan sambil menatap ke arah ponselnya.
Ia menunggu kabar dari Jae Sang soal pancingannya tadi.
Tak lama, ponselnya berbunyi dan Chae Rin langsung menusukkan pisaunya ke talenan.
Sontak, dua wanita yang sempat berkelahi dengannya tempo hari langsung takut melihatnya.
Chae Rin pun langsung memeriksa ponselnya.
"Moon Jae Sang, kau sangat mudah ditebak." ucapnya setelah melihat foto yang dikirimkan Jae Sang.
"Kau sedang melihat apa?" tanya si pengajar sambil mendekati Chae Rin.
Chae Rin berkata, suaminya mengiriminya sebuah foto karena sangat merindukannya.
"Aku tidak pernah tahu sisi ini darinya. Dia suami yang berbakti." ucap si pengajar.
Dua wanita di depan Chae Rin pun makin terdiam mendengarnya.
Jae Sang pun langsung menyombongkan dirinya di depan sang ayah.
"Aku bilang, jika kulihat wajahmu lagi di lokasi, itu akan menjadi kali terakhir. Moon Jae Sang adalah pria yang memegang ucapannya."
"Dan dia langsung menyerah setelah mendengar ucapanmu?" tanya sang ayah.
"Tentu saja, aku putra ayah. Itu mengalir di darah kita. Aku tidak mau tampak tidak manusiawi dengan menampilkan sisi kesempurnaan. Aku berpura-pura sampai sekarang." jawab Jae Sang.
"Ayah bisa mempercayaimu?" tanya Presdir Moon.
"Datang dan lihatlah sendiri besok." jawab Jae Sang.
Pelayan datang membawakan minuman untuk mereka.
Presdir Moon pun langsung menanyakan Chae Rin. Si pelayan berkata, bahwa Chae Rin akan terlambat pulang karena masih berada di kelas memasak.
Eun Hyuk yang masih di lokasi dihubungi Jae Sang. Jae Sang menyuruhnya mengawasi pria itu dan meminta Eun Hyuk melepaskan pria itu saat pria itu hampir mati.
"Pastikan kau menghapus rekaman itu dan buatlah kontrak bahwa dia tidak akan pernah merilisnya." suruh Jae Sang.
Sementara pria itu masih berteriak-teriak meminta tolong.
Tak lama kemudian, Eun Hyuk melihat kedatangan Chae Rin dan ia langsung bersembunyi.
Chae Rin berusaha menolong pria itu. Tapi pria itu tidak mempercayai Chae Rin.
Chae Rin pun berkata, bahwa suaminya sudah menutup seluruh pintu di lokasi itu dan meminta pria itu memilih mau mati disitu atau menerima uluran tangannya.
Pria itu akhirnya menggapai tangan Chae Rin. Chae Rin dengan bersusah payah menyelamatkan pria itu. Tapi sayangnya, Chae Rin gagal menariknya ke atas. Chae Rin pun mencari cara lain.
Ia mengambil seutas tali, lalu mengikatkan ujungnya pada besi dan melemparkan ujung yang lain pada pria itu.
Pria itu langsung memegang tali yang dilempar Chae Rin. Chae Rin dengan bersusah payah menarik pria itu ke atas.
Ia berhasil!!
Eun Hyuk yang melihat itu dari kejauhan pun menatap Chae Rin dengan tatapan penuh arti.
Bersambung ke part 3.......
0 Comments:
Post a Comment