• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruby Ring Ep 71 Part 2

Sebelumnya...


Jin Hee menghubungi 119 dari telepon kantor.

Setelah itu, ia mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi Roo Na, tapi tidak dijawab.


Gilja yang tidak bisa tidur, berusaha menghubungi Roo Na tapi ponsel Roo Na tak aktif.


Soyoung terbangun karena mendengar suara tangisan Chorim.

"Soyoung-ah, sekarang aku tahu kenapa ada banyak sekali lagu patah hati. Rasanya seperti ditusuk disini. Sakit sekali, sampai aku ingin mati tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Apa yang harus kulakukan? Gilja mencemaskan Roo Bi jadi aku tidak bisa bicara dengannya. Kau lebih muda dariku, aku malu cerita padamu. Apa yang harus kulakukan."

"Itulah kenapa kubilang saat seseorang jatuh cinta, hati dan pikiran mereka akan bertentangan." jawab Soyoung.

Tapi Chorim malah menggeplak kepala Soyoung. *Astaga Chorim, masih sempet2nya ngajak Soyouung ribut. LOL

Chorim lalu menjatuhkan dirinya ke pelukan Soyoung. Soyoung pun berusaha menenangkan Chorim yang tangisnya kian kencang.

"Aku merindukannya!" ucap Chorim.


Di kamarnya, Roo Bi terus saja menatap ponselnya. Ia menunggu telepon dari Roo Na. Wajahnya terlihat cemas. Ia takut Roo Na bunuh diri.


Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Telepon dari In Soo.

"Roo Na masih belum menghubungimu?"

"Kau mencemaskannya juga?" tanya Roo Bi.

"Bohong kalau aku bilang aku tidak cemas." jawab In Soo.

"Aku mengerti. Roo Na akan baik-baik saja." ucap Roo Bi.

"Jangan terlalu cemas. Aku yakin Roo Na akan menghubungi kita pagi ini." jawab In Soo.


Roo Na teringat kecelakaan yang dialaminya bersama Roo Bi.

Ia juga ingat ketika sang ibu memanggilnya Roo Bi saat ia baru siuman.

"Jika aku tahu akhirnya seperti ini, akan lebih baik jika aku mati. Mereka tidak seharusnya membiarkanku hidup. Kenapa mereka menyelamatkanku? Kenapa aku siuman sebelum Roo Bi siuman? Kenapa?" ucapnya.


Roo Na lantas mendengar suara ibunya. Ia pun langsung mencari ibunya tapi kemudian ia sadar kalau itu hanyalah perasaannya.

"Tidak mungkin ibu disini. Kenapa ibu harus mencariku? Kau ingat, ibu? Ingat? Kau orang pertama yang memanggilku Roo Bi."


Roo Na lalu meraih ponselnya dan menghubungi sang ibu.

"Kenapa kau memanggil begitu, Bu? Jika kau tidak melakukannya, hal ini tidak akan terjadi!"

Tangis Roo Na pun pecah.

"Roo Bi-ya, kau dimana? Aku akan menjemputmu."

"Jangan datang, aku baik-baik saja."

"Roo Bi-ya, eomma mianhae. Aku tidak ada di sisimu. Aku menamparmu. Aku meneriakimu. Aku minta maaf."

"Kenapa kau minta maaf? Itu kesalahanku. Mianhae. Aku ingin sukses, tapi pada akhirnya..."

"Roo Bi-ya, apa maksudmu? Berhentilah bicara. Kau menakuti ibu. Katakan kau dimana."


"Mianhae eomma karena telah mengecewakanmu. Aku benar-benar ingin kau bangga padaku."

"Kau salah. Kau mengagumkan. Faktanya, aku tidak pantas memiliki putri sepertimu."

Mendengar itu, Roo Na tambah kecewa karena mengira sang ibu hanya peduli padanya.

Roo Na lantas menutup teleponnya setelah meminta sang ibu menjaga kesehatan.


Sontak Gilja panic. Ia takut terjadi sesuatu pada Roo Na.

Gilja lantas berteriak memanggil keluarganya.

"Apa yang harus kulakukan? Kurasa, Roo Bi akan mengakhiri hidupnya. Dia tidak mau mengatakan dia ada dimana." Gilja menangis.


Roo Na menghubungi Gyeong Min.

"Terima kasih sudah menjawab teleponku. Jangan cemas. Gyeong Min-ssi, aku ingin mengakui sesuatu. Ini kesempatan terakhirku, jadi dengarkan saja. Sebenarnya aku tidak mencintaimu. Aku memang mencintaimu pada awalnya tapi kita berpisah lalu kembali bersama. Ketika aku sadar dari kecelakaan itu, seperti yang kau katakan, aku hanya mencintaimu karena kau kaya dan punya pengaruh. Aku benci mengakuinya tapi kau benar. Tapi aku juga menerima, aku belajar mencintaimu lagi lebih dari aku mencintai yang lain. Itulah kenapa aku berpikir membuat sandiwara yang tidak termaafkan. Jadi aku bisa tetap disisimu. Jika aku tidak melakukannya, aku akan kehilanganmu dan kau meninggalkanku. Mianhae untuk semua yang sudah kulakukan padamu. Maaf karena sudah menipu dan membohongimu."

"Roo Bi-ya, dimana kau? Aku akan menjemputmu."

"Ini menyenangkan. Seseorang mendorongku pergi jadi kenapa berubah pikiran sekarang? Karena kau akan merasa bersalah jika aku mati? Jangan khawatir. Aku tidak menyalahkan siapapun. Aku ingin menjadi Jeong Roo Bi yang kau cintai, yang kau inginkan tapi aku gagal. Mianhae. Seharusnya aku berusaha lebih keras. Lupakan semuanya dan hiduplah bahagia."


Di kantor, Jin Hee menerima telepon dari 119 yang mengabarkan mereka sudah berhasil mendapatkan lokasi Jiyeon.

Jin Hee lalu menghubungi Roo Na.

Ia memberitahu kondisi Jiyeon pada Roo Na dan meminta Roo Na menyelamatkan Jiyeon.

Tapi Roo Na tidak peduli dan menutup teleponnya.


Ia lalu mengambil botol obat. Ia berniat bunuh diri dengan obat itu.

Tapi pikirannya tidak bisa lepas dari Jiyeon.

Bersambung........

Ruby Ring Ep 71 Part 1

Sebelumnya...


Chorim ke rumah Dongpal, tapi ia ragu untuk masuk. Dengan alasan takut sedih lagi, akhirnya Chorim memutuskan pergi tanpa menemui Dongpal tapi saat mau pergi, ia melihat Dongpal dan Daepung yang tengah menuju rumah.

Sontak, Chorim langsung bersembunyi di balik mobil yang terparkir di depan rumah Dongpal.


Daepung yang sudah tak kuat bekerja di konstruksi pun protes.

Tapi Dongpal berkata, bahwa mereka harus menabung sebelum mereka menjadi tua.

Mereka lalu membicarakan Gilja. Daepung yakin Gilja tidak akan memecat Dongpal jika tahu Dongpal orang yang baik.

"Lantas apa yang akan kau lakukan pada Chorim?" tanya Daepung.

"Apalagi? Segera setelah bom itu jatuh, pernikahanku dan masa depanku dengannya hancur berantakan." jawab Dongpal.

Daepun heran kenapa Chorim tetap kekeuh mau menikah dengan pria lajang.

"Memiliki anak tiri yang sudah dewasa sama saja dengan tidak membesarkan anak orang lain." ucap Daepung.

"Diamlah." suruh Dongpal lalu masuk ke dalam.

"Aigo, punggungku." keluh Daepung sambil menyusul Dongpal masuk ke dalam.


Chorim pun bertanya-tanya, apa yang harus ia lakukan.


Roo Bi masuk ke kamarnya dan teringat kata-kata Roo Na saat ia melihat koper Roo Na.

"Aku lebih baik mati daripada harus mengembalikannya padamu. Wajah ini, nama ini, aku akan membawa mereka ikut mati denganku."

Roo Bi pun cemas. Ia takut Roo Na bunuh diri.


Tak lama kemudian, ia mendengar suara pintu yang dibuka.

Gilja masuk ke dalam rumah dengan wajah lesu.

Roo Bi langsung keluar dari kamar dan menghampiri ibunya.

Begitu melihat Roo Bi, sang ibu langsung menanyakan Roo Na. Roo Bi pun berkata, kalau Roo Na menginap di tempat Eun Ji tapi sudah pergi dari sana.

Mendengar itu, Gilja tambah cemas. Ia juga merasa bersalah karena tidak bisa membuat Roo Na nyaman dengannya.


In Soo menyusuri lorong kantor sambil berbicara dengan Roo Bi di telepon.

"Aku akan menghubungimu jika dia menghubungiku. Aku akan membawanya pulang ke rumahmu." In Soo berjanji.

Setelah menutup teleponnya, In Soo bertanya-tanya dimana Roo Na.


Tak lama berselang, ia berpapasan dengan Gyeong Min.

In Soo pun memberitahu Gyeong Min bahwa Roo Na tadinya ada di tempat Eun Ji tapi sekarang Roo Na sudah pergi dan tidak seorang pun yang tahu keberadaan Roo Na.

In Soo beralasan, ia memberitahu Gyeong Min karena ia berpikir mungkin Gyeong Min ingin tahu.


Roo Na luntang lantung di jalanan. Ia kelaparan, tapi uangnya hanya cukup untuk membeli satu gimbap.

Roo Na pun makan gimbap di jalan. Saat ia  tengah menyantap gimbap nya dengan kalap, dua orang pria menghampirinya.

Pria tersebut mengaku sebagai rekanan Yeonho dan ingin membantu Roo Na.

Mendengar itu, Roo Na langsung meminta mereka balas budi dengan meminjaminya uang.


Sepertinya dua temannya Yeonho tadi meminjami Roo Na sejumlah uang karena sekarang Roo Na bisa menyewa sebuah kamar dan membeli dua botol soju.

Roo Na menenggak sojunya, lalu teringat kata-kata In Soo.

"Saat kau melihat betapa bahagianya kami, kau akan menyadari betapa menyedihkannya hidupmu." 

Ia juga ingat kata-kata ibunya.

"Kenapa kau melakukan ini? Sebenarnya apa yang mau kau buktikan? Apa alasanmu berbohong?"

Lalu ia mengingat kata-kata Gyeong Min.

"Kau bukan Jeong Roo Bi yang sama lagi. Kau gila, bahkan lebih buruk."

Tak mau mendengar kata-kata itu lagi, Roo Na pun menutup telinganya.

"Aku tidak gila. Aku bahagia. Aku tidak gila, karena aku adalah Jeong Roo Bi." ucapnya.


Gyeong Min kembali ke rumah dan melihat semua orang tengah berkumpul di ruang tenganya.

"Gyeong Min-ah, kau terluka? Tentu saja, kau pasti terluka." ucap nenek.

"Aku minta maaf, Nek. Aku ingin membuatmu bahagia." jawab Gyeong Min.

"Nenek juga minta maaf karena tidak bisa mengerti istrimu." ucap nenek.

"Tapi Gyeong Min-ah, seharusnya ini tidak terjadi." jawab Tuan Bae.

"Aku tahu, ayah. Jangan cemas. Ibu juga jangan cemas." ucap Gyeong Min.

Gyeong Min lalu naik ke atas, menuju kamarnya.


Melihat Gyeong Min yang kurusan Geum Hee pun cemas.

Geum Hee lalu menyuruh nenek ke kamar karena ia mau memijat nenek.

"Roo Bi tidak tinggal dengan ibunya?" tanya nenek.

"Ada dimana dia? Diluar sangat dingin." jawab Nyonya Park.

"Dia selebriti. Dia tidak mungkin berkeliaran dengan bebas." ucap Geum Hee.

Geum Hee juga menyalahkan nenek yang mengusir Roo Na. Nenek pun membela diri. Ia berkata, ia menyuruh Roo Bi kembali ke rumah orang tuanya agar bisa instropeksi diri.

"Kalian tidak berpikir dia tidur di kursi taman? Kalau dia mati membeku, dia akan berada di halaman depan koran." ucap Geum Hee.

"Auto! Tidak bisakah kau diam!" sentak nenek.


Di kamarnya, Gyeong Min tak bisa berhenti memikirkan Roo Na.

Tak lama kemudian, sang kakak datang mengajaknya minum.


Se Ra menuangkan soju ke gelas Gyeong Min.

Gyeong Min heran Se Ra mengajaknya minum soju, bukan wine. Se Ra beralasan, soju adalah minuman yang tepat untuk orang patah hati.

Se Ra lalu berkata, Soju akan lebih nikmat diminum jika disantap dengan rebusan kimchi.


Tak lama, Geum Hee pun datang membawakan rebusan kimchi dan ikut minum bersama mereka.


Geum Hee yang sudah mulai mabuk menasihati Gyeong Min.

"Jangan terlalu keras pada dirimu. Rumit atau tidaknya pernikahan itu tergantung pada dirimu. Lihat diriku, suamiku meninggalkanku tanpa uang sepeser pun tapi aku baik-baik saja sekarang. Roo Bi 100 kali lebih baik dariku, jadi dia akan baik-baik saja. Saat aku melihatmu terluka, aku juga terluka. Kau hidup hanya sekali, kau harus bahagia. Jangan pedulikan kata orang."

"Aku mengerti apa yang coba kau katakan." jawab Gyeong Min.

Gyeong Min lalu beranjak ke kamarnya.


Di kamarnya, Gyeong Min kembali memikirkan Roo Na.


Ia ingat saat melamar Roo Bi.


Lalu ia ingat saat menikahi Roo Na.


Ia juga ingat kebersamaannya dengan Roo Na.

Gyeong Min lalu bertanya-tanya, dimana Roo Na.


Di kantor, Jin Hee dapat telepon dari Jiyeon yang memaksa bicara dengan Roo Na. Padahal Jin Hee sudah bilang, Roo Na tidak ada di kantor dan Jiyeon bisa bicara dengan Roo Na besok.

"Aku ingin bicara sekarang! Besok tidak bisa! Aku tidak akan ada lagi besok!"

Sontak, Jin Hee kaget mendengarnya. Ia langsung bertanya dimana Jiyeon tapi Jiyeon tetap memaksa bicara dengan Roo Na.

"Oke, aku akan  menghubungi Roo Bi." ucap Jin Hee.

Bersambung ke part 2.......

Live Up To Your Name Ep 16 Part 2 (END)

Sebelumnya...


Im mendatangi salah satu rumah pasien.

Seorang pria menghampirinya dan mengajaknya masuk. Ia juga berterima kasih karena Im sudah mau datang.

Ternyata yang sakit adalah wanita yang memberikan Yeon Kyung tumpangan saat Yeon Kyung terjebak untuk pertama kalinya di Joseon.

"Rebus beberapa madu dan likori di air, minumkan padanya secara teratur."


Habis dari rumah pasiennya, Im mampir ke rumah Menteri Pertahanan.

Rupanya Im teringat perkataan Makgae tentang Menteri Pertahanan yang sakit saat dievakuasi dan tidak bisa dirawat karena tidak ada dokter.

Menteri Pertahanan yang sudah tidak bisa melihat dengan jelas pun bertanya pada pelayannya, siapa yang datang.

"Tabib Heo Im dari Haeminseo." jawab sang pelayan.

"Heo Im, kau brengsek. Aku menyesal tidak membunuhmu sebelum aku mati." ucap Menteri Pertahanan.

"Aku datang untuk merawatmu." jawab Im.

"Aku yakin kau datang ke sini untuk mempermalukanku dan balas dendam atas apa yang kulakukan padamu. Apa kau puas melihatku sekarat seperti ini?" ucap Menteri Pertahanan.

"Kalau kau tidak mau, aku akan pergi." jawab Im.

"Kau tidak boleh pergi begitu saja. Kumohon, selamatkan aku." ucap Menteri Pertahanan.


Sontak, Im langsung teringat saat ia memohon pada Menteri Pertahanan untuk mengampuni Ddak Sae.


Im pun mulai memeriksa kondisi Menteri Pertahanan.

Menteri Pertahanan mengidap tumor ganas dan sudah terlambat menolongnya.


Im lalu teringat kata-kata Doo Chil.

"Aku tahu ibuku tidak akan bisa selamat tapi aku hanya ingin membuatnya merasa lebih baik."


Teringat hal itu, Im pun memberikan akupuntur pada si Menteri Pertahanan agar dia merasa lebih baik.

Selesai dengan Menteri Pertahanan, Im berniat pergi ke rumah budak yang bernama Sam Wol.


Di RS Shinhae, seorang pasien seumuran Ha Ra mengamuk. Ia melemparkan mangkuk buburnya ke lantai dan marah-marah pada ibunya.

Tak lama kemudian, Yeon Kyung, Min Jae dan Soo Ho datang.

Min Jae kini sudah menjadi asisten dokter.

Yeon Kyung menyuruh Soo Ho menelpon kafetaria dan menyuruh mereka menyiapkan makanan yang lebih baik.

"Bagaimana bisa mereka menyediakan makanan berminyak untuk pasien jantung?" protes Yeon Kyung.

"... beritahu mereka untuk memberikan daging tipis dan sayuran." suruh Yeon Jae lagi.


Si pasien pun sontak kesal mendengarnya.


"Dasar remaja." ucap Yeon Kyung sambil menatap gelang dari Ha Ra.


Si pasien remaja itu pun mau kabur tapi dipergokin Yeon Kyung.

"Kau mau kemana jam segini. Kau akan masuk ke ruang operasi besok pagi."

"Bukan urusanmu. Kau mau menghentikanku?"

"Tidak. Kenapa aku harus melakukan itu? Aku ingin mengajakmu pergi bersama. Aku punya mobil."

Yeon Kyung pun menunjukkan kunci mobilnya.

"Tapi pakai dulu monitormu sebelum pergi, aku punya semua yang kau butuhkan di tasku tapi untuk yang itu, aku tidak punya." ucap Yeon Kyung.

Si pasien pun syok mendengarnya.


Direktur Shin dan Prof. Hwang sedang memotong pita peresmian pembukaan bangsal kardiologi anak. Semua dokter pun ikut menghadiri acara itu.


Direktur Shin yang melihat Yeon Kyung pun bergegas menghampiri Yeon Kyung.

"Sudah lama sekali. Kudengar kau baru mendapatkan gelar doktormu. Itu pencapaian yang mengesankan di usiamu." puji Direktur Shin.

"Aku masih harus banyak belajar." jawab Yeon Kyung.

"Kau dokter berbakat dan tesismu luar biasa. Kau akan jadi asisten dan rekan kerja profesor sebentar lagi. " puji Direktur Shin.

"Tentu saja, dia dokter yang diperlukan di rumah sakit ini." jawab Prof. Hwang.

"Ibunya Ha Ra menyumbangkan sejumlah uang karena menghormatimu. Aku tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikanmu." ucap Direktur Shin.

"Kenapa itu kebaikanku untukmu? Ini bukan untukmu. Ini untuk anak-anak yang sakit seperti Ha Ra. Kuharap tidak akan ada lagi anak-anak yang tidak bisa dirawat karena kekurangan uang. Itu juga pesan dari ibu Ha Ra." jawab Yeon Kyung.

"Kapan kau bertemu dengannya?" tanya Direktur Shin.

"Belum lama ini di peringatan kematian Ha Ra." jawab Yeon Kyung.

Yeon Kyung lalu beranjak pergi.


Yeon Kyung mengejar Man Soo.

"Wae? Kau iri aku mendapatkan gelar doktor sebelum dirimu?" tanya Yeon Kyung.

"Ani, ani, ani. Aku tidak akan hidup seperti ini kalau aku harus bekerja keras seperti kau untuk mendapatkannya. Kau mengoperasi pasien setiap hari, itu bukan kehidupan. Kau tahu?" jawab Man Soo.

"Seorang dokter tidak ada apa-apanya tanpa operasi dan pasien." ucap Yeon Kyung.

"Kau pikir cuma kau dokter disini? Ini serius, kau tidak akan bisa mengobati penyakit mental. Kau berkencan dengan beberapa pria dan terkadang hidup seperti manusia." jawab Man Soo.


Jae Ha datang. Man Soo pun langsung mengumpat dan mengaku jadi tidak bersemangat setiap kali melihat Jae Ha.

Untuk menenangkan Man Soo, Yeon Kyung pun memberikannya permen.

Sontak, Man Soo protes.

"Kau pikir aku ini anak kecil?"


Jae Ha memberikan undangan pernikahan pada Yeon Kyung.

"Waktunya minggu depan. Dia datang minggu lalu ke Stasiun Seoul dan menyerahkan undangan itu." ucap Jae Ha.

"Dia akhirnya punya menantu." jawab Yeon Kyung.

"Dia kembali bersama dengan anaknya tahun lalu dan mulai bekerja sebagai penjaga keamanan. Dia pamer tentang berapa banyak dia membayar biaya pernikahan anaknya dengan tabungannya." ucap Jae Ha.

"Aku senang mendengarnya." jawab Yeon Kyung.

"Yang lainnya berencana untuk mencuci pakaian mereka dan pergi ke sauna sebelum resepsinya." ucap Jae Ha.


Yeon Kyung pun memandangi Jae Ha.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Jae Ha.

"Aku hanya merasa bangga padamu. Kudengar dari kakek, kalau kau mengunjungi mereka setiap dua minggu sekali." jawab Yeon Kyung.

"Aku pergi ke sana bukan karena Heo Im yang memintaku. Maksudku, awalnya aku pergi ke sana karena permintaannya tapi sekarang aku suka ke sana." ucap Jae Ha.

"Aku tahu." jawab Yeon Kyung.

Jae Ha pun ingin menunjukkan kemampuannya yang sudah berkembang pesat pada Im. Tapi sayangnya tidak bisa.


Di Joseon, Im mengobati pasiennya pakai pisau bedah milik Yeon Kyung.

Sontak, si pasien takut melihat pisau bedah itu. Tapi Im tidak peduli dan membedel benjolan di leher belakang si pasien.

Tiba-tiba, terdengar teriakan Makgae yang memanggilnya Kepala Tabib.


Kesal, Im pun langsung beranjak keluar dan memarahi Makgae.

Tapi begitu melihat Suzuki dan Sayaga, ia sontak terkejut.

Sayaga senang Im masih mengingat namanya tapi ia meminta Im melupakan nama itu karena sekarang namanya adalah Kim Cheon Sung.

Suzuki pun mengucapkan terima kasih karena Im sudah menyelamatkannya waktu itu.


Im mengajak mereka bicara di tempat lain.

"Kudengar ada jenderal jadi warga Korea dengan tentaranya. Tidak kusangka itu kau." ucap Im.

"Aku juga mendengar kau menjadi dokter di medan pertempuran." jawab Sayaga.

Sayag lalu menanyakan Yeon Kyung. Ia bertanya apakah Yeon Kyung baik-baik saja.

"Kuharap dia baik-baik saja." jawab Im.

"Kalian sudah tidak bersama?" tanya Sayaga kaget.

"Dia kembali ke tempat asalnya." jawab Im.

"Kalian berdua cocok bersama. Kalau kau bertemu dengannya lagi, kau harus memberitahunya bagaimana kehidupanmu berubah setelah kau bertemu dengannya." ucap Sayaga.

"Dia pasti sudah tahu." jawab Im sedih.


Di halaman belakang Haeminseo, Im melukis love di atas pasir.

Ia teringat kenangannya bersama Yeon Kyung saat menyembunyikan Yeon Kyung di sana.


Yeon Yi tiba-tiba datang mengejutkan Im.

"Yeppeuda. Aku belum pernah melihatnya." ucap Yeon Yi melihat gambar love yang dilukis Im.

"Ini namanya hati. Ini punya dua arti. Yang pertama organ tubuhmu dan yang kedua adalah perasaan saat kau menyukai seseorang."

"Ahjussi, kapan aku bisa mulai belajar pengobatan?" tanya Yeon Yi.

"Nanti kalau kau sudah besar." jawab Im.


Heo Jun lalu datang dan Yeon Yi langsung berlari ke pelukan Heo Jun. Im pun sewot melihat Yeon Yi memeluk Heo Jun.


Im pun menghampiri mereka. Im bertanya, untuk apa Heo Jun datang ke Haeminseo padahal Heo Jun sudah menjadi dokter yang hebat di istana.

Heo Jun berkata, karena itulah ia datang.


Ternyata Heo Jun meminta Im menyembuhkan Raja yang telinganya terus berdenging.

Im pun langsung bersiap-siap di kamarnya.


Saat hendak pergi, seorang pria datang menggendong anak kecil yang terluka karena ditanduk kerbau.

Im pun menyuruh Makgae membawa anak itu ke kamar dan mengambil obat.

"Kau mau membuat Raja menunggu?"

"Dia adalah rakyat Yang Mulia. Dia adalah seseorang yang harus dilindungi Raja. Kalau kau menghentikanku dan membiarkan anak itu mati, kau bisa menangani kemarahan rakyat?" jawab Im.


Di dalam, Im memeriksa kondisi anak kecil itu.

"Untungnya organ dalamnya tidak terluka. Tapi luka tebas bisa berbahaya untuknya. Aku harus menjahit lukanya." ucap Im.

Im pun mulai menjahit luka anak kecil itu seperti yang diajarkan Yeon Kyung.


Setelah itu, barulah Im pergi ke istana.

"Jadi apa kau menyelamatkan anak itu?" tanya Raja.

"Berkat kebaikan Yang Mulia, anak itu masih hidup." jawab Im.

Tapi Raja sudah tidak percaya pada Im yang gagal mengobati migrainnya waktu itu.

Heo Jun pun meminta Raja untuk mempercayai Im.


Im menjelaskan pada Raja kalau telinga berdenging adalah penyakit yang menyakitkan dan hanya Raja lah yang tahu rasa sakitnya.

"Karenanya itu juga disebut sebagai tangisan hati." ucap Im.

Im lantas berkata dalam hatinya, kalau ia berharap bahwa tangisan hati raja adalah penebusan dosa atas kematian rakyat Joseon yang sia-sia karena perang.

Im mulai mengobati Raja. Tak lama setelahnya, Raja pun sembuh.

Raja pun sadar bahwa gosip tentang Im itu benar.


Karena berhasil menyembuhkan Raja, Im pun diangkat menjadi tabib kerajaan.


Direktur Ma mengunjungi Kakek Choi di Haeminseo.

Ia membawakan kakek camilan dan juga soju.

Direktur Ma sudah berubah menjadi lebih baik. Ia bahkan ingin bekerja di Haeminseo.

Tapi kakek menolak saat Direktur Ma meminta dibayar. Tapi saat Direktur Ma bilang, tidak mau dibayar, kakek langsung menerimanya.

Mereka lalu tertawa bersama.


Yeon Kyung sendiri baru selesai melakukan operasi.

Saat hendak keluar, ia melihat Suster Jung yang berdiri dibalik kaca. Suster Jung mengacungkan jempol padanya.

Mata Yeon Kyung seketika berkaca-kaca saat teringat Im yang berdiri disamping Suster Jung, mengawasi dirinya yang sedang mengoperasi Ha Ra.


Usai operasi, Suster Jung menyuruh Yeon Kyung rehat sejenak dan bersenang-senang di klub.

"Suster Jung, saat kau merindukan seseorang, apa yang akan kau lakukan?" tanya Yeon Kyung.

"Tidak banya. Temui dia. Tapi kalau tidak bisa, lihatlah mereka dari hatimu." jawab Suster Jung.


Malam harinya, di Joseon. Im memberikan buku-buku medis pada Makgae.


Ia menyuruh Makgae membacanya agar bisa ikut ujian.

"Tentang dunia dimana dokter itu tinggal, kau bilang wanita bisa menjadi dokter di sana kan?" ucap Makgae.

"Ya itu bemar." jawab Im.

"Itu menyenangkan." ucap Makgae sedih.

Im lalu beranjak pergi. Tapi tiba-tiba, seorang anak yang ibunya diselamatkan Im datang memberikan makanan untuk Im sebagai ucapan terima kasih.

Anak itu lalu berlari ke arah Makgae.

Tiba-tiba, lantai yang menahan rak obat-obatan jeblos. Rak-rak itu pun saling berjatuhan dan hendak menimpa Makgae bersama anak kecil itu.

Melihat itu, Im langsung menjauhkan anak kecil itu dari Makgae dan memeluk Makgae.

Im dan Makgae jatuh dari ketinggian.


Yeon Kyung, Suster Jung dan Soo Ho sedang melakukan tugas mereka di posko kesehatan.

Saat tengah sibuk mengurusi pasien, Yeon Kyung mendengar dua ajumma sedang membicarakan sesosok pria berpakaian Joseon.

Yeon Kyung menatap lurus ke depannya. Pria itu adalah Im!

Mereka saling berpandangan untuk beberapa saat.


Yeon Kyung lalu mengobati memar di tangan Im.

"Aku merindukanmu. Maaf aku datang terlambat." ucap Im.


Wadah jarum Im tampak disamping Yeon Kyung duduk.


Mereka lalu berjalan-jalan di taman Seoul.

"Apa kau merindukanku?" tanya Im.

"Kau kesini sebentar saja?" tanya Yeon Kyung.

"Apa maksudmu sebentar. Aku datang untuk tinggal bersamamu." jawab Im.

"Siapa yang mau tinggal denganmu?" ucap Yeon Kyung.

"Kau sudah punya pacar?' tanya Im.

"Namja chingu." jawab Yeon Kyung.

TAMAT!!!

Prolog :


Makgae keluar dari lift RS Oriental Shinhae dengan wajah ketakutan.

Lalu ia terkejut saat memperhatikan sekeliling RS.

Si dokter kacamata dan rekannya menatap aneh Makgae.


Makgae lalu masuk ke ruangan pengobatan pasien dan bertemu Jae Ha di sana.

Jae Ha tersenyum menyadari Makgae adalah temannya Im.