• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Different Dreams Ep 5-6 Part 2

Sebelumnya...


Fukuda dan Young Jin bicara diluar. Young Jin minta maaf karena tidak bisa menyambut Fukuda, padahal Fukuda sudah jauh2 datang. Fukuda berkata, itu salahnya karena tidak memberitahu Young Jin. Fukuda lantas mengaku, ia senang melihat Young Jin lagi. Young Jin lalu mengajak Fukuda makan siang saat Fukuda ada waktu senggang. Fukuda sumringah, benarkah? Young Jin mengangguk.

Fukuda : Ini benar-benar hari istimewa. Ini kali pertamamu membahas pertemuan kita lagi. Kalau begitu, sampai jumpa lagi.

Fukuda beranjak pergi.


Tanpa mereka sadari, dua pria yang mengikuti Fukuda memotret mereka saat mereka tengah bicara tadi.

-Hotel Geumseong, markas Cheongbang-


Terlihat Won Bong yang berdiri di depan pintu. Ternyata ia sedang memperhatikan seorang pria yang tengah menyuapi ibunya. Pria itu, Doo Wol Sung, pemimpin Kelompok Cheongbang.

Di depannya, seketarisnya, Lee So Min, juga berdiri memperhatikannya.

Usai menyuapi ibunya, Wol Sung pun pergi.


So Min langsung menutup pintu ruangan itu.


Wol Sung duduk di ruangan lain. Won Bong mengikuti Wol Sung.

Wol Sung : Ibuku nyaris tidak makan. Dia hanya makan beberapa sendok bubur sapi yang kusuapkan. Aku hanya ke sini sekali sehari untuk menyuapinya, tapi aku yakin dia merawatku setiap saat kala aku tumbuh besar.

Wol Sung menyajikan teh untuk Won Bong. Tapi Won Bong terus menatapnya dengan intens.

Wol Sung meneguk tehnya, lalu menatap Jin Soo yang berdiri di dekat mereka. Wol Sung berkata, karena Jin Soo yang memintanya, maka ia setuju menemui Won Bong. Tapi meskipun begitu, tetap saja ia tidak tahu siapa Won Bong.

Won Bong berkata, bahwa ia ingin minta tolong.

Wol Sung pun menghentikan Won Bong bicara dan menegaskan, kalau ia tidak mengenal Won Bong.


Won Bong pergi dengan wajah kesal setelah penolakan Wol Sung.

Jin Soo buru2 mengejar Won Bong. Jin Soo menjelaskan, bahwa Wol Sung bersikap waspada karena belum mengenal Won Bong.

Jin Soo : ... tapi begitu dia memercayaimu, dia sepenuhnya mendukungmu selama kau tidak mengkhianatinya.

Won Bong : Memang kelihatannya aku punya waktu luang!

Jin Soo : Aku mengerti. Akan kuaturkan jadwal lain segera.

Won Bong beranjak pergi. Jin Soo membahas soal kata2 Won Bong kemarin.

Jin Soo : Salah satu organisasi bawahan kami berkaitan dengan persediaan medis. Ada yang memesan obat tertentu dalam jumlah besar. Namanya Hong Cheon Sung. Dia tidak katakan dari mana asalnya atau untuk apa persediaan obat itu, karenanya kami belum bertransaksi. Tapi kudengar seorang konsul Jepang membuntutinya.

Won Bong : Aku harus bertemu dengannya.


Seung Jin terlihat di dalam rumah bordil. Ia terus berjalan, hingga akhirnya ia tiba di sebuah kamar. Dan di kamar itu, Won Bong sudah menunggunya. Seung Jin menawari Won Bong maotai (sejenis liquor). Tapi Won Bong bilang, ia lebi suka nojuteukgok (Minuman keras tradisional khas Sichuan Tiongkok). Seung Jin kemudian duduk.


Seung Jin : Kupikir tidak mungkin dapatkan 500 dosis.

Won Bong : Mereka mendapatkan yang sekarang karena mereka Cheongbang.

Seung Jin : Aku ragu harus berurusan dengan mereka. Doo Wol Sung menghargai uang lebih dari keadilan atau hubungan apa pun.

Won Bong : Biar bagaimanapun juga, uang tidak pernah berbohong. Mau periksa pesananmu?

Seung Jin kaget, sekarang?


Sekarang, Seung Jin mengikuti Won Bong. Namun langkahnya mendadak terhenti karena ia merasa ada yang mengikuti mereka. Won Bong pun menoleh dan meminta Seung Jin terus mengikutinya.

Benar saja, 3 orang pria memang mengikuti mereka. Sepertinya anak buah Doo Wol Sung.


Sampai di sebuah gang, Won Bong memberi kode ke Nam Ok yang sudah menunggunya. Nam Ok mengerti. Ia menarik jinrikisha (sejenis becak) dan berlari ke arah 3 pria itu, sambil teriak, meminta diberi jalan.

Nam Ok memblokir jalan 3 pria itu. Setelah itu ia bergegas pergi.


Won Bong mendesak Seung Jin ke dinding. Seung Jin yang ketakutan, langsung mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke Won Bong. Tapi Won Bong dengan cepatnya merebut pistol Seung Jin dan balik mengancam Seung Jin. Nam Ok datang dan menyuruh mereka bergegas.


Won Bong dan Nam Ok menyekap Seung Jin di sebuah kamar.

Seung Jin marah, siapa kau!

Nam Ok menyuruh Seung Jin diam.

Won Bong : Aku akan katakan langsung saja. Aku perlu bertemu Yoo Tae Joon. Aku Kim Won Bong, pimpinan Korps Pahlawan.

Seung Jin tak percaya.

"Kalau kau Kim Won Bong, maka aku Stalin!"

Sontak, Nam Ok ingin tertawa tapi ia menahannya.

Seung Jin lantas menuduh mereka mata2 Kim Goo.

Nam Ok : Dasar berandal. Kenapa pikirmu kami utusan mereka? Kau tidak berkaca? Dasar berandal kecil.


Won Bong : Kenapa kau kemarin menemui Lee Young Jin?

Seung Jin : Siapa? Aku tidak mengenalnya.

Won Bong : Kurasa kau tidak tahu, tapi Konsulat Jepang membuntutimu. Cheongbang juga tidak berencana bertransaksi denganmu.

Seung Jin kaget.

*Oh jadi 3 pria itu utusan Konsulat Jepang.

Won Bong : Biar kukatakan sekali lagi. Kami tidak tertarik pada uang yang hilang itu. Kami hanya perlu menemukan si pembuat bom itu.

Seung Jin : Kalian semua mengatakannya, tapi pada akhirnya, kalian hanya mengincar uang itu.

Won Bong pun memakai cara lain. Ia mengancam Seung Jin, akan melukai Young Jin agar Tae Joon muncul. Seung Jin pun berkeras, tidak mengenal Young Jin dan menyuruh mereka membunuh Young Jin jika mau.


Anak buah Wol Sung memberikan laporan pada Wol Sung tentang kedatangan Fukuda ke Shanghai.

"Setelah selesai bekerja, dia menemui wanita itu. Dia putri angkat seorang jenderal Jepang."

Wol Sung menatap foto2 Fukuda yang baru tiba di stasiun, serta foto Fukuda yang sedang bicara dengan Young Jin dan foto Young Jin.

Wol Sung : Memang apa masalahnya seorang jaksa Jepang bertemu putri seorang jenderal Jepang?

"Aku sudah mengawasi Kim Won Bong sesuai perintah Anda. Dia juga mengawasi wanita itu. Mereka juga pernah bertemu."


Jin Soo langsung melirik Wol Sung.

Sementara Wol Sung menatap foto Seung Jin. Ia mengetuk2kan jarinya ke foto Young Jin.


Fukuda dan Young Jin kencan. *Cuma jalan2 sih, Young Jin nepatin janjinya ngajak Fukuda makan, tapi sy nyebutnya kencan aja ya*

Mereka melewati jajanan malam.

Young Jin tanya, rasa xiaolongbao (pangsit) yang mereka makan tadi.

Fukuda : Enak, meski cukup panas.

Young Jin : Makanya kubilang gigit sedikit demi sedikit.


Mereka lalu berhenti berjalan. Fukuda mengajak Young Jin duduk sebentar. Fukuda duduk duluan, lalu ia membersihkan kursi di sebelahnya dengan tangannya.

Young Jin tersenyum, lalu duduk di samping Fukuda.

Young Jin : Kapan kau kembali ke Gyeongseong?

Fukuda : Lihat nanti. Aku tidak segera kembali, tenang saja.


Young Jin tersenyum lebar. Fukuda menatap intens Young Jin. Young Jin tanya, kenapa Fukuda menatapnya begitu. Fukuda bilang, senyum Young Jin seperti bunga sakura yang bermekaran.

Fukuda : Tiba-tiba kau tersenyum lebar. Tidak setengah-setengah. Aku menyukai caramu tersenyum. Aku akan memberitahumu apa yang kusuka darimu satu per satu setiap kali kita bertemu.

Young Jin tersenyum.

*Suka scene mereka.... Tapi gk bisa nyipperin mereka nih.. dua2nya milik orang lain... cukup jadi shipper Fukuda-Young Jin aja... kalian tim mana gaes? Sama kayak sy, tim Fukuda-Young Jin atau tim Won Bong-Young Jin?


Young Jin pulang sendirian. Ia sempat berhenti melangkah saat melihat sebuah mobil mengikutinya. Tapi mobil itu berlalu begitu saja.

Young Jin tak curiga, ia kembali berjalan.


Tapi mobil itu kembali lagi.


Young Jin menuju kamarnya. Curiga ada yang mengikutinya, Young Jin berbalik. Anak buah Wol Sung langsung mengarungi kepala Young Jin dan membawa Young Jin pergi.

Young Sung yang kebetulan melintas, melihat Young Jin diculik.


Fukuda kembali ke kantornya. Anak buahnya melapor, kalau Seung Jin menghilang.


Young Jin dibawa ke hadapan Wol Sung.

Wol Sung : Lee Young Jin-ssi, kau mungkin membuat Cheongbang dalam bahaya.


Nam Ok mengajak Won Bong menginterogasi Young Jin karena Seung Jin masih tidak mau bicara soal Tae Joon.

Tiba2, terdengar ketukan di pintu. Sontak, Won Bong langsung mengarahkan pistolnya ke arah pintu.


Won Bong dengan hati2 membuka pintu dan terus mengarahkan pistol ke depan.

Tak lama, ia menemukan sebuah pesan di lantai.

Won Bong membacanya. Pesan dari Jin Soo yang menyuruhnya ke atap.


Jin Soo memberitahu Won Bong kalau Cheongbang menangkap Young Jin.

Jin Soo : Seorang jaksa dari Kantor Gubernur Joseon menemuinya. Kita juga tahu siapa ayah angkatnya. Setelah investigasi mendalam, kalau kami tahu mata-mata Jepang membantu jaksa Jepang, dia akan mati.

Won Bong : Dia bukan mata-mata.

Jin Soo : Kau yakin?

Young Jin : Dia tahu siapa aku. Kalau dia mata-mata Jepang, dia pasti melaporkanku pada mereka.

Won Bong lalu tanya dimana Young Jin.

Jin Soo : Dia sangat penting bagimu hingga kau rela melepaskan Cheongbang?

Won Bong : Tidak ada cara lain untuk menemukan Yoo Tae Joon.

Jin Soo : Dia satu-satunya caramu?

Won Bong : Ya.

Jin Soo : Akan butuh waktu, tapi apa pun yang terjadi, Cheongbang akan menemukannya. Lepaskan dia saja dan dapatkan kepercayaan Cheongbang.


Won Bong memberitahu Nam Ok, Cheongbang menyekap Young Jin.

Seung Jin yang mendengar itu kaget.

Won Bong ingin menyelamatkan Young Jin, tapi ditahan Nam Ok.

Won Bong : Membuntutinya dua bulan sudah membuatmu gila, ya? Ini Cheongbang! Kau sudah mati sebelum sampai di pintu mereka.


Won Bong lantas melirik Seung Jin. Ia melepaskan kain yang membekap mulut Seung Jin.

Won Bong : Karena kau tidak mau bicara, akan kubawa Young Jin ke sini.


Nam Ok : Tunggu, kita pikirkan dulu. Jangan gegabah begini.

Won Bong : Nam Ok-ah...

Bersambung ke part 3....

Different Dreams Ep 5-6 Part 1

Sebelumnya...

Tangan sy gatel juga pengen nerbitin ini... Habis ini, sy lanjut Unknown Woman lagi....


Episode ini diawali dengan Won Bong yang disekap di sebuah ruangan.

Diluar jendela, tampak Nam Ok yang mengarahkan senjatanya pada Won Bong. Nam Ok kemudian menarik pelatuknya.


Peluru melubangi jendela tepat di depan Won Bong, tapi Won Bong baik-baik saja.


-Different Dreams Episode 5, Shanghai-


Tae Joon ada di Manchuria Utara. Ia menghuni kawasan sebuah pergudangan, bersama seorang pria yang menjadi mata2nya, bersama Kim Seung Jin.

Sambil menunggu air yang direbusnya matang, Tae Joon tanya, apa Seung Jin sudah siap ke Shanghai.

Seung Jin berkata, ia hanya tinggal pergi saja.

Tae Joon lantas duduk di depan Seung Jin. Ia menuangkan air panas ke dalam gelas Seung Jin. Seung Jin menatapnya intens.

"Kenapa menatapku begitu?" tanya Tae Joon.

"Begini... kelihatannya terjadi sesuatu di Gyeongseong. Terkait Kim Esther." jawab Seung Jin dengan hati-hati.

"... kudengar dia sudah melakukannya. Tapi pembunuhan itu gagal. Dia langsung tewas dibunuh." ucap Seung Jin lagi.


Tae Joon syok. Ia tak jadi minum dan langsung berdiri menghadap keluar.

Seung Jin berkata lagi, bahwa ada dokter lain di tempat kejadian dan dokter itu selamat. Tae Joon tambah syok ketika Seung Jin memberitahunya bahwa Young Jin lah dokter itu. Seung Jin bilang, Young Jin sempat diinterogasi tapi disudah dibebaaskan dan kini berada di Shanghai.


Fukuda menemui Oda. Oda menawari Fukuda kopi tapi Fukuda menolak dan mengaku sudah minum 3 gelas kopi hari itu.

Oda mengerti dan langsung menyuruh seketarisnya pergi.


Oda : Kudengar belakangan ini kau sibuk jalani kencan buta.

Fukuda : Meski kutolak, orang tuaku tidak mau mendengar.

Oda : Seorang jaksa harus tahu cara menolak dengan kuat. Suatu hari kau harus mengambil alih posisiku.

Fukuda : Akan kuingat, Pak.

Oda lantas menyuruh Fukuda ke Shanghai. Fukuda yang tahu Young Jin di Shanghai, terkejut. Oda tanya, kenapa Fukuda terkejut. Fukuda tersenyum dan berkata, tidak apa-apa. Fukuda kemudian tanya, ada apa di Shanghai. Oda bilang, ini tentang Tae Joon. Dana komintern yang dikelola Tae Joon lebih dari 6.000 dollar.

Oda : Nilai cukup besar untuk dirinya sendiri. Karena itulah fraksi pemerintah sementara menggila. Mereka menginginkannya. Uang itu tidak boleh jatuh ke tangan pemerintah sementara atau Korps Pahlawan.


Fukuda : Dia di Shanghai?

Oda : Tidak. Dia di suatu tempat di Mongolia atau Manchuria. Sulit melacaknya. Dia punya seorang kaki tangan bernama Kim Seung Jin. Aku mendapat informasi dia sering ke Shanghai. Cari dia dan interogasi dia untuk tahu lokasi Yoo Tae Joon. Konsulat akan memberikanmu orang dan informasi yang kau perlukan.

Fukuda kaget. Melihat reaksi Fukuda, Oda sontak bertanya, ada apa. Apa terlalu sulit untuk Fukuda.

Fukuda : Ya, Pak.


Oda : Kau lebih ingin duduk di belakang meja dan menulis permohonan banding? Kalau memang itulah yang harus kau lakukan, aku tidak akan menerimamu.

Fukuda : Aku menyadarinya, Pak.


Seketaris Oda menemui Matsuura yang menunggunya di taman. Wanita itu memberikan informasi pada Matsuura.

"Itu dokumen resmi yang dikirim dari konsulat di Shanghai. Kim Seung Jin menuju ke sana." ucap wanita itu.


Wanita itu lantas meminta bayarannya. Matsuura mengeluarkan amplop berisi uang. Wanita itu langsung menyambar amplopnya, tapi Matsuura tidak mau memberinya.

Wanita itu menghela nafas dan memberitahu Matsuura kalau Fukuda juga ditugaskan ke sana. Barulah, Matsuura membayarnya.

Matsuura kesal karena harus berhadapan dengan Fukuda lagi.


Seorang wanita, bernama Ma Young Sung, menyuruh Young Jin makan dulu sebelum pergi. Young Jin yang buru2, mengatakan kalau ia harus segera pergi.

Youung Sung pun berkata, akan menaruhnya di kamar Young Jin.

Young Jin bergegas keluar. Young Sung menyusul Young Jin dan tanya, apa Young Jin akan pulang terlambat. Young Jin berkata, akan tahu pulang jam berapa setelah tiba disana.



Young Jin pun pergi. Ia melintasi perkampungan yang padat penduduk.


Burung2 beterbangan di langit Shanghai. Sinar matahari pagi menyinari bumi.

Young Jin tiba di kampusnya, Universitas Fudan.


Bersama timnya, ia membedah mayat dan mulai melakukan penelitian.


Setelah itu, Young Jin dan tim nya tampak mengobrol di halaman kampus. Tak lama kemudian, mereka berpisah.


Sekarang, Young Jin duduk di kereta. Ia teringat kata2 Won Bong padanya, saat mereka sama2 di kapal menuju Shanghai. Saat itu, Won Bong bilang, tidak mau bertemu dengan wanita seperti Young Jin lagi.

Kereta berhenti. Young Jin bergegas turun.


Young Jin kemudian menyusuri jalanan.

Dari seberang jalan, Won Bong memperhatikan Young Jin. Saat Young Jin menoleh ke arahnya, ia buru2 menundukkan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya di balik topinya.


Young Jin lantas melihat penjaja makanan favoritnya.

Ia berseru senang dan tersenyum menikmati jajanannya.

Won Bong nampak terpesona dengan senyum Young Jin.


Tak lama, terdengar bunyi petasan di dekat Won Bong.

Young Jin menoleh. Won Bong langsung menyembunyikan dirinya.


Setelah cemilan favoritnya habis, ia berniat pergi, tapi Seung Jin muncul dan menghalangi langkahnya.

Young Jin berusaha menghindar tapi Seung Jin terus saja menghalangi langkahnya.

Young Jin kemudian pergi. Seung Jin mengikutinya.

Won Bong menatap curiga ke arah mereka.


Fukuda tiba di Shanghai. Dua orang pria yang merupakan agen khusus Konsulat Jepang di Shanghai, langsung menjemputnya. Salah satu pria bernama Maru. Mereka berjalan melewati dua pria yang duduk di salah stan makanan.

Fukuda : Sudah temukan lokasinya?

Maru : Ada yang memesan 500 dosis Salvarasan. Kami sedang mencari alamat penerimanya.

Fukuda : Kalau benar Kim Seung Jin, dia pasti tahu kita mengawasinya sebelum dia pergi. Tetap jaga jarak. Buntuti pedagang perantaranya yang akan menemuinya.

Maru : Bapak akan langsung ke konsulat?

Fukuda : Tahu tempat untuk membeli umeboshi dan arak plum?

Maru : Tentu saja.

Fukuda : Kalau begitu, kita mampir ke sana.


Begitu mereka pergi, si penjual makanan menganggukkan kepalanya pada dua pria itu. Dua pria itu mengerti dan bergegas pergi.


Young Jin dan Seung Jin duduk di sebuah restoran.

Seung Jin memberitahu Young Jin bahwa Tae Joon menyesal tidak bisa menolong Esther.

Seung Jin : Dia bilang kematiannya yang gegabah adalah kesalahannya.

Young Jin : Di mana Tae Joon sekarang?

Seung Jin : Tidak bisa kuberi tahu.

Young Jin : Pada akhirnya, dia akan menyesal dan menyalahkan diri sendiri dalam persembunyian.

Seung Jin : Dia sekarang hadapi ancaman. Kalau kau mau menyampaikan sesuatu...

Young Jin : Tidak, terima kasih. Jangan pernah lagi mencariku.

Young Jin lantas pergi.


Malam harinya, Fukuda menuju suatu tempat.


Bersamaan dengan itu, Young Jin baru kembali ke penginapannya. Ia terus masuk ke kamarnya tapi kemudian, ia kaget melihat sosok yang duduk di kamarnya yang gelap.

Young Jin buru2 menyalakan lampu. Ia marah melihat sosok itu yang ternyata adala Won Bong.

Won Bong tanya soal pria tadi. Young Jin tak mengerti. Won Bong pun menjelaskan, kalau ia harus bertemu dengan Tae Joon.

Young Jin kesal.

"Aku tahu siapa kau. Kau si pembawa kematian. Kau Kim Won Bong, pemimpin Korps Pahlawan. Pergilah dari hadapanku kalau kau tidak mau ditahan. Kalau kau datang lagi, aku akan melaporkanmu pada Konsulat Jepang."


Dan kini, Young Jin duduk termenung di ranjangnya. Won Bong sudah pergi. Young Jin kemudian berdiri. Ia membuka laci meja riasnya dan mengeluarkan sebuah foto. Fotonya bersama Esther dan Tae Joon. Ia terpaku memandangi foto itu.

Tak lama, suara ketukan di pintu kamarnya membuat ia terkejut.


Young Jin pun membukanya. Ternyata Fukuda yang datang. Fukuda tersenyum dan menunjukkan buah plum yang dibawanya. Young Jin pun tersenyum.

Bersambung ke part 2....