• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Blessing of the Sea Ep 6 Part 3

Sebelumnya...


Deok Hee masuk ke kamarnya sambil mengomel.

Deok Hee : Dia bukan putri kandungnya. Kenapa hanya peduli kepadanya? Karena inilah Ji Na bertingkah.

Ponsel Deok Hee tiba2 berdering. Deo Hee terkejut, Ji Na lah yang menghubunginya.

Ji Na : Kubilang dengarkan saja!

Deok Hee : Di sini tidak ada siapa pun. Ibu di rumah sendirian. Ada apa ini? Ibu sangat mencemaskanmu. Hati ibu rasanya hancur karena cemas.

Ji Na : Ibu tidak menghubungi polisi karena tidak bisa menghubungiku, bukan?


Deok Hee : Tentu saja tidak. Keadaannya agak berbahaya karena Chung Yi mulai bilang kau mencuri uangnya, tapi ibu menghentikannya. Bagaimana bisa ibu mencurigaimu? Dasar anak licik.

Ji Na : Aku memang mencuri uangnya.

Deok Hee kaget, tunggu, apa? Kenapa kau mencurinya? Seharusnya kau meminta kepada ibu jika membutuhkan uang.

Ji Na : Ibu tidak punya uang. Sekarang aku di bandara untuk ikut pelatihan di luar negeri.

Deok Hee : Apa? Di mana? Tiba-tiba? Tanpa berpamitan kepada ibu?

Ji Na : Ini terjadi mendadak. Itu sebabnya aku butuh uang.

Deok Hee : Ibu akan ke bandara. Tunggu sebentar, Ji Na.

Ji Na : Aku akan menghubungi lagi setelah tiba di sana. Tidak usah mencemaskanku dan jaga kesehatan Ibu.


Ji Na mematikan panggilannya.

Deok Hee heran Ji Na mengatakan itu tiba2.


Seorang wanita mendatangi Ji Na di kamar. Dia adalah pemilik kamar yang disewa Ji Na. Dia menagih uang sewanya.

Ji Na langsung mengeluarkan amplopnya yang berisi uang Chung Yi dan mengambil uangnya.

Wanita itu terkejut melihat uang Ji Na banyak.

Ji Na : Aku akan membayar di muka untuk tiga bulan.

Setelah mendapatkan uangnya, wanita itu pergi.


Chung Yi memungut sisa2 alat lukis dan lukisannya yang habis dibakar Deok Hee.

Chung Yi ternyata lolos seleksi pertama di Joobo dan Joobo memintanya mengirimkan portfolio sebelum tenggat waktu.

Chung Yi lalu melihat barang2nya yang ia bawa saat pertama kali datang ke tempat Hak Kyu.


Tak lama kemudian, Hak Kyu pulang dan duduk disamping Chung Yi. Hak Kyu merasa bersalah atas apa yang dilakukan Deok Hee pada Chung Yi.

Chung Yi menatap ayahnya dengan berkaca-kaca dan berkata ia baik2 saja tapi kemudian ia meralat ucapannya dan mengatakan, ia tidak bisa baik2 saja untuk hari itu.

Chung Yi : Maafkan aku, Ayah.


Hak Kyu memeluk Chung Yi.

Hak Kyu : Kenapa minta maaf? Gadis malang.


Deok Hee mengintip mereka.

Deok Hee : Bagaimana caraku menyampaikan kabar ini? Masa bodoh. Ini bisa terjadi dalam keluarga. Astaga, sial.


Ji Na membongkar tasnya dengan panic. Ia kehilangan uangnya!


Shi Joon stress memikirkan Ji Na yang memberikan kesaksian palsu. Ji Na bilang, bahwa korban tidak pernah memperkosanya dan Shi Joon membunuh korban karena cemburu.

Shi Joon marah dan meminta polisi menghubungi Ji Na.


Di kamarnya, Ji Na bertengkar dengan pemilik kamarnya.

Ji Na : Kau yang punya kunci duplikatnya.

"Baiklah, laporkan aku. Laporkan jika kau punya bukti aku yang mencurinya."

Ji Na terdiam.

"Tidak bisa, bukan? Berhenti menyalahkan orang. Mandilah dan tidur."

"Berikan uangku. Aku bisa mati tanpa itu. Kembalikan kepadaku!"

"Ada apa denganmu? Jika punya bukti, laporkan saja."

Wanita itu mendorong Ji Na dan bergegas pergi.


Ji Na tidur di lantai kamarnya sambil memegangi perutnya.

Tiga bulan kemudian...


Young In sedang melihat portfolio para murid.

Ia menggeleng2 sambil membalik2 halaman portfolio para siswa. Pilihannya jatuh pada sebuah lukisan.


Tak lama, Pil Doo datang, memberikan daftar para kandidat yang lolos.

Young In : Dia lolos juga?

Pil Doo : Lukisan itu rupanya. Itu tiruan, bukan asli, jadi, dia didiskualifikasi.

Young In : Begitukah? Aku ingin bertemu dengan siswa ini.

Pil Doo lagi : Baik, Bu. Aku akan melapor lagi.


Chung Yi berlari ke kantor polisi dan melihat Shi Joon yang dibawa menuju mobil tahanan.

Nyonya Jung juga ada di sana. Ia marah dan tidak terima putranya dihukum 8 tahun penjara.

Chung Yi memeluk Nyonya Jung. Nyonya Jung minta putranya jujur, mengatakan siapa pelaku sebenarnya. Tapi Shi Joon malah menyuruhnya pulang.

Shi Joon dibawa pergi. Chung Yi dan Nyonya Jung menangis.


Woo Yang dan Hun Jung di kedai kecil.

Hun Jung tidak berselera makan.

Kandungan Hun Jun semakin membesar. Rambut Hun Jung yang tadinya panjang, kini pendek karena dipangkas ibunya karena ketahuan dia hamil.

Hun Jung : Ibumu juga mengancam akan memangkas seluruh rambutmu. Aku masih ketakutan.

Woo Yang : Kau menyelamatkan rambutku. Aku mencintaimu, Hun Jung-ah.


Mereka melihat Ji Na sedang makan di depan mereka.

Awalnya mereka gak ngeh itu Ji Na.

Ji Na yang kaget melihat mereka, langsung pergi.


Hun Jung sadar itu Ji Na. Ia mau mengejar Ji Na tapi perutnya tiba2 sakit.


Ji Na terus berlari. Di tengah jalan, perutnya tiba2 saja sakit.


Sekarang, Ji Na melahirkan sendirian di kamarnya.

Kenangannya dengan Shi Joon serta masalah yang menimpa ia dan Shi Joon terbayang di benaknya.

Ji Na : Aku akan melalui ini. Aku akan hidup bahagia sebelum mati.


Bersambung....

Blessing of the Sea Ep 6 Part 2

Sebelumnya <<<


Young In kembali ke kantornya. Pil Doo menyuruh Young In pulang dan beristirahat. Young In tanya, soal seleksi murid penerima beasiswa. Pil Doo bilang, akan meminta siswa yang lolos tes mengirimkan portfolio mereka.

Young In : Manusia sangatlah penting. Sediakan semua yang mereka butuhkan.

Pil Doo : Baik, Bu.

Young In : Bukankah kau seperti ini karena program beasiswa kami?


Young In lalu melihat lukisan potret kecantikan yang dipajang di dinding ruangannya.

Young In : Andaikan kau tidak ada, kami tidak akan bisa mendapatkan kembali potret itu.

Pil Doo : Anda sangat merindukan Direktur Ma, ya?

Young In : Bawakan beberapa portofolio yang terbaik.

Pil Doo : Baik, Bu.


Chung Yi mencari Ji Na ke salon. Tapi pihak salon malah memarahinya karena mencari Ji Na ke tempat mereka. Pihak salon minta

Chung Yi mengatakan pada Ji Na, agar jangan hidup seperti itu, jika Chung Yi menemukan Ji Na.

Chung Yi tambah frustasi.

"Kak Ji Na, sebenarnya Kakak di mana!"

Chung Yi lalu merogoh saku jaketnya. Ia kaget karena tidak menemukan ponselnya disana.

Chung Yi : Astaga.


Sekarang, Chung Yi sudah tiba di depan rumahnya.

Chung Yi : Aku bahkan belum melunasinya. Semua ini karena si sampah mesum itu.


Hak Kyu keluar dari dalam.

Hak Kyu : Chung Yi, kau darimana? Kau pergi demi mendapatkan uangnya, tapi ayah tidak bisa menghubungimu.

Chung Yi : Masalahnya, ternyata berbeda rekening.

Hak Kyu : Kenapa bisa kau salah?

Chung Yi : Aku tahu. Maaf, Ayah. Aku membuat keributan tanpa alasan.

Hak Kyu : Tidak apa-apa jika uangnya masih ada. Ayah khawatir sekali semua uang yang kau tabung hilang. Kini sudah baik-baik saja.

Hak Kyu tertawa.

Beberapa saat kemudian, Hak Kyu tanya, apa Chung Yi senggang?


Deok Hee menghubungi Ji Na, tapi ponsel Ji Na tidak aktif.

Deok Hee bingung sendiri, haruskah ia melapor polisi tapi ia juga takut kalau polisi tahu uang Chung Yi hilang.

Tapi kemudian ia mengatakan, Ji Na bukan pelakunya dan tidak ada bukti Ji Na yang mengambil uang Chung Yi.


Lalu seorang wanita datang mencarinya, minta dibuatkan jimat seperti yang ia beli dari Deok Hee tempo hari.

"Tapi kudengar kau sedang ada masalah. Kau baik-baik saja?" tanya wanita itu.

"Apa maksudmu? Masalah apa?" tanya Deok Hee balik.

"Putri sulungmu mengambil uang Chung Yi. Ibu-ibu penjual kue beras mendengarnya dari Pak Lee di bank. Itu tidak benar?" jawab wanita itu.

Deok Hee langsung menghela napas mendengarnya.


Hak Kyu membawa Chung Yi ke toko cat.

Wajah Chung Yi langsung sumringah melihat cat yang berjejer di rak.

Hak Kyung mendekati Chung Yi.

Chung Yi : Appa, kenapa kita kesini?

Hak Kyu : Ayah membutuhkan sesuatu untuk pekerjaan. Cat apa yang biasa digunakan oleh orang-orang sekarang? Bisakah kau memilihkannya?

Chung Yi : Penglihatanku memang bagus.

Chung Yi tersenyum.


Chung Yi dan ayahnya keluar dari toko cat sambil menenteng beberapa paper bag berisi cat dan perlengkapan lukis. Chung Yi mengaku senang ada di dalam sana dan menyukai bau cat. Tapi kemudian ia ingat kalau tidak seharusnya ia membuang2 waktu.


Hak Kyu memberikan paper bag yang ditentengnya ke Chung Yi.

Hak Kyu : Ayah tahu kau sedang bersiap menghadapi kontes. Ayah melihat lukisanmu. Kau cukup mahir.

Chung Yi terkejut, appa...

Hak Kyu : Appa bahkan tidak pernah membelikan cat. Gunakan itu untuk menyelesaikannya. Peralatan juga penting dalam seni.

Chung Yi terharu dan mengatakan kalau ia baik-baik saja.


Hak Kyu : Ayah harus bekerja. Kau pulanglah lebih dahulu.

Chung Yi : Baik, Ayah. Terima kasih. Aku akan bekerja keras.

Hak Kyu tertawa. Setelah itu, ia beranjak pergi.


Ryan berlari menuju mobilnya. Di mobil, Poong Do sudah menunggu. Poong Do : Kau sudah menemukannya?

Ryan : Bahkan tidak berhasil dengan siaran. Kau tahu nomor ponselnya?

Poong Do pun menunjukkan ponsel Chung Yi.

Poong Do : Ponselnya ada di sini.

Ryan sewot, ada apa denganmu? Pencurian itu kejahatan.

Poong Do : Berhenti beromong kosong. Isi dayanya. Ponselnya mati.

Ryan pun langsung men-cas ponsel Chung Yi.

Ryan lalu tanya alasan Poong Do mengikuti Chung Yi.


Hak Kyu yang masih di jalan, kepikiran soal lukisan Chung Yi. Ia takut Deok Hee melihat lukisan Chung Yi dan merusaknya.

Hak Kyu pun berpikir, menyuruh Chung Yi menyembunyikan lukisan itu.

Hak Kyu menghubungi Chung Yi.


Poong Do dan Ryan masih berdebat soal Chung Yi. Ryan memarahi Poong Do yang sudah menguntit anak dibawah umur seperti Chung Yi.

Ponsel Chung Yi berdering. Poong Do dan Ryan kaget membaca nama yang muncul di layar ponsel Chung Yi. Di layar tertulis, Cintaku.

Poong Do sewot, apa ini dari kekasihnya? Seharusnya dia belajar. Dia punya pacar lagi selain Shi Joon?


Ryan menjawab ponsel Chung Yi.

Hak Kyu : Bukankah ini ponselnya Chung Yi?

Ryan : Chung Yi?


Poong Do merebut ponsel Chung Yi.

Poong Do : Ini ponselnya. Kau siapa?

Hak Kyu sewot, aku ayahnya! Kau siapa! Kenapa kau menjawab ponselnya!

Tahu itu ayahnya Chung Yi, Poong Do pun langsung memberikan ponsel Chung Yi ke Ryan. Ryan yang juga takut, mematikan ponsel Chung Yi.

*Ngakak scene ini...


Chung Yi sampai di rumah saat Deok Hee sedang membakar lukisannya.

Chung Yi terkejut melihat lukisannya dibakar dan langsung berusaha menghentikan sang ibu.

Deok Hee marah dan menampar Chung Yi.

Deok Hee : Beraninya kau membuat Ji Na menjadi pencuri. Dasar berandal tidak tahu diri. Aku menerimamu, memberimu makan dan pakaian. Apa? Siapa yang mencuri uangmu?

Chung Yi : Ibu, bukan begitu. Akan kujelaskan. Bukan begitu. Ada kesalahpahaman.

Deok Hee : Kesalahpahaman? Kau membuat Ji Na tampak seperti pencuri dan ada kesalahpahaman? Beraninya kau bilang begitu.


Deok Hee mendorong Chung Yi, hingga Chung Yi jatuh.

Setelah itu, Deok Hee melemparkan barang2 yang dibawa Chung Yi saat Chung Yi datang pertama kali ke tempat mereka. Teropong dari Poong Do jatuh ke kakinya.

Deok Hee : Ambil yang kau bawa saat datang kemari dan pergi. Enyahlah!


Chung Yi berdiri dan memegangi Deok Hee.

Chung Yi : Kenapa Ibu seperti ini? Aku putri Ibu. Ibu tidak mengandungku, tapi bukankah aku putri Ibu?

Deok Hee : Jangan panggil aku Ibu! Kau membuatku merinding. Raja Naga sekalipun tidak akan kumaafkan jika mengganggu Ji Na. Jangan hanya berdiri! Pergi!


Hak Kyu pulang dan kaget melihat pemandangan itu.

Chung Yi memungut sisa2 lukisannya dan berlari keluar.


Hak Kyu memarahi Deok Hee.

Chung Yi ke dermaga.

Ia menangis keras di sana sambil melihat lukisannya.


Poong Do berkeliaran sendiri di Yongwang-ri, desanya Chung Yi.

Ia mencari Chung Yi dan terus menghubungi ponsel Hak Kyu.

Poong Do : Kenapa ayahnya tidak menjawab?


Poong Do menoleh dan menemukan Chung Yi di dermaga.

Chung Yi masih menangis.


Poong Do menghampiri Chung Yi.

Sontak, Chung Yi langsung mengira Poong Do menguntitnya.

Poong Do : Kenapa kau menangis?

Poong Do lalu menjelaskan kalau ia datang untuk mengembalikan ponsel Chung Yi.

Poong Do : Ayahmu tidak mengatakan apa pun? Aku tidak sengaja melihat, tapi tampaknya kau menang semacam kontes seni. Kau mempelajari seni?


Chung Yi berterima kasih Poong Do mengembalikan ponselnya dan pamit. Tapi Poong Do menahannya.

Poong Do : Hanya itu? Aku menunggu di depan rumah sakit dan kemari untuk memberikan itu. Aku menghabiskan seharian demi dirimu.

Chung Yi : Aku harus bagaimana? Kau mau kuberi hadiah? Berapa yang kau inginkan?

Poong Do : Kau tidak boleh bicara seperti itu. Aku tahu ini terdengar aneh. Kau  tampak berbeda di mataku. Tapi aku tidak tahu alasannya. Jadi, aku datang untuk menemuimu karena ingin tahu alasannya.

Chung Yi : Apa hubungannya denganku? Kenapa aku harus tahu soal itu? Kenapa? Jika kau sakit, pergilah ke dokter. Jangan muncul di hadapanku lagi.

Chung Yi pergi.


Poong Do menatap kepergian Chung Yi.

Poong Do : Tidak akan ada yang berubah hanya karena kau tampak berbeda. Lagi pula, kau tampak gelap di balik kegelapan.

Poong Do lalu menghubungi Ryan, mengatakan kalau dia akan pergi keluar negeri besok dan meminta Ryan bersiap.


Bersambung ke part 3...