• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Great Show Ep 6 Part 3

Sebelumnya...


Seorang pria tua turun dari mobilnya setelah tiba di suatu tempat.


Sementara di restoran, Dae Han menunggu Pak Baek bersama Walikota Jung. Sambil menunggu Pak Baek, Walikota Jung membahas soal topic Debate pekan ini. Walikota Jung bilang, topic kali ini adalah apartemen upah rendah.

Dae Han : Siapa informanmu? Kau tahu segalanya.

Waliktota Jung : Lakukan dengan baik. Kang Joon Ho bukan lawan yang mudah. Menurutku dia lebih rumit daripada ayahnya.

Dae Han : Menangani anak laki-laki manja tidak sulit. Dia mungkin terlihat sangat mewah, tapi dia tidak sepadan denganku.


Tak lama kemudian, Pak Baek datang. Pria tadi.

Pak Baek menyapa Dae Han.

"Anggota Dewan Wi! Lama tidak berjumpa. Kau terlihat lebih baik setelah menjadi ayah."

"Terima kasih, Pak. Anda juga tampak jauh lebih baik. Apa Anda minum obat rahasia?"

"Benarkah?" Pak Baek memegangi kedua pipinya.

Pak Baek : Aku tahu kau tidak serius, tapi itu membuatku lebih baik.


Pak Baek lalu menyuruh mereka duduk.

Pak Baek lalu menuangkan minuman untuk Dae Han.

Pak Baek : Aku berharap banyak darimu. Tim tidak punya pemain bintang.

Dae Han : Terima kasih, Pak.

Dae Han lalu meminum minumannya.

Dae Han : Aku akan berusaha semampuku untuk membanggakan anda, Pak.

Pak Baek : Bagus.

Dae Han : Biar kutuangkan segelas, Pak.


Pak Baek lalu menyodorkan gelasnya dan menatap Walikota Jung.

Pak Baek : Wali Kota Jung, dukung dia.

Walikota Jung : Tentu saja, Pak.

Pak Baek : Harus kita tancapkan bendera partai di Jungang-gu suatu hari nanti!

Pak Baek : Tentu saja, kita harus. Anggota Dewan Kang sudah lama berkuasa.


Walikota Jung lalu tanya pada Dae Han soal rumor Joon Ho yang akan ikut pemilu. Dae Han pun berkata, ia mendengar itu langsung dari mulut Joon Ho.

Walikota Jung : Jika dia memikirkannya, apa artinya dia mencalonkan diri?

Pak Baek : Jika dia mencalonkan diri, itu akan menarik. Ini akan menjadi kompetisi antara Putra Rakyat dan Ayah Nasional. Ini akan menjadi distrik paling panas tahun ini. Jika kau menang kali ini, kita akan unggul selama pemilu.

Dae Han : Aku akan berusaha sebaik mungkin, Pak.


Hye Jin menyendokkan buah untuk ibunya Joon Ho.

Joon Ho yang tidak nyaman, minta ibunya berhenti memanggil Hye Jin ke rumah mereka. Joon Ho beralasan, Hye Jin sangat sibuk,

"Ibu tidak pernah melakukan itu. Hye Jin, apa aku melakukan itu?"

"Tentu saja tidak. Aku datang karena ingin bertemu dengan Ibu. Makan malam dan berbelanja bersama Ibu lebih menyenangkan daripada bergaul dengan teman-temanku." jawab Hye Jin.


"Kau dengar itu? Hye Jin dan ibu sangat akrab. Setelah tinggal dengan dua pria yang sangat membosankan, ibu selalu ingin punya anak perempuan. Setelah mengenalnya, ibu tidak memikirkannya lagi. Tidak perlu menunggu lagi. Kau harus menikah tahun ini."

"Dia benar. Seorang pria harus berkeluarga untuk meraih kesuksesan. Hye Jin akan menjadi istri yang baik."


Hye Jin jelas senang dipuji orang tua Joon Ho.

Joon Ho : Sudah kubilang. Hye Jin dan aku hanya teman dekat.

"Jika kalian begitu dekat, kita hanya butuh pernikahan."


"Aku menyukai seseorang." aku Joon Ho, membuat Hye Jin kaget. Hye Jin pun tanya siapa gadis yang disukai Joon Ho.

"Aku belum siap membicarakannya. Jika ingin membahas pernikahan, berhentilah meminta Hye Jin datang. Tidak sopan." ucap Joon Ho.


Ibu Joon Ho pun langsung menatap Hye Jin. Ia merasa tak enak pada Hye Jin.

Hye Jin : Itu biasa saja. Aku datang karena ingin. Aku penasaran dengan orang yang kau sukai.


Da Jung dan Soo Hyun ketemuan di taman. Da Jung curhat, soal Jung Woo yang tidak menjawab panggilannya dan membalas pesannya. Da Jung berkata, ia sangat cemas karena Jung Woo tidak pernah seperti itu sebelumnya.

Soo Hyun : Itulah yang dilakukan pria. Mereka semua masuk ke gua saat menghadapi tantangan. Beri dia ruang. Pada akhirnya dia akan keluar.

Da Jung lantas menatap Soo Hyun.

Da Jung : Tidakkah Kakak berpikir aku menyedihkan?

Soo Hyun : Da Jung, begini. Aku tidak akan bilang menyedihkan tapi kau ceroboh.

Da Jung : Tapi kenapa Kakak tidak menghentikanku?


Soo Hyun : Jika aku menghentikanmu, apa kau akan mendengarkanku?

Da Jung nyengir, tidak.

Soo Hyun : Aku yakin Dae Han akan berusaha menghentikanmu. Aku berencana tetap di sisimu. Jadi, kau bisa mengandalkanku.

Da Jung terharu mendengarnya.

Da Jung : Pria dari atas yang membawa ibuku pergi begitu cepat membiarkanku bertemu dengan Kakak.

Soo Hyun tersenyum mendengarnya.


Tak tiba2 datang. Ia menatap Da Jung dan tanya, apa Da Jung hamil. Sontak, Soo Hyun dan Da Jung kaget mendengar pertanyaan Tak.


Pak Baek menerima telepon dari seseorang dan terlihat kecewa.

Melihat reaksi Pak Baek, Walikota Jung dan Dae Han saling berpandangan.


Usai bicara di telepon, Pak Baek tanya berapa usia Da Jung.

Dae Han : Dia kelas 10. Kenapa anda bertanya tentang Da Jung?


Pak Baek : Sebuah artikel diterbitkan yang menyatakan dia hamil.

Sontak Dae Han kaget mendengarnya dan Walikota Jung langsung menatap Dae Han.


Joon Ho, ibunya dan Hye Jin sedang membaca artikel Da Jung.

Ibu Joon Ho tidak habis pikir bagaimana bisa Da Jung hamil.

Hye Jin berkata, yang menghamili Da Jung adalah calon idol.


Ibu Joon Ho kemudian berkata, sejak pertama lihat Da Jung di TV, ia sudah tahu Da Jung bukan gadis baik.

Joon Ho membela Da Jung.

Joon Ho : Kita tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Ini artikel yang hanya disalin dan ditempel dari tabloid.

"Kau pikir tabloid menyebar rumor tanpa alasan? Wi Dae Han berbicara tentang aborsi adalah dosa." ucap ibu Joon Ho. Ibu Joon Ho kemudian penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.


Hye Jin : Jika tidak mau menjadi penjahat, dia harus mempertahankan bayinya.

"Kalau begitu, Wi Dae Han akan menjadi kakek? Wi Dae Han adalah seorang kakek?" ucap ibu Joon Ho. Ibu Joon Ho kemudian tertawa.


Joon Ho kesal, sudah cukup!

"Kenapa? Apa yang ibu lakukan?"

"Jika artikel itu benar, sebuah keluarga berantakan. Apa itu lucu bagi Ibu?"

Ibu Joon Ho langsung diam.


Di luar, Kyung Hoon bicara dengan asistennya. Kyung Hoon : Apa kau yang membocorkan rumor itu?

"Ya. Kita harus membalas perbuatannya hari ini."

"Kau sudah memastikan dia aborsi?"

"Belum."

"Kenapa terburu-buru? Mungkin aku berharap terlalu banyak darimu."


Joon Ho kemudian datang dan mengajak ayahnya bicara. Dan Kyung Hoon pun langsung menyuruh asistennya pergi.

Joon Ho : Artikel itu ulah ayah?

Kyung Hoon : Ya. Ayah tiba-tiba menemukan informasi itu. Ayah melaporkannya demi kebaikan bersama.

Joon Ho : Apa hubungannya urusan pribadi dengan kebaikan bersama?

Kyung Hoon : Informasi penting untuk mengukur kepribadian seorang politisi. Orang-orang berhak tahu.

Joon Hoo : Apa ayah harus bertindak sejauh ini?

Kyung Hoon : Hanya jika ayah bisa menang. Ayah bisa melakukan lebih dari ini. Ini politik yang ayah pelajari dan lakukan.


Joon Ho : Dan cara politik ayah telah membuat orang membenci politisi.

Kyung Hoon marah.

Kyung Hoon : Siapa pun bisa mengkritik siapa pun! Jika kau tidak suka cara ayah, kenapa tidak kau saja? Jangan membentak ayah! Tunjukkan kepada ayah bagaimana sikap konservatif yang sehat!

"Dunia berubah, tapi ayah masih sama seperti 20 tahun lalu." jawab Joon Ho kecewa. Joon Ho lalu pergi.


Kyung Hoon menatap kesal kepergian Joon Ho.

Kyung Hoon : Sungguh anak yang lemah.


Walikota Jung dan Dae Han mengantar Pak Baek ke mobil.

Pak Baek : Meskipun itu tidak benar, tidak baik terlibat rumor.

Dae Han : Tentu saja, Pak. Aku akan mengurusnya.


Setelah Pak Baek pergi, Walikota Jung tanya, apa rumor itu benar?

Dae Han : Ini bukan kali pertama kita melihat artikel berdasarkan rumor tabloid.

Walikota Jung : Kau harus menjaga anak-anakmu. Saat anak seorang politisi terlibat masalah, orang-orang tidak mengkritik anak itu. Mereka mengkritik politisi yang membesarkan anak itu. Kau bisa berubah menjadi orang yang paling dibenci dalam sekejap.

Dae Han : Kau pikir aku tidak tahu itu? Belum lama ini, aku adalah Putra Durhaka Nasional.


Walikota Jung kemudian pergi. Tinggal lah Dae Han dan Bong Joo berdua. Dae Han berbicara dengan reporter di telepon.

Dae Han : Ada alasan kenapa tabloid memiliki reputasi buruk. Itu benar-benar bohong! Jangan khawatir. Dia masih SMA! Menurutmu itu mungkin. Tentu saja, itu laporan palsu. Kenapa kau bersikap seperti ini? Aku akan menuntutmu atas penyebaran informasi palsu dan pencemaran nama baik jika kau tidak segera menghapus artikel itu. Jangan bilang aku tidak memperingatkanmu!


Si reporter bernama 'Heo' itu memutus panggilan Dae Han.

Dae Han kesal, dasar brengsek!


Bong Joo : Apa yang akan kau lakukan?

Dae Han : Apa lagi yang bisa kulakukan? Kita harus terus menyangkalnya dan membuatnya melakukan aborsi di tempat pribadi.

Bong Joo : Kurasa kau tidak akan bisa menemukan privasi saat ini. Kang Kyung Hoon mungkin menyewa paparazi untuk mengikutinya. Kenapa kau tidak membiarkan dia melahirkan?

Dae Han : Apa katamu?

Bong Joo : Kau sudah mengurus empat. Satu lagi tidak ada bedanya.

Dae Han : Apa kau sudah gila?

Bong Joo : Jika orang tahu kau menyuruh Da Jung aborsi, itu akan merusak reputasimu sebagai Ayah Nasional. Kau bahkan berteriak sekeras mungkin di TV bahwa aborsi adalah dosa.

Dae Han : Aku tetap tidak akan membiarkannya. Aku menerima yatim piatu karena kita bisa untung dan aku bisa mengatasinya. Melahirkan itu cerita yang berbeda. Jika kau melahirkan bayi tanpa persiapan, bayi dan orang tua akan mengalami jalan yang buruk. Itu tidak boleh terjadi. Tidak akan pernah!


Song Yi sudah tidur. Da Jun masih terjaga. Ia duduk di lantai dan membaca komentar orang2 di internet tentang kehamilan dirinya.

"Jadi, yang lebih muda menjadi bibi dan paman? Kasihan mereka."
"Aku akan terlalu malu untuk meninggalkan rumah."
"Jadi, Wi Dae Han akan menjadi kakek?"
"Kurasa kehamilan pranikah mengalir dalam keluarga."
"Aku tahu itu akan terjadi sejak dia muncul di TV. Dia perundung terkenal di sekolahnya."
"Dia pantas mendapatkannya karena memanfaatkan putrinya untuk politik."

Da Jung menangis.

Tiba2, terdengar suara Dae Han yang mengajaknya bicara. Da Jung langsung menghapus tangisnya.


Dae Han menyuruh Da Jung membungkam Tak, agar Tak tidak bicara kemana-mana soal Da Jung yg hamil.

Dae Han : Jika ada yang bertanya, katakan itu tidak benar.

Da Jung : Kita bisa menyembunyikannya untuk saat ini, tapi bagaimana nanti?

Dae Han : Nanti?

Da Jung : Jika perutku membesar.

Dae Han : Mari kita lihat perkembangannya selama beberapa hari, lalu mari lakukan aborsi.

Da Jung : Aku sungguh minta maaf, tapi aku tidak akan melakukannya.


Dae Han : Aku bertemu dengan bos Jung Woo siang ini. Jika tidak, dia akan menagih uang tiga kali dari jumlah yang dihabiskan untuk Jung Woo. Bisa lebih dari satu juta dolar.

Da Jung menangis : Bukankah yang Anda lakukan kepada kami terlalu kejam?

Dae Han : Tidak. Begitulah cara kerja kontrak. Mungkin awalnya tampak bagus, tapi saat kau harus melanggarnya, salah satu dari keduanya menjadi kacau.

Da Jung kecewa, syukurlah. Bahwa ibuku tidak tinggal dengan orang seperti Anda.

Da Jung kemudian pergi.


Da Jung menangis di taman. Tak lama, ponselnya berbunyi. Telepon dari Jung Woo.

Da Jung : Kenapa kau tidak menjawab?

Jung Woo : Maafkan aku. Hari ini sangat sibuk. Kau khawatir?

Da Jung : Tentu saja. Kau baik-baik saja?

Jung Woo : Tentu saja!

Da Jung : Jangan berbohong. Kudengar Pak Wi memberi tahu bosmu.

Jung Woo : Segalanya menjadi lebih baik berkat dia. Aku bertanya-tanya bagaimana aku harus memberitahunya.

Da Jung : Bukankah dia bilang kau harus membayar penalti?

Jung Woo : Aku kesulitan membujuk dia, tapi semua berjalan lancar. Jangan cemaskan aku dan beristirahatlah.


Jung Woo sendiri menggeret kopernya, menyusuri jalanan. Ia diusir dari agensinya.

Jung Woo : Kau juga harus memikirkan bayi itu. Omong-omong, jangan baca komentar di artikel berita, ya? Itu hanya akan merusak matamu.


Di sekolah, Da Jung diejek temen2nya.

Tak pun kesal dengan Da Jung. Tak yg malu, akhirnya pergi meninggalkan Da Jung, masuk duluan ke kelas.


Da Jung masuk kelasnya dan mendengar teman2nya mengejeknya.


Da Jung berusaha tidak peduli tapi kemudian, dia terganggu saat melihat tulisan ejekan di mejanya.

"Kursi untuk Wanita Hamil"


Begitulah bunyi tulisan di mejanya. Da Jung berusaha tidak peduli dan duduk di mejanya. Teman2nya pun semakin membicarakannya.

Bersambung ke part 4....

The Great Show Ep 6 Part 2

Sebelumnya...


Joon Ho tiba2 datang, mendekati Soo Hyun dan Penulis Ma. Joon Ho tanya, kenapa helaan nafas Soo Hyun terdengar berat?

Soo Hyun : Pak Kang, ada apa kemari?

Joon Ho : Aku hanya lewat dan datang untuk menghiburmu.

Penulis Ma kemudian melihat bungkusan di tangan Joon Ho.

Penulis Ma : Pak Kang, kau bawa apa?

Joon Ho : Aku membawa tteokbokki sebagai suap agar aku tampak baik.

Joon Ho membuka bungkusannya. Penulis Ma langsung mengambil bungkusannya.


Soo Hyun : Astaga, aku baru saja mau menelponmu.

Joon Ho : Kau punya subjek untuk pekan ini?

Soo Hyun : Ya, Anggota Dewan Wi mengusulkannya untuk pekan ini.

Joon Ho : Apa itu?

Soo Hyun : Kurasa itu soal memperbanyak keberadaan apartemen upah rendah.

Joon Ho : Kedengarannya bagus. Aku juga ingin berdebat soal itu.


Di balai kota, ibu2 itu yang hidungnya mau diratakan Pak Jung, sedang berdemo di depan para pendukungnya.

"Kami keberatan jika dibangun sekolah internasional! Batalkan keputusan yang dibuat di Apartemen Upah Rendah Purun!" Jika Apartemen Upah Rendah Purun masuk, Jungang-gu akan jatuh!"


Pak Jung tak mau kalah. Ia juga berorasi di depan para pendukungnya.

Pak Jung : Anak muda harus maju agar Jungang-gu maju!

"Untuk mengembangkan Jungang-gu, kita butuh sekolah internasional!"

"Jika dapat 2.000 unit baru, kita dapat 2.000 pelanggan baru!" balas Pak Jung.


Kyung Hoon kemudian datang. Ibu2 itu langsung memberikan mic nya pada Kyung Hoon.

Kyung Hoon : Aku putra Inju, Kang Kyung Hoon. Biar kukatakan sesuatu yang singkat. Apartemen upah rendah untuk anak muda? Ya, kita butuh. Namun, ada prioritas dalam segala hal. Ada alasan kenapa orang tua pindah untuk menemukan distrik sekolah yang bagus. Tempat terbaik untuk membesarkan anak dengan baik ada di dekat sekolah bagus!Kita harus membawa masuk sekolah internasional. Mari jadikan distrik kita distrik terbaik yang membuat setiap orang tua iri dan ingin pindah!


Dae Han kemudian datang dan membalas kata2 Kyung Hoon. Kyung Hoon sontak kaget melihat Dae Han..

Dae Han : Anggap sekolah internasional itu masuk ke distrik kita dan semua orang tua pindah ke Jungang-gu. Tapi bahkan anak- anak pintar tidak bisa bersekolah di sekolah internasional yang dekat. Kalian tahu kenapa tidak bisa? Itu karena uang sekolahnya sangat mahal.


Pak Jung : Kudengar uang sekolah SMA puluhan ribu dolar! Anak- anak kita bahkan tidak bisa bersekolah di Sekolah Internasional! Siapa di antara kita yang bisa mengirim anak-anak kita ke SMA itu? Tidak ada!

Dae Han : Jika sekolah internasional masuk, itu hanya akan memperparah konflik di antara kelas dan mendorong pendidikan swasta. Tapi jika apartemen upah rendah untuk anak muda dibangun itu akan memberikan harapan bagi anak muda yang mengatakan negara ini neraka tempat mereka sulit bertahan, dan melalui energi para pemuda, Jungang-gu bisa berubah menjadi lingkungan yang ceria dan energik!


Walikota Jung dan Bong Joo datang.

Walikota Jung : Tidak ada yang bisa mengalahkan Dae Han dalam adu kata-kata.

Bong Joo : Tidak ada cendekiawan hebat yang bisa bersaing.


Mendengar itu, emak2 pendukung Kyung Hoon, mengungkit simbol putra durhaka Dae Han.

Dae Han : Ya, aku seorang putra durhaka. Aku membenci ayahku, jadi, aku mengucilkannya. Itu benar. Namun, seorang putra durhaka tetaplah manusia. Aku menyesali kesalahanku dan bertobat. Setelah ayahku meninggal, aku pergi ke studionya untuk mengumpulkan barang-barangnya.


Flashback, saat Dae Han ke studio ayahnya dan menemukan kliping yang isinya pertarungan Dae Han dan Kyung Hoon.


Dae Han : Saat itulah aku sadar. Baginya, aku yang jahat ini merupakan seorang putra yang dia banggakan. Sepanjang perjalanan dukaku, aku berjanji kepada ayahku bahwa aku akan menjadi politisi yang memihak orang lemah sepertinya. Bahwa aku akan menjadi putra yang bisa dibanggakan. Karena itulah aku datang hari ini! Berdiri di samping orang-orang muda yang mungkin dari generasi yang berbeda dari ayahku, tapi tinggal di studio dan menjalani hidup yang sulit!

Para pendukung Dae Han mulai bersorak, mengelukan nama Dae Han.


Kyung Hoon dan asistennya kini sudah dalam perjalanan.

Kyung Hoon kesal karena tidak diberitahu soal kehadiran Dae Han.

"Maaf. Aku akan berhati-hati dan lebih teliti."

"Beginilah rasa percaya. Sulit untuk mendapatkannya, tapi mudah untuk kehilangannya." ucap Kyung Hoon.

"Aku akan mengingatnya. Namun, ada hal baru yang akan menguntungkan kita. Pria yang kusuruh mengikuti Dae Han mengirimiku foto menarik."


Asisten Kyung Hoon menunjukkan foto2 Dae Han, Da Jung, Jung Woo dan Soo Hyun di klinik aborsi.

"Sudah kuperiksa dan dia hamil 12 pekan. Dia yang bilang sendiri bahwa aborsi adalah dosa, tapi dia mungkin tidak akan membiarkannya." ucap asistennya.

"Lucu sekali." jawab Kyung Hoon, lalu tersenyum licik.


Dae Han dan Walikota Jung lantas bicara di ruangan Walikota Jung.

Walikota Jung : Kang Kyung Hoon, dia sungguh luar biasa. Kau lihat, bukan? Dia bahkan tidak peduli.

Dae Han : Musuhnya harus kuat agar kau bersinar.

Walikota Jung : Kita kini unggul, jadi, teruslah maju.

Dae Han : Pasti.

Walikota Jung : Kau senggang malam ini, bukan?

Dae Han : Malam ini? Kenapa?

Walikota Jung : Pak Baek ingin makan malam.

Dae Han :Baiklah.


Dae Han berjalan keluar bersama Bong Joo.

Bong Joo : Jika ketua partai menyukaimu, nominasi itu menjadi milikmu.

Dae Han : Terlalu dini untuk mengetahuinya. Pemilu masih lama.

Bong Joo : Itu benar. Siapa yang tahu kapan dan di mana variabel bisa muncul? Seperti masalah Da Jung.

Dae Han : Itu akan beres hari ini.

Dae Han kemudian beranjak pergi.


Di kelasnya, Da Jung merebahkan kepalanya di meja.

Teman2nya mulai membicarakannya.

"Dia membolos sekolah dan tidur seharian. Hidup yang indah."


Jung Woo sendiri sedang latihan.


Lalu tiba2, ia berhenti menari dan ingat kata2 Da Jang yang mau mempertahankan bayi mereka.


Teman segrup Jung Woo datang dan menyuruh Jung Woo ke ruangan boss. Ia bilang, bos mau menemui Jung Woo.


Jung Woo mempersiapkan dirinya sebelum masuk ke ruangan boss nya.

Tapi saat masuk, ia kaget melihat Dae Han bicara dengan boss nya.

Dae Han kemudian pamit.

Dae Han : Terima kasih sudah meluangkan waktu untukku.

"Waktumu lebih berharga daripada waktuku. Mari bermain golf bersama kapan-kapan." jawab boss Jung Woo.


Dae Han kemudian menatap Jung Woo.

Dae Han : Dia sangat keren. Kau diberkati dengan orang baik. Kau akan menjadi besar jika menuruti perintahnya.


Setelah Dae Han pergi, Jung Woo dimarahi boss nya.

"Kenapa kau melakukan itu dua bulan sebelum debutmu?"

"Maafkan aku."

"Diam. Aku akan membuat janji. Buat dia aborsi besok. Buat dia aborsi dan singkirkan dia dari hidupmu."

Jung Woo menolak dan memutuskan melindungi bayinya.


Jung Woo : Aku sungguh minta maaf kepada anda dan anggota lainnya, tapi aku ingin melindungi Da Jung dan bayi kami.

"Kau orang baik. Karena kau sepenuhnya bersalah, bayar tiga kali lipat dari panjar penalti dan tinggalkan agensi."

Jung Woo sontak kaget mendengarnya.

Bersambung ke part 3...

Kok kesel ya ama si Dae Han ini,,, cuma mentingin diri sendiri.... Nyuruh si Da Jung aborsi karena takut gagal lagi dalam pemilu.... Bukan karena peduli sama Da Jung atau Jung Woo....