• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Great Show Ep 9 Part 3

Sebelumnya...


Bong Joo bicara dengan Dae Han di telepon.

Dae Han sendiri duduk di taman.

Bong Joo : Ini gila. Kau bahkan tidak punya uang untuk diberikan kepadanya.

Dae Han : Aku punya uang peninggalan ibuku untuk pernikahanku.

Bong Joo : Kenapa kau memberikan uang itu kepada bedebah itu? Dia akan menjudikannya!

Dae Han : Pasti.

Bong Joo : Jika kau tahu itu, kenapa kau berikan kepadanya?

Dae Han : Aku sudah memikirkannya. Tapi 30.000 dolar itu tidak mahal untuk dosaku karena memanfaatkan anak-anak ini.


Dae Han menyudahi pembicaraan mereka dan menatap buku rekening ibunya.


Tiba2 Da Jung datang. Dae Han pun langsung menyimpan bukuu rekeningnya.

Dae Han : Kenapa kau belum tidur?

Da Jung : Aku tidak bisa tidur karena cemas.

Dae Han : Kau senang, tapi sedih ayah tirimu akan pergi?

Da Jung : Senang? Ya. Sedih? Tidak mungkin.

Dae Han : Lalu kenapa kau gelisah?

Da Jung : Siapa yang tidak akan gelisah? Aku murid SMA yang hamil, dan ayah tiriku tiba-tiba muncul dan memutuskan untuk pergi lagi. Aku punya tiga adik dan mereka semua masih kecil.

Dae Han : Benar. Kau punya alasan untuk gelisah.

Da Jung : Tapi aku akan lebih gelisah jika tidak memiliki anda. Aku akan merasa bingung dan takut.


Dae Han : Aku sering merasa bingung dan takut. Tapi entah bagaimana semua itu berlalu. Kau akan melaluinya.

Da Jung : Anda benar. Kita harus bersemangat. Kita berdua.

Dae Han : Ya, semangat untuk kita berdua. Semangat!


Mereka melakukan high five, lalu tertawa.

Soo Hyun lewat dan tertawa melihat keduanya.


Ji Hyun muncul.

Ji Hyun : Lihat? Sudah kuduga kau menyukai Dae Han.

Soo Hyun : Terserah. Aku melihat Da Jung.

Ji Hyun : Karena kini punya adik yang cantik seperti dia, kau harus melepaskanku. Kau tidak bisa terus begini kepadaku.


Joon Ho ke RS, mau melihat ayahnya tapi sampai sana, dia malah mendengar percakapan ayahnya dgn asisten ayahnya.

Kyung Hoon : Kau yakin pria itu tidak akan mengatakan apa pun?

"Tidak perlu khawatir, Pak. Dia tidak akan mengkhianati kita jika ingin mengurangi hukumannya." jawab asistennya.

"Dia punya riwayat penyakit mental?" tanya Kyung Hoon.

"Ya. Ini tidak serius. Itu dimulai saat dia wajib militer, jadi, dia dibebastugaskan. Jika dia mengatakan hal lain, kita bisa menjebaknya sebagai orang gila." jawab asistennya.

"Bagaimana opini publik?" tanya Kyung Hoon.

"Suara soal apartemen upah rendah benar-benar berubah." jawab asistennya.


Joon Ho terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka pelaku yg menyerang ayahnya adalah org bayaran ayahnya sendiri.


Dae Han dan Dong Nam ada di depan sungai. Mereka bicara di dalam mobil.

Dae Han : Aku mengeluarkan 1.000 dolar dari 30.000 dolar.

Dong Nam : Sungguh pria yang teliti.

Dae Han : Kau harus tahu satu hal. Aku tidak menerima anak-anak hanya karena keegoisanku. Kupikir itu yang terbaik untuk anak-anak.

Dong Nam : Tentu. Anak-anak sepertinya senang tinggal bersamamu. Sudah kubilang. Ini yang terbaik untukku untuk anak-anak, dan untukmu.


Dong Nam lalu turun dari mobil Dae Han.

Dae Han menyusul Dong Nam.

Dae Han : Sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak akan pernah bisa menjadi ayah kandung mereka. Aku akan menunggumu dengan anak-anak.

Mata Dong Nam nampak berkaca-kaca mendengar ucapan Dae Han. Dong Nam lalu beranjak pergi.


Sekarang, Dae Han sudah kembali menyetir mobilnya.

Terdengar narasi Dae Han.

"Hidup adalah tentang pilihan."


Dong Nam memesan tiket ke Jeongseon.

Narasi Dae Han kembali terdengar.

"Beberapa orang memilih uang daripada anak-anak...."


Di kelas, Da Jung kembali dibully teman2nya. Mereka membicarakan Da Jung di grup chat. Da Jung yg mulai merasa terganggu, menyalakan notif bisu untuk grup chat sekolahnya.

Narasi Dae Han : ... dan ada yang memilih jalan sulit untuk melindungi anak-anaknya.


Soo Hyun menaiki tangga.

Narasi Dae Han : Beberapa pilihan bisa menyebabkan luka yang tidak pernah sembuh. Hari ini, aku memilih kesepakatan berbahaya dengan hasil yang tidak terduga.


Ponsel Dae Han berdering. Telepon dari Bong Joo.

Dae Han : Akhirnya aku menyeberangi Rubicon.

Bong Joo : Bukan itu masalahnya sekarang.

Dae Han : Ada apa?

Bong Joo : Katanya pria yang menyerang Anggota Dewan Kang adalah pendukungmu.

Dae Han kaget, apa?


Soo Hyun yg baru tiba di ruangannya, langsung tanya pada rekan2nya, soal penyerang Kyung Hoon yg adalah suporter Dae Han.

Penulis Ahn : Aku memeriksa media sosial Anggota Dewan Wi dan dia mengunggah banyak komentar. Kupikir citra publiknya baru saja membaik.

Soo Hyun sewot : Skandal apa ini?

Penulis Ma : Berita ini tersebar di internet. Mereka bertanya apa Anggota Dewan Wi yang menyuruhnya.

Soo Hyun : Apa mereka gila? Kenapa dia memintanya melakukan hal seperti ini? Tidak ada yang bisa didapatkan. Itu hanya akan merusak citra publiknya.


Penulis Ahn : Kau pernah melihat opini publik yang rasional? Masyarakat kini mulai mengabaikan apartemen upah rendah. Saat ini, hasil pemungutan suara publik sangat jelas.

Penulis Ahn lalu menunjukkan hasil pemungutan suara.


PD Koo datang. Sambil marah2, dia tanya, siapa yang merekomendasikan Dae Han?

PD Koo : Sejak dia menjadi tamu, tidak ada hari yang tenang.


Soo Hyun langsung emosi : Benar. Ini semua salahku. Aku tidak pandai menilai karakter dan sungguh sial. Baiklah. Apa semuanya baik-baik saja jika aku berhenti?

Soo Hyun berdiri dan meletakkan bed namanya di meja. Ia lantas berniat pergi tapi dihalangi PD Koo.


PD Koo : Kenapa kau melakukan ini? Maafkan aku.

PD Koo memasangkan kembali bed nama Soo Hyun ke leher Soo Hyun.


Di kamarnya, Dae Han sedang bicara dgn reporter yg bernama Pak Seo.

Dae Han : Kau reporter bukan, Pak Seo? Tolong pikirkan ini secara rasional. Kenapa aku memintanya melakukan hal seperti itu? Terlebih lagi, dia pendukungku! Bagaimana bisa kau bilang aku yang menghasut kejahatan hanya karena dia dipicu oleh ucapanku di depan umum?

Pak Seo memutuskan panggilan. Dae Han kesal dan membanting ponselnya ke meja. Lalu tak lama, Bong Joo menghubunginya.


Dae Han : Kau dapat informasi tentang Lee Chang Min?

Bong Joo : Kedua orang tuanya sudah meninggal, tapi aku akan menemui kakaknya.

Dae Han : Benarkah?


Dae Han dan Bong Joo lantas menemui kakaknya Chang Min. Kakak Chang Min bekerja di bengkel.

Kakak Chang Min : Aku tahu dia akan terlibat masalah.

Bong Joo : Kudengar dia dibebastugaskan dari militer karena sakit jiwa?

Kakak Chang Min : Itu hal sepele, jadi, dia segera pulih, tapi anak itu kesulitan mengendalikan kemarahannya.

Dae Han : Apa adikmu selalu menyukai politik?

Kakak Chang Min : Aku tidak yakin soal itu, tapi dia selalu mengeluh tentang negara. Seakan-akan kemarahannya akan menyelesaikan sesuatu. Dia seharusnya berusaha lebih keras.


Dae Han : Kau tinggal dengan adikmu, bukan?

Kakak Chang Min : Ya, kenapa?

Dae Han : Bolehkah kami melihat kamarnya?

Kakak Chang Min : Aku tidak bisa membiarkan anda melakukan itu. Dia masih membutuhkan privasi.


Bong Joo berusaha membujuk kakaknya Chang Min.

Bong Joo : Kau tampak seperti seorang ahli. Berapa mobil di Balai Kota? 300? 400?

Dae Han : Setidaknya ada 600.

Kakak Chang Min : 600.

Dae Han : Kita harus meminta semua pegawai memperbaiki mobil mereka di sini.

Bong Joo : Hei, ide bagus.

Kakak Chang Min : Kalau begitu, bisa bantu aku? 600 mobil, bukan?


Dae Han dan Bong Joo langsung pergi.

Dae Han : Aku punya banyak kecurigaan soal serangan pada Kang Kyung Hoon.

Bong Joo : Apa maksudmu?

Dae Han : Bahkan motifnya tidak masuk akal. Mereka bilang pria itu menyimpan dendam kepadanya karena menolak apartemen upah rendah. Tapi ada banyak orang yang mendukung apartemen.

Bong Joo : Dia tampak cukup bodoh. Dia tidak akan memikirkan itu. Bahkan kakaknya bilang dia punya masalah pengelolaan kemarahan.

Dae Han : Tidak. Bahkan komentarnya di media sosialku tampak mencurigakan. Aku sudah memeriksa, dan dia mengirim pesan dukungan tiga pekan lalu. Bukankah dia sengaja melakukannya untuk membuat bukti sebelum menyerang Kang Kyung Hoon?


Dae Han dan Bong Joo mendatangi kamar Chang Min. Mereka melihat banyak sekali buku-buku ttg investasi kripto.

Dae Han : Semuanya tentang mata uang kriptomata.

Bong Joo : Kurasa dia berinvestasi di sana. Kudengar ada banyak anak muda yang berinvestasi ke sana.

Dae Han : Bukankah menurutmu dia akan membutuhkan uang jika punya utang pribadi?

Bong Joo : Kau benar.

Dae Han : Kau pernah mencoba ini?

Bong Joo : Aku tidak punya uang untuk itu.

Dae Han : Haruskah kucoba 300 dolar untuk berinvestasi?


Bong Joo memeriksa laptop Chang Min. Mereka menemukan situs bernama Patriot Dot Com yg belum ditutup.

Bong Joo : Bukankah ini situs web progresif?

Dae Han : Hei. Jika Lee Chang Min anggota di sana, dia tidak mungkin pendukungku, bukan?

Bong Joo : Tentu saja tidak.

Dae Han : Maka tidak diragukan lagi.


Dae Han pun langsung meraih ponselnya dan menghubungi Soo Hyun. Ia minta bantuan Soo Hyun mencari tahu soal keterlibatan Chang Min dalam situs itu.


Penulis Ma : Ada apa? Apa yang terjadi?

Soo Hyun : Mereka pikir Lee Chang Min adalah anggota situs web progresif.

Penulis Ahn : Tidak mungkin!

Soo Hyun : Kalau begitu, dia tidak mungkin Pendukung Anggota Dewan Wi. Dia seorang progresif. Itu tidak masuk akal, bukan? Kurasa kalian harus membantunya lagi.


Di RS, Kyung Hoon sedang diwawancara.

"Penyerangnya adalah pendukung Anggota Dewan Wi, dan ada rumor tentang Anggota Dewan Wi daring ahwa dia menghasut penyerangan. Apa pendapat Anda soal ini, Pak?"

Kyung Hoon : Mungkin benar Anggota Dewan Wi kalah melawanku dalam pemilihan umum terakhir, tapi aku tidak percaya dia akan melakukan hal seperti itu."

"Partai Nasionalis mengadakan konvensi nasional dalam empat pekan. Orang-orang bilang Anda akan mencalonkan diri sebagai ketua partai. Bisa beri kami komentar?"

Kyung Hoon : Kurasa serangan ini adalah sesuatu yang pantas kudapatkan, dan menurutku ini menunjukkan masyarakat kita memiliki pendapat yang bertolak belakang. Itu sebabnya aku akan membiarkan para pendatang baru mencalonkan diri untuk pemilu mendatang dan aku bertekad untuk fokus melakukan apa pun untuk menyatukan partai dan masyarakat.


Di ruangannya, Joon Ho menyaksikan wawancara ayahnya dgn wajah sedikit kecewa. Lalu ia bangkit dari duduknya dan menatap keluar jendela.


Malamnya, Soo Hyun dan Dae Han ketemuan di kafe. Soo Hyun menunjukkan sesuatu ttg Chang Min. Ia menuliskan nama 'Pembunuh Iblis Merah' di situs itu.

Dae Han : Pembunuh Iblis Merah?

Soo Hyun : Pembunuh Iblis Merah adalah julukan Lee Chang Min. Dia menulis lebih dari 100 unggahan selama tiga tahun terakhir. Dia bahkan mengkritikmu di beberapa unggahan.

Dae Han tertawa, pendukungku mengkritikku?

Soo Hyun menunjukkan tulisan kritikan Chang Min ttg Dae Han.

"Wi Dae Han melakukan hal hebat. Kini dia bahkan memakai yatim piatu untuk politik."

Dae Han : Aku yakin itu. Lee Chang Min bukan pendukungku, tapi menyamar menjadi pendukungku.


Soo Hyun : Menurutmu siapa pelakunya?

Dae Han : Seseorang yang paling diuntungkan dalam situasi ini.

Soo Hyun : Maksudmu....

Dae Han : Ya. Kurasa serangan itu direncanakan oleh Kang Kyung Hoon.

Soo Hyun : Tidak mungkin. Itu tidak mungkin benar.


Ponsel Soo Hyun berdering. Telepon dari Joon Ho. Soo Hyun terdiam Joon Ho menelponnya. Ia langsung melirik Dae Han.

Soo Hyun : Ya, Pak Kang?


Joon Ho dan Soo Hyun berjalan menyusuri taman.

Soo Hyun :  Itu pasti mengejutkan. Untukmu dan Anggota Dewan Kang.

Joon Ho : Aku sudah memikirkannya, dan kurasa sebaiknya kita berteman saja. Kau tidak perlu menahan perasaanmu. Mari kita jadikan kasual sampai kau siap. Sebagai teman.

Soo Hyun : Baiklah, kalau begitu. Kita harus bertemu untuk acara. Mari berteman baik. Tanpa dendam.


Joon Ho mengajak Soo Hyun duduk.

Joon Ho : Aku ingin menanyakan sesuatu, sebagai teman. Apa yang akan kau katakan jika aku terjun ke dunia politik, bukan hanya mengkritiknya?

Soo Hyun : Kau ingin terjun ke dunia politik?

Joon Ho : Aku ingin memulai agar aku bisa memberi contoh nilai konservatisme sesungguhnya, tapi aku takut. Entah apa aku bisa bekerja dengan baik, menahannya, dan menjaga keyakinanku.

Soo Hyun : Kau lebih mirip denganku daripada dugaanku. Kau ragu dan berpikir dua kali.

Joon Ho : Kurasa begitu. Kurasa kita berdua belum punya keyakinan politik. Kita tidak bisa memutuskan dan mudah terpengaruh.


Soo Hyun : Aku mendukungmu terjun langsung ke dunia politik.

Joon Ho : Kenapa?

Soo Hyun : Mereka bilang orang-orang harus diganti. Harus ada pergantian generasi juga untuk politik. Dan aku percaya kau  akan mengurus politik dengan baik dan bermartabat.

Joon Ho : Jika aku mengikuti pemilihan umum, aku mungkin mencalonkan diri di distrik yang sama dengan Dae Han. Kau masih ingin aku mencalonkan diri?

Soo Hyun terkejut mendengarnya.

Soo Hyun : Kau benar. Kau bisa saja melawannya sebagai anggota dewan setempat. Kurasa aku akan kesulitan memutuskan siapa yang harus dipilih. Mungkin sulit bagiku, tapi aku yakin itu akan jadi dilema yang menyenangkan bagi para pemilih.

Joon Ho : Dilema yang menyenangkan?


Soo Hyun : Ya. Mereka selalu tersiksa karena harus memilih kandidat yang paling tidak buruk, tapi sekarang para pemilih akan berhak memilih antara yang terbaik pertama dan kedua.

Joon Ho : Terbaik pertama dan kedua.

Keduanya lalu tertawa.

Bersambung ke part 4....

The Great Show Ep 9 Part 2

Sebelumnya..


Dae Han bicara dgn Bong Joo. Dae Han mengaku, sudah pusing dgn masalahnya sejak kemarin.

Bong Joo : Mulai sekarang, kauharus menjauh dari kasus apartemen upah rendah. Sejujurnya, meski proyek itu tidak berhasil, tidak berdampak buruk bagimu. Beda

halnya dengan Han Dong Nam. Kau sudah bicara dengannya?

Dae Han : Aku tidak punya waktu.

Bong Joo : Kenapa tidak?

Dae Han : Song Yi sakit, jadi, aku harus membawanya ke rumah sakit.

Bong Joo : Anggota Dewan, aku memikirkannya semalaman. Kesimpulanku adalah memberinya uang tidak benar. Ini seperti menyekop pasir ke ombak.

Dae Han : Aku tahu. Tapi aku frustrasi karena tidak ada cara lain. Jika dia bicara, hubunganku dengan anak-anak berakhir. Lalu siapa yang akan mengawasi mereka?


Bong Joo : Ini bukan saatnya mengkhawatirkan anak-anak. Sadarlah. Kau harus kuat. Kau hanya perlu memikirkan apa yang baik untukmu.

Ponsel Dae Han berdering. Sebuah pesan masuk. Pesan laporan penarikan uangnya.

Dae Han kaget.

Dae Han : 1.000 dolar? Kenapa dia butuh 1.000 dolar?

Bong Joo : Mungkin dia sedang berjudi.

Dae Han : Astaga. Ini membuatku gila.

Tak lama kemudian, Dae Han teringat Song Yi. Dan Dae Han pun bergegas pergi.

Dae Han : Aku akan meneleponmu nanti. Sampai jumpa.


Dong Nam sendiri sedang berjudi. Saat asyik berjudi, polisi datang menggerebek mereka.


Dae Han tiba di RS dan mendapati seorang perawat tengah memeriksa Song Yi. Dae Han pun tanya kondisi Song Yi.

"Suhu tubuhnya normal. Setelah diinfus, dia bisa pulang."

"Itu kabar baik. Terima kasih." jawab Dae Han.


Dae Han lantas duduk disamping Song Yi dan melihat Song Yi yg masih menggenggam saputangan Sun Mi.

Dae Han pun teringat saat menemukan Song Yi yg hilang di taman bermain.

Dae Han : Song Yi! Kau pergi ke mana? Aku mencarimu ke mana-mana.

Song Yi menangis dan memeluk Dae Han. Tangannya menggenggam saputangan Sun Mi.

Song Yi : Aku mengejarnya karena kupikir dia ayah, tapi ternyata orang lain, dan aku tidak bisa melihat Paman.

Flashback end...


Song Yi terbangun dan langsung mencari ayahnya.

Dae Han : Song Yi, ini aku. Kau baik-baik saja?

Song Yi mengangguk.

Ponsel Dae Han berbunyi. Telepon dari guru Tak.

Dae Han pun menatap Song Yi.

Dae Han : Aku akan segera kembali.

Tapi Song Yi yang tak mau ditinggal, meminta Dae Han menjawab teleponnya disitu saja.

Dae Han pun mengabulkan permintaan Song Yi. Ia menjawab telepon guru Tak disana.

Keputusan komite kekerasan sekolah sudah keluar. Tak dihukum melakukan pelayanan masyarakat selama 20 jam.

Dae Han senang mendengarnya.

"Bukan hanya insiden ini, tapi kurasa Tak tidak akur dengan teman sekelasnya. Sebagai ayahnya, tolong lebih perhatikan dia." pinta guru Tak.


Usai bicara dgn guru Tak, Dae Han membawa Song Yi keluar dari RS.

Dae Han menggendong Song Yi. Tapi Song Yi yg takut Dae Han lelah, minta diturunkan. Dae Han tersenyum dan berkata kalau ia baik2 saja.

Song Yi memanggil Dae Han lagi.

Dae Han : Aku baik-baik saja.

Song Yi : Bukan begitu. Aku lapar.

Dae Han : Benarkah? Kau lapar? Ayo cari makanan. Ayo!


Dae Han membawa Song Yi ke restoran terdekat. Mereka memesan bubur.

Dae Han menyuapi Song Yi.

Song Yi : Aku bisa makan sendiri.

Dae Han : Benarkah? Kalau begitu aku akan menaruhnya di sini.


Dae Han menyendokkan buburnya ke dalam sebuah mangkuk kecil, lalu memberikannya ke Song Yi.

Dae Han : Tiup dan makanlah perlahan, ya?

Dae Han : Song Yi, kau suka tinggal denganku?

Song Yi : Aku menyukainya.

Dae Han : Benarkah?

Song Yi : Tapi tolong jangan beri tahu ayah bahwa aku menyukaimu.

Dae Han : Kenapa?

Song Yi : Kurasa dia tidak akan senang jika tahu.

Dae Han : Benar.


Song Yi mulai menyuap buburnya tapi ia langsung menjatuhkan sendoknya karena buburnya masih panas.

Dae Han : Apa masih panas? Masih harus didinginkan.

Sambil menunggu buburnya dingin, Dae Han mengajak Song Yi main tebak2an.

Tentu saja Dae Han memberi Song Yi pertanyaan yg mudah agar Song Yi bisa menjawabnya.

Karena Song Yi bisa menjawab semua pertanyaannya, ia memuji Song Yi pintar.

Lalu giliran Song Yi memberi pertanyaan pada Dae Han dan Dae Han pura2 tidak bisa menjawabnya.

Dae Han : Kau jenius, Song Yi.


Joon Ho dan ibunya serta Hye Jin menemani Kyung Hoon di RS. Dokter menjelaskan, bahwa luka Kyung Hoon tidak terlalu dalam.

Kyung Hoon : Kurasa hidupku diampuni agar aku bisa bekerja lebih keras untuk negara ini. Terima kasih sudah mengurusku.

Dokter beranjak pergi.


Hye Jin mulai cari muka.

Hye Jin : Aku sangat terkejut mendengar beritanya. Pastikan ayah merawat luka dengan baik. Aku akan mengunjungi ayah setiap hari.

Kyung Hoon : Kau tidak perlu melakukan itu.

Hye Jin : Tidak apa-apa.


Ibu Joon Ho : Ini sebabnya kita tidak boleh membangun apartemen upah rendah.

Joon Ho : Kenapa?

Ibu Joon Ho : Kau tidak lihat apa yang terjadi kepada ayahmu? Orang seperti itu akan berkumpul di sekitar apartemen. Mereka semua dipenuhi keluhan terhadap masyarakat.

Joon Ho : Tidak masuk akal. Kalau begitu, aku juga harus tinggal jauh. Aku juga punya banyak keluhan tentang masyarakat.


Di rumah, Tae Poong dan Song Yi yang lagi loncat2 di sofa, menanyakan ayahnya pada Dae Han yg lagi duduk membaca koran.

Tae Poong : Aku harus pamer kepada ayah.

Dae Han : Tentang apa?

Tae Poong : Guruku memujiku karena presentasiku baik.

Dae Han : Presentasi macam apa?

Tae Poong : Aku pergi ke depan kelas dan membicarakan cita-citaku.

Dae Han : Benarkah? Kau bilang apa?


Tae Poong : Anggota Dewan!

Dae Han : Anggota Dewan? Kau ingin menjadi anggota dewan saat besar?

Tae Poong : Ya. Aku ingin menjadi anggota dewan yang hebat, sama seperti Paman.

Dae Han : Apa aku tampak hebat bagimu?

Tae Poong : Ya. Paman tampil di TV, dan Paman menggendongku di taman hiburan dan menyelamatkanku, seperti Iron Man. Paman mengagumkan!


Dae Han lantas kembali ke kamarnya dan memikirkan Dong Nam yang meminta uang padanya.


Lalu ia ingat kata2 Bong Joo kalau tidak benar memberikan uang pada Dong Nam.

Bong Joo : Ini seperti menyekop pasir ke ombak.


Terakhir ia ingat permintaan Da Jung yg memintanya menjadi ayah untuk si kembar.

Dae Han tertegun sejenak. Tak lama kemudian, dia membuka lacinya dan membaca surat cinta yg ditulis Song Yi.


"Maaf aku buang air di sekolah. Aku akan coba menahannya lain kali"


Ponsel Dae Han tiba2 berdering. Telepon dari kantor polisi yang mengabarkan soal Dong Nam.


Dae Han pun menjemput Dong Nam. Ia menyetir mobil dengan wajah kesal dan kecepatan tinggi.

Dong Nam : Hati-hati menyetirnya. Kau bisa menabrak mobil lain.

Tapi Dae Han tak peduli.


Dae Han yang kesal, akhirnya memberhentikan mobilnya dan beranjak keluar.

Dong Nam menyusul Dae Han keluar.

Dong Nam : Mereka bilang roti selalu jatuh di sisi mentega. Maaf soal itu. Mereka akan membuatku membayar denda, tapi tidak akan banyak, jadi, jangan khawatir.

Dae Han : Kau sebut dirimu ayah? Bagaimana bisa menjadi ayah jika kau meninggalkan anak yang sakit untuk berjudi?

Dong Nam : Suster bilang dia baik-baik saja, jadi, aku pergi sebentar. Kau yang bersandiwara dengan anak-anak berharga orang lain.


Dae Han : Ya, mereka berharga. Lalu kenapa kau memperlakukan mereka seperti sampah?

Dong Nam : Kau pasti berpikir kamu ayah hebat karena orang-orang memujimu, tapi kau dan aku sama-sama orang berengsek yang memanfaatkan anak-anak. Kau lah yang lebih berkecukupan, jadi, teruslah menjadi Ayah Nasional. Kita berdua bisa untung begitu, kenapa kau mengeluh?

Dae Han : Baiklah. Aku juga bukan orang baik, tapi kurasa aku lebih baik darimu. Aku akan menjadi ayah anak-anak menggantikanmu.

Dong Nam : membuat keputusan yang tepat.

Dae Han : Izinkan aku menanyakan satu hal.

Dong Nam : Silakan.

Dae Han : Apa yang kau rencanakan saat kehabisan uang? Bagaimana aku bisa memastikan kau tidak meminta lebih?

Dong Nam : Aku mungkin bedebah, tapi aku tidak akan menggunakan anak-anak untuk uang dua kali. Jangan khawatir dan siapkan saja uangnya.

Dae Han : Bank sudah tutup untuk hari ini, jadi, akan kuberikan besok.

Dong Nam : Kalau begitu, aku harus bersamamu sampai besok.

Dae Han : Malam ini akan menjadi malam terakhirmu bersama anak-anak. Ucapkan selamat tinggal dengan benar.



Malamnya, Dong Nam mengajak anak2 makan diluar.


Song Yi : Kapan ayah kembali dari Vietnam?

Dong Nam : Ayah akan kembali setelah 100 malam, ya?

Tae Poong : Aku belum tahu cara menghitung sampai 100.

Dong Nam melihat Tak yg sedari tadi sibuk mainin ponsel.


Dong Nam : Hei, Tak. Apa kau akan terus melihat ponselmu saat ayah pergi besok, Berandal?

Tak pun berhenti main ponsel.

Dong Nam : Apa yang terjadi dengan komite kekerasan di sekolah?

Tak : Mereka menyuruhku melakukan layanan masyarakat.

Dong Nam : Seharusnya dari awal kau tidak menikamnya.


Da Jung : Aku tahu perbuatan Tak salah, tapi mungkin ini malam terakhir kami bersama anda. Anda tidak bisa bicara dengan baik?

Dong Nam : Kau mulai mirip ayahmu. Jangan bicara kepadaku seperti itu.

Da Jung : Maaf jika itu menyinggung anda.


Di restoran, Pak Jung dan Bu Yang siaran langsung lagi.

Pak Jung mendekatkan wajahnya ke kamera, sedang Bu Yang sibuk bekerja mengolah ayam di belakangnya.

Pak Jung : Halo. Hai. Ayam! Selamat datang kembali, semuanya.

Melihat suaminya sibuk dgn kamera, Bu Yang pun langsung meneriakinya.

Bu Yang : Hya! Sajikan ayamnya dahulu!

Pak Jung : Kita sedang tayang! Jangan berteriak seperti itu.


Pak Jung pun bergegas mengantarkan pesanan ayam pelanggannya.

Restorannya sedang ramai saat itu.

Soo Hyun tersenyum geli melihat kelakuan ayahnya.


Soo Hyun kemudian menatap Dae Han yg terlihat murung.

Soo Hyun : Untungnya, luka Anggota Dewan Kang tidak begitu dalam.

Dae Han diam saja. Melihat wajah Dae Han yg murung, Soo Hyun pun tanya ada apa?

Dae Han : Aku hanya mengkhawatirkan anak-anak. Ayah mereka akan pergi besok.

Soo Hyun : Apa dia sungguh akan pergi ke Vietnam?

Dae Han : Dia bilang begitu, jadi, kurasa begitu.


Soo Hyun : Entahlah. Aku merasa bersalah mengatakan ini, tapi aku tidak memercayainya. Kuharap anak-anak bisa terus tinggal bersamamu. Da Jung juga menginginkan itu.

Dae Han : Apa Da Jung bilang begitu?

Soo Hyun : Ya. Dia rasa lebih baik adik-adiknya tinggal denganmu.

Dae Han : Setidaknya mereka tidak membenciku.

Soo Hyun : Apa pendapatmu tentang membiarkan Da Jung tinggal di rumahku bahkan setelah ayah mereka pergi? Jung Woo bisa pergi ke tempatmu.

Dae Han : Aku tidak keberatan, tapi kau tidak keberatan?

Soo Hyun : Ya. Aku suka menghabiskan beberapa hari terakhir bersamanya. Aku menikmati keberadaannya.

Dae Han : Kurasa kau kesepian karena menjadi anak tunggal. Aku tahu. Aku juga anak tunggal, jadi, aku paham perasaanmu.


Si kembar sudah tidur. Dong Nam yg masih terjaga, akhirnya bangun dan beranjak keluar.


Dong Nam pergi ke kamar Tak. Tak masih sibuk dgn game nya.

Tak : Ada apa?

Dong Nam : Ayah memberimu uang jajan.

Dong Nam melemparkan amplop ke atas kasur.

Dong Nam : Gunakan untuk keadaan darurat.

Tak : Aku tidak membutuhkannya.

Dong Nam : Kenapa kau tidak membutuhkannya? Kau tinggal di rumah orang lain, setidaknya kau harus punya uang.

Tak : Baiklah. Terima kasih.

Dong Nam : Hei, jika bermain gim sepanjang hari, kau akan berakhir seperti ayah. Mengerti?

Tak : Kubilang aku mengerti!


Tak menarik selimutnya. Ia sembunyi di bawah selimut.

Dong Nam : Jangan terlibat masalah. Jaga baik-baik Song Yi dan Tae Poong. Ayah akan mencari uang dan kembali untuk kalian.

Dong Nam pun beranjak keluar. Sebelum keluar, ia memadamkan lampu di kamar Tak.

Setelah Dong Nam pergi, terdengar tangisan Tak. Omo, Tak menangis.

Bersambung ke part 3...