The Great Show Ep 9 Part 3

Sebelumnya...


Bong Joo bicara dengan Dae Han di telepon.

Dae Han sendiri duduk di taman.

Bong Joo : Ini gila. Kau bahkan tidak punya uang untuk diberikan kepadanya.

Dae Han : Aku punya uang peninggalan ibuku untuk pernikahanku.

Bong Joo : Kenapa kau memberikan uang itu kepada bedebah itu? Dia akan menjudikannya!

Dae Han : Pasti.

Bong Joo : Jika kau tahu itu, kenapa kau berikan kepadanya?

Dae Han : Aku sudah memikirkannya. Tapi 30.000 dolar itu tidak mahal untuk dosaku karena memanfaatkan anak-anak ini.


Dae Han menyudahi pembicaraan mereka dan menatap buku rekening ibunya.


Tiba2 Da Jung datang. Dae Han pun langsung menyimpan bukuu rekeningnya.

Dae Han : Kenapa kau belum tidur?

Da Jung : Aku tidak bisa tidur karena cemas.

Dae Han : Kau senang, tapi sedih ayah tirimu akan pergi?

Da Jung : Senang? Ya. Sedih? Tidak mungkin.

Dae Han : Lalu kenapa kau gelisah?

Da Jung : Siapa yang tidak akan gelisah? Aku murid SMA yang hamil, dan ayah tiriku tiba-tiba muncul dan memutuskan untuk pergi lagi. Aku punya tiga adik dan mereka semua masih kecil.

Dae Han : Benar. Kau punya alasan untuk gelisah.

Da Jung : Tapi aku akan lebih gelisah jika tidak memiliki anda. Aku akan merasa bingung dan takut.


Dae Han : Aku sering merasa bingung dan takut. Tapi entah bagaimana semua itu berlalu. Kau akan melaluinya.

Da Jung : Anda benar. Kita harus bersemangat. Kita berdua.

Dae Han : Ya, semangat untuk kita berdua. Semangat!


Mereka melakukan high five, lalu tertawa.

Soo Hyun lewat dan tertawa melihat keduanya.


Ji Hyun muncul.

Ji Hyun : Lihat? Sudah kuduga kau menyukai Dae Han.

Soo Hyun : Terserah. Aku melihat Da Jung.

Ji Hyun : Karena kini punya adik yang cantik seperti dia, kau harus melepaskanku. Kau tidak bisa terus begini kepadaku.


Joon Ho ke RS, mau melihat ayahnya tapi sampai sana, dia malah mendengar percakapan ayahnya dgn asisten ayahnya.

Kyung Hoon : Kau yakin pria itu tidak akan mengatakan apa pun?

"Tidak perlu khawatir, Pak. Dia tidak akan mengkhianati kita jika ingin mengurangi hukumannya." jawab asistennya.

"Dia punya riwayat penyakit mental?" tanya Kyung Hoon.

"Ya. Ini tidak serius. Itu dimulai saat dia wajib militer, jadi, dia dibebastugaskan. Jika dia mengatakan hal lain, kita bisa menjebaknya sebagai orang gila." jawab asistennya.

"Bagaimana opini publik?" tanya Kyung Hoon.

"Suara soal apartemen upah rendah benar-benar berubah." jawab asistennya.


Joon Ho terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka pelaku yg menyerang ayahnya adalah org bayaran ayahnya sendiri.


Dae Han dan Dong Nam ada di depan sungai. Mereka bicara di dalam mobil.

Dae Han : Aku mengeluarkan 1.000 dolar dari 30.000 dolar.

Dong Nam : Sungguh pria yang teliti.

Dae Han : Kau harus tahu satu hal. Aku tidak menerima anak-anak hanya karena keegoisanku. Kupikir itu yang terbaik untuk anak-anak.

Dong Nam : Tentu. Anak-anak sepertinya senang tinggal bersamamu. Sudah kubilang. Ini yang terbaik untukku untuk anak-anak, dan untukmu.


Dong Nam lalu turun dari mobil Dae Han.

Dae Han menyusul Dong Nam.

Dae Han : Sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak akan pernah bisa menjadi ayah kandung mereka. Aku akan menunggumu dengan anak-anak.

Mata Dong Nam nampak berkaca-kaca mendengar ucapan Dae Han. Dong Nam lalu beranjak pergi.


Sekarang, Dae Han sudah kembali menyetir mobilnya.

Terdengar narasi Dae Han.

"Hidup adalah tentang pilihan."


Dong Nam memesan tiket ke Jeongseon.

Narasi Dae Han kembali terdengar.

"Beberapa orang memilih uang daripada anak-anak...."


Di kelas, Da Jung kembali dibully teman2nya. Mereka membicarakan Da Jung di grup chat. Da Jung yg mulai merasa terganggu, menyalakan notif bisu untuk grup chat sekolahnya.

Narasi Dae Han : ... dan ada yang memilih jalan sulit untuk melindungi anak-anaknya.


Soo Hyun menaiki tangga.

Narasi Dae Han : Beberapa pilihan bisa menyebabkan luka yang tidak pernah sembuh. Hari ini, aku memilih kesepakatan berbahaya dengan hasil yang tidak terduga.


Ponsel Dae Han berdering. Telepon dari Bong Joo.

Dae Han : Akhirnya aku menyeberangi Rubicon.

Bong Joo : Bukan itu masalahnya sekarang.

Dae Han : Ada apa?

Bong Joo : Katanya pria yang menyerang Anggota Dewan Kang adalah pendukungmu.

Dae Han kaget, apa?


Soo Hyun yg baru tiba di ruangannya, langsung tanya pada rekan2nya, soal penyerang Kyung Hoon yg adalah suporter Dae Han.

Penulis Ahn : Aku memeriksa media sosial Anggota Dewan Wi dan dia mengunggah banyak komentar. Kupikir citra publiknya baru saja membaik.

Soo Hyun sewot : Skandal apa ini?

Penulis Ma : Berita ini tersebar di internet. Mereka bertanya apa Anggota Dewan Wi yang menyuruhnya.

Soo Hyun : Apa mereka gila? Kenapa dia memintanya melakukan hal seperti ini? Tidak ada yang bisa didapatkan. Itu hanya akan merusak citra publiknya.


Penulis Ahn : Kau pernah melihat opini publik yang rasional? Masyarakat kini mulai mengabaikan apartemen upah rendah. Saat ini, hasil pemungutan suara publik sangat jelas.

Penulis Ahn lalu menunjukkan hasil pemungutan suara.


PD Koo datang. Sambil marah2, dia tanya, siapa yang merekomendasikan Dae Han?

PD Koo : Sejak dia menjadi tamu, tidak ada hari yang tenang.


Soo Hyun langsung emosi : Benar. Ini semua salahku. Aku tidak pandai menilai karakter dan sungguh sial. Baiklah. Apa semuanya baik-baik saja jika aku berhenti?

Soo Hyun berdiri dan meletakkan bed namanya di meja. Ia lantas berniat pergi tapi dihalangi PD Koo.


PD Koo : Kenapa kau melakukan ini? Maafkan aku.

PD Koo memasangkan kembali bed nama Soo Hyun ke leher Soo Hyun.


Di kamarnya, Dae Han sedang bicara dgn reporter yg bernama Pak Seo.

Dae Han : Kau reporter bukan, Pak Seo? Tolong pikirkan ini secara rasional. Kenapa aku memintanya melakukan hal seperti itu? Terlebih lagi, dia pendukungku! Bagaimana bisa kau bilang aku yang menghasut kejahatan hanya karena dia dipicu oleh ucapanku di depan umum?

Pak Seo memutuskan panggilan. Dae Han kesal dan membanting ponselnya ke meja. Lalu tak lama, Bong Joo menghubunginya.


Dae Han : Kau dapat informasi tentang Lee Chang Min?

Bong Joo : Kedua orang tuanya sudah meninggal, tapi aku akan menemui kakaknya.

Dae Han : Benarkah?


Dae Han dan Bong Joo lantas menemui kakaknya Chang Min. Kakak Chang Min bekerja di bengkel.

Kakak Chang Min : Aku tahu dia akan terlibat masalah.

Bong Joo : Kudengar dia dibebastugaskan dari militer karena sakit jiwa?

Kakak Chang Min : Itu hal sepele, jadi, dia segera pulih, tapi anak itu kesulitan mengendalikan kemarahannya.

Dae Han : Apa adikmu selalu menyukai politik?

Kakak Chang Min : Aku tidak yakin soal itu, tapi dia selalu mengeluh tentang negara. Seakan-akan kemarahannya akan menyelesaikan sesuatu. Dia seharusnya berusaha lebih keras.


Dae Han : Kau tinggal dengan adikmu, bukan?

Kakak Chang Min : Ya, kenapa?

Dae Han : Bolehkah kami melihat kamarnya?

Kakak Chang Min : Aku tidak bisa membiarkan anda melakukan itu. Dia masih membutuhkan privasi.


Bong Joo berusaha membujuk kakaknya Chang Min.

Bong Joo : Kau tampak seperti seorang ahli. Berapa mobil di Balai Kota? 300? 400?

Dae Han : Setidaknya ada 600.

Kakak Chang Min : 600.

Dae Han : Kita harus meminta semua pegawai memperbaiki mobil mereka di sini.

Bong Joo : Hei, ide bagus.

Kakak Chang Min : Kalau begitu, bisa bantu aku? 600 mobil, bukan?


Dae Han dan Bong Joo langsung pergi.

Dae Han : Aku punya banyak kecurigaan soal serangan pada Kang Kyung Hoon.

Bong Joo : Apa maksudmu?

Dae Han : Bahkan motifnya tidak masuk akal. Mereka bilang pria itu menyimpan dendam kepadanya karena menolak apartemen upah rendah. Tapi ada banyak orang yang mendukung apartemen.

Bong Joo : Dia tampak cukup bodoh. Dia tidak akan memikirkan itu. Bahkan kakaknya bilang dia punya masalah pengelolaan kemarahan.

Dae Han : Tidak. Bahkan komentarnya di media sosialku tampak mencurigakan. Aku sudah memeriksa, dan dia mengirim pesan dukungan tiga pekan lalu. Bukankah dia sengaja melakukannya untuk membuat bukti sebelum menyerang Kang Kyung Hoon?


Dae Han dan Bong Joo mendatangi kamar Chang Min. Mereka melihat banyak sekali buku-buku ttg investasi kripto.

Dae Han : Semuanya tentang mata uang kriptomata.

Bong Joo : Kurasa dia berinvestasi di sana. Kudengar ada banyak anak muda yang berinvestasi ke sana.

Dae Han : Bukankah menurutmu dia akan membutuhkan uang jika punya utang pribadi?

Bong Joo : Kau benar.

Dae Han : Kau pernah mencoba ini?

Bong Joo : Aku tidak punya uang untuk itu.

Dae Han : Haruskah kucoba 300 dolar untuk berinvestasi?


Bong Joo memeriksa laptop Chang Min. Mereka menemukan situs bernama Patriot Dot Com yg belum ditutup.

Bong Joo : Bukankah ini situs web progresif?

Dae Han : Hei. Jika Lee Chang Min anggota di sana, dia tidak mungkin pendukungku, bukan?

Bong Joo : Tentu saja tidak.

Dae Han : Maka tidak diragukan lagi.


Dae Han pun langsung meraih ponselnya dan menghubungi Soo Hyun. Ia minta bantuan Soo Hyun mencari tahu soal keterlibatan Chang Min dalam situs itu.


Penulis Ma : Ada apa? Apa yang terjadi?

Soo Hyun : Mereka pikir Lee Chang Min adalah anggota situs web progresif.

Penulis Ahn : Tidak mungkin!

Soo Hyun : Kalau begitu, dia tidak mungkin Pendukung Anggota Dewan Wi. Dia seorang progresif. Itu tidak masuk akal, bukan? Kurasa kalian harus membantunya lagi.


Di RS, Kyung Hoon sedang diwawancara.

"Penyerangnya adalah pendukung Anggota Dewan Wi, dan ada rumor tentang Anggota Dewan Wi daring ahwa dia menghasut penyerangan. Apa pendapat Anda soal ini, Pak?"

Kyung Hoon : Mungkin benar Anggota Dewan Wi kalah melawanku dalam pemilihan umum terakhir, tapi aku tidak percaya dia akan melakukan hal seperti itu."

"Partai Nasionalis mengadakan konvensi nasional dalam empat pekan. Orang-orang bilang Anda akan mencalonkan diri sebagai ketua partai. Bisa beri kami komentar?"

Kyung Hoon : Kurasa serangan ini adalah sesuatu yang pantas kudapatkan, dan menurutku ini menunjukkan masyarakat kita memiliki pendapat yang bertolak belakang. Itu sebabnya aku akan membiarkan para pendatang baru mencalonkan diri untuk pemilu mendatang dan aku bertekad untuk fokus melakukan apa pun untuk menyatukan partai dan masyarakat.


Di ruangannya, Joon Ho menyaksikan wawancara ayahnya dgn wajah sedikit kecewa. Lalu ia bangkit dari duduknya dan menatap keluar jendela.


Malamnya, Soo Hyun dan Dae Han ketemuan di kafe. Soo Hyun menunjukkan sesuatu ttg Chang Min. Ia menuliskan nama 'Pembunuh Iblis Merah' di situs itu.

Dae Han : Pembunuh Iblis Merah?

Soo Hyun : Pembunuh Iblis Merah adalah julukan Lee Chang Min. Dia menulis lebih dari 100 unggahan selama tiga tahun terakhir. Dia bahkan mengkritikmu di beberapa unggahan.

Dae Han tertawa, pendukungku mengkritikku?

Soo Hyun menunjukkan tulisan kritikan Chang Min ttg Dae Han.

"Wi Dae Han melakukan hal hebat. Kini dia bahkan memakai yatim piatu untuk politik."

Dae Han : Aku yakin itu. Lee Chang Min bukan pendukungku, tapi menyamar menjadi pendukungku.


Soo Hyun : Menurutmu siapa pelakunya?

Dae Han : Seseorang yang paling diuntungkan dalam situasi ini.

Soo Hyun : Maksudmu....

Dae Han : Ya. Kurasa serangan itu direncanakan oleh Kang Kyung Hoon.

Soo Hyun : Tidak mungkin. Itu tidak mungkin benar.


Ponsel Soo Hyun berdering. Telepon dari Joon Ho. Soo Hyun terdiam Joon Ho menelponnya. Ia langsung melirik Dae Han.

Soo Hyun : Ya, Pak Kang?


Joon Ho dan Soo Hyun berjalan menyusuri taman.

Soo Hyun :  Itu pasti mengejutkan. Untukmu dan Anggota Dewan Kang.

Joon Ho : Aku sudah memikirkannya, dan kurasa sebaiknya kita berteman saja. Kau tidak perlu menahan perasaanmu. Mari kita jadikan kasual sampai kau siap. Sebagai teman.

Soo Hyun : Baiklah, kalau begitu. Kita harus bertemu untuk acara. Mari berteman baik. Tanpa dendam.


Joon Ho mengajak Soo Hyun duduk.

Joon Ho : Aku ingin menanyakan sesuatu, sebagai teman. Apa yang akan kau katakan jika aku terjun ke dunia politik, bukan hanya mengkritiknya?

Soo Hyun : Kau ingin terjun ke dunia politik?

Joon Ho : Aku ingin memulai agar aku bisa memberi contoh nilai konservatisme sesungguhnya, tapi aku takut. Entah apa aku bisa bekerja dengan baik, menahannya, dan menjaga keyakinanku.

Soo Hyun : Kau lebih mirip denganku daripada dugaanku. Kau ragu dan berpikir dua kali.

Joon Ho : Kurasa begitu. Kurasa kita berdua belum punya keyakinan politik. Kita tidak bisa memutuskan dan mudah terpengaruh.


Soo Hyun : Aku mendukungmu terjun langsung ke dunia politik.

Joon Ho : Kenapa?

Soo Hyun : Mereka bilang orang-orang harus diganti. Harus ada pergantian generasi juga untuk politik. Dan aku percaya kau  akan mengurus politik dengan baik dan bermartabat.

Joon Ho : Jika aku mengikuti pemilihan umum, aku mungkin mencalonkan diri di distrik yang sama dengan Dae Han. Kau masih ingin aku mencalonkan diri?

Soo Hyun terkejut mendengarnya.

Soo Hyun : Kau benar. Kau bisa saja melawannya sebagai anggota dewan setempat. Kurasa aku akan kesulitan memutuskan siapa yang harus dipilih. Mungkin sulit bagiku, tapi aku yakin itu akan jadi dilema yang menyenangkan bagi para pemilih.

Joon Ho : Dilema yang menyenangkan?


Soo Hyun : Ya. Mereka selalu tersiksa karena harus memilih kandidat yang paling tidak buruk, tapi sekarang para pemilih akan berhak memilih antara yang terbaik pertama dan kedua.

Joon Ho : Terbaik pertama dan kedua.

Keduanya lalu tertawa.

Bersambung ke part 4....

0 Comments:

Post a Comment