The Great Show Ep 9 Part 2

Sebelumnya..


Dae Han bicara dgn Bong Joo. Dae Han mengaku, sudah pusing dgn masalahnya sejak kemarin.

Bong Joo : Mulai sekarang, kauharus menjauh dari kasus apartemen upah rendah. Sejujurnya, meski proyek itu tidak berhasil, tidak berdampak buruk bagimu. Beda

halnya dengan Han Dong Nam. Kau sudah bicara dengannya?

Dae Han : Aku tidak punya waktu.

Bong Joo : Kenapa tidak?

Dae Han : Song Yi sakit, jadi, aku harus membawanya ke rumah sakit.

Bong Joo : Anggota Dewan, aku memikirkannya semalaman. Kesimpulanku adalah memberinya uang tidak benar. Ini seperti menyekop pasir ke ombak.

Dae Han : Aku tahu. Tapi aku frustrasi karena tidak ada cara lain. Jika dia bicara, hubunganku dengan anak-anak berakhir. Lalu siapa yang akan mengawasi mereka?


Bong Joo : Ini bukan saatnya mengkhawatirkan anak-anak. Sadarlah. Kau harus kuat. Kau hanya perlu memikirkan apa yang baik untukmu.

Ponsel Dae Han berdering. Sebuah pesan masuk. Pesan laporan penarikan uangnya.

Dae Han kaget.

Dae Han : 1.000 dolar? Kenapa dia butuh 1.000 dolar?

Bong Joo : Mungkin dia sedang berjudi.

Dae Han : Astaga. Ini membuatku gila.

Tak lama kemudian, Dae Han teringat Song Yi. Dan Dae Han pun bergegas pergi.

Dae Han : Aku akan meneleponmu nanti. Sampai jumpa.


Dong Nam sendiri sedang berjudi. Saat asyik berjudi, polisi datang menggerebek mereka.


Dae Han tiba di RS dan mendapati seorang perawat tengah memeriksa Song Yi. Dae Han pun tanya kondisi Song Yi.

"Suhu tubuhnya normal. Setelah diinfus, dia bisa pulang."

"Itu kabar baik. Terima kasih." jawab Dae Han.


Dae Han lantas duduk disamping Song Yi dan melihat Song Yi yg masih menggenggam saputangan Sun Mi.

Dae Han pun teringat saat menemukan Song Yi yg hilang di taman bermain.

Dae Han : Song Yi! Kau pergi ke mana? Aku mencarimu ke mana-mana.

Song Yi menangis dan memeluk Dae Han. Tangannya menggenggam saputangan Sun Mi.

Song Yi : Aku mengejarnya karena kupikir dia ayah, tapi ternyata orang lain, dan aku tidak bisa melihat Paman.

Flashback end...


Song Yi terbangun dan langsung mencari ayahnya.

Dae Han : Song Yi, ini aku. Kau baik-baik saja?

Song Yi mengangguk.

Ponsel Dae Han berbunyi. Telepon dari guru Tak.

Dae Han pun menatap Song Yi.

Dae Han : Aku akan segera kembali.

Tapi Song Yi yang tak mau ditinggal, meminta Dae Han menjawab teleponnya disitu saja.

Dae Han pun mengabulkan permintaan Song Yi. Ia menjawab telepon guru Tak disana.

Keputusan komite kekerasan sekolah sudah keluar. Tak dihukum melakukan pelayanan masyarakat selama 20 jam.

Dae Han senang mendengarnya.

"Bukan hanya insiden ini, tapi kurasa Tak tidak akur dengan teman sekelasnya. Sebagai ayahnya, tolong lebih perhatikan dia." pinta guru Tak.


Usai bicara dgn guru Tak, Dae Han membawa Song Yi keluar dari RS.

Dae Han menggendong Song Yi. Tapi Song Yi yg takut Dae Han lelah, minta diturunkan. Dae Han tersenyum dan berkata kalau ia baik2 saja.

Song Yi memanggil Dae Han lagi.

Dae Han : Aku baik-baik saja.

Song Yi : Bukan begitu. Aku lapar.

Dae Han : Benarkah? Kau lapar? Ayo cari makanan. Ayo!


Dae Han membawa Song Yi ke restoran terdekat. Mereka memesan bubur.

Dae Han menyuapi Song Yi.

Song Yi : Aku bisa makan sendiri.

Dae Han : Benarkah? Kalau begitu aku akan menaruhnya di sini.


Dae Han menyendokkan buburnya ke dalam sebuah mangkuk kecil, lalu memberikannya ke Song Yi.

Dae Han : Tiup dan makanlah perlahan, ya?

Dae Han : Song Yi, kau suka tinggal denganku?

Song Yi : Aku menyukainya.

Dae Han : Benarkah?

Song Yi : Tapi tolong jangan beri tahu ayah bahwa aku menyukaimu.

Dae Han : Kenapa?

Song Yi : Kurasa dia tidak akan senang jika tahu.

Dae Han : Benar.


Song Yi mulai menyuap buburnya tapi ia langsung menjatuhkan sendoknya karena buburnya masih panas.

Dae Han : Apa masih panas? Masih harus didinginkan.

Sambil menunggu buburnya dingin, Dae Han mengajak Song Yi main tebak2an.

Tentu saja Dae Han memberi Song Yi pertanyaan yg mudah agar Song Yi bisa menjawabnya.

Karena Song Yi bisa menjawab semua pertanyaannya, ia memuji Song Yi pintar.

Lalu giliran Song Yi memberi pertanyaan pada Dae Han dan Dae Han pura2 tidak bisa menjawabnya.

Dae Han : Kau jenius, Song Yi.


Joon Ho dan ibunya serta Hye Jin menemani Kyung Hoon di RS. Dokter menjelaskan, bahwa luka Kyung Hoon tidak terlalu dalam.

Kyung Hoon : Kurasa hidupku diampuni agar aku bisa bekerja lebih keras untuk negara ini. Terima kasih sudah mengurusku.

Dokter beranjak pergi.


Hye Jin mulai cari muka.

Hye Jin : Aku sangat terkejut mendengar beritanya. Pastikan ayah merawat luka dengan baik. Aku akan mengunjungi ayah setiap hari.

Kyung Hoon : Kau tidak perlu melakukan itu.

Hye Jin : Tidak apa-apa.


Ibu Joon Ho : Ini sebabnya kita tidak boleh membangun apartemen upah rendah.

Joon Ho : Kenapa?

Ibu Joon Ho : Kau tidak lihat apa yang terjadi kepada ayahmu? Orang seperti itu akan berkumpul di sekitar apartemen. Mereka semua dipenuhi keluhan terhadap masyarakat.

Joon Ho : Tidak masuk akal. Kalau begitu, aku juga harus tinggal jauh. Aku juga punya banyak keluhan tentang masyarakat.


Di rumah, Tae Poong dan Song Yi yang lagi loncat2 di sofa, menanyakan ayahnya pada Dae Han yg lagi duduk membaca koran.

Tae Poong : Aku harus pamer kepada ayah.

Dae Han : Tentang apa?

Tae Poong : Guruku memujiku karena presentasiku baik.

Dae Han : Presentasi macam apa?

Tae Poong : Aku pergi ke depan kelas dan membicarakan cita-citaku.

Dae Han : Benarkah? Kau bilang apa?


Tae Poong : Anggota Dewan!

Dae Han : Anggota Dewan? Kau ingin menjadi anggota dewan saat besar?

Tae Poong : Ya. Aku ingin menjadi anggota dewan yang hebat, sama seperti Paman.

Dae Han : Apa aku tampak hebat bagimu?

Tae Poong : Ya. Paman tampil di TV, dan Paman menggendongku di taman hiburan dan menyelamatkanku, seperti Iron Man. Paman mengagumkan!


Dae Han lantas kembali ke kamarnya dan memikirkan Dong Nam yang meminta uang padanya.


Lalu ia ingat kata2 Bong Joo kalau tidak benar memberikan uang pada Dong Nam.

Bong Joo : Ini seperti menyekop pasir ke ombak.


Terakhir ia ingat permintaan Da Jung yg memintanya menjadi ayah untuk si kembar.

Dae Han tertegun sejenak. Tak lama kemudian, dia membuka lacinya dan membaca surat cinta yg ditulis Song Yi.


"Maaf aku buang air di sekolah. Aku akan coba menahannya lain kali"


Ponsel Dae Han tiba2 berdering. Telepon dari kantor polisi yang mengabarkan soal Dong Nam.


Dae Han pun menjemput Dong Nam. Ia menyetir mobil dengan wajah kesal dan kecepatan tinggi.

Dong Nam : Hati-hati menyetirnya. Kau bisa menabrak mobil lain.

Tapi Dae Han tak peduli.


Dae Han yang kesal, akhirnya memberhentikan mobilnya dan beranjak keluar.

Dong Nam menyusul Dae Han keluar.

Dong Nam : Mereka bilang roti selalu jatuh di sisi mentega. Maaf soal itu. Mereka akan membuatku membayar denda, tapi tidak akan banyak, jadi, jangan khawatir.

Dae Han : Kau sebut dirimu ayah? Bagaimana bisa menjadi ayah jika kau meninggalkan anak yang sakit untuk berjudi?

Dong Nam : Suster bilang dia baik-baik saja, jadi, aku pergi sebentar. Kau yang bersandiwara dengan anak-anak berharga orang lain.


Dae Han : Ya, mereka berharga. Lalu kenapa kau memperlakukan mereka seperti sampah?

Dong Nam : Kau pasti berpikir kamu ayah hebat karena orang-orang memujimu, tapi kau dan aku sama-sama orang berengsek yang memanfaatkan anak-anak. Kau lah yang lebih berkecukupan, jadi, teruslah menjadi Ayah Nasional. Kita berdua bisa untung begitu, kenapa kau mengeluh?

Dae Han : Baiklah. Aku juga bukan orang baik, tapi kurasa aku lebih baik darimu. Aku akan menjadi ayah anak-anak menggantikanmu.

Dong Nam : membuat keputusan yang tepat.

Dae Han : Izinkan aku menanyakan satu hal.

Dong Nam : Silakan.

Dae Han : Apa yang kau rencanakan saat kehabisan uang? Bagaimana aku bisa memastikan kau tidak meminta lebih?

Dong Nam : Aku mungkin bedebah, tapi aku tidak akan menggunakan anak-anak untuk uang dua kali. Jangan khawatir dan siapkan saja uangnya.

Dae Han : Bank sudah tutup untuk hari ini, jadi, akan kuberikan besok.

Dong Nam : Kalau begitu, aku harus bersamamu sampai besok.

Dae Han : Malam ini akan menjadi malam terakhirmu bersama anak-anak. Ucapkan selamat tinggal dengan benar.



Malamnya, Dong Nam mengajak anak2 makan diluar.


Song Yi : Kapan ayah kembali dari Vietnam?

Dong Nam : Ayah akan kembali setelah 100 malam, ya?

Tae Poong : Aku belum tahu cara menghitung sampai 100.

Dong Nam melihat Tak yg sedari tadi sibuk mainin ponsel.


Dong Nam : Hei, Tak. Apa kau akan terus melihat ponselmu saat ayah pergi besok, Berandal?

Tak pun berhenti main ponsel.

Dong Nam : Apa yang terjadi dengan komite kekerasan di sekolah?

Tak : Mereka menyuruhku melakukan layanan masyarakat.

Dong Nam : Seharusnya dari awal kau tidak menikamnya.


Da Jung : Aku tahu perbuatan Tak salah, tapi mungkin ini malam terakhir kami bersama anda. Anda tidak bisa bicara dengan baik?

Dong Nam : Kau mulai mirip ayahmu. Jangan bicara kepadaku seperti itu.

Da Jung : Maaf jika itu menyinggung anda.


Di restoran, Pak Jung dan Bu Yang siaran langsung lagi.

Pak Jung mendekatkan wajahnya ke kamera, sedang Bu Yang sibuk bekerja mengolah ayam di belakangnya.

Pak Jung : Halo. Hai. Ayam! Selamat datang kembali, semuanya.

Melihat suaminya sibuk dgn kamera, Bu Yang pun langsung meneriakinya.

Bu Yang : Hya! Sajikan ayamnya dahulu!

Pak Jung : Kita sedang tayang! Jangan berteriak seperti itu.


Pak Jung pun bergegas mengantarkan pesanan ayam pelanggannya.

Restorannya sedang ramai saat itu.

Soo Hyun tersenyum geli melihat kelakuan ayahnya.


Soo Hyun kemudian menatap Dae Han yg terlihat murung.

Soo Hyun : Untungnya, luka Anggota Dewan Kang tidak begitu dalam.

Dae Han diam saja. Melihat wajah Dae Han yg murung, Soo Hyun pun tanya ada apa?

Dae Han : Aku hanya mengkhawatirkan anak-anak. Ayah mereka akan pergi besok.

Soo Hyun : Apa dia sungguh akan pergi ke Vietnam?

Dae Han : Dia bilang begitu, jadi, kurasa begitu.


Soo Hyun : Entahlah. Aku merasa bersalah mengatakan ini, tapi aku tidak memercayainya. Kuharap anak-anak bisa terus tinggal bersamamu. Da Jung juga menginginkan itu.

Dae Han : Apa Da Jung bilang begitu?

Soo Hyun : Ya. Dia rasa lebih baik adik-adiknya tinggal denganmu.

Dae Han : Setidaknya mereka tidak membenciku.

Soo Hyun : Apa pendapatmu tentang membiarkan Da Jung tinggal di rumahku bahkan setelah ayah mereka pergi? Jung Woo bisa pergi ke tempatmu.

Dae Han : Aku tidak keberatan, tapi kau tidak keberatan?

Soo Hyun : Ya. Aku suka menghabiskan beberapa hari terakhir bersamanya. Aku menikmati keberadaannya.

Dae Han : Kurasa kau kesepian karena menjadi anak tunggal. Aku tahu. Aku juga anak tunggal, jadi, aku paham perasaanmu.


Si kembar sudah tidur. Dong Nam yg masih terjaga, akhirnya bangun dan beranjak keluar.


Dong Nam pergi ke kamar Tak. Tak masih sibuk dgn game nya.

Tak : Ada apa?

Dong Nam : Ayah memberimu uang jajan.

Dong Nam melemparkan amplop ke atas kasur.

Dong Nam : Gunakan untuk keadaan darurat.

Tak : Aku tidak membutuhkannya.

Dong Nam : Kenapa kau tidak membutuhkannya? Kau tinggal di rumah orang lain, setidaknya kau harus punya uang.

Tak : Baiklah. Terima kasih.

Dong Nam : Hei, jika bermain gim sepanjang hari, kau akan berakhir seperti ayah. Mengerti?

Tak : Kubilang aku mengerti!


Tak menarik selimutnya. Ia sembunyi di bawah selimut.

Dong Nam : Jangan terlibat masalah. Jaga baik-baik Song Yi dan Tae Poong. Ayah akan mencari uang dan kembali untuk kalian.

Dong Nam pun beranjak keluar. Sebelum keluar, ia memadamkan lampu di kamar Tak.

Setelah Dong Nam pergi, terdengar tangisan Tak. Omo, Tak menangis.

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment