• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Great Show Ep 13 Part 4

Sebelumnya....


 Di sekolah, Da Jung kembali dibully teman2nya Min Ji di grup chat.

"Da Jung, aku hanya penasaran.  Apa adikmu sungguh akan dipenjara?"
"Sungguh? Itu berani sekali."
"Han Da Jung. Ayahku seorang pembohong, aku hamil di usia 18 tahun, dan adikku seorang penjahat."
"Itu lucu sekali. Profil keluarga yang konyol."
"Da Jung, kau harus tampil di acara TV bersama keluargamu."
"Aku sangat iri! Aku bahkan tidak bisa jika mau karena keluargaku terlalu normal."


Da Jung yg kesal, bergegas kembali ke kelas untuk melabrak teman2 Min Ji.

Tapi belum lagi dilabrak Da Jung,, Min Ji tiba2 berteriak kesal.

Min Ji mengaku tidak bisa tidur gara2 bunyi notifikasi chat grup yg sangat berisik.

Min Ji : Hentikan selagi aku meminta baik-baik.

Sontak, teman2 Min Ji bingung dgn sikap Min Ji yg tiba2 berubah.


Min Ji lantas mengajak Da Jung bicara.

Da Jung : Kenapa kau mengajakku kesini?

Min Ji : Aku bekerja di toserba saat malam. Skandal adikmu terjadi di dekat tempatku bekerja.

Da Jung kaget.

Min Ji : Aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya karena aku menjual rokok kepada para perundung.


Da Jung : Bisakah kau memberitahuku apa yang kau lihat?

Min Ji : Aku dalam perjalanan pulang setelah sifku. Sebuah ambulans datang karena seseorang terluka. Seorang siswa yang terluka dan siswa lain naik ambulans bersama-sama. Itu pasti Jae Hoon dan Tak.

Da Jung : Tak bilang dia menelepon 911.

Da Jung lalu tanya apa Min Ji melihat hal lain?

Min Ji mengingat2.


Saat itu, ia melihat polisi sedang menginterogasi pejalan kaki.

" Kau melihat sekelompok siswa berkelahi di lingkungan ini? Tiga anak menyerang satu murid." tanya polisi.


Min Ji lantas menoleh ke belakang dan melihat food truck dgn nama 'That Kind of Hot Dog' terparkir.

Flashback end...


Min Ji : Benar. Sebuah truk makanan diparkir di sana.


Da Jung pun langsung menelpon Dae Han.

Dae Han terkejut, truk makanan?

Dae Han keluar dari kamar bersama Bong Joo.

Da Jung : Ya. Mobilnya diparkir tepat di depan.

Dae Han : Tanyakan mereknya.

Da Jung : Dia bilang itu "That Kind of Hot Dog".


Dae Han dan Bong Joo bergegas menuju food truck itu, tapi begitu melihat si pemilik food truck, nyali mereka ciut.

Bong Joo : Tunggu. Apa dia semacam preman?

Dae Han menyuruh Bong Joo jalan duluan.

Bong Joo : Kenapa kita tidak pergi bersama?

Dae Han : Kau saja yang pergi.


Akhirnya setelah perdebatan yg tidak penting itu, mereka memutuskan menghampiri si pemilik berdua.

Selagi Dae Han bicara dgn si pemilik, Bong Joo terpaksa menggunakan kostum sosis dan membagi-bagikan brosur food truck pada pejalan kaki yang lewat.

Si pemilik berkata, kemarin ia parkir tepat di depan rumah pacarnya.

Dae Han : Kau punya pacar?

Mendengar pertanyaan Dae Han, si pemilik langsung memberikan tatapan sengit. ^Astaga, ngakak banget sumpah pas scene ini.

"Tentu saja. Kau pria lucu." Dae Han meralat ucapannya.


Si pemilik lalu menunjukkan isi kamera dasbornya.

Dan di rekaman itu terlihat bagaimana ketiga siswa nakal itu menghajar Jae Hoon. Tak kemudian datang dan ketiga siswa nakal itu pergi begitu saja meninggalkan Jae Hoon yg terluka parah.

Dae Han : Bisa kirimkan ini padaku?

Si pemilik langsung mengirimnya ke nomor Dae Han.

Dae Han : Sudah dapat. Terima kasih, Pak. Terima kasih banyak.


Dae Han langsung pergi. Bong Joo juga mau pergi tapi ditahan si pemilik truk makanan yg menyuruhnya terus membagikan brosur itu.


Ibu Jae Hoon terkejut melihat video itu.

Dae Han : Aku tidak mau menyalahkan Jae Hoon. Aku hanya mau mengungkap kebenaran.

Jae Hoon pun mengaku kenapa ia mengatakan Tak yg memukulnya.

Jae Hoon : Mereka mengancamku. Mereka menyuruhku mengatakan bahwa Tak memukuliku atau mereka akan membunuhku. Aku takut. Maafkan aku.

Dae Han : Tidak perlu minta maaf.

Jae Hoon menangis. Sang ibu bergegas memeluknya.


Usai dari RS, Dae Han dan Bong Joo langsung ke kantor polisi menjemput Tak.

Para reporter masih berkumpul disana. Dae Han pun menjelaskan bahwa putranya tidak melakukan kesalahan apapun.

Dae Han : Walaupun sudah terbukti bahwa putraku tidak terlibat penyerangan bukan berarti dia tidak bersalah. Dan aku yang salah. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya dan aku tidak bisa menjaga anakku dengan baik.

Bong Joo : Dia pandai bicara.

Dae Han : Kekuatan bangsa yang berasal dari integritas keluarga. Kurasa kini aku mengerti arti sesungguhnya dari hal ini. Sebelum memerintah negeri, aku akan berusaha maksimal untuk membudidayakan tubuh dan jiwaku, serta keluargaku.


Di ruangannya, Kyung Hoon menonton siaran itu bersama Hye Jin. Wajahnya nampak kesal.

Kyung Hoon lantas mematikan TVnya.

Hye Jin : Dia seperti mengumumkan pencalonannya.

Kyung Hoon : Sepertinya dia makin jauh dari Joon Ho.


Joon Ho sendiri diwawancarai radio.

Joon Ho : Sekeras apa pun kau memukul tee shot, tidak ada gunanya jika bolanya jatuh ke bungker. Aku yakin nilai konservatisme yang sebenarnya bukan menolak perubahan, tapi untuk berubah perlahan.

"Tapi ini era jaringan 5G. Bagaimana kita akan menyusul?" tanya si pewawancara 1.

Si pewawancara 2 melirik ponsel Joon Ho.

"Bisakah anda mengangkat telepon anda?" tanya si pewawancara 2.

"Ini?" Joon Ho mengangkat ponselnya.

"Lihat? Anda bilang ingin mengubah keadaan perlahan, tapi anda punya ponsel pintar terbaru. Kukira anda akan memakai ponsel 2G." jawab pewawancara 2.


"Ayah anda adalah ketua Partai Nasionalis. Apa anda sungguh mencalonkan diri sebagai independen?" tanya pewawancara 1.

"Tentu saja. Kami tidak setuju dengan pandangan politik satu sama lain. Aku ingin melakukan ini sendiri tanpa bantuan politik ayahku." jawab Joon Ho.

"Aku yakin anda masih akan bekerja sama dengan ayah anda saat anda tidak dapat cukup banyak dukungan." ucap si pewawancara 2.

"Benar. Aku bertaruh 50 sen anda akan bekerja sama dengannya." jawab si pewawancara 1.


Joon Ho kembali mobilnya. Tiba2 ia tersenyum.

Tak lama kemudian,, ponselnya berbunyi. Telepon dari Pak Baek. Joon Ho terkejut Pak Baek menghubunginya.


Dae Han dan anak2 bersenang di restoran Pak Jung. Ada Bong Joo juga disana.

"Ini ayamnya." ucap Jung Woo sambil meletakkan sepiring ayam ke meja.

Soo Hyun memuji Dae Han dan Bong Joo.

Soo Hyun : Kalian berdua luar biasa. Bagus.

Dae Han : Itu bukan apa-apa. Kami membagikan selebaran seharian untuk mencari saksi dan bergadang di jalan. Tidak banyak.

Pak Jung datang membawakan semangkuk tteokbokki!

Dae Han : Kelihatannya enak sekali.


Tak mengambil sepotong ayam, lalu mencelupkannya ke saus tteokbokki dan meletakkannya ke piring Dae Han.

Sontak, semua langsung terpengarah menatap Tak.

Dae Han : Ini cara orang makan saat ini. Celupkan! Kelihatannya enak sekali. Siapa yang menduga Tak akan memberiku paha ayam?

Dae Han memakannya.

Dae Han : Enak. Jauh lebih enak karena kau yang memberikannya.

Tak yg malu, mengatakan kalau dia tidak suka paha ayam, makanya memberikan paha ayam ke Dae Han.


Tae Poong : Bohong! Kakak suka paha ayam.

Semua tertawa melihat Tak yg malu2.


Da Jung lantas mengambil ponselnya dan mengajak mereka berfoto.

Tak tersenyum kali ini.


Min Ji yg sedang bekerja, menerima sebuah foto dan pesan dari Da Jung.

"Semua berjalan lancar berkatmu. Terima kasih."

Min Ji tersenyum, lalu membalas.

Min Ji : Maaf sudah mengganggu. Anggap saja impas. Dan beri tahu adikmu aku akan memberinya pelajaran jika dia terlibat masalah lagi.

Da Jung tersenyum membacanya.


Pak Jung : Inilah keluarga. Berkumpul untuk makan, tertawa bersama selama masa-masa indah, menangis bersama selama masa-masa sulit, buang air di toilet yang sama...

Soo Hyun : Ayah!

Pak Jung : ... membersihkannya jika itu tersumbat, dan tersiram air kotoran.

Soo Hyun : Ayah! Kami sedang makan!

Pak Jung : Itulah keluarga.

Jung Woo : Rima itu keren, Pak.

Pak Jung : Rima?

Jung Woo : Bisa dibilang rap.

Jung Woo mulai ngerap.

Jung Woo : Makan bersama, tersenyum, menangis bersama, buang air besar bersama, -membersihkan sumbat bersama, tepercik bersama.


Da Jung tiba datang.

Da Jung memanggil Soo Hyun dgn wajah takut.

Soo Hyun : Da Jung-ah, ada apa?


Mereka pun langsung membawa Da Jung ke RS.

Jung Woo menggenggam tangan Da Jung dan berkata, bahwa Da Jung dan bayi mereka akan baik2 saja.

Da Jung : Aku tidak bisa tenang. Jantungku berdebar kencang.

Dae Han : Ya, tenanglah. Tarik napas. Ya?


Soo Hyun membaca artikel ttg pendarahan selama kehamilan.

Soo Hyun : Itu bisa terjadi saat tidak ada masalah. Tidak apa-apa. Jangan khawatir.


Tapi sampai di RS, Soo Hyun langsung gemeteran saat mereka akan naik lift.

Dae Han yg tahu trauma Soo Hyun, menyuruh Da Jung dan Jung Woo pergi duluan.

Dae Han : Kalian pergilah. Kami akan naik tangga.

Da Jung : Kenapa?

Dae Han : Ada alasannya.


Dae Han lalu mengajak Soo Hyun pergi.

"Tunggu." Soo Hyun memegang tangan Dae Han. Lalu ia menghela nafas dan berkata, ia baik2 saja.

Soo Hyun : Ayo.


Soo Hyun masuk duluan ke lift dan langsung berpegangan erat pada gagang kayu.

Dan begitu lift mulai naik, Soo Hyun semakin ketakutan.

Da Jung cemas, kakak baik-baik saja?

Tiba2, Soo Hyun mendengar suara Ji Hyun.

Ji Hyun : Kak Soo Hyun. Aku merasa sesak. Keluarkan aku dari sini. Aku tidak bisa bernapas. Kak Soo Hyun. Tolong bantu aku...

Soo Hyun tambah gemetar.

Sontak lah, Dae Han cemas melihat Soo Hyun.


Pintu lift akhirnya terbuka. Mereka langsung keluar tapi kaki Soo Hyun masih gemetar sampai ia harus dipapah Dae Han.

Da Jung dan Jung Woo menatap Soo Hyun.

Soo Hyun : Aku baik-baik saja, masuklah.

Jung Woo pun membawa Da Jung pergi.


Dae Han menatap Soo Hyun.

Dae Han : Kau sungguh akan baik-baik saja?

Soo Hyun : Aku baik-baik saja. Masuklah.

Dae Han : Aku akan segera keluar. Istirahat di sini, ya?


Janin Da Jung baik2 saja.

Dae Han tanya, kenapa Da Jung bisa pendarahan?

Dokter : Terkadang, terjadi pendarahan tanpa alasan.

Dokter lalu minta Da Jung istirahat total dan menghindari stres.


Karena kondisinya tidak apa-apa, Da Jung menyuruh Dae Han ke Soo Hyun.

Dae Han pun langsung keluar tapi dia tidak bisa menemukan Soo Hyun.


Soo Hyun sendiri ada di dekat tangga darurat. Ia sedang menenangkan dirinya.

Ji Hyun lalu datang.

Ji Hyun : Da Jung lebih baik daripada aku.

Soo Hyun : Apa maksudmu?

Ji Hyun : Jika bukan karena dia, kau tidak akan naik lift.

Soo Hyun : Aku berolahraga karena tidak naik lift.

Ji Hyun : Eonni, lepaskan aku sekarang. Bukan hanya liftnya. Kakak tidak bisa naik pesawat, jadi, kakak tidak pernah pergi ke luar negeri.

Soo Hyun nangis.

Soo Hyun : Tapi akan sangat tidak adil jika kakak menjalani hidup normal. Kau mati karena kakak.


Dae Han datang dan melihat Soo Hyun bicara sendiri.

Ji Hyun : Kenapa itu salah kakak? Berkat kakak, mereka mengungkap penyebab kecelakaan itu. Ada banyak orang baik di sisi kakak sekarang. Berbahagialah dengan ayah, ibu, dan orang-orang baik di sekitar kakak.


Dae Han lantas menghampiri Soo Hyun. Ji Hyun berjalan ke arah Dae Han dan.... menghilang.

Soo Hyun : Sunbae...

Dae Han : Tidak apa-apa. Apa yang terjadi kepada Ji Hyun bukan salahmu.

Dae Han lantas memeluk Soo Hyun. Soo Hyun menangis kencang di pelukan Dae Han.


Joon Ho diajak makan malam oleh Pak Baek, tapi Joon Ho sama sekali tidak menyentuh makanannya.

Pak Baek : Ada apa? Kau tidak suka sushi-nya?

Joon Ho : Bukan begitu. Hanya agak tidak nyaman. Apa yang ingin anda katakan kepadaku?


Pak Baek lantas tertawa karena Joon Ho cepat tanggap.

Pak Baek : Kudengar kau mencalonkan diri sebagai independen.

Joon Ho : Aku berencana, ya.


Pak Baek : Kau tidak akan menunggangi nama ayahmu untuk berpolitik. Itu tidak semudah kedengarannya. Aku terkesan. Kau tahu, tidak hanya sulit untuk terpilih sebagai independen, tapi meski kau terpilih dan masuk Dewan Nasional akan sulit mencapai keinginanmu.

Joon Ho : Aku tahu itu. Aku sudah bersiap. Jika itu adil, masuk akal, dan bisa memperbaiki kehidupan rakyat, aku yakin tidak masalah kamu konservatif atau liberal. Yang penting bukanlah kemasannya, tapi isinya. Apa isi dari perkataan anda?

Pak Baek : Biarkan aku berterus terang dan mengatakan apa maksudku. Aku ingin kau  bergabung dengan partai kami.

Joon Ho kaget.


Dae Han dan anak2 sudah di rumah. Soo Hyun dan Jung Woo juga disana. Jung Woo melarang Da Jung bekerja.

Da Jung : Jangan paranoid. Aku baik-baik saja.

Jung Woo : Tidak. Aku tidak baik-baik saja.

Dae Han :  Aku juga tidak baik-baik saja. Kau juga, Soo Hyun.

Jung Woo membantu Dae Han beres2 rumah.

Dae Han menatap Soo Hyun.

Dae Han : Jika kau mau membantu berbenah, aku akan marah.

Soo Hyun : Jangan khawatir. Bokongku tidak mau meninggalkan sofa.


Song Yi : Dokter bilang kakak baik-baik saja?

Da Jung : Ya, kakak baik-baik saja.

Song Yi : Bagaimana dengan bayinya?

Da Jung : Bayinya juga sehat.

Song Yi : Aku senang sekali.


Da Jung : Bagaimana perasaan kakak? Kakak tampak kurang sehat.

Soo Hyun : Aku juga sudah lebih baik berkat seseorang.


Dae Han : Benar. Apa yang terjadi dengan "Debat" sekarang?

Soo Hyun : Mereka berhenti bicara soal mengganti panel, tapi karena Hye Jin juga ikut pemilu, kami harus merombak semuanya.

Dae Han : Ini seperti drama, kami bertiga mencalonkan diri di distrik sama.

Soo Hyun : Aku tahu. Aku mungkin memanggil kalian bertiga selama pemilihan dan membuat kalian berdebat sebagai episode spesial.


Ponsel Soo Hyun berdering. SMS dari Penulis Ahn.

Penulis Ahn : Naskah sudah kukirim, tolong periksa lah.

Soo Hyun pun berdiri.

Dae Han : Kenapa kau berdiri? Duduklah.

Soo Hyun : Nona Ahn mengirimiku naskahnya. Biar kupakai komputermu.


Di rumahnya,, Joon Ho menonton rekaman wawancara Dae Han saat menjemput Tak di kantor polisi tadi.

Dae Han : Walaupun sudah terbukti bahwa putraku tidak terlibat penyerangan, bukan berarti dia tidak bersalah. Dan aku yang salah.


Joon Ho lantas ingat kata2 Pak Baek tadi saat mereka makan malam.

Pak Baek : Semua nomine di Distrik Pusat Inju memiliki kekurangan. Kami berencana untuk menjadikannya distrik strategis untuk nominasi.

Joon Ho : Bukankah Dae Han kandidat yang cukup kuat?

Pak Baek : Masalahnya adalah, ada skandal tentangnya, jadi, dia terlalu berisiko.


Joon Ho kembali menonton rekaman wawancara Dae Han.

Dae Han : Sebuah bara kecil bisa menghancurkan seluruh pemilu. Sebelum memerintah negeri, aku akan berusaha maksimal untuk membudidayakan tubuh dan jiwaku, serta keluargaku.


Soo Hyun sedang mem-print naskah kiriman Penulis Ahn.

Sambil menunggu print-annya selesai, Soo Hyun melihat2 koleksi Dae Han.

Tiba2, Soo Hyun menemukan buku Dae Han yg berjudul 'Memimpikan Politik Yang Sempurna'.

Soo Hyun : Dia masih menyimpannya.

Soo Hyun membuka buku itu dan menemukan kontrak antara Da Jung dan Dae Han. Tak hanya kontrak tapi ia juga temukan hasi tes DNA Da Jung dan Dae Han.

Sontak Soo Hyun kaget.


Dae Han menyusul Soo Hyun ke taman.

Dae Han : Apa yang ingin kau bicarakan di luar?

Soo Hyun menatap tajam Dae Han.

Dae Han bingung, ada apa? Apa ada masalah?


Soo Hyun pun menunjukkan laporan tes DNA itu. Sontak Dae Han kaget Soo Hyun menemukannya.

Soo Hyun lalu menampar Dae Han.

Soo Hyun : Kau sampah!


Dae Han hanya bisa terdiam.

Bersambung.....

The Great Show Ep 13 Part 3

Sebelumnya...


Joon Ho dan Soo Hyun ketemuan di kafe.

Joon Ho : Aku tahu ini masalah besar, tapi aku tidak mengira kau akan mengubah panelis.

Soo Hyun : Belum pasti. Dan kami memutuskan membatalkan acara pekan ini.

Joon Ho : Jika kau mengganti Dae Han, aku juga akan berhenti.

Soo Hyun : Kenapa?

Joon Ho : Aku sudah lama tampil di acara ini dan pemilihan umum akan segera tiba.

Soo Hyun : Begitu rupanya. Kurasa kau dan Dae Han tidak akan bisa bekerja dengan kami lagi juga.


Joon Ho : Aku yakin Hye Jin juga akan berhenti.

Soo Hyun : Kenapa dia mau berhenti?

Joon Ho : Dia akan mencalonkan diri untuk Partai Nasionalis.

Soo Hyun : Kalau begitu, kalian bertiga mungkin akan saling melawan?

Joon Ho : Ya. Entah kenapa menjadi seperti itu.


Di lokasi kejadian,, Dae Han memasang spanduk mencari saksi untuk kasus Tak.

Bong Joo : Seperti kata polisi, tidak ada kamera pengawas di sini.

Dae Han : Benarkah?

Bong Joo : Bukankah Tak bilang dia ada di kafe internet sebelum kemari?

Dae Han : Benar. Mari kita lihat.


Dae Han dan Bong Joo pun langsung ke warnet tempat Tak sering nongkrong sendirian.

Di kamera pengawas, terlihat Tak bermain game sendirian.

Flashback...


Tak yg sedang bermain, di sms anak2 pengompas Jae Hoon.

"Kami merampas uang dari Jae Yoon, jadi, cepat kemari."

Tak pun bergegas pergi setelah menerima sms itu.

Flashback end....


"Tunggu, itu dia. Tak." Ucap Dae Han.

"Dia? Dia rutin datang." jawab pemilik warnet.

"Ini pukul 21.54." ucap Dae Han.


Dae Han dan Bong Joo lantas meninggalkan warnet. Dae Han menyalakan stopwatch nya dan mulai berjalan bersama Bong Joo ke lokasi kejadian.

"Empat belas menit. Tak meninggalkan warnet pukul 21.45 dan butuh 14 menit. Maka sudah pukul 22.08. Tak menelepon 911 pukul 22.15, jadi, hampir tepat." ucap Dae Han menunjukkan stopwatch nya.

"Tapi tetap saja, itu bukan bukti yang cukup. Dia bisa berlari kemari dan memukulinya, lalu menelepon 911 setelah Jae Hoon pingsan." jawab Bong Joo.

"Jadi, maksudmu dia berlari kemari?" tanya Dae Han.

"Tidak, maksudku itu mungkin." jawab Bong Joo.

" Kurasa seseorang bisa membuat argumen itu." ucap Dae Han.

"Tapi bahkan korbannya bilang Tak menghajarnya. Bukankah itu mungkin benar? Kenapa korbannya berbohong?" jawab Bong Joo.

"Dia mungkin dendam kepadanya karena kali terakhir atau mungkin para perundung itu mengancamnya untuk berbohong." ucap Dae Han.

"Sial." jawab Bong Joo.


Ditengah keputusasaan mereka, Dae Han tak sengaja melihat kamera dasbor dari sebuah mobil yang parkir di dekat mereka.

Dae Han : Kamera dasbor di mobil yang diparkir. Pasti menyala semalaman." ucap Dae Han.

Bong Joo : Itu dia! Jika kita bisa menemukannya, semuanya akan beres." jawab Bong Joo.

Dae Han lalu melihat stiker yg bertuliskan nomor telepon si pemilik mobil yg di kaca mobil.


Ternyata mobil itu milik seorang petugas mini market.

"Ya, ini mobilku, tapi aku mengemudi pulang pukul 17.00."

"Kau tahu mobil yang diparkir di sana setelah itu?" tanya Dae Han.

"Aku tidak tahu. Ini bukan tempat parkir, jadi, mobil mana pun bisa parkir di sana." jawab pria itu.

"Penyerangan terjadi pukul 22.00. Apa kau melihat sesuatu?" tanya Dae Han.

"Entahlah. Aku pulang pukul 17.00. Kami punya pekerja paruh waktu setelah itu." jawab pria itu.

"Pekerja paruh waktu?" tanya Dae Han.


Jung Woo mengantarkan pesenan pelanggan ke meja. Setelah itu, ia kembali ke meja dapur dan menguping pembicaraan Joon Ho dan Pak Jung.

Jung Woo terkejut saat mendengar Joon Ho mencalonkan diri secara independen.

Pak Jung tanya alasan Joon Ho melakukan itu, padahal Joon Ho punya ayah seorang Ketua Partai.

Joon Ho : Orang-orang dikelompokkan menurut kekayaan orang tua mereka. Jika aku mendapat dukungan dari Partai Nasionalis, citra itu akan mengikutiku selama sisa karier politikku. Mereka akan bilang ayahku mewarisi tempat itu untukku.

Pak Jung : Itu benar, tapi... bukankah sulit mencalonkan diri sebagai independen? Mereka tidak memilih orang, tapi memilih partai.

Joon Ho : Karena itu aku datang untuk menemui anda, Pak.

Pak Jung kaget, apa? Apa hubungannya denganku?

Joon Ho : Aku mau anda yang pertama bergabung dengan kampanye pemilihanku.


Sontak lah, si Jung Woo langsung menyela saat mendengar Joon Ho ingin Pak Jung mendukungnya.

Jung Woo : Anda tidak bisa melakukan itu. Dia di pihak ayah mertuaku.

Bu Yang keluar dari dapur.

Pak Jung : Hei, jangan mengganggu saat orang dewasa bicara. Pergi bersihkan mejanya.

Jung Woo menurut dan pergi membersihkan meja.


Pak Jung : Lalu?

Joon Ho : Aku menyadari betapa jauhnya aku agar mendapat dukungan pedagang melalui insiden Mal Woods. Akan sangat membantuku jika anda bisa memanduku di sisiku.

Pak Jung : Aku mengerti maksudmu, tapi kurasa aku tidak bisa melakukan itu. Wi Dae Han juga akan mencalonkan diri kali ini. Tidak akan bagus jika aku memihakmu.

Joon Ho : Aku yakin anda sudah tahu, tapi aku sangat menyukai Nona Jung.

Pak Jung : Senang mendengarmu menyukai putriku, tapi apa orang tuamu akan setuju?

Joon Ho : Ayahku sepertinya juga menyukainya.

Pak Jung senang mendengarnya.

Pak Jung : Aku yakin semua itu bergantung pada bagaimana perasaan Soo Hyun.


Di jalanan, Dae Han dan Bong Joo sedang membagi-bagikan brosur 'mencari saksi'.

Bong Joo yg sudah lelah, mengajak Dae Han mengisi perut dulu.

Dae Han yg takut saksi muncul kalau mereka pergi makan, menyuruh Bong Joo makan duluan.


Dae Han lalu melihat Soo Hyun di seberang jalan.

Dae Han : Bagaimana dia tahu kita di sini?

Bong Joo : Aku meneleponnya dan memohon agar dia menyelamatkanku.

Dae Han, apa? Astaga.


Soo Hyun menghampiri mereka.

Soo Hyun : Bong Joo, pulanglah. Aku akan mengambil alih dari sini.

Bong Joo senang dan mau pergi, tapi Dae Han menahannya.

Dae Han : Kau mau ke mana? Meninggalkan kapal?

Bong Joo : Nona Jung sudah disini.

Soo Hyun : Dia benar. Biarkan dia pulang. Ini pasti hari yang melelahkan.

Dae Han : Kau harus memeriksa Da Jung. Dia pasti sangat stres sekarang. Selain kehamilannya, Tak pasti menyulitkan dia.

Soo Hyun : Kau benar.

Soo Hyun pun bergegas pergi.


Tiba2, Soo Hyun ditelpon ayahnya.

Soo Hyun pun bergegas ke restoran dan mendapati ayah dan ibunya sudah duduk menunggunya.

Soo Hyun : Apa yang ingin kalian bicarakan?

Pak Jung : Pak Kang datang tadi siang.

Soo Hyun : Lalu kenapa?

Pak Jung : Dia bilang dia amat menyukaimu.

Soo Hyun kaget mendengarnya.


Soo Hyun : Dia bilang begitu?

Pak Jung : Dari yang ayah dengar, Anggota Dewan Kang juga sangat menyukaimu. Jadi.....

Pak Jung ragu bertanya. Melihat itu, Bu Yang melanjutkan kata2 Pak Jung.

Bu Yang .... kami ingin bertanya, apa pendapatmu tentang Pak Kang?

Soo Hyun : Ayah, ibu.  Saat ini, aku tidak punya waktu untuk berkencan. Kalian juga tahu itu. Tak ditahan sekarang.

Pak Jung : Karena itulah ayah membicarakan ini. Kau pikir kami tidak tahu kau menyukai Dae Han?

Soo Hyun menyangkal.

Pak Jung : Tidak ada istirahat bagi keluarga dengan banyak anak.  Lihat Tak. Kami tahu Dae Han orang baik, tapi kami tidak setuju.

Soo Hyun : Tidak ada yang sempurna. Dan tidak ada keluarga yang sempurna. Aku dan Dae Han tidak sempurna. Memang benar aku menyukai Dae Han. Aku tidak yakin apakah perasaanku kepadanya akan makin kua atau tidak, tapi terlepas dari pilihan yang kubuat, itu tidak akan didasarkan pada latar belakangnya.

Pak Jung : Tapi....


Bu Yang memotong kalimat Pak Jung.

Pak Jung : Kau benar-benar putri ibu. Kau benar! Kau harus menjalani hidupmu sendiri. Kami akan berdiri di sampingmu dan mendukung pilihanmu.

Pak Jung sewot, bukan itu kesepakatan kita!

Bu Yang : Tapi kau tahu, pernikahan adalah tentang...

Pak Jung : Baik! Lakukan sesukamu! Kau, putri Yang Mi Sook, bisa hidup sesukamu.

Soo Hyun tertawa melihat perdebatan orang tuanya.


Dae Han dan Bong Joo kembali ke minimarket itu.

Min Ji yg bekerja disana, sontak kaget melihat Dae Han.

Dae Han pun tanya, apa Min Ji sudah mendengar ada penyerangan tadi malam pukul sepuluh?

Min Ji : Aku sudah dengar.

Dae Han : Kudengar sifmu berakhir pukul 22.00. Kau melihat sesuatu saat keluar?

Min Ji : Tidak.

Dae Han : Kau melihat pria mencurigakan berseragam sekolah?

Min Ji : Tidak.


"Permisi..." pembicaraan mereka selesai lantaran seseorang datang ke meja kasir untuk membayar. Min Ji langsung melayaninya.

Dae Han dan Bong Joo pergi.


Da Jung terkejut mendengar cerita Soo Hyun soal Dae Han yg berkeliaran di jalan mencari bukti.

Da Jung lantas cemas kalau mereka tidak bisa mendapatkan bukti.

Soo Hyun : Kurasa kau sudah lupa.

Da Jung : Melupakan apa?

Soo Hyun teringat soal moto Da Jung.

Flashback...


"Jangan khawatir!" ucap Da Jung pada Soo Hyun saat mereka makan di restoran cepat saji, sebelum ia menjadi putri legal Dae Han.

Flashback end...


Soo Hyun : Itu motomu.

Da Jung tersenyum, kakak benar. Tidak perlu khawatir sebelumnya. Tapi aku merasa kasihan kepada Paman Dae Han. Ini masa yang penting.


Dae Han dan Bong Joo masih di lokasi kejadian, menunggu saksi. Ketika sebuah mobil datang,, Dae Han langsung menanyai pemiliknya.

Dae Han : Kau parkir di sini semalam?

Sayangnya tidak.


Bong Joo : Kau tidak bisa menjamin mobil yang parkir di sini semalam akan kembali dan parkir di sini lagi hari ini.

Dae Han : Mobil yang parkir di malam hari biasanya orang yang tinggal dekat. Kemungkinan mereka akan parkir di tempat yang sama.

Bong Joo : Tetap saja, ini terlalu gegabah.


Dae Han lantas duduk disamping Bong Joo dan menepuk2 kakinya.

Bong Joo : Kau sungguh akan bermalam di sini?

Dae Han : Hei, Tak ada di sel sekarang. Menghabiskan semalaman di sini bukanlah masalah.

Bong Joo : Kau terdengar seperti ayah kandungnya.

Dae Han terdiam sejenak mendengar kata2 Bong Joo. Tapi setelahnya ia berkata, karir politiknya dipertaruhkan sekarang.

Bong Joo : Kau benar. Aku melihat konferensi pers Anggota Dewan Baek. Dia siap mengusirmu.

Dae Han : Dia pasti berpikir itu peluang bagus untuk menyingkirkan duri di sisinya.

Bong Joo : Hasil pemeriksaan akan diumumkan lusa. Kuharap kita bisa membuktikan Tak tidak bersalah saat itu.


Min Ji yg masih kerja, teringat saat salah satu anak yg mengompas Jae Hoon datang membeli rokok.


"Terima kasih untuk rokoknya." ucap anak itu.

"Banyak merokok dan mati cepatlah." jawab Min Ji ketus.

Anak itu kemudian pergi setelah membayar.


Setelah anak itu pergi, Min Ji menilep selembar uang dari laci uang.

Min Ji pun resah.

Bersambung ke part 4....