The Great Show Ep 14 Part 1

Sebelumnya...


Dae Han hanya bisa terdiam ketika ditampar Soo Hyun.

Soo Hyun : Kau sampah....

Soo Hyun lantas minta penjelasan Dae Han soal hasil tes DNA itu.

Dae Han : Baiklah. Seperti yang kau lihat, aku tidak tahu kenapa ibu Da Jung bilang aku ayahnya, tapi bukan, dia bukan putriku.

Soo Hyun : Apa Da Jung tahu?

Dae Han : Tidak.

Soo Hyun : Kenapa kau menampung anak-anak padahal kau bukan ayahnya? Untuk mengubah citra putra durhaka? Kau menipu seluruh negeri.


Dae Han : Benar, tapi bukan itu saja. Kupikir akan lebih baik bagi mereka jika aku menjadi wali mereka.

Soo Hyun : Lalu ada apa dengan kontrak ayah dan anak?

Dae Han : Da Jung yang pertama menyarankannya untuk menjadikan ini perjanjian kontraktual.

Soo Hyun : Kau sebut itu alasan? Kenapa dia melakukan itu? Mungkin karena dia berpikir kau memanfaatkannya. Bagaimana bisa kau menulis kontrak ayah dan anak dengan orang yang menganggapmu ayahnya? Politik sangat menakutkan. Membuat orang menjadi monster.

Soo Hyun beranjak pergi.


Dae Han memanggil Soo Hyun tapi Soo Hyun terus berjalan pergi.

Dae Han menghela nafas. Lalu ia mengarahkan pandangannya ke bawah, menatap kontrak ayah-anak nya.

Dae Han lantas mengambil kontrak itu kemudian meremasnya..

-Ep 14, Keretakan-


Soo Hyun masuk ke rumahnya dan mondar mandir dgn wajah kesal.

Tak lama kemudian, Soo Hyun ingat kata2 Dae Han ke Da Jung dan kata2 Da Jung padanya.


Dae Han : Kurasa aku belum pantas dipanggil ayahmu. Aku akan mencoba menjadi wali legalmu.

Da Jung : Aku ingin melakukan sesuatu untuknya karena dia menampungku dan saudara-saudaraku.


Soo Hyun menghela nafas. Ponsel Soo Hyun tiba2 berbunyi. Pesan dari Joon Ho.

Joon Ho : Bagaimana kalau minum bir di toko swalayan?


Dae Han masuk ke rumahnya dan mendapati anak-anak mulai makan malam.

Jung Woo menatap Dae Han.

Jung Woo : Apa yang kalian bicarakan begitu lama? Ayo makan. Nanti dingin.

Dae Han : Aku tidak perlu. Aku makan siang agak sore.

Da Jung : Di mana Kak Soo Hyun?

Dae Han : Katanya dia tidak berselera makan lalu pergi.

Dae Han lantas masuk ke kamar.


Begitu Dae Han pergi, Jung Woo menatap Da Jung.

Jung Woo : Kurasa mereka bertengkar antar kekasih.

Da Jung : Benarkah?


Song Yi : Kak Da Jung, apa itu bertengkar antar kekasih?

Da Jung : Saat sangat mencintai seseorang, kita bisa marah dan bertengkar. Itulah pertengkaran antar kekasih.


Joon Ho dan Soo Hyun minum bir di depan minimarket.

Joon Ho : Aku senang masalah Tak selesai.

Soo Hyun : Aku juga.

Joon Ho : Dae Han tahu besok soal penominasiannya, bukan?

Soo Hyun : Ya.

Joon Ho : Aku bertemu dengan Baek Soo Chang, ketua Partai Progresif.

Soo Hyun : Kenapa kau bertemu dengannya?


Joon Ho : Dia memberiku tawaran. Dia bilang ingin menominasikanku alih-alih Dae Han untuk pencalonan di Jungang-gu di Inju. Akan sulit memenangi pemilu sebagai independen. Aku tidak mau mulai karier politikku dengan mendapat nominasi dari Partai Nasionalis tempat ayahku menjadi ketua.

Soo Hyun : Pak Kang, Pak Baek membuat tawaran itu karena dia marah ke Dae Han soal Hojig Construction. Dia ingin menggunakan kekuasaannya atas partai untuk membalas dendam sekejam mungkin.

Joon Ho : Aku tahu. Karena itu aku menolak.

Soo Hyun : Syukurlah. Jangan bekerja sama dengan orang yang sangat kotor.

Joon Ho : Aku tidak bekerja sama dengannya, tapi aku ingin menjadi tangguh.

Soo Hyun : Kenapa?

Joon Ho : Politik jauh lebih menyedihkan dan berbahaya daripada dugaanku. Jika ingin bertahan di dunia seperti ini, aku tidak bisa bertarung dengan jantan.


Soo Hyun : Apa maksudnya?

Joon Ho : Dae Han adalah seniorku dan aku tahu hubungannya denganmu, tapi dia musuh yang harus kukalahkan jika kami berhadapan di pemilu. Bergantung pada situasinya, aku mungkin akan menyakitinya. Itu maksudku.

Soo Hyun terdiam mendengarnya.


Dae Han dan Bong Joo di atas ring. Dae Han menyuruh Bong Joo meninjunya.

Bong Joo yang sudah capek, ingin berhenti.

Dae Han : Kita baru saja mulai. Aku pantas dipukul. Lagi!

Bong Joo : Tidak!  Aku menyerah. Aku tidak bisa melakukannya.


Bong Joo melempar sarung tinjunya ke atas, dan lucunya sarung tinjunya itu jatuh ke bawah setelah sempat menimpa kepalanya. ^Bong Joo lucu^

Dae Han lalu memukul wajahnya sendiri.


Bong Joo geletakan. Disusul kemudian dgn Dae Han.

Bong Joo : Menurutmu Nona Jung akan memberi tahu Da Jung?


Dae Han lantas bangun dan duduk.

Bong Joo : Bahwa kau bukan ayah kandungnya.

Dae Han : Dia tidak akan bisa memberitahunya. Da Jung hamil.

Bong Joo lalu bangun dan duduk.

Bong Joo : Aku mengerti kau kesal, dan ya, kau memulainya demi citramu, tapi itu bagus untuk anak-anak pada akhirnya.

Dae Han : Itu tidak memberiku alasan. Soo Hyun bilang aku menipu seluruh negeri.

Bong Joo : Mereka akan mengumumkan nominasi besok. Mari fokus pada pemilu untuk saat ini. Kau kepala keluarga sekarang. Jika kau kalah dalam pemilu lagi, bukan hanya kau dan aku yang akan merangkak di lumpur.

Dae Han melirik Bong Joo dan terdiam.


Paginya, Dae Han tidak melihat Soo Hyun sarapan dgn mereka.

Dae Han : Soo Hyun tidak makan?

Da Jung : Dia berangkat kerja lebih awal. Katanya dia sibuk.

Jung Woo : Itu hanya alasan. Dia pasti sangat marah kepada ayah. Kenapa kalian bertengkar?

Tak menatap Bong Joo yg udah datang pagi2 ke rumahnya.

Tak : Kenapa anda datang pagi-pagi sekali? Apa terjadi sesuatu?

Bong Joo : Ada sesuatu yang sangat penting.

Da Jung : Ada apa?

Bong Joo : Mereka membuat pengumuman penting yang menentukan hidup Anggota Dewan Wi dan aku.

Da Jung melirik Dae Han. Dae Han mengangguk, mengiyakan kata2 Bong Joo.


Di kantor, Soo Hyun menonton kembali ketika Dae Han mengatakan ke public soal kehamilan Da Jung,, di acara Debate.

Dae Han : Jadi, aku memutuskan untuk menghormati pilihannya. Dan memakai kesempatan ini, aku ingin mengatakan sesuatu kepada putriku. Aku tidak bisa berada di sisi ibumu. Tapi aku akan ada untukmu.


Teman2 Soo Hyun datang dan kaget melihat Soo Hyun sudah datang. Soo Hyun pun langsung menutup laptopnya.

Penulis Ahn : Kau datang lebih awal.

Soo Hyun : Ya. Aku harus melakukan sesuatu.

Penulis Ma : Apa yang kau tonton hingga menutupnya begitu cepat?

Soo Hyun : Tidak. Bukan apa-apa.

Penulis Ma : Kau membaca laman Partai Progresif, bukan?

Soo Hyun : Laman Partai Progresif? Kenapa?

Penulis Ma : Berita partai.


Di kamarnya,, Dae Han membuka laman partai. Tapi karena gugup dan cemas,, ia akhirnya menyuuh Bong Joo membukanya.

Bong Joo : Kau pengecut.

Dae Han : Cobalah ada di situasiku. Mari lihat jika kau tidak gugup.

Bong Joo : Kenapa harus gugup? Kau peringkat pertama dalam survei.

Dae Han : Siapa yang tahu trik apa yang mungkin dimainkan Pak Baek?

Bong Joo : Bukan dia yang memilih nomine. Komite nominasi yang memilih.


Bong Joo mulai mencari.

Bong Joo : Jungang-gu, kota Inju... Di mana kau?

Tak lama, Bong Joo menemukannya dan... ia terkejut.

Melihat reaksi Bong Joo, Dae Han pun mendekat dan memeriksa sendiri.

Dae Han : Jungang-gu, Inju, Distrik Strategis..... Dae Han membaca tulisan di laman partai.

Dae Han kaget.

Bong Joo, apa ini? Kenapa ini distrik strategis?


Penulis Ma tanya, apa maksud distrik strategis.

Penulis Ahn melirik Soo Hyun dan menjawab pertanyaan Penulis Ma.

Penulis Ahn : Itu artinya mereka akan menolak semua kandidat nominasi dan mencalonkan orang lain.

Penulis Ma : Lalu bagaimana dengan Anggota Dewan Wi?

Penulis Ahn : Dia gagal mendapatkan nominasi.

Penulis Ahn, Penulis Ma dan Soo Hyun pun ikut merasa kecewa Dae Han gagal masuk nominasi.


Pak Baek yg baru tiba di kantornya, langsung dikerubungi wartawan yang minta pendapatnya mengenai nominasi.

Pak Baek : Komite nominasi melakukan evaluasi yang adil dan transparan, dan kami mengumumkan hasil hari ini.

"Kenapa ada lebih banyak distrik strategis daripada dugaan?"

Pak Baek : Tiga standar evaluasi adalah keadilan, transparansi, dan potensi kemenangan. Kami tidak punya pilihan selain membuat keputusan itu untuk pemilu.


Dae Han dan Bong Joo muncul.

Dae Han : Bagaimana ini bisa adil? Bagaimana kalau transparan? Siapa yang punya potensi kemenangan lebih tinggi dariku sekarang? Anda membungkamku karena membenciku! Kenapa anda tidak memilih satu pun kandidat dari Jungang-gu, Inju?

Pak Baek langsung menatap benci Dae Han.

Pengawal Pak Baek memegangi Dae Han.

Dae Han : Pak Baek! Pak Baek! Katakan kepadaku! Pak Baek! Katakan alasannya! Bagaimana ini bisa adil? Pak Baek!


Anggota Dewan yg menyuruh Dae Han menggali dari Hojig Construction untuk mengungkap kasus runtuhnya lift yg menewaskan Ji Hyun, keluar dari gedung dan melihat Dae Han, tapi ia kemudian pergi begitu saja.


Kyung Hoon juga mengadakan konferensi pers terkait nominasi.

Kyung Hoon : Berisik di Partai Progresif mengenai nominasi, tapi nominasi kami berjalan lancar tanpa ada keonaran.

"Bukankah anda mengumumkan akan mengganti separuh anggota dewan?" tanya reporter.

"Mereka pasti menentang. Siapa yang suka kehilangan posisi di Dewan Nasional? Karena itulah aku, sebagai ketua partai, ingin memberi contoh dan memutuskan untuk mencalonkan diri." jawab Kyung Hoon.

"Putra anda baru-baru ini mengumumkan akan mencalonkan diri independen. Apa dia berkonsultasi dengan anda lebih dahulu?"

"Benar. Sejujurnya, Kang Joon Ho tidak diuntungkan di pemilu karena dia putraku. Jika kupilih dia sebagai nomine setelah bilang akan ada pergantian, siapa yang akan percaya dan mengikutiku?"


Di kafe, Reporter Nam menonton video Dae Han protes pada Pak Baek karena tidak masuk nominasi.

"Keadaan di Yeouido berisik. Kurasa musim pemilu benar-benar di depan mata." ucapnya pada Joon Ho.

Joon Ho tanya,, kenapa Reporter Nam meninggalkan pekerjaannya sbg reporter?

Reporter Nam : Koran tidak menyenangkan lagi. Aku berniat membuat radio internet dan menulis buku.

Joon Ho : Kau masih menganggur.

Reporter : Kenapa kau menabur garam di atas luka setelah memanggilku?

Joon Ho : Kau juga tertarik pada politik.

Reporter Nam : Itu sudah jelas. Lagi pula, aku reporter politik.


Joon Ho : Kau melihat dari luar lingkaran cukup lama. Kenapa tidak terjun ke dunia politik? Denganku.

Repoter Nam : Apa? Kau memintaku menjadi ajudanmu?

Joon Ho : Bukan ajudan. Aku ingin menjadikanmu manajer kampanyeku.

Reporter Nam : Hei, menurutmu aku bisa membantu?

Joon Ho : Tentu saja. Kau ahli strategi dan sumber informasi hebat.

Reporter Nam : Kau serius?

Joon Ho : Ayolah. Kau tahu aku tidak bisa bercanda.

Reporter Nam : Kau akan membayarku?

Joon Ho : Tentu saja. Aku akan membayarmu dengan upah minimum.

Joon Ho lalu tertawa. ^Astaga tawanya manis banget,, makin lope lope sy jadinya...


Dae Han seperti biasa,, menenangkan diri di tepi sungai bersama Bong Joo.

Dae Han : Mereka bicara omong kosong dengan nominasi! Ada lebih dari 100 Anggota Dewan di Partai Progresif! Kenapa tidak seorang pun yang menentangnya? Bagaimana bisa? Sial.

Dae Han lalu menghadap ke gedung putih yg ada di seberang sungai.

Dae Han : Kau tidak malu duduk di kursi dewan? Itu sebabnya orang tidak hormat! Tidak sama sekali! Baik! Teruslah menjadi Anggota Dewan, Berengsek! Sial.

Dae Han menyemburkan ludahnya.

Bong Joo : Kau merasa lebih baik?


Dae Han lantas duduk disamping Bong Joo.

Dae Han : Bagaimana menurutmu? Kerja kerasku selama empat tahun akan sia-sia. Sial.

Bong Joo : Kita harus meminta ulasan, bukan?

Dae Han : Mereka tidak akan mengabulkannya. Itu ada dalam wewenang Pak Baek.

Dae Han pun pusing.


Di restoran, Bu Yang, Pak Jung dan Jung Woo juga tak habis fikir Dae Han tidak lolos.

Bu Yang berkata, Dae Han sudah bekerja keras untuk itu.

Jung Woo tiba2 menggebrak meja dan berdiri, membuat Pak Jung kaget.

Jung Woo : Kita harus demo ke Dewan Nasional.


Pak Jung ikutan menggebrak meja dan berdiri.

Bu Yang : Apa? Kau sungguh akan berdemo ke Dewan Nasional?

Pak Jung : Aku harus minta pedagang dari pasar untuk menandatangani petisi.


Mulai lah Pak Jung berkeliaran di pasar, minta tandatangan para pedagang.


"Menurutmu kenapa dia tidak dinominasikan? Dia tidak disukai ketua partai karena berusaha membantu kita." ucap Pak Jung.

"Tapi apa petisi ini bisa membantu?"


"Membantu atau tidak, kita harus berusaha sebisa kita." ucap Pak Jung.

"Astaga. Semua yang disebut politikus adalah pencuri."


"Putra Pasar Inju diancam oleh mafia. Ini giliran kita melindunginya." ucap Pak Jung.

"Pasti sangat sulit bagi Dae Han. Jaga dia baik-baik."

"Tentu saja. Dia seperti keluarga." jawab Pak Jung.


Tandatangan terkumpul. Saat hendak kembali, Pak Jung bertemu Soo Hyun.

Pak Jung : Kenapa kau di sini pukul sebegini?

Soo Hyun : Aku pulang cepat hari ini.

Pak Jung : Begitu rupanya.

Soo Hyun : Apa yang ayah pegang?

Pak Jung : Dae Han didiskualifikasi secara tidak adil dari nominasi kandidat. Ayah meminta tanda tangan untuk petisi.

Soo Hyun : Ayah, ini tidak akan membantu. Ayah tidak perlu melakukan ini. Ini tidak akan membantu.

Pak Jung : Ada apa? Kau sudah lupa betapa keras Dae Han bekerja untuk menyelamatkan kita? Sudah jelas dia tidak disukai oleh ketua Partai karena perbuatannya kepada kita. Ayah tidak bisa melihatnya melalui itu.

Soo Hyun menghela nafas mendengarnya.


Sekarang,, Soo Hyun sudah di rumah Dae Han dgn anak2.

Da Jung : Bagaimana mereka bisa melakukan itu?

Tak : Mereka seperti memilih kandidat ketua kelas dan memutuskan memilih ketua dari kelas yang berbeda.

Da Jung : Kakak sangat setuju denganmu. Bagaimana bisa mereka yang membuat hukum memanipulasi aturan begini?

Soo Hyun : Aku setuju dengan kalian. Ini sangat membuat frustrasi.

Da Jung : Apa ada cara untuk membantu Paman Wi?

Soo Hyun : Aku tidak yakin. Dia sudah berbuat banyak untuk kita sampai sekarang.

Tak : Bagaimana kalau kita semua tampil di acara ragam TV?


Si kembar yg sedari tadi duduk di sofa, mendekati kakak2nya yg duduk di ruang makan.

Tae Poong : Aku ingin melakukan itu.

Song Yi : Aku juga.

Soo Hyun : Kalian ingin Paman Wi menjadi anggota dewan lagi?

Tae Poong : Impian Paman Wi adalah menjadi anggota dewan.

Song Yi : Aku sangat ingin dia menjadi anggota dewan. Paman Wi bukan ayah kandung kami, tapi dia mengizinkan kami tinggal bersamanya, dan bahkan membelikan kami banyak makanan enak. Dia memegang erat tanganku saat aku sakit. Itu sebabnya aku sangat berharap dia menjadi anggota dewan.

Soo Hyun tersenyum mendengarnya.


Ponsel Soo Hyun berbunyi, sms dari Bong Joo yg mengatakan Dae Han sedang mabuk berat sekarang.


Dae Han dan Bong Joo ada di warung tenda. Dae Han sudah mabuk berat.

Dae Han yg sudah mabuk,, minta maaf pada Bong Joo.

Bong Joo : Kenapa kau minta maaf?

Dae Han : Tentu saja, aku minta maaf. Kau kehilangan pekerjaanmu karena aku. Semua karena pria yang tidak berharga sepertiku. Maafkan aku. Aku serius.

Bong Joo : Kenapa kau merasa tidak berharga? Kau Ayah Nasional.

Dae Han : Aku bukan Ayah Nasional. Aku Tukang Tipu Nasional. Kurasa aku dihukum karena memanfaatkan anak-anak itu.


Bong Joo : Jangan bilang begitu. Kau tidak seperti itu.

Dae Han : Kurasa aku membuat semua orang di sekitarku sangat sial. Ibu bercerai, ayah meninggal sendirian di studio. Dan kau juga. Semua menjadi lebih sulit bagimu setelah bertemu denganku. Bagaimana dengan Soo Hyun? Adiknya mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan menemuiku. Aku pasti orang yang sangat sial!

Bong Joo : Itulah yang membuatmu hebat. Kau sampai sejauh ini melewati rintangan itu.

Dae Han : Tapi ini dia. Didiskualifikasi dari nominasi. Ini dia. Itu karena aku orang yang tidak beruntung. Sial.


Dae Han tiba2 berdiri.

Bong Joo : Tunggu, kau mau kemana?

Dae Han : Toilet. Astaga.

Dae Han membuka kancing celananya, mau pipis dia. LOL

Bong Joo : Apa yang kau lakukan? Apa yang kamu lakukan? Pergilah ke sana dan lakukan.

Dae Han : Bukan di sini?

Bong Joo : Tidak, bukan di sini.


Dae Han beranjak ke toilet, tapi baru sampai di tangga depan toilet, dia jatuh terguling karena tak mampu berdiri dgn tegak lagi.

Dae Han : Lihat ini, bagaimana bisa orang sesial ini? Bagaimana aku bisa menyebut diriku seorang ayah?

Soo Hyun kemudian datang.

Melihat Soo Hyun, Dae Han fikir dia berhalusinasi karena mabuk.

Soo Hyun : Ayolah, sedang apa kamu di sini?

Tapi begitu menyadari kalau yg dilihatnya nyata, ia kaget.


Soo Hyun dan Dae Han duduk di taman. Soo Hyu memberikan minuman pereda mabuk.

Soo Hyun : Apa itu membuatmu sadar?

Dae Han : Ya. Bagaimana kau tahu aku di sini?

Soo Hyun : Bong Joo mengirimiku pesan. Bahwa kau terlalu mabuk dan dia tidak bisa menanganimu sendirian.

Dae Han : Astaga. Kenapa dia bilang begitu? Maaf atas ketidaknyamanannya.

Soo Hyun : Kudengar kau tidak masuk nominasi.

Dae Han : Tidak.


Soo Hyun : Ayahku mencari tanda tangan untuk petisi.

Dae Han : Katakan kepadanya aku menghargai usahanya, tapi dia tidak perlu melakukannya. Itu tidak akan mengubah hasil.

Soo Hyun : Jadi, apa yang akan kau lakukan?

Dae Han : Aku tidak tahu. Aku akan memikirkannya.

Soo Hyun : Bagaimana dengan anak-anak? Kau akan terus menjadi ayah mereka?

Dae Han : Ingat apa yang kukatakan saat kali pertama bertemu dengan Da Jung?

Flashback...


Dae Han saat itu bilang, jika ia menjadi ayah Da Jung, ia merasa seperti menerima hadiah natal.

Flashback end....


Dae Han : Pada saat itu aku berbohong. Tapi sekarang aku serius. Da Jung, Tak, Tae Poong, Song Yi, dan bayi Da Jung. Aku akan mengurus mereka sampai akhir. Kecuali mereka menolakku.

Soo Hyun : Anak-anak membuat ini untukmu. Lihatlah.


Soo Hyun memberikan ponselnya ke Dae Han. Ternyata anak2 membuat video rekaman untuk menyemangati Dae Han.

Mereka bernyanyi dan menari.

Dae Han awalnya tersenyum melihat mereka, tapi kemudian ia menangis.

Soo Hyun terus menatap Dae Han.


Besoknya Dae Han terbangun karena bunyi ponselnya.

Telepon dari anggota dewan yg ia temui karena masalah Hojig Construction.

"Kau dimana?  Keluarlah. Mari bertemu."

Dae Han kaget diajak bertemu.

Bersambung ke part 2.....

0 Comments:

Post a Comment