• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

King Maker : The Change of Destiny Ep 2 Part 1

Sebelumnya...


Chun Joong kaget bertemu Bong Ryeon.

Chun Joong : Kau kembali, Bong Ryeon-ah.


Bong Ryeon lantas berdiri dan tanya, apa Chun Joong masih ingat dia?

Chun Joong : Bagaimana aku bisa melupakanmu? Aku sudah menunggu lima tahun, di atas bukit dengan pita yang diikat di pohon.

Tapi Bong Ryeon tampak tegang. Chun Joong tanya kabar Bong Ryeon dan alasan Bong Ryeon tiba-tiba pergi.

Bong Ryeon : Nanti kuberi tahu.


Bong Ryeon mau pergi tapi Chun Joong tanya, apa Bong Ryeon tak senang bertemu dengannya?

Bong Ryeon pergi tanpa menjawab pertanyaan Chun Joong.


Chun Joong mengejar Bong Ryeon.

Chun Joong : Kubilang, kau tidak senang bertemu denganku?


Lalu para pengawal Bong Ryeon datang, sambil memanggil Bong Ryeon 'Tuan Putri'. Pengawal Bong Ryeon lalu menghunuskan pedangnya ke Chun Joong. Dia bilang, karena Chun Joong berani menyentuh Bong Ryeon maka ia harus menebas leher Chun Joong. Sontak, Chun Joong kebingungan dan tanya kenapa Bong Ryeon dipanggil 'Tuan Putri'.

"Mundur!" suruh pengawal Bong Ryeon.


"Dan-ah, hentikan! Dia putra dari Tuan Ganghwa." ucap Bong Ryeon.

Dan pun menurunkan pedangnya dan minta Chun Joong bersikap hormat pada Bong Ryeon.


Chun Joong tambah tak mengerti.

Bong Ryeon : Pada waktunya, aku akan memberitahumu segalanya. Aku pergi.

Bong Ryeon pergi.

Chun Joong memandangi kepergian Bong Ryeon dengan wajah bingung.


Gubernur Choi berkata pada Byeong Woon, kalau pernikahan itu terlalu mewah untuk putranya.

Byeong Woon : Jika kau setia pada kerajaan, bagaimana bisa menolak perintah Raja? Tunda keberangkatan kapal barang dan atur pertunangan.

Gubernur Choi : Kapal barang akan berangkat sesuai jadwal. Itu tidak akan ditunda.


Mendengarnya, Byeong Woon langsung kesal.

"Baik, terserah kau saja." ujar Byeong Woon lagi, menahan rasa kesalnya.


Di kapal, seseorang membuka kotak yang isinya perhiasan.


Sementara keluarga Kim sedang berkumpul, membahas kekayaan mereka yang disita Gubernur Choi.

Myung Hak kaget, satu juta koin? Bagaimana kau bisa sekaya itu?

Byeong Woon : Kekayaan keluarga kamilah yang Choi Gyung sita dan sembunyikan di kapal.

Myung Hak : Semua uang yang kau rampas dan gelapkan menyebabkan negara ini mengalami krisis ekonomi! Hebat sekali.

Jwa Geun : Raja dan Choi Gyung sudah bersekutu. Jika kapal barang mencapai Raja, dia akan menghancurkan keluarga kita.


Jwa Geun lalu menatap Byeong Woon.

Jwa Geun : Masa depan keluarga kita bergantung pada misimu di Ganghwa. Kau mengerti?

Byeong Woon : Ya, Ayah, aku akan menunda keberangkatan kapal. Lalu, aku akan mengambil semua hartanya.


Myung Hak : Kenapa kau tidak membunuh Choi Gyung saja?

Byeong Woon : Jika sesuatu terjadi kepadanya, kapal akan segera ditutup dan berlayar. Itu tidak akan berhenti di pelabuhan mana pun dan langsung menuju ke pengawal kerajaan di Hanyang. Jadi, keluarga kita tidak akan bisa ikut campur. Sebagai gantinya, kita biarkan dia hidup dan desak dia.


Jwa Geun : Choi Gyung punya anak lajang?

Byeong Woon : Ya, Ayah.

Jwa Geun : Bawa Tuan Putri bersamamu. Bahkan Choi Gyung tidak bisa menolak lamaran pernikahan kerajaan, jadi, dia harus menunda keberangkatan. Putranya baik dan berguna. Kita bisa menjadikannya pengikut kita.

Byeong Woon : Ya, Ayah.


Byeong Woon mengelar pertemuan dengan para bangsawan. Di pertemuan itu, seorang cenayang turut hadir. Byeong Woon mengenalkan cenayang itu pada para bangsawan. Ia menyebut cenayang itu sebagai cenayang terbaik di Hanyang.

Byeong Woon : Dia datang untuk melihat Feng Shui di negeri ini dan memutuskan mengunjungi anda, gubernur lokal.

Byeong Woon lalu menyuruh si cenayang meramal Chun Joong dan In Kyu.


Si cenayang memulainya dari In Kyu. Ia menyebut In Kyu punya wajah yang bagus. Lalu ia tanya tanggal dan waktu lahir In Kyu.

Seorang pria yang duduk di belakang menyahut, kalau In Kyu gagal dalam ujian selama bertahun-tahun dan tanya apa In Kyu akan sukses tahun ini?

In Kyu : Aku lahir pada tahun Monyet, pada hari ke-18 bulan keenam.


Si cenayang mulai meramal.

"Seperti batu yang dikubur di gurun kering. Kau sebaiknya tidak mengharapkan kejayaan. Ikuti saja teman yang hebat dan harapkan yang terbaik."

Pria yang duduk di belakang menyahut lagi.

"Teman yang layak? Maksudnya kau Chun Joong!"


Cenayang lantas menanyakan tanggal dan jam lahir Chun Joong.

Tapi Chun Joong tak ingin diramal.

In Kyu yang menjawab tanggal lahir Chun Joong.

In Kyu : Lahir pada tahun 1984, tanggal 28 Mei.


"Dan waktunya?" tanya si cenayang.

Gubernur Choi : Aku tidak tahu. Aku dikirim ke Gyeongsang sebagai gubernur sementara dan melewatkan kelahirannya.

"Tanpa waktu lahir, aku tidak bisa membaca akurat." ucap si cenayang tapi dia tetap berusaha membaca Chun Joong.

"Dia naga. Seekor naga hitam terbang dari dataran luas. Namamu akan dikenal di seluruh negeri ini! Dengan kebijaksanaan dan kekuatan, kau layak menjadi jenderal yang hebat." ucap si cenayang.


"Apa? Putra Gubernur Choi adalah orang seluar biasa itu?" tanya Byeong Woon.

"Cukup!" pinta Gubernur Choi.


"Serta belahan jiwamu sangat dekat! Dia bukan manusia biasa. Dia anggota kerajaan dan anggun." ucap si cenayang.


Lalu tiba2, pria bertudung dan berjubah putih muncul dan berteriak, menanyakan kamar mandi.

Pria itu lalu maju dan berdiri di depan Byeong Woon.

"Bagaimana bisa aku diam saja saat kau meracuni telinga pemuda ini? Aku akan membantunya mencuci telinganya." ucap pria itu.

Si cenayang tersinggung.

"Maksudmu, ucapanku adalah racun?"


Gubernur Choi kesal, kelancangan apa ini!

Man Seok masuk dan minta maaf pada Gubernur Choi.

Man Seok : Selalu ada orang gila yang mencoba merusak hari!

Para pengawal muncul dan berniat menyeret pria itu keluar tapi pria itu menyapa Gubernur Choi.

"Lama tidak bertemu, Kyung!" ucap pria itu. Pria itu lalu menunjukkan wajahnya.


Gubernur Choi kaget dan langsung menyuruh pengawalnya melepaskan pria itu. Gubernur Choi bilang, pria itu teman lamanya.

"Temanku, sudah 10 tahun, cara masuk yang bagus! Dia teman terlamaku. Orang-orang mengenalnya sebagai Biksu Alam." ucap Gubernur Choi.


Si cenayang kaget dan berdiri.

"Biksu Alam? Biksu ini memprediksi datangnya Kaisar Xiangfeng saat dia masih kecil. Dia biksu yang hebat."


Si Biksu Alam minta izin Byeong Woon untuk bergabung.

Byeong Woon mengizinkan.


Biksu Alam langsung duduk dan menatap Chun Joong.

"Chun Joong, biar kusembuhkan telingamu. Dengarkan baik-baik. Kau memang naga hitam. Naga punya kekuatan besar, tapi kurang cakap, dan terbang tinggi, tapi juga jatuh dengan keras. Sebentar lagi kau akan mengalami kekalahan dan kehilangan yang hebat. Selain itu, kau akan membuktikan ketidakpantasanmu terhadap pasanganmu dan kau juga akan kehilangan dia. Tapi... ada satu hal benar yang dikatakan pria itu. Sebentar lagi, kau harus memilih di antara dua jalan."

Chun Joong tidak percaya.

Chun Joong : Kau menyamarkan hinaan tentang hidupku sebagai penyembuhan?


Chun Joong kemudian berdiri dan mendekati pria itu. Ia kemudian duduk dan memberikan gelasnya.

Chun Joong : Ini tanda terima kasihku.

"Kau tidak memercayai ucapannya ataupun ucapanku."

"Takdir dan masa depanku bisa dikatakan dari berbagai narasi. Ramalan seperti menyematkan cincin di telinga dan menyebutnya anting-anting. Kau baru saja mengajarkan dan membuktikan itu tidak berguna. Siapa pun yang menyampaikan kebijakan kepadaku, bahkan pengemis, adalah guruku."

"Maksudmu, aku pengemis?" tanya si Biksu Alam. Dia lalu tertawa.


Man Seok mengejar Chun Joong yang buru-buru pergi.

Man Seok : Kenapa anda pergi begitu cepat? Tadi baru mulai menarik.

Chun Joong : Ayah tampak marah. Dia memintaku pergi dengan matanya.

Man Seok : Benar. Setelah biksu itu bicara, dia tampak tertekan.


Seorang pelayan datang memanggil Chun Joong.

"Tuan Muda! Ada surat dari Tuan Putri!"

"Tuan Putri? Tunggu..." Man Seok segera berlari mengambil surat itu dan menyerahkannya ke Chun Joong.

"Buka, Tuan." ucap Man Seok.


Chun Joong membukanya. Man Seok juga ikut membacanya.

Bong Ryeon mengajak Chun Joong bertemu berdua saja.


Chun Joong langsung pergi ditemani Man Seok.

Mereka bertemu di pasar. Begitu melihat Bong Ryeon, Chun Joong langsung melarang Man Seok mengikutinya.


Chun Joong mendekati Bong Ryeon.

Chun Joong : Bong Ryeon-ah, maksudku, Tuan Putri, apa yang bisa kubantu?

Bong Ryeon : Ada yang harus kita lihat, ayo.

Chun Joong : Kemana? Malam sebentar lagi tiba.

Bong Ryeon : Ikuti aku.


Ternyata,, Bong Ryeon membawa Chun Joong ke dermaga.

Bong Ryeon : Jika kuberi tahu kenapa aku berkeliaran di pelabuhan saat malam dan menyelinap ke perahu... Jika aku memberitahumu alasanku dan meminta bantuanmu, maukah kau membantuku?

Chun Joong : Membantu? Kau dalam masalah?

Bong Ryeon mulai bercerita.

Flashback...


Seorang pria datang menemui Byeong Woon. Pria ini yang kita lihat di kapal sebelumnya saat para pekerja sedang memindahkan bubuk mesiu dari dalam kapal. Usai dari kapal, pria ini langsung menemui Byeong Woon dan Byeong Woon tanya soal bubuk mesiu apa sudah dipindahkan dengan aman?


Ternyata Bong Ryeon melihat mereka.


Setelah menemui Byeong Woon, pria itu menutupi wajahnya dan menyusup ke kapal. Bong Ryeon mengikuti pria itu.

Flashback end...


Chun Joong : Kau memintaku memercayai ini?

Bong Ryeon menatap Chun Joong dengan serius.

Bong Ryeon : Tolong dengarkan aku. Kecelakaan mengerikan akan terjadi di sini dan aku tidak bisa melakukan apa pun. Satu-satunya yang bisa kupercaya hanyalah Tuan Muda.

Chun Joong : Tuan Putri, kau selalu berbeda. Aku tidak akan pernah menganggap ucapanmu palsu.

Bong Ryeon : Jika begitu, maukah kau membantuku?

Chun Joong : Aku akan selalu datang menyelamatkanmu. Tapi kau sudah tahu itu, bukan?


Bong Ryeon tersenyum. Ya, ia tahu Chun Joong akan selalu datang menyelamatkannya.

Chun Joong : Tapi aku punya satu pertanyaan. Apa yang mereka dapatkan dari melakukan tindakan mengerikan itu?

Bong Ryeon : Sejujurnya...

Flashback...


Bong Ryeon melihat anggota keluarga Kim sedang bicara.

Flashback end...


Bong Ryeon : .... aku tidak yakin motif mereka. Mungkin uang, kekuasaan, atau kematian seseorang, tapi aku tidak yakin.Yang pasti, mereka akan lakukan apa pun. Entah itu mengorbankan ratusan orang dan membakar tempat ini, mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkan kemauan mereka.

Chun Joong : Mengorbankan ratusan orang? Aku akan mulai mencari dan mengamati, Bong Ryeon-ah, maksudku, Tuan Putri.


Si cenayang dibawa paksa oleh beberapa orang ke suatu tempat.

Si cenayang meronta, lepaskan aku brengsek!

In Kyu pun muncul. Si cenayang kaget, kenapa Tuan Muda?  Kenapa melakukan ini kepadaku?

In Kyu : Jangan mengharapkan kejayaan dan ikuti saja teman yang layak? Ini kata-katamu untukku?

Si cenayang : Aku hanya menyampaikan apa yang tertulis.


In Kyu mengkode orang-orangnya. Orang-orangnya langsung memukuli si cenayang.

Si cenayang kesakitan.


In Kyu lalu menyuruh mereka berhenti memukuli si cenayang.

In Kyu lalu mendekati si cenayang dan duduk.

In Kyu : Sekarang baca masa depanku yang sebenarnya.

Si cenayang : Biar kucoba lagi...

In Kyu : Coba lagi, dan berusahalah lebih keras kali ini.


Chun Joong dan Bong Ryeon masih bersama.

Bong Ryeon lalu berkata, kalau ia harus pergi.

Chun Joong : Kekuatanmu, Tuan Putri... Jika bisa melihat kematian seseorang, bagaimana dengan hal-hal baik? Seperti kejayaan seseorang atau siapa yang akan mencintai dan menyayangi mereka?

Bong Ryeon : Kejayaan... aku pernah melihatnya sekali dalam satu orang.

Flashback...


Bong Ryeon berpapasan dengan seorang anak di pasar. Anak itu, adalah Min Ja Young. Calon Permaisuri Myeongseong.

Flashback end...


Bong Ryeon : Aku tidak tahu siapa dia. Dia hanya seorang anak yang lewat.

Chun Joong : Bagaimana dengan orang yang akan disayang dan dicinta?

Bong Ryeon : Itu...

Bong Ryeon ingat kata-kata ibunya.

Flashback...


Bong Ryeon dan ibunya duduk di berandal bilang. Sang ibu bilang, cinta bahkan bisa dilihat orang biasa.

Ban Dal : Dia menjadi ceria saat melihatmu.

Bong Ryeon : Ceria?


Bong Ryeon memeluk ibunya.

Ban Dal : Bong Ryeon ibu akan segera menikah.

Bong Ryeon malu, apa maksud ibu menikah?

Flashback end...


Tiba-tiba saja, kunang-kunang berterbangan di sekitar mereka.

Mereka terdiam sejenak, terpana melihat kunang-kunang.


Chun Joong : Kunang-kunang juga datang menyambutmu. Itu pasti sungguh kau, Bong Ryeonku.

"Bong Ryeonku." ucap Bong Ryung dalam hati.

Chun Joong kemudian mendekat, memegang tangan Bong Ryeon dan menatap Bong Ryeon penuh cinta.


Bong Ryeon yang gugup, langsung menarik tangannya dan berkata kalau ia harus pergi.

Bong Ryeon pergi. Chun Joong tersenyum memandangi kepergian Bong Ryeon.

Bersambung ke part 2

The Game : Towards Zero Ep 18 Part 2

Sebelumnya...


Tae Pyeong dibantu Nona Lee sedang membereskan barang-barang Teacher Baek.

Nona Lee, bagaimana dengan lukisan Pak Baek?

Tae Pyeong : Aku akan meninggalkannya disini. Rumah ini tidak akan terasa seperti miliknya tanpa itu.

Nona Lee : Secara hukum ini adalah rumahmu sekarang.

Tae Pyeong : Bagiku, ini rumah Pak Baek.

Nona Lee : Bagaimana dengan kursi rodanya?

Tae Pyeong : Nanti saja. Aku akan mengurusnya.


Tae Pyeong membawa kursi roda Teacher Baek ke ruangan Teacher Baek. Nona Lee menemani Teacher Baek di belakang.

Saat mau pergi setelah meninggalkan kursi rodanya disana, Tae Pyeong melihat foto wanita yang dicintai Teacher Baek di atas meja.

Tae Pyeong mengambil foto itu dan melihatnya.

Tae Pyeong : Nona Lee, bisakah aku mencari keluarganya?

Nona Lee : Keluarganya?

Tae Pyeong : Sama seperti Pak Baek yang menyimpan fotonya, keluarganya mungkin menyimpan fotonya. Dan Pak Baek mungkin ada disalah satu foto itu.


Tae Pyeong pun mendatangi sebuah kedai. Terdengar narasi Nona Lee.

Nona Lee : Nama wanita di dalam foto itu adalah Park Hye Jung. Diantara kenalan Pak Baek, aku menemukan surat yang dia kirimkan untuknya, jadi menemukannya lebih mudah dari perkiraanku.

Seorang wanita muncul.

"Maafkan aku. Aku sedang memberi makan kucingku."

Tae Pyeong menatap wanita itu.

"Apa yang kau inginkan?" tanya wanita itu.


Tae Pyeong dan wanita itu lalu bicara. Tae Pyeong menunjukkan foto Park Hye Jung pada wanita itu.

"Aku tidak tahu jika dia masih menyimpan foto ini. Mereka saling jatuh cinta. Bagaimanapun, kakakku mati karena dia. Apa gunanya menghasilkan uang dengan memberitahu orang lain tentang bagaimana cara mereka mati? Orang yang seharusnya dia lindungi mati."

"Dia ingin menghentikannya. Itulah sebabnya dia merasa bersalah seumur hidupnya. Tolong cari fotonya untuk berjaga-jaga. Untuk memberikan keadilan pada kematian Pak Baek, aku sangat membutuhkan fotonya."

"Apakah kau juga bisa melihat kematian seseorang?"

"Iya."

"Silahkan pergi."


Tae Pyeong pun tak bisa apa-apa karena wanita itu mengusirnya. Namun saat hendak pergi, dia melihat tulisan di papan di dekat pintu masuk.

Di papan itu tertulis, "Daya Tarik Kafe: Tanaman Evening Primrose, Kerinduan".


Tae Pyeong lantas menatap wanita itu..

Tae Pyeong : Kau pasti sangat menyukai bunga. Saat kau menyeberang jalan, harap berhati-hati.

Wanita itu terdiam.


Wanita itu baru saja membeli sebuket bunga. Di depan penyeberangan, dia bertemu seorang ibu dan bayinya.

"Manisnya." puji wanita itu.

Wanita itu lalu teringat kata-kata Tae Pyeong tadi saat menyuruhnya berhati-hati.

Tae Pyeong : Kau pasti sangat menyukai bunga. Saat kau menyeberang jalan, harap berhati-hati. Tidak perduli seberapa manis bayi itu, saat kau menyeberang jalan, selalu waspada pada mobil.


Ibu dan bayinya menyebrang jalan. Wanita itu terkejut dan langsung menghentikan ibu yang hendak menyebrang bersama bayinya. Ibu dan bayinya selamat dari kecelakaan.


Tae Pyeong ada di gereja. Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi dan dia langsung menatapnya.


Di kantor, Kang Jae, Bong Soo dan Joon Young membahas kematian Teacher Baek.

Kang Jae tak yakin itu bunuh diri.

Bong Soo : Aku mengerti dia buta tapi jika dia mengangkat kelopak matanya seperti ini, dia mungkin bisa melihat sesuatu.

Kang Jae : Kita jujur saja. Ini karena kita tidak punya bukti apapun. Jadi banyak hal mengenai kasus ini sangat mencurigakan. Sama seperti listrik yang padam pada saat itu.


Joon Young : Tapi kenapa dia kesana? Jika kita menganggapnya pembunuhan, bukannya bunuh diri, Jo Hyun Woo mungkin pergi kerumah Pak Baek. Jika begitu anggapan kita, dia pasti kesana dan sekitar waktu itu dia pergi ke rumah Pak Baek, Jo Hyun Woo menemukan kamera tersembunyi dirumahnya.


Joon Young, Kang Jae dan Bong Soo kembali ke rumah Teacher Baek.

Nona Lee : Tae Pyeong baru saja pergi. Kau pasti merindukannya.

Joon Young : Aku kesini untuk memeriksa sesuatu jadi aku tidak menelponnya. Apakah kami bisa berkeliling disekitar sini?

Kang Jae ingin memeriksa kamar Tae Pyeong lebih dulu.

Nona Lee langsung mengantarkan Kang Jae ke kamar Tae Pyeong.


Sementara Bong Soo dan Joon Young memeriksa ruangan lain.

Kang Jae : Kupikir dia tidak masuk kedalam kamarnya. Rumah ini sangat besar. Pinggangku sakit.

Joon Young : Aku akan pergi ke kamar mandi.

Kang Jae mengajak Bong Soo pergi.


Joon Young menatap sekeliling rumah Teacher Baek dan bertanya-tanya.

Joon Young : Aku tidak bisa mengubah dasar pemikiran itu hanya karena tidak ada kamera CCTV. Jika Jo Hyun Woo masuk kerumah, bagaimana bisa dia masuk kerumah tanpa meninggalkan tanda masuk paksa? Apakah dia berpura-pura menjadi teknisi yang datang untuk melakukan inspeksi?


Lalu Joon Young membayangkan seolah-olah ia melihat apa yang dilakukan Do Kyung hari itu.

Ia melihat Do Kyung masuk ke kamar Tae Pyeong. Seolah2, Joon Young tengah melihatnya, Do Kyung berbalik dan menatap ke arah Joon Young.


Joon Young kemudian membayangkan saat Do Kyung dan Teacher Baek bergelut di kamar Tae Pyeong.

Lalu Joon Young melihat Do Kyung membawa Teacher Baek keluar dari kamar Tae Pyeong.


Joon Young mengikuti Do Kyung ke kamar mandi dan melihat Do Kyung membersihkan darah di wastafel.

Joon Young : Pak Baek tidak bisa melihat maupun berjalan, jadi aku yakin dia sangat mudah untuk dilumpuhkan. dan tempat dimana dia bisa menutupi pembunuhannya sebagai bunuh diri. Ini adalah lokasi kejahatannya. Aku yakin dia dibunuh disini tapi bagaimana bisa dia membunuhnya saat masih sadar? Aku yakin dia merusak lokasi kejadiannya tapi seberapa keras dia mencoba untuk menghapus semuanya, aku yakin pasti ada sedikit darah yang tertinggal disuatu tempat dimana dia tidak bisa melihatnya.


Joon Young kemudian memeriksa pipa saluran air.

Joon Young : Jika ada darah didalam pipa ini, dia pasti pembunuhnya.

Tapi tidak ada apapun disana. Joon Young bingung sendiri.


Tae Pyeong sedang menatap foto Teacher Baek yang dikirimkan oleh adik Hye Jung.

Ia menangis melihat bagaimana Do Kyung menghabisi Teacher Baek.


Di ruang bawah tanahnya, Do Kyung sedang mengawasi Tae Pyeong lewat kamera CCTV yang ia pasang di kediaman Teacher Baek.


 Tapi Tae Pyeong berhasil menemukan satu per satu kamera yang dipasang Do Kyung dimana2.

Tae Pyeong juga melihat kamera itu ada di langit2 kamar mandi tempat Teacher Baek ditemukan.


Tae Pyeong membuka pipa saluran air dan menunjukkannya ke Do Kyung. Ada sisa darah di dalam pipa itu.


Do Kyung yang melihat itu marah. Ia berdiri dan melempar piring berisi makanan untuk Joon Hee dan Hyung Soo.


Tae Pyeong menatap marah ke arah kamera.

Bersambung...

Jadi karena itu guys si Joon Young gak bisa nemuin tu sisa darah di pipa saluran air karena udah dibuang Tae Pyeong duluan.