King Maker : The Change Of Destiny Ep 2 Part 2

Sebelumnya...


Si cenayang kembali membaca diri In Kyu lewat tulisan.

Cenayang : Dingin dan gelap...

In Kyu : Apa?

Cenayang : Suksaljigi, angin dingin dan gelap.

In Kyu : Jelaskan.

Cenayang : Kau seperti pedang yang ditinggalkan dan dibuang ke lembah.  Kau tidak menghargai hidup sehingga tidak keberatan dengan pembunuhan...


Dan cenayang menatap In Kyu. Dia mulai takut.

Cenayang : Tolong hati-hati.

In Kyu : Pembunuhan katamu?  Kau benar kali ini.


In Kyu mengambil pedangnya.

Cenayang ketakutan, Tuan Muda!


In Kyu mengayunkan pedangnya, tapi kemudian berhenti tepat saat pedangnya tinggal seinci lagi mengenai si cenayang.

In Kyu : Aku meninggalkan surat di kamarmu. Tertulis bahwa kau akan pergi ke Jeolla-do.


In Kyu mengayunkan pedangnya lagi. Dia menebas si cenayang. Si cenayang tewas.


Paginya, Gubernur Choi memberitahu Chun Joong bahwa Keluarga Kim meminta Chun Joong menikah dengan Bong Ryeon.

Chun Joong kaget, Tuan Putri dan aku?


Gubernur Choi : Semua ini tentang kapal barang. Tidak banyak yang berubah. Ayah sudah memintamu tinggal dengan Biksu dan berlatih selama beberapa tahun. Begitu kapal berlayar, peristiwa mengerikan akan menimpa kita.

Chun Joong : Dengan hormat, tidak mau. Aku tidak akan pergi!

Gubernur Choi : Apa? Apa katamu?


Man Seok : Tuan Muda!

Chun Joong : Bahkan setelah lolos ujian negara pada usia 17, aku tetap di sisi ayah. Tapi ayah menyuruhku diam saja? Sembunyi dari dunia dan kehilangan cinta sejatiku? Kenapa aku harus hidup seperti ini?

Gubernur Choi : Semuanya demi kebaikanmu.


Chun Joong : Aku tidak akan pergi. Aku sudah berjanji kepada Tuan Putri. Dan aku berencana menepatinya.

Gubernur Choi : Kau sudah bertemu dengannya secara terpisah?

Chun Joong menundukkan kepalanya pada sang ayah, lalu beranjak pergi.


Chun Joong berlatih pedang di halaman rumahnya.

Tiba-tiba saja, seseorang datang melemparkan pisau ke arahnya. Pisau itu nyaris saja mengenainya dan menyangkut di batang bambu.

Ternyata si Biksu.

Biksu : Ini teknik bela diriku, Tujuh Naga. Kau masih tidak mau ikut denganku?

Chun Joong : Aku sudah menjalani seluruh hidupku sesuai perintah ayahku. Aku tidak akan melakukannya lagi.


Si Biksu lalu mencabut pisaunya dari batang bambu.

Biksu : Itu cukup ironis karena ayahmu sudah menderita sepertimu. Dia tidak bisa menerima takdirmu yang harus mati di usia muda! Belahan jiwamu akan mengkhianatimu dan kau akan mati muda.


Si Biksu lalu berbalik dan menatap Chun Joong.

Biksu : Tapi jika kau meninggalkan segalanya dan ikut denganku, kau dan ayahmu akan hidup.

Chun Joong : Kata-katamu tidak konsisten. Bagaimana bisa seseorang mengkhianatiku dan menjadi belahan jiwaku? Pergi bersamamu bisa mengubah takdirku? Maka tidak ada yang perlu ditakutkan. Aku bisa mengubah masa depanku saja.


Biksu : Tentu. Lawanlah takdirmu. Itu memang takdirmu.

Biksu beranjak pergi.


Jwa Geun menyuruh Raja menulis titah. Raja pun mulai menulis dengan terpaksa.


Orang dari istana membacakan titah untuk Gubernur Choi.

"Gubernur Ganghwa, Choi Gyung, terima titah Istana kepadamu. Keluarga Kerajaan merestui dan memberi selamat pernikahan putra Choi Gyung, Choi Chun Joong dan putri Yang Mulia, Hwa Ryeon. Choi Gyung harus menindaklanjuti dengan penghormatan terdalam, tidak menimbulkan masalah, dan melapor dengan benar."


Chun Joong datang dan melihat ayahnya menerima titah.

Byeong Woon yang juga melihat itu, tersenyum senang semua berjalan sesuai rencananya.


Byeong Woon lalu memberi ucapan selamat pada Chun Joong dan meminta Gubernur Choi menunda keberangkat kapal agar pernikahan berjalan lancar. Gubernur Choi langsung menatap Byeong Woon.

Melihat itu, Chun Joong pun mengingatkan Byeong Woon bahwa ayahnya lah pemimpin Ganghwa dan ayahnya tahu yang terbaik.

Gubernur Choi terpaksa menunda keberangkatan kapal.

Byeong Woon senang lalu beranjak pergi.


Bong Ryeon ada di pohon itu, bersama Dan. Dan memberikan ucapan selamat pada Bong Ryeon yang akan segera menikah. Bong Ryeon  mengucapkan terima kasih atas ucapan selamat Dan.

Dan : Itu saja? Anda akan menjadi istri sekarang! Anda tidak bersemangat?

Bong Ryeon : Ibu pasti akan senang. Lihat kemari, Dan-ah. Enam tahun berlalu sejak aku pergi, tapi ini masih sama.

Dan : Nona, kita harus pergi sekarang. Para dayang istana telah berkumpul untuk memberi selamat.

Bong Ryeon : Baiklah.


Tapi saat mau pergi, Bong Ryeon teringat rencana Keluarga Kim.

Bong Ryeon lalu bertanya-tanya dalam hatinya, bisakah ia menyingkirkan mereka sendiri?


Di pelabuhan, Chun Joong memberi perintah pada pasukan kepolisian.

Chun Joong : Grup Satu, batasi pelabuhan. Grup Dua, jaga jalan pintu masuk utama! Meski keberangkatan ditunda, kita harus melindungi kapal dengan cara apa pun. Ini perintah tegas Gubernur, tetap siaga!

Tanpa disadari Chun Joong, pria suruhan Keluarga Kim mengawasinya.


Pria itu langsung menemui Byeong Woon.

Byeong Woon : Apa maksudmu kau tidak bisa masuk ke kapal?

Pria itu : Maafkan aku. Perimeternya sudah dijaga.

Byeong Woon : Maksudmu kau tidak bisa mengambil barangnya?

Pria itu : Tidak, Tuan! Aku akan mengambilnya kembali, apa pun yang terjadi!

Byeong Woon : Bagaimana caranya?

Pria itu terdiam.

Byeong Woon : Dasar bodoh... Kau tidak memberiku pilihan. Aku akan membunuh anjing yang menggigit tangan majikannya.


Sontak pria itu langsung menatap Byeong Woon dengan tegang.

Byeong Woon : Pindahkan mesiu tersembunyi ke pelabuhan. Masuki kapal saat keadaan kacau setelah ledakan itu.

Pria itu : Baik, Tuan!


Pria suruhan Keluarga Kim mulai bekerja. Ia dan orang-orangnya menyamar sebagai petugas kepolisian dan memindahkan beberapa kotak berisi mesiu ke dalam kapal. Dua dari mereka lalu menyerakkan bubuk mesiu di lantai kapal. Setelah itu mereka mengunci pintu kapal dan bergegas pergi.


Pria itu kemudian menemui seorang pelayan. Tanpa ia sadari, Chun Joong ditemani Man Seok mengawasinya dan melihat ia memberikan kunci serta uang pada pelayan. Chun Joong ingat pelayan itu adalah pelayan yang memberikan surat dari Bong Ryeon padanya.


Setelah pria itu pergi, Chun Joong dan Man Seok mendekati si pelayan. Si pelayan kaget sampai menjatuhkan kunci itu dan uangnya. Man Seok mengambil kunci dan uang itu dan menyerahkannya ke Chun Joong. Chun Joong melihat tulisan di kunci itu, kamar 2-1.


Chun Joong : Beraninya kau memberikan kunci gwana kepada orang asing... Kau melakukan kejahatan besar!

Si pelayan langsung berlutut.

"Maaf, Tuan! Kukira dia prajurit dari gwana..."

"Dasar berandal! Kau sebut itu alasan?" sewot Man Seok.

"Dia memberiku sedikit uang, jadi, aku pinjam kunci dari bilik pengawal. Aku segera mengembalikannya!" jawab si pelayan.


Chun Joong memikirkan sesuatu. Setelah itu, ia buru-buru pergi.


Di kamarnya, Bong Ryeon sedang membaca surat dari Chun Joong.

Chun Joong : Aku sudah menemukan yang kau cari. Datanglah ke pelabuhan.

Bong Ryeon langsung pasang muka tegang, tapi tak lama ia tersenyum.


Namun tiba-tiba, Byeong Woon menerobos masuk. Dan berusaha menghalangi Byeong Woon tapi Byeong Woon mendorongnya. Bong Ryeon langsung menyembunyikan surat dari Chun Joong di belakangnya. Byeong Woon lalu berjalan ke arah Bong Ryeon dengan wajah marah. Ia lalu mencengkram baju Bong Ryeon.

Byeong Woon : Aku tahu kau diam-diam bertemu dengan Choi Chun Joong. Menggodanya karena keluargaku baik, tapi jika kau menjadi ancaman bagi keluargaku...

Bong Ryeon menghempaskan cengkraman Byeong Woon.


Byeong Woon : ...  kauau akan mendapatkan hukuman berat lagi!

Byeong Woon lalu pergi.

Bong Ryeon terdiam marah sementara tangannya menggenggam surat dari Chun Joong.


Chun Joong bersama Man Seok dan pasukan polisi memeriksa kabin itu. Man Seok menemukan bubuk mesiu di lantai dan langsung memberitahu Chun Joong. Chun Joon yang sadar itu berbahaya, menyuruh yang lain mundur.


Ia lantas masuk ke dalam sendirian dan menemukan kotak kayu berlambang itu. Ia ingat lambang itu juga ada di potongan kertas minyak yang diserahkan Man Seok kepadanya bersama bubuk mesiu sebelumnya.


Seseorang membakar panah dan berdiri tak jauh di depan cabin. Chun Joong melihat orang itu mengarahkan panah api kepadanya.

Orang itu, pria suruhan Keluarga Kim.


Sontak Chun Joong langsung berlari keluar dan melompat, menangkis panah itu dengan pedangnya.

Para pasukan pun langsung memburu pria itu.


Disaat Chun Joong dan para pasukannya sibuk mengejar pria itu, para pekerja Keluarga Kim mulai mengambil barang-barang mereka dari kapal. Byeong Woon melihat para pekerjanya memindahkan barang-barang mereka. Ternyata, bubuk mesiu itu memang sengaja ditumpahkan di lantai kabin dan Chun Joong juga disengaja dipancing kesana agar Chun Joong lengah dan mereka bisa mengambil barang2 mereka.


Pria itu terkepung pasukan. Chun Joong muncul dan tanya siapa bos pria itu tapi pria itu malah tersenyum menyeringai, lalu bunuh diri.


Chun Joong terkejut.

Namun tak lama, wajahnya terlihat seperti ia menyadari sesuatu.


Para penduduk berkumpul, menyaksikan persiapan pernikahan Chun Joong dan Bong Ryeon.

Gubernur Choi yang ada di kapal, diberi ucapan selamat oleh anak buahnya atas pernikahan Chun Joong.

Gubernur Choi dengan raut wajah cemas bercampur tegang mengatakan kalau ia lebih senang dengan keberangkatan kapal. Ia bilang, kapal mereka harus tiba di Hanyang dengan selamat.


Pernikahan dimulai. Gubernur Choi yang berdiri disamping Byeong Woon terlihat tegang menatap putranya menikah.

In Kyu juga disana.


Bong Ryeon masuk.

Chun Joong dan Bong Ryeon saling tersenyum satu sama lain. Mereka bahagia.


Sementara In Kyu kaget mengetahui Bong Ryeon adalah putri raja.


Tapi pernikahan yang semula berjalan lancar, berubah kacau. Terjadi ledakan besar! Semua kaget terutama Gubernur Choi.

Sebuah kapal yang baru berlayar, meledak!


Byeong Woon senang melihatnya.


Gubernor Choi dapat laporan dari anak buahnya bahwa kapal barang sudah meledak.

Gubernur Choi kaget, kumpulkan semua pasukan yang menjaga pernikahan! Pergi ke pelabuhan!

Gubernur Choi bergegas ke pelabuhan.


Bong Ryeon menatap Byeong Woon. Ia yakin itu perbuatan Bong Ryeon.


Chun Joong menatap Bong Ryeon tegang Bong Ryeon. Bong Ryeon yang juga menatap Chun Joong, mengangguk pada Chun Joong. Chun Joong seketika pergi, meninggalkan pernikahannya dan menyusul ayahnya ke pelabuhan.


In Kyu yang naksir Bong Ryeon, senang pernikahan itu batal.


Bong Ryeon kembali menatap Byeong Woon. Byeong Woon juga menatap Bong Ryeon.

"Ini dahulu impianku.. Dia yang bertanggung jawab!" ucap Bong Ryeon dalam hati.


Gubernur Choi yang sudah tiba di pelabuhan syok melihat kapal barang terbakar.

Orang-orang yang ada di kapal, tewas terbakar!


Chun Joong tiba di pelabuhan dan syok melihat kapal barang terbakar.

Tentu saja, Gubernur Choi yang paling syok.

 - Kediaman Keluarga Kim-


Myung Hak sedang menatap perhiasan mereka yang ada di dalam beberapa peti.

Ternyata isi peti-peti yang mereka pindahkan bukan hanya bubuk mesiu, tapi juga perhiasan!

Myung Hak senang.

"Astaga! Berapa harganya ini, Tuan?"

Jwa Geun juga senang dan memuji putranya yang sudah bekerja dengan baik.

Myung Hak tanya, apa yang akan Jwa Geun lakukan pada Gubernur Choi.



Gubernur Choi bersama putranya juga Man Seok dan pasukannya menemui Byeong Woon. Byeong Woon bilang para petinggi mempromosikannya menjadi gubernur untuk mengatasi masalah ledakan. Byeong Woon lalu menyuruh pasukan polisi menangkap Gubernur Choi dengan tuduhan menyembunyikan peledak di kapal.

Byeong Woon : Dia akan menderita karena bersekongkol melawan kerajaan!


Chun Joong marah, bersekongkol? Apa maksudmu?

Gubernur Choi menghentikan Chun Joong.

Gubernur Choi : Chun Joong....

Gubernur Choi lalu menjatuhkan pedangnya.

Chun Joong kaget, ayah...

Gubernur Choi lalu dibawa pergi pasukan.


Chun Joong marah dan menatap Byeong Woon.

Byeong Woon : Apa? Ada yang ingin kau katakan?


Chun Joong menyerahkan temuannya ke Byeong Woon. Potongan kertas minyak dan bubuk mesiu itu.

Byeong Woon pura-pura bego.

Byeong Woon : Kau menemukan ini di pelabuhanmu dan bilang ini milik keluarga kami?

Chun Joong : Pelakunya bunuh diri. Tapi kami dengar dia prajurit di bawah perintah anda!


Byeong Woon : Kau punya bukti atas pernyataanmu? Ini lebih mungkin mesiu ayahmu. Rencana busukmu dan ayahmu untuk melawan kerajaan. Kau setuju, bukan?

Chun Joon : Ini rencana anda selama ini, bukan? Anda sengaja menuntunku ke mesiu di gudang! Benar, bukan?

Byeong Woon : Antar narapidana Choi Chun Joong ke selnya dan pastikan dia menjaga sikapnya.


Chun Joong pun dibawa menuju sel. In Gyu yang melihat itu tentu saja senang.


In Gyu lalu menemui Byeong Woon dan menunjukkan pedangnya. Dia bilang, itu pedang ayahnya yang bernilai lebih dari 1000 emas dari Dinasi Qing.

Byeong Woon : Pedang yang bagus, tapi aku punya banyak. Ini tidak istimewa, ambil dan pergilah.

In Gyu : Para petinggi mengirim hakim untuk menyelidiki ledakan kapal. Kabarnya hakim itu dekat dengan Raja dan Choi Gyung. Jika diam saja, anda akan dinyatakan bersalah. Selama Choi Gyung hidup, dia akan mencari cara untuk mengaitkan anda dengan kejahatan itu.

Byeong Woon : Lalu?

In Gyu : Aku akan mengotori tanganku sendiri untuk menenangkan anda.

Byeong Woon : Saat membeli ternak, apa kau membelinya dari orang yang tidak dikenal?


Mendengar itu, In Gyu mengambil pedangnya dan berniat menggorok lehernya sendiri.

In Gyu : Bicara dengan anda, hidupku sudah ada di tangan anda. Jika anda menganggapku tidak berguna, aku akan menggorok leherku.

Byeong Woon : Lucu! Mari kita lihat betapa bermanfaat ternak baruku!


In Gyu langsung bersujud pada Byeong Woon. Byeong Woon tersenyum senang.


Gubernur Choi mulai disiksa.


Sementara Chun Joong yang di penjara, gelisah mendengar teriakan ayahnya.


Malam harinya, Man Seok datang ke penjara. Ia memberikan uang pada para penjaga.

Man Seok : Menteri Keuangan mengirim hadiah atas kerja keras kalian! Minumlah!


Begitu para penjaga pergi, Dan menyusup ke penjara.


In Gyu ke penjara dan mendapati para penjaga sedang minum-minum.

In Gyu : Apa yang kalian lakukan?

"Menteri Keuangan mengirim hadiah atas kerja keras kami..."


In Gyu heran. Lalu ia bersama penjaga menuju sel Chun Joong tapi Chun Joong tak ada disana.

Mengetahui Chun Joong kabur, sontak lah In Gyu mencabut pedangnya dan menebas seorang penjaga.

In Gyu lalu menyuruh penjaga yang lain mencari Chun Joong.


Chun Joong sendiri dibawa oleh Man Seok dan Dan ke sebuah kapal. Ia pun terkejut melihat Bong Ryeon disana. Chun Joong bergegas masuk.

Man Seok bilang, dia akan berjaga diluar.


Bong Ryeon : Kau terluka? Ada yang ingin kukatakan kepadamu. Seorang hakim, yang sepaham dengan teori ayahmu, telah ditunjuk dan sedang dalam perjalanan. Begitu dia tiba, investigasi yang adil akan mengungkap kebenarannya.

Chun Joong : Bagaimana bisa? Kita tidak punya bukti.

Bong Ryeon : Kau punya saksi.

Chun Joong : Siapa?


Bong Ryeon terdiam sejenak sebelum akhirnya mengatakan bahwa ia lah saksinya. Mendengar itu, Chun Joong sontak cemas. Ia takut Byeong Woon akan mencelakai Bong Ryeon. Tapi Bong Ryeon bilang tidak peduli. Sambil memegang tangan Chun Joong, ia mengaku, untuk sekali ini, ia senang menjadi Tuan Putri.


Chun Joong pun memeluk Bong Ryeon. Ia mengucapkan terima kasih dan berkata tidak akan pernah melupakan jasa Bong Ryeon.

Bong Ryeon berkaca-kaca mendengarnya.

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment