.

I Have a Lover Ep 19 Part 2

Sebelumnya <<<


Di kantornya, Baek Seok menatap cincin yang hendak digunakannya untuk melamar Hae Gang dengan wajah sedih. Baek Seok pun teringat kata2 Hae Gang. Hae Gang bilang bahwa ia sudah mengakui perasaannya pada Jin Eon. Teringat kata2 Hae Gang membuat Baek Seok semakin sedih.


Tak lama berselang, ponsel Baek Seok berdering. Baek Seok menerima panggilan dari guru SMPnya. Guru SMP Baek Seok menanyakan Yong Gi. Baek Seok terkejut ketika guru SMPnya mengatakan tentang ibu Yong Gi. Ia pun langsung menatap ke arah meja Hae Gang. Guru SMP Baek Seok lantas memberikan nomor contact Nyonya Kim.

Di rumahnya, Nyonya Kim sedang membingkai foto Yong Gi dan Woo Joo. Tak lama, ia menerima panggilan dari Baek Seok.

“Apa anda benar2 ibu kandung Yong Gi? Yong Gi pernah bilang padaku bahwa orang tuanya sudah meninggal saat ia masih kecil. Aku harus bertemu denganmu terlebih dahulu sebelum aku mempertemukan kalian. Aku minta maaf, tapi dunia ini penuh dengan orang jahat.” Ucap Baek Seok.

“Aku sudah menemukan Yong Gi.” Jawab Nyonya Kim, membuat Baek Seok kaget.

“Anda sudah bertemu dengannya?” tanya Baek Seok.

“Aku belum bertemu dengannya. Aku butuh waktu untuk menemuinya. Cucuku sedang sakit, jadi aku pasti menemukan cara untuk membawanya kembali. Karena aku sudah menemukan Yong Gi jadi kau tidak perlu cemas.” Jawab Nyonya Kim.

Pembicaraan selesai. Baek Seok menggumam heran, cucu?


Hae Gang masih bersama Jin Eon. Jin Eon masih terlihat lesu. Hae Gang memberikan Jin Eon sebotol air, tapi Jin Eon menolaknya. Hae Gang terus menyodorkan air itu pada Jin Eon, tapi Jin Eon malah membuangnya. Hae Gang kesal, ia lalu mengeluarkan sebotol air lagi dari tasnya dan memberikannya pada Jin Eon. Jin Eon tetap menolak.

“Marah lebih baik daripada tidak melakukan apa2. Mulai besok, aku akan mengikutimu untuk membuatmu marah, Choi Jin Eon-ssi.” Ucap Hae Gang.


“Gomawoyo. Aku minta maaf karena apa yang sudah kulakukan, karena ketidaksopananku, karena hal2 yang sudah menyulitkanmu, karena telah membuatmu bingung. Aku minta maaf, Dokgo Yong Gi-ssi. Aku akan pulang ke rumahku. Kau juga pulang lah ke rumahmu. Kembalilah pada keluargamu. Kembali lah pada orang yang membuatmu nyaman.” Jawab Jin Eon.

Hae Gang berkaca2 mendengar penuturan Jin Eon. Jin Eon pun beranjak pergi.


Taksi yang dinaiki Yong Gi, Gyu Seok dan Woo Joo berhenti di suatu tempat. Yong Gi masih merasakan nyeri di perutnya. Gyu Seok berkata, bahwa Yong Gi akan terus merasa nyeri sepanjang malam. Gyu Seok lantas menyuruh Yong Gi mengambil obat di apotek.

“Aku bisa mengurus diriku sendiri, jadi berhentilah bicara karena itu bukan urusanmu dan bisakah kau meminjami ku sedikit uang?” jawab Yong Gi.

“Jika kau tidak pingsan di kantor polisi, kau tidak akan mendapat tariff sebesar ini.” ucap Gyu Seok.

“Jadi kau mau bilang bahwa kau tidak mencuri uangku?” tanya Yong Gi.

Gyu Seok pun kesal dan menyuruh Yong Gi turun. Yong Gi pun turun dengan wajah kesal yang kemudian disusul oleh Gyu Seok dan Woo Joo. Mereka pun berdiri di depan sebuah rumah. Yong Gi mengeluhkan uangnya yang hilang dan kembali mencoba meminjam uang pada Gyu Seok. Gyu Seok menolak meminjamkan uangnya. Namun hati Gyu Seok luluh saat Woo Joo mengeluh lapar.


Gyu Seok dan Woo Joo sedang sibuk melahap mie kacang hitam. Tak lama kemudian, Yong Gi keluar dari toilet dan langsung baringan di lantai. Woo Joo bilang pada ibunya kalau ia sangat menyukai makanan Korea. Woo Joo lantas menanyakan nama makanan yang sedang dimakannya itu pada Gyu Seok.

“Apa kau baru pertama kali memakan ini?” tanya Gyu Seok dan Woo Joo pun mengangguk.

“Ini namanya jjajangmyeon.’ Jawab Gyu Seok.


Yong Gi tiba2 saja menggigil. Woo Joo pun mencemaskan kesehatan ibunya. Gyu Seok pun dengan wajah terpaksa memberikan jasnya pada Woo Joo. Dan Woo Joo menyelimuti ibunya dengan jas Gyu Seok. Yong Gi menyindir Gyu Seok. Ia mengaku heran karena tiba2 Gyu Seok bersikap baik padanya, padahal biasanya Gyu Seok selalu marah2.

“Kau bisa Bahasa Korea, kan? Jadi bicaralah dengan bahasa kita. Aku tidak bisa diam saja melihatmu berbohong. Katakan identitasmu yang sebenarnya.” jawab Gyu Seok, membuat Yong Gi diam.


Baek Seok tiba di rumah yang dulu ditempati Hae Gang dan Jin Eon. Ia ingin menemui Nyonya Kim. Saat bertemu Nyonya Kim, ia meminta maaf karena sudah bersikap kasar. Baek Seok kemudian menyadari kalau wanita yang ada di hadapannya adalah ibu Hae Gang.

“Bukankah anda ibunya Do Hae Gang? Aku datang ke sini untuk bertemu dengan ibunya Yong Gi. Alamat yang diberikan guru padaku…”

Baek Seok pun menghentikan kalimatnya karena menyadari sesuatu.

“Dia juga putriku. Yong Gi.” Jawab Nyonya Kim, membuat Baek Seok terkejut.

“Mereka berdua saudara kembar. Yong Gi adalah adiknya Hae Gang. Mereka berdua adalah putriku.” Jawab Nyonya Kim lagi.


Jin Eon akhirnya pulang ke rumahnya. Nyonya Hong dan Seol Ri yang sudah menunggunya pun menatap cemas ke arahnya. Setibanya di rumah, Jin Eon langsung menanyakan lokasi kecelakaan Hae Gang. Tae Seok pun datang dan berkata Hae Gang mengalami kecelakaan di China.

“Dia bahkan tidak pernah pergi ke China. Dimana Hae Gang mengalami kecelakaan?” tanya Jin Eon.

“Apa maksudmu? Kakak iparmu sendiri yang pergi ke China dan membawa jenazah Hae Gang.” Jawab Nyonya Hong.

Seol Ri pun melirik tajam pada Tae Seok.

“Ibu bilang kakak ipar yang pergi sendiri dan membawa jenazah Hae Gang?” tanya Jin Eon.


Tae Seok nampak tegang. Jin Eon langsung menghampiri Tae Seok. Ia ingin tahu lokasi kecelakaan Hae Gang. Tae Seok diam saja. Seol Ri menatap tajam Tae Seok.

“Di bendungan dekat jalan raya. Dia bunuh diri.” Jawab Tae Seok.

Nyonya Hong kaget. “Siapa yang bunuh diri? Hae Gang?”


Seol Ri menatap Tae Seok tak percaya.

“Pada hari dimana dia seharusnya pergi ke China, dia terjun ke dalam bendungan itu. Aku pikir dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kau sudah meninggalkannya.” Jawab Tae Seok.

Jin Eon pun syok mendengarnya. Dengan langkah gontai, Jin Eon pergi menuju kamarnya. Seol Ri menatap tajam Tae Seok sembari menggenggam erat ponselnya.


Nyonya Kim memberitahu nama asli Hae Gang pada Baek Seok. Sebenarnya, Hae Gang bernama Dokgo Ong Gi. Nyonya Kim bilang suaminya lah yang memberikan nama itu agar Hae Gang bisa hidup dengan penuh kehangatan. Sementara Yong Gi bisa hidup dengan penuh keberanian. Ong Gi artinya kehangatan dan Yong Gi artinya keberanian. Baek Seok tertegun mendengar penuturan Nyonya Kim.

“Tanpa mendaftarkan pernikahan kami, kami hidup bersama. Saat kami berpisah, kami mengambil salah satu dari mereka. Tak lama kemudian, aku menemukan bahwa suamiku sudah meninggal. Aku pergi menemui Yong Gi tapi Yong Gi sudah pergi.” Ucap Nyonya Kim lagi.

Baek Seok syok. Saking syok nya, ia pergi begitu saja dan meninggalkan tasnya. Nyonya Kim menyusul Baek Seok untuk mengembalikan tas Baek Seok. Nyonya Kim pun akhirnya ingat bahwa Baek Seok adalah putra Tuan Baek. Nyonya Kim lantas meminta Baek Seok merahasiakan soal Yong Gi dari siapapun. Nyonya Kim mengaku punya firasat buruk jika orang2 sampai mengetahui tentang Yong Gi.


Di kamarnya, Jin Eon duduk bersandar di lantai dengan wajah penuh penyesalan. Ia teringat kata2nya saat Hae Gang berusaha bunuh diri dengan melompat ke sungai.

“Aku tidak akan pernah memaafkanmu untuk apa yang telah kau lakukan hari ini. Aku tidak akan memaafkanmu sampai aku mati. Bahkan meskipun aku mendengar berita kematianmu, aku tidak akan bergerak seinci pun. Jadi jangan lakukan hal ini lagi. Ini terakhir kalinya aku terlibat dalam hidupmu.” Ucap Jin Eon.


Flashback…

Jin Eon yang sedang berdua dengan Seol Ri terkejut melihat Hae Gang yang berdiri di hadapannya. Hae Gang menatap Jin Eon dengan tatapan terluka. Tak lama berselang, Hae Gang melompat ke sungai.

Flashback end..


Jin Eon pun akhirnya pingsan.


Baek Seok yang baru saja tiba di rumahnya tampak kecewa menatap Hae Gang. Hae Gang mencoba menegur Baek Seok, tapi Baek Seok diam saja membuat Hae Gang merasa bersalah.

“Jadi kau Do Hae Gang? Jadi kau istri si pria brengsek itu?” batin Baek Seok kecewa.

Hae Gang pun mendekati Baek Seok.

“Aku baik2 saja, jadi jangan merasa terbebani. Katakan kata2 itu. Apapun yang kau katakan, aku akan baik2 saja.” Ucap Hae Gang.


“Aku mencintaimu.” Jawab Baek Seok, membuat Hae Gang diam.

“Aku mencintaimu. Aku tidak tahu harus mengatakan apa, aku tidak tahu harus melakukan apa. Hanya satu yang kutahu, aku mencintai orang yang ada di hadapanku saat ini.” ucap Baek Seok lagi, membuat Hae Gang semakin merasa bersalah.


Jin Eon jatuh sakit. Dalam tidurnya, ia mengigau dan menyebut2 nama Hae Gang. Seol Ri merawat Jin Eon dengan penuh kesabaran meski hatinya terluka mendengar Jin Eon memanggil2 nama Hae Gang.


Di ruang kerjanya, Presdir Choi bicara dengan Tae Seok. Presdir Choi berkata, apa Tae Seok tidak takut hukuman Tuhan? Tae Seok pun membela diri. Ia berkata terpaksa mengatakan itu agar Jin Eon tidak curiga. Presdir Choi pun tampak resah. Tae Seok lantas berkata bahwa ia membutuhkan tubuh seseorang untuk mengisir guci tempat abu Hae Gang.

(Ini artinya guci abu Hae Gang dibiarkan kosong selama ini)

“Kau bilang Dokgo Yong Gi tau soal Pudoxin, kan? Kau juga bilang bahwa kau memiliki rekaman yang belum disiarkan? Kau bilang dia melarikan diri ke China? Kenapa aku belum mendengar apapun? Kau belum menemukannya?” tanya Presdir Choi.

“Aku sudah menemukannya.” Jawab Tae Seok.

Presdir Choi kaget, kau menemukannya?

“Biarkan aku yang mengurus Dokgo Yong Gi. Kau hanya perlu tidur nyaman sepanjang hidupmu. Pudoxin milikku dan Ssanghwasan milikmu, hidup kita berada di tangan Dokgo Yong Gi.” Ucap Tae Seok.

Presdir Choi pun menatap Tae Seok dengan cemas.


Seol Ri masih menjaga Jin Eon. Ia menatap Jin Eon dengan raut wajah terluka. Tak lama, Tae Seok datang dan terkejut melihat Seol Ri. Tae Seok bertanya, apa Seol Ri sepanjang malam berada di sisi Jin Eon? Seol Ri mengiyakan. Tae Seok lantas menanyakan keadaan Jin Eon. Tae Seok mengaku bahwa dirinya mencemaskan Jin Eon.

“Aku memberinya obat tidur.” Jawab Seol Ri.

“Itu bagus, dia harus cukup tidur di kondisi seperti ini.” ucap Tae Seok.

“Kenapa kau melakukannya? Menceritakan padanya bahwa dia bunuh diri. Meskipun dia benar2 bunuh diri, seharusnya kau tidak memberitahunya. Jadi bagaimana bisa kau mengatakan dia bunuh diri? Pasti ada sesuatu, kan? Sesuatu yang dirahasiakan dan dilindungi. Aku tahu dia tidak bunuh diri. Aku menguping yang kau bicarakan dengan ayah.” jawab Seol Ri.


Tae Seok pun terkejut. Tae Seok lantas mengajak Seol Ri bicara di tempat lain. Sebelum keluar, Seol Ri menatap Jin Eon dengan cemas. Begitu mereka keluar, Jin Eon membuka matanya!!!

(Wohooo, Jin Eon mendengar semuanya)


“Ayah percaya kali ini bahwa orang itu yang mati karena bunuh diri akan segera kembali. Aku benar, kan? Dan kau, kakak ipar. Kau terus mencari dan mencari di semua tempat orang yang bunuh diri itu. Kau bilang Do Hae Gang tidak akan pernah kembali. Apa yang kalian sembunyikan? Kenapa Do Hae Gang mati, bagaimana Do Hae Gang mati. Kau mengetahuinya, benar? Itulah kenapa kau menyembunyikan kebenarannya dan berbohong. Itu bukan bunuh diri atau kecelakaan mobil biasa, benar? Apa Do Hae Gang dibunuh? Tapi kenapa?” ucap Seol Ri sambil menatap tajam Tae Seok.


“Kau ini bicara apa? Kenapa seseorang harus membunuh Lawyer Do? Jika seseorang membunuh Lawyer Do, apa kau pikir aku atau ayah akan diam saja dan membiarkan orang itu hidup bebas? Aku menyukai Lawyer Do lebih daripada kau menyukainya. Dia adalah partner sekaligus sainganku yang sempurna. Dan dia juga keluargaku. Aku berbohong demi adik ipar, karena kita tahu reaksinya akan seperti ini. Ini keputusan keluarga.” Jawab Tae Seok dengan wajah tegang.

“Aku hanya ingin tahu kebenarannya. Ceritakan padaku.” Ucap Seol Ri.


Sementara itu Hae Gang masih melanjutkan aksi unjuk rasa di depan kantor Jin Eon. Dan di ruangannya, Tae Seok menyuruh Produser Kim membunuh Yong Gi. Produser Kim terkejut. Tae Seok bilang ini sudah waktunya untuk melenyapkan Yong Gi. Tae Seok juga menyuruh Produser Kim mencari mayat seseorang (biar abunya bisa dimasukin ke guci abu Hae Gang yang kosong)

Di kamarnya, Jin Eon sedang bersiap2 untuk pergi kerja. Jin Eon tampak memikirkan sesuatu (semoga Jin Eon nguping deh pembicaraan Tae Seok dan Seol Ri).

Jin Eon yang baru tiba di kantornya bertemu Hae Gang yang lagi unjuk rasa. Hae Gang menatap sendu Jin Eon. Jin Eon mulai bersikap dingin pada Hae Gang.

Setibanya di kantor, Manajer Byeon kaget melihat Jin Eon. Jin Eon ingin tahu kenapa Manajer Byeon begitu terkejut melihat dirinya. Manajer Byeon heran melihat Jin Eon yang baik2 saja. Jin Eon pun menyindir, ia tanya apa ada rumor yang mengatakan dirinya tidak baik2 saja.


Jin Eon yang baru masuk ruangannya langsung disamperin Tae Seok. Sikap Jin Eon pun tampak dingin pada Tae Seok. Tae Seok meminta Jin Eon tidak memaksakan diri terlalu keras karena ia akan mengurus semuanya. Hal itu membuat Jin Eon bertanya kenapa Tae Seok selalu berpikir seperti itu. Jin Eon pun berkata bahwa Tae Seok lah yang terlalu memaksakan diri pada setiap situasi.

(Ini sikap dingin Jin Eon ke Tae Seok makin bikin aku yakin klo Jin Eon nguping pembicaraan Tae Seok dan Seol Ri)

“Apa? Apa maksudmu?” tanya Tae Seok tenang.

“Aku berpikir kau lah dalang dibalik kecelakaan yang menimpa Moon Tae Joon.” Jawab Jin Eon.

“Apa?” kaget Tae Seok.


“Kau tidak perlu terkejut begitu. Itu hanya pikiranku saja, lagipula aku tidak punya bukti.” Jawab Jin Eon.

“Kenapa kau begitu yakin aku pelakunya?” tanya Tae Seok.

“Karena tidak ada bukti konkret.” Jawab Jin Eon.

“Apa?” tanya Tae Seok heran.

“Berdasarkan kamera keamanan, nomor plat yang menabrak Moon Tae Joon adalah palsu dan tidak ada satu pun saksi. Aku pergi ke kantor polisi. Mereka bilang kecil kemungkinan bisa menangkap pelakunya. Karena itu kecelakaan yang direncanakan, itulah sebabnya tidak ada bukti atau pun saksi.” Jawab Jin Eon.

Tae Seok pun seketika berubah tegang, namun ia masih berusaha menutupi ketegangannya. Tapi meski Tae Seok berusaha bersikap tenang, Jin Eon tetap bisa merasakan ketegangan Tae Seok.

Di rumah sakit, Yong Gi menghubungi Gyu Seok. Woo Joo duduk menunggu Yong Gi. Gyu Seok kaget karena Yong Gi tahu nomornya. Yong Gi mengaku ia melihatnya saat Gyu Seok mengisi laporan di kantor polisi.

“Aku tahu hari ini kau libur tapi bisakah kau datang ke rumah sakit? Aku tidak punya siapapun untuk dimintai tolong. Aku dan anakku mengisi perut dengan sampel makanan gratis. Aku bahkan menjual darahku untuk membelikannya roti. Kami berjalan kesana kemari, karena itu lah kami jadi cepat lapar.” Ucap Yong Gi.

“Itu bukan urusanku.” Jawab Gyu Seok.

“Dasar brengs*k!” maki Yong Gi dalam Bahasa China.

“Kau mengataiku brengs*ek?” tanya Gyu Seok.

Yong Gi terkejut. Ia tidak menyangka Gyu Seok mengerti Bahasa China. Gyu Seok lantas memutuskan telepon begitu saja. Yong Gi kembali pada Woo Joo. Ia menyuruh Woo Joo menunggunya karena ia akan mengambil tas Woo Joo. Sebelum pergi, Yong Gi melarang Woo Joo bicara dengan orang asing. Yong Gi pun mencium Woo Joo, kemudian beranjak pergi. Woo Joo asyik menikmati roti cokelatnya.


Gyu Seok yang berada di ruangannya tampak memikirkan kata2 Yong Gi. Gyu Seok akhirnya beranjak keluar dan bertemu Woo Joo di depan meja resepsionis. Woo Joo memberitahu Gyu Seok bahwa ibunya sedang pergi mencari tas mereka. Gyu Seok lantas duduk disamping Woo Joo. Woo Joo menggeser posisi duduknya dan menatap Gyu Seok. Gyu Seok mengambil boneka Woo Joo dan memberikannya pada Woo Joo. Woo Joo memainkan bonekanya dan Gyu Seok tersenyum menatap Woo Joo.


Yong Gi mencari tasnya di toilet. Ia mengecek ke dalam bilik toilet satu per satu dan menemukan tasnya di dalam salah satu bilik toilet yang dijadikan gudang penyimpanan.

Baek Seok ada di rumah sakit, sedang berbicara dengan kakak Moon Tae Joon. Kakak Moon Tae Jon berniat menutup kasus itu. Ia berkata bahwa Cheon Nyeon Farmasi akan memberikan kompensasi jika mereka menutup kasus itu. Baek Seok menghela napas kesal.


Yong Gi berjalan dengan muka lesu sambil menggeret kopernya. Tiba2, langkahnya melambat dan ia terkejut melihat sosok di hadapannya. Sementara itu sosok di hadapannya sedang berjalan dengan wajah ditekuk. Sosok itu, Baek Seok!

“Kau, Baek Seok!” seru Yong Gi.

Baek Seok pun mendongakkan wajahnya dan terkejut melihat sosok di hadapannya.

“Kau Baek Seok, kan? Ini aku, Dokgo Yong Gi-ya!” seru Yong Gi lagi.

Bersambung

Post a Comment

0 Comments