.

I Have a Lover Ep 25 Part 2

Sebelumnya...........


Tuan Baek sedang membaca formulir registrasi Hae Gang. Di depannya, Hae Gang sedang makan. Hae Gang berkata, kalau bubur abalone sangat mahal. Hae Gang mengaku kalau ia bisa hanya makan nasi saja. Tuan Baek berkata, kalau hari itu adalah hari khusus. Tuan Baek mengaku akan memberikan Hae Gang sesuatu yang lebih mahal sampai Hae Gang pergi.

“Kau harus pergi melihat ibumu.” Ucap Tuan Baek lagi.

“Aku tidak bisa membawa diriku pergi. Aku tidak akan bisa mengenalinya. Kudengar, ibuku sudah terluka karena adik kembarku. Aku tidak ingin membuatnya lebih terluka. Aku hanya akan melihatnya dari kejauhan.” Jawab Hae Gang.


“Apa ada hadiah yang lebih baik selain dia tahu kalau kau masih hidup? Pergilah dan temui dia. Temui ibumu dan adik kembarmu.” Jawab Tuan Baek

Hae Gang hanya mengangguk.

“Yong Gi-ya.” panggil Tuan Baek, yang langsung diiyakan Hae Gang. Tapi kemudian, Tuan Baek tersadar kalau tak seharusnya ia memanggil Hae Gang dengan nama Yong Gi lagi. Hae Gang berkata, tidak masalah buatnya dipanggil dengan nama itu karena ia sudah terbiasa dengan nama itu.

“Mulai sekarang, selain namamu yang asing, kau akan mengalami banyak situasi sulit yang tidak pernah kau bayangkan. Jangan berusaha terlalu keras. Mengerti?” ucap Tuan Baek.

Tangis Hae Gang langsung keluar. Tuan Baek lalu meminta maaf karena sudah berbicara terlalu banyak dan membuat Hae Gang tidak bisa makan. Tuan Baek pergi. Hae Gang menyendokkan nasi ke mulutnya, sambil menangis haru.


Yong Gi masih bersama dengan Baek Seok. Yong Gi terkejut saat Baek Seok memberitahunya bahwa Hae Gang ditusuk seseorang. Baek Seok berkata, kalau Yong Gi sedang dalam bahaya dan meminta Yong Gi menceritakan semuanya. Yong Gi pun akhirnya menyebutkan satu kata, Pudoxin. Baek Seok terkejut.


“Ada kebohongan uji klinis untuk menyembunyikan risiko patah tulang. Itulah yang diketahui ayah Woo Joo. Aku memiliki sebuah video yang dia tinggalkan untukku. Aku juga memiliki video bahwa dia diancam, tapi itu tidak pernah disiarkan. Kami pergi untuk mempersiapkan pernikahan kami, dan setelah kami kembali kami malah menerima gugatan yang dilayangkan Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon. Mereka bilang dia menggelapkan dana perusahaan sebanyak 6 juta won dan menggunakan uang itu untuk berjudi. Karena itu dia dipecat. Ini tidak adil, sehingga kami mengajukan gugatan balik. Kemudian, mereka mengatakan dia bunuh diri karena depresi. Aku tidak tahu apa2. Kudengar dia pergi ke Stasiun Imjingak dan melompat ke depan kereta api. Tidak hanya uji klinis palsu, tapi kematiannya juga dipalsukan. Do Hae Gang adalah Kepala Departemen Hukum di Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon. Apa kau pikir dia tahu tentang ini? Seberapa banyak yang dia ketahui? Bagiku dan juga Woo Joo, dia adalah penyelamat hidup kami. Tapi bagi ayahnya Woo Joo, dia orang seperti apa? Haruskah aku bertemu dengan Do Hae Gang?” ucap Yong Gi.

Baek Seok terkejut setengah mati.


Hae Gang bertemu Jin Ri di depan rumah Baek Seok. Ia terkejut. Dalam hati, Hae Gang berkata bahwa seharusnya Jin Ri menjadi kakak iparnya. Jin Ri yang juga menatap tajam Hae Gang tidak percaya bahwa sosok yang ada di hadapannya adalah Hae Gang. Hae Gang lantas beranjak menghampiri Jin Ri.

“Apa yang membawamu ke sini, Choi Jin Ri-ssi?” tanya Hae Gang.

“Apa? Choi Jin Ri-ssi?” ucap Jin Ri kesal.

“Bukankah namamu Choi Jin Ri.” Jawab Hae Gang.

“Apa kau lupa? Aku ini Jin Eon noona.” Ucap Jin Ri.

“Terus? Jika kau Choi Jin Eon noona, aku harus memanggilmu apa?” tanya Hae Gang.


“Lupakan soal noona. Aku adalah istri CEO Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon dan putrinya Presdir Choi Man Ho, pemilik Perusahaan Cheon Nyeon. Tidak ada seorang pun yang berada di dekatku yang berani memanggilku Nona Choi Jin Ri.” Jawab Jin Ri.

“Tapi aku tidak dekat denganmu dan aku bukan karyawanmu, Choi Jin Ri-ssi. Saat kau berada di luar kantor, seharusnya kau melupakan jabatanmu. Bagaimana bisa kau menyuruh setiap orang yang kau temui untuk melayanimu? Kau terlihat sedikit lebih menyedihkan.” Ucap Hae Gang.

“A… apa?!” Jin Ri marah, tapi ia memutuskan untuk membiarkan Hae Gang kali ini karena Hae Gang amnesia.


“Kau datang untuk menemuiku?” tanya Hae Gang.

“Iya, aku mencarimu. Kau pikir apa alasanku datang menemui seseorang sepertimu? Kita bicara di tempat lain.” Jawab Jin Ri.

“Aku juga mencarimu.” Ucap Hae Gang.

“Kenapa kau mencari seseorang sepertiku?” tanya Jin Ri.

“Ojakgyo. Kau bilang kau akan mendukung hubunganku dengan Choi Jin Eon. Kau bilang kau akan membuatku menjadi menantu Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon. Aku ingin menjadi menantu di keluargamu. Aku akan melupakan keluargaku dan berjalan dengan ringan menuju keluargamu.” Jawab Hae Gang.


Sekarang, Hae Gang dan Jin Ri ada di sebuah kafe. Hae Gang menatap Jin Ri dengan santai. Tapi Jin RI menatapnya tajam. Bunyi ponsel terdengar. Tapi baik Jin Ri maupun Hae Gang tidak menghiraukan bunyi ponsel itu. Jin Ri lantas menyuruh Hae Gang memesan sesuatu. Hae Gang menolak. Ia beralasan, karena dirinya yang ditraktir jadi Jin Ri lah yang harus memesan makanan.

“A… apa?!! Dokgo Yong Gi! Berani sekali kau menyuruhku! Hatimu tergantung diluar perutmu! Hah?” teriak Jin Ri.

“Itu hampir keluar. Aku ditusuk di depan rumahku. Sudah beberapa hari sejak aku keluar dari rumah sakit. Biaya operasi sangat mahal.” Jawab Hae Gang.


Jin Ri kaget, “Kau ditusuk?”

“Kau tahu Moon Tae Joon yang berunjuk rasa denganku? Dia menjadi korban tabrak lari. Karena aku berada di rumah sakit jadi aku tidak tahu kalau dia sudah meninggal. Aku juga hampir mati. Kami akan menangkap pelakunya sesegara mungkin.” ucap Hae Gang.

Jin Ri langsung diam. Dan ia menatap Hae Gang dengan wajah tegang.

“Kudengar, abu Hae Gang tidak ada. Apa yang terjadi? Apa kau mengatur pemakaman palsu tanpa mayat dan mengeluarkan sertifikat kematian bahkan membuat sebuah kuburan?” tanya Hae Gang.

Jin Ri tetap diam, sembari menatap Hae Gang dengan wajah tegang.

“Aku minta maaf. Ini bukan urusanku.” Ucap Hae Gang.

Bunyi ponsel kembali terdengar. Ponsel Jin Ri. Hae Gang menyuruh Jin Ri menjawabnya, panggilan dari Jin Eon. Dengan tangan gemetar, Jin Ri pun mengambil ponselnya dan beranjak pergi.


Seol Ri memberikan selembar kertas pada Nyonya Hong. Seol Ri berkata, akan sulit bagi Nyonya Hong untuk sembuh sepenuhnya tapi jika Nyonya Hong menjalani pengobatan dan ikut rehabilitasi, mereka bisa menghambat perkembangan penyakit Nyonya Hong. Seol Ri lantas menyuruh Nyonya Hong melihat obat yang ada di kertas itu. Seol Ri bilang obat itu keluaran Jepang, tapi obat itu akan menimbulkan kerusakan pada sel2 hati sebagai efek sampingnya. Seol Ri juga berkata akan mencari tahu apakah seorang dokter akan menyarankan meminum obat itu pada pasiennya. Nyonya Hong mengangguk sembari tersenyum.

“Ngomong2, sepanjang yang aku pelajari tentang obat itu, aku mengetahui obat itu disetujui untuk 3 kali uji klinis. Obat yang ada hanya bisa memperlambat penuaan sel2 otak tapi obat yang satu ini langsung menyerang zat yang menyebabkan dementia. Ibu, ikutlah dalam uji klinis ini. Dalam penelitian ini, juga ada professor ku dan seniorku di sekolah. Aku akan menjembatani ibu dan mereka jadi ibu bisa mengikuti uji klinis ini.” ucap Seol Ri.


Tanpa mereka sadari, Presdir Choi menguping pembicaraan mereka. Presdir Choi mulai tersentuh melihat usaha Seol Ri.


Penyakit Nyonya Hong kambuh lagi. Nyonya Hong menyuruh Seol Ri berhenti bicara. Seol Ri terkejut.

“Kau juga mengenakan parfum sekarang? Berapa banyak lagi yang ingin kau lakukan untuk membuat putraku terkesan? Apa anakku yang membelikanmu parfum itu? Aromanya sangat menjijikkan. Harusnya yang tercium aroma wangi tapi yang ada malah bau busuk. Udara di kamar ini tercemar karena bau parfummu. Bau busuk dan partikel debu berasal dari pakaianmu yang murahan! Kau mencekikku.” Bentak Nyonya Hong.

Seol Ri menangis…

“Maafkan aku, ibu. Aku tidak akan memakai parfum ini lagi.” Ucap Seol Ri.


Seol Ri lantas menyuruh Nyonya Hong minum teh. Tapi bukannya meminum teh, Nyonya Hong malah menyiramkan teh itu ke Seol Ri. Tepat saat itu, Presdir Choi masuk. Nyonya Hong menyalahkan Seol Ri atas kematian Eun Sol. Seol Ri tidak marah. Ia menahan kesedihannya dan mengajak Nyonya Hong jalan2 keluar. Tapi Nyonya Hong malah semakin marah.

“Kudengar kau berbicara di telepon dengan ayah mertuamu. Haruskah kukatakan apa yang kau lakukan pada pria yang membunuh Eun Sol?” ucap Nyonya Hong.


Seol Ri terkejut, ibu…

“Ayahmu membuat sebuah buku akutansi penipuan dan kau melaporkannya pada jaksa! Kau menghancurkan perusahaan dengan mengajukan gugatan pencemaran nama baik dan membuat saham perusahaan jatuh! Ayah mertuamu bersembunyi di laboratorium dan kau memberitahukannya pada jaksa! Peneliti itu akhirnya bunuh diri. Aku menyembunyikan ini karena aku takut anakku bernasib sama dengan Eun Sol!” teriak Nyonya Hong.

Seol Ri pun syok… aku juga sama syoknya seperti Seol Ri…


Presdir Choi pun masuk dan langsung memeluk istrinya. Presdir Choi meminta Seol Ri menjaga istrinya. Presdir Choi mengaku dirinya tenang jika istrinya berada di sisi Seol Ri. Seol Ri pun berkata, semesternya akan dimulai bulan depan jadi ia masih memiliki sedikit waktu menemani Nyonya Hong. Seol Ri mengaku, berkat Nyonya Hong dirinya bisa bersekolah di luar negeri dengan nyaman. Seol Ri juga mengaku karena dirinya tidak memiliki seorang ibu, jadi ia suka menghabiskan waktunya bersama Nyonya Hong. Seol Ri juga berkata, ingin berada di samping Nyonya Hong dan mengurus Nyonya Hong apapun yang terjadi.

Presdir Choi berterima kasih dan berjanji tidak akan melupakan jasa Seol Ri ini….


Di perpustakaan, Hae Gang sedang memeriksa berkas2nya. Namun tiba2, wajahnya berubah terkejut. Hae Gang membaca berkas2nya. Ia pun merasa yang tertulis di berkas itu tidak masuk akal. Di dalam berkas itu tertulis tentang banding yang diajukan penggugat di tolak.

“Penggugat memiliki banyak pendukung. Memenangkan setiap kasus. Do Hae Gang, orang seperti apa dirimu?” gumam Hae Gang.

Ponsel Hae Gang berbunyi. Hae Gang tersenyum membaca pesan dari Jin Eon. Dalam pesannya, Jin Eon mengaku merindukan Hae Gang.


Jin Eon sedang menunggu balasan SMS dari Hae Gang. Sementara Hyun Woo tampak berkutat dengan beberapa berkas di meja. Karena balasan Hae Gang tak kunjung datang, Jin Eon menaruh ponselnya di atas meja dan memutuskan menghampiri Hyun Woo. Namun baru selangkah kakinya melangkah, ponselnya berdering. Ingatan Jin Eon pun melayang ke masa lalu saat membaca pesan Hae Gang. Dalam pesannya, Hae Gang menyuruh Jin Eon sabar.

Flashback…


Jin Eon menggigil kedinginan menunggu Hae Gang di depan asrama Hae Gang. Jin Eon mengirimi Hae Gang pesan. Dalam pesannya, Jin Eon mengaku merindukan Hae Gang. Tak lama balasan pesan pun datang dan Hae Gang menyuruh Jin Eon sabar. Jin Eon yang sudah kehilangan kesabaran, akhirnya melempar jendela asrama Hae Gang dengan kerikil. Tak lama kemudian, Hae Gang membuka jendelanya dan menatap sebal ke arah Jin Eon. Jin Eon pun mengirimi Hae Gang pesan.

“Aku lapar. Ayo makan sesuatu.” Ajak Jin Eon.

Tapi Hae Gang lagi2 mengirimkan SMS yang sama, nyuruh Jin Eon sabar. Jin Eon kesal dan berkata kalau dirinya bisa mati kedinginan. Tapi Hae Gang malah menyuruhnya pulang. Hae Gang lantas menutup jendelanya.


Jin Eon tak patah arang. Ia menyuruh penjaga asrama membukakan pintu kamar Hae Gang. Tapi tiba2, si penjaga asrama melirik ke arah sepatu Jin Eon. Jin Eon pun protes, ia berkata kalau ia sudah memberikan jam tangannya. Si penjaga asrama menolak membukakan pintu kamar Hae Gang. Jin Eon pun mengalah, ia merelakan sepatunya agar bisa menemui Hae Gang.


Hae Gang yang asyik mengerjakan tugas kuliahnya tidak menyadari kehadiran Jin Eon. Jin Eon diam2 tiduran di ranjang Hae Gang. Jin Eon tersenyum menatap Hae Gang. Hae Gang yang kemudian menyadari sesuatu, akhirnya menoleh ke belakang dan mendapati Jin Eon tidur di ranjangnya.

Hae Gang lantas beranjak dari duduknya dan menyelimuti Jin Eon. Sementara Jin Eon masih berpura2 tidur. Saat Hae Gang meletakkan bantal di dekat kepala Jin Eon, Jin Eon pun menarik paksa Hae Gang dan mencium bibir Hae Gang. Hae Gang marah, ia memukuli Jin Eon dengan bantal.


“Kau tidak punya rumah? Kau tidak tidur? Apa yang kau lakukan? Bukankah sudah kubilang jangan datang dan jangan menggangguku! Cepat pergilah!” teriak Hae Gang sambil terus memukuli Jin Eon dengan bantal.

“Sakit! Apa kau meletakkan batu di dalam bantalmu untuk memukulku?” ucap Jin Eon.

“Hey, Choi Jin Eon!” teriak Hae Gang, yang langsung dapat omelan dari penyewa di sebelahnya.

“Cepat pergilah, aku mau belajar.” pinta Hae Gang.


Jin Eon pun mengangguk… namun sebelum pergi, Jin Eon mengatakan sesuatu yang aneh. Jin Eon meminta Hae Gang menjaga diri. Hae Gang pun terkejut. Jin Eon mengaku akan masuk wamil, ia berpesan agar Hae Gang makan dengan baik selama ia pergi. Hae Gang membeku. 




Saat Jin Eon hendak pergi, Hae Gang pun memeluk erat Jin Eon dari belakang.

Flashback end…


Jin Eon senyum2 teringat kenangannya bersama Hae Gang. Hyun Woo yang penasaran apa yang membuat Jin Eon tersenyum pun mencoba mencari tahu. Ia merebut ponsel Jin Eon dan terheran2 membaca pesan Hae Gang. Ia penasaran, kenapa Hae Gang mengirimkan pesan seperti itu. Tapi Jin Eon tidak menjawab dan hanya memberikan Hyun Woo seulas senyumannya.


Di kantornya, Baek Seok sedang mempelajari berkas kasus Pudoxin dimana Hae Gang menjadi kuasa hukum Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon. Tak lama kemudian, Hae Gang datang membawa setumpuk berkas pula. Baek Seok memanggil Hae Gang dengan nama Yong Gi tapi ia langsung tersadar bahwa sosok yang di hadapannya bukanlah Yong Gi, melainkan Hae Gang.

“Kau di kantor?” tanya Hae Gang.

“Kenapa kau keluar? Bukankah dokter sudah menyuruhmu istirahat.” Jawab Baek Seok.

Hae Gang diam saja dan meletakkan setumpuk berkas yang di bawanya ke meja Baek Seok. Ia meminta pendapat Baek Seok tentang semua kasus yang pernah ia tangani itu. Hae Gang berkata, persentase memenangkan kasus2 itu hampir mencapai 100 persen. Baek Seok yang takut menyakiti perasaan Hae Gang hanya berkata bahwa Hae Gang seorang pengacara yang kompeten.

“Atau aku melakukan segala cara untuk memenangkan kasus ini, termasuk menggunakan cara illegal dan curang? Monster yang harus menang tidak peduli bagaimana caranya? Aku, seseorang yang melakukan aksi protes karena efek samping obat itu ternyata membela kepentingan Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon.” Ujar Hae Gang.


Hae Gang kemudian berbalik. Diselimuti perasaan kecewa, ia beranjak mendekati kaca yang penuh dengan tulisan2nya mengenai efek samping Pudoxin.


“Efek samping Pudoxin, menurutmu aku tidak tahu hal ini? Kehidupan macam apa yang kujalani? Apa yang kupikirkan dan untuk alasan apa aku mengambil kasus2 itu? Saat aku melihat catatan itu, aku merasa seperti anjing pemburu untuk Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon. Anjing pemburu yang setia.” Ucap Hae Gang.

Baek Seok menatap iba Hae Gang. Sementara Hae Gang mulai berkaca2.

“Aku takut pada diriku. Benar2 takut.” Ucap Hae Gang lagi.

Di mejanya, Manajer Byeon sedang melihat berkas Kim Sun Yong. Ia kemudian teringat saat dirinya mengadu pada Tae Seok tentang Jin Eon yang meminta catatan pengadilan Hae Gang dan dokumen perusahaan. Tae Seok lantas memberikan dokumen Kim Sun Yong pada Manajer Byeon.


“Katakan padanya bahwa Departemen Hukum kehilangan catatan itu.” ucap Tae Seok. 

“Apa maksudnya ini?” tanya Manajer Byeon.

“Aku bukan satu2nya monster. Istrinya juga monster.” Jawab Tae Seok.

“Apa?” tanya Manajer Byeon.

“Dan ini….” ucap Tae Seok sembari memberikan alat penyadap pada Manajer Byeon.

“Bu… bu… bukankah ini alat penyadap?” kaget Manajer Byeon.

“Cari kesempatan dan pasang itu di ruangan Presdir Choi.” Suruh Tae Seok.

“Apa?” kaget Manajer Byeon.

“Ini waktunya kita minum bersama. Aku akan membelikanmu minuman yang mahal, jadi bawalah tas besar untuk mengambil banyak minuman.” Ucap Tae Seok.

Flashback end…

Di ruangannya, Jin Eon dan Hyun Woo tampak sibuk meneliti berkas2. Hyun Woo juga memberikan Jin Eon daftar obat demensia yang dikembangkan secara nasional. Jin Eon ingin tahu apa ada obat demensia yang dikembangkan perusahaan lain. Hyun Woo bilang tidak ada. Hyun Woo lalu mengaku heran dengan Jin Eon yang tertarik pada penyakit yang sulit disembuhkan itu.

“Aku suka semangat tantanganmu, tapi jalannya panjang dan berat. Apakah ada jalan?” ucap Hyun Woo.

“Kita harus membuat jalan.” Jawab Jin Eon.

“Lakukan saja sendiri. Aku akan segera rapat, jadi aku pergi.” Ucap Hyun Woo.

Saat hendak pergi, Hyun Woo melihat setumpuk berkas di meja Jin Eon. Hyun Woo penasaran itu berkas apa dan penasaran kenapa Jin Eon menumpuknya dan tidak memeriksanya. Jin Eon mengaku takut. Hyun Woo ingin tahu Jin Eon takut soal apa. Tapi Jin Eon enggan menjawab dan hanya berkata bukan apa2. Hyun Woo pun beranjak pergi.


Manajer Byeon masuk, ia memberikan berkas pemberian Tae Seok pada Jin Eon. Jin Eon menyuruh Manajer Byeon keluar. Setelah Manajer Byeon pergi, Jin Eon pun melihat berkas itu. Berkas tentang strategi melawan pengungkap masalah Pudoxin, Kim Sun Yong. Jin Eon terkejut melihat berkas itu.




Sementara Hae Gang sudah berdiri di depan kantor Jin Eon. Ia terlihat resah memikirkan saat dirinya bekerja di sana.


Kembali ke Jin Eon yang buru2 membaca berkas itu… Jin Eon terkejut membaca berkas yang ditulis oleh Hae Gang itu. Di berkas itu semua terlampirkan…. Di berkas itu tertulis bahwa mereka akan memalsukan keadaan dimana Kim Sun Yong melanggar tugas2nya. Mereka juga berencana menekan Kim Sun Yong jika Kim Sun Yong mengajukan klaim kerugian.

Hae Gang masih berdiri di depan kantor Jin Eon. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan…


Kembali ke Jin Eon yang syok membaca berkas itu.Di berkas itu, juga tertulis jika efek samping Pudoxin sampai diketahui public, maka perusahaan akan mengalami krisis besar.


Ponsel Hae Gang berdering. Hae Gang terkejut melihat ponselnya. Tepat saat itu, Jin Eon keluar dan menghampiri Hae Gang. Hae Gang berbalik dan menatap Jin Eon dengan tatapan kecewa. Jin Eon melangkah mendekati Hae Gang. Tapi Hae Gang melangkah mundur. Jin Eon pun menatap Hae Gang dengan tatapan bingung. Tangis Hae Gang kemudian pecah!!

Bersambung............

Post a Comment

0 Comments