.

I Have a Lover Ep 39 Part 2

Sebelumnya...


Di lantai bawah rumah sakit, Jin Eon terpaku setelah teringat kata2 sang ayah.

“Aku mengembangkannya padahal tadinya itu bukan apa-apa. Aku mengembangkannya menjadi trilyunan dan mengembalikannya kepada anaknya. Aku mengembalikannya kepada Hae Gang. Aku melindungi Ssanghwasan, mengembangkannya, dan menjadikannya uang. Dengan secarik kertas yang ditinggalkannya, aku memberi makan orang-orang dan merubah perekonomian negara. Dia mati menggantikan tempatku. Kematiannya bagus untuk semua orang.”


Hae Gang yang hendak turun pun terdiam saat melihat Jin Eon yang masih berdiri terpaku. Tak lama kemudian, Jin Eon berbalik dan menatap lirih Hae Gang. Hae Gang menuruni escalator, matanya tak pernah berhenti menatap Jin Eon. Hae Gang kemudian menghampiri Jin Eon.


“Mereka menangkap pelakunya. Ayo kita pergi ke kantor polisi.” Ucap Hae Gang.

Namun Jin Eon diam saja, ia terus menatap lirih Hae Gang.


Di kantor polisi, Shin Kyun Woo terus saja menyangkal sebagai pelaku pemukulan Seok. Polisi yang gerah akhirnya menunjukkan kamera CCTV saat Kyung Woo membawa oleander ke apartemen Hae Gang dan saat Kyung Woo berada di parkiran Cheon Nyeon Farmasi. Tak lama kemudian, Jin Eon dan Hae Gang datang. Jin Eon hanya bisa pasrah melihat sosok Shin Kyung Woo. Hae Gang lantas mendekati Kyung Woo.

“Siapa kau? Aku tanya siapa kau? Aku bertanya siapa kau. Kenapa kau melakukannya? Aku tanya kenapa kau melakukannya?” tanya Hae Gang.

“Kenapa kau melakukan itu pada kami? Pada ayahku, ibuku, adikku, padaku, kenapa kau melakukan itu?” tanya Shin Kyung Woo.

“Katakan padaku supaya aku bisa mengerti apa yang kau katakan.” Jawab Hae Gang.

“Shin Il Sang, CEO Farmasi Mido adalah ayahku.” Ucap Shin Kyung Woo.


Hae Gang terkejut, apa? Hae Gang pun mulai paham kenapa Shin Kyung Woo mengancamnya. Tak lama kemudian, tangis Hae Gang pecah. Ia bahkan sampai meninju2 dadanya. Jin Eon pun memeluk erat Hae Gang. Kyung Woo terkejut melihat pemandangan itu. Entah dia terkejut melihat sosok Jin Eon yang ternyata memiliki hubungan dengan Hae Gang atau dia terkejut melihat Hae Gang menangis.


“Benar, aku yang melempar batu dan menaruh oleander, tapi aku tidak memukulnya dengan tongkat baseball, orang lain yang melakukannya! Mereka membuat seolah-olah aku yang melakukannya, tapi orang lain yang melakukannya.” Ucap Kyung Woo.

Pernyataan Kyung Woo membuat Jin Eon dan Hae Gang menyadari sesuatu.

“Kau menangis ahjussi, kau menangis di dalam mobilmu. Pada saat kejadian itu, aku sedang bersamanya (Jin Eon). Aku di depan mobilnya melihat dia menangis.” Ucap Kyung Woo.


“Kau bilang itu bukan kau, benarkan? Itu bukan kau, itu orang lain, benarkan? Jawab aku nak, kalau itu bukan kau! Jawab aku kalau itu bukan kau!” pinta Jin Eon.

“Aku tidak melakukannya.” Jawab Kyung Woo.


“Kau dengar dia kan? Anak itu tidak melakukannya. Seseorang menjebaknya agar seolah-olah dia yang melakukannya. Itu artinya mungkin saja bukan kau targetnya, sejak dari awal mungkin bukan kau. Tapi pengacara Baek Seok yang menjadi targetnya. Itu bukan karena kau, Hae Gang. Itu bukan karena kau.” ucap Jin Eon.

“Dimana sepeda motornya?” tanya Hae Gang yang tampak mulai menyadari sesuatu.

“Mereka bilang itu barang bukti, jadi detektif...” ucap Kyung Woo.

“Dimana sepeda motor anak ini?” tanya Hae Gang.


Di ruangan Hae Gang, Jin Eon dan Hae Gang sedang mengamati motor si pelaku sebenarnya melalui kamera CCTV. Si pelaku tampak sedang mengemut lolipop.

“Detektif tidak mengatakan apapun tentang permen lolipop ini.” ucap Jin Eon.

“Karena mereka yakin pelakunya Shin Kyung Woo sejak awal, sepertinya mereka melewatkan banyak hal. Meski kita memberitahu mereka, mereka akan tetap menganggap Shin Kyung Woo pelakunya. Ayo kita pergi mencari permen lolipopnya.” Jawab Hae Gang.


“Tunggu. Ini palsu.” Ucap Jin Eon sambil melihat nomor plat si pelaku.

“Bagaimana kau tahu?” tanya Hae Gang.

“Untuk sepeda motor seharusnya ada stiker pemerintah yang terpasang di sudut atas sebelah kiri. Tapi ini tidak ada, hanya kosong.” Jawab Jin Eon.


“Yeah, kau benar. Nomor plat sepeda motorku juga begitu. Benar, stiker pemerintah!” ucap Hae Gang.

Jin Eon pun heran, Sepeda motormu?


“Kau tidak ingat? Hari dimana kita bertemu, aku sedang naik sepeda motor.” Jawab Hae Gang.

Hae Gang lantas menirukan kata2nya saat itu.

"Ahjusshi, minggir!  Minggir, Ahjusshi!" teriak Hae Gang.


Ingatan keduanya lantas melayang ke saat2 dimana mereka untuk pertama kalinya bertemu kembali setelah 4 tahun. Saat itu, Hae Gang tanpa sengaja menabrak Jin Eon dengan motor matic nya. Akibat tabrakan itu, bola kaca yang dibawa Jin Eon pun menggelinding ke kaki Hae Gang. Hae Gang lantas memungut bola kaca itu. Ia terdiam sejenak dengan mata berkaca2 saat melihat bola kaca itu. Jin Eon kemudian mendekati Hae Gang, meminta bola kaca nya dikembalikan. Hae Gang pun berdiri dan mengembalikan bola kaca Jin Eon. Jin Eon terkejut melihat sosok Do Hae Gang di hadapannya.


Keduanya tersenyum mengenang kejadian itu.

“Itu belum lama, tapi sudah menjadi kenangan mendalam.” Ucap Jin Eon.

“Saat ini juga mungkin akan menjadi kenangan mendalam, benarkan?” jawab Hae Gang.

Keduanya lalu saling mendekatkan bibir mereka, namun masalah yang terjadi di kehidupan mereka membuat Jin Eon tidak jadi menyentuh bibir Hae Gang. Hae Gang paham, ia lantas mengajak Jin Eon menemukan permen lollipop itu.


Hae Gang~Jin Eon berpencar di parkiran untuk mencari lollipop itu. Tak lama kemudian, Jin Eon pun menemukannya.


“Mereka menemukan seseorang yang mirip dengan Shin Kyung Woo dan menyuruhnya melakukannya, tapi siapa? Kenapa?” ucap Hae Gang.

“Aku rasa bukan kau targetnya, tapi pengacara Baek Seok. Dia dipukul dua kali, kalau bukan dia targetnya, kalau dia menyadari memukul orang yang salah, dia akan terkejut dan melarikan diri, dia tidak akan kembali dan menyerangnya lagi. Melihat kenyataan bahwa dia membawa tongkat baseball saat targetnya adalah wanita dan memilih tempat parkir ini, aku rasa itu disengaja. Untuk membuat semua penyelidikan fokus pada satu arah bahwa kejahatan itu ditujukan padamu.” Jawab Jin Eon.

“Lalu oleander artinya seseorang mengikuti aku.” ucap Hae Gang.

“Kalau kita memeriksa CCTV, maka kemungkinan ada di sana. Bukan Shin Kyung Woo, tapi ada orang lain yang menyembunyikan wajahnya.” jawab Jin Eon.


“Kenapa pada Seok...? Siapa...? Dia adalah seseorang yang selalu hidup untuk orang miskin dan lemah. Dia adalah seseorang yang tidak bisa melakukan hal buruk pada orang lain. Pada seseorang seperti itu, siapa yang memukulnya?” tanya Hae Gang.

Tak lama kemudian, mereka pun menemukan jawabannya tentang siapa pelaku pemukulan Seok dan kenapa Seok dipukuli.





Tae Seok yang baru saja tiba di rumah sakit tampak geram saat memergoki Gyu Seok sedang membelikan jajanan roti untuk Woo Joo. Gyu Seok kemudian menggandeng Woo Joo dan mengajak Woo Joo pergi. Saat itulah, Gyu Seok tanpa sengaja melihat Tae Seok tapi dia cuek aja.


Gyu Seok menyuruh perawatnya menemani Woo Joo. Woo Joo pun pergi dengan perawat yang bernama Park itu. Tak lama kemudian, Tae Seok datang dan langsung mengomeli adiknya.


“Apa yang dilakukan ibu anak itu sampai kau yang menjaga anaknya? Apa kau orang tuanya? Ayahnya? Apa yang kau lakukan saat semua orang melihat? Kau adalah seorang dokter.” Ucap Tae Seok.

“Ibu anak itu pergi untuk mengambil obatnya. Meskipun belum, kalau ibu anak itu mengijinkan, aku berpikir untuk menjadi ayah dari anak itu juga. Kenapa aku seperti ini? Kenapa aku berlebihan, tidak seperti diriku sendiri?” jawab Gyu Seok.

“Apakah karena aku? Apakah karena Hyung?” tanya Tae Seok.

“Benar, karena Hyung. Aku berpikir, apa yang bisa kulakukan untuk mereka berdua. Seperti aku yang tidak bisa ikut campur dalam hidupmu, tolong jangan kendalikan hidupku juga. Aku tidak bertanya apapun padamu. Karena saat aku bertanya padamu, hubungan kami akan berakhir. Aku tidak akan menyuruhmu kembali menjadi kakak yang aku kenal, tapi kau banyak sekali berubah sejak kita bertemu.. Kau melangkah terlalu jauh. Maaf, tapi aku rasa, aku tidak bisa menyelamatkanmu. Apakah aku menelantarkan diriku sendiri, atau aku menelantarkanmu, saat aku merenungkan itu, aku bertemu dengan Yong Gi and Woo Joo. Aku ingin diselamatkan dan menyelamatkan mereka, keputusan itu aku buat karena kau.” jawab Gyu Seok.

“Karena kau tidak pernah mendengarkan ucapanku, aku akan membicarakan masalahmu dengan ibu anak itu. Kau tidak tahu detailnya, tapi Dokgo Yong Gi dan aku sudah melangkah terlalu jauh untuk jadi ipar.” Ucap Tae Seok.

“Kapan terakhir kali kau merasa bahagia? Pikirkanlah, kapan itu.” jawab Gyu Seok.


Hae Gang sedang memeriksa kamera CCTV di sekitar area apartemennya. Dan, orang itu!! Orang yang memukul Seok tertangkap kamera CCTV. Ia terlihat beranjak keluar dari apartemen Hae Gang.

“Wajahnya tertutup, jadi ini tidak akan banyak berguna.” Ucap pihak terkait.

“Dia mungkin mengendarai mobil kesana. Dan kalau dia mengikutiku beberapa hari, pasti dia terekam kamera. Tolong periksa kamera di sebelah sana.” Jawab Hae Gang.


Seol Ri sedang mengelap wajah dan tangan Seok dengan handuk basah. Seok pun merasa bahwa ia hidup dalam kemewahan. Ia diberi makan, dibersihkan, diperhatikan saat tidur. Seol Ri mendengus kesal, apanya yang mewah!

“Tolong hiduplah dengan mewah daripada memberikan semua yang kau punya.” Ucap Seol Ri.

“Bisakah kau menyentuh jari di tangan kananku?” tanya Seok.

“Apakah tidak apa-apa menyentuhnya padahal bahumu baru dioperasi?” tanya Seol Ri.

“Sentuhlah. Tolong cubit jariku.” Pinta Seok.


Seol Ri pun mencubit jari Seok, namun Seok tidak merasakan apapun.

“Itu akan pulih, aku yakin akan pulih kembali.” Ucap Seol Ri.

“Aku hanya memeriksanya, karena aku tidak bisa merasakan apapun.” Jawab Seok.

“Do Hae Gang pasti mendapatkan ancaman.” Ucap Seol Ri.

Seok pun membenarkannya.

“Apa? Kau mengetahuinya?” tanya Seol Ri kaget.

“Alarm mobilnya sengaja dibunyikan supaya dia turun ke bawah. Itu bahkan bukan di depan rumahnya, tapi di tempat parkir perusahaan yang ada kamera CCTV nya.” Jawab Seok.

“Itulah maksudku, itu bukan di depan rumahnya, kenapa kau pergi kesana?” tanya Seol Ri.


“Seseorang mengirimkan fotomu saat sedang berdemo.” Jawab Seok.

Seol Ri kaget, Apa? Kau pergi kesana bukan karena Do Hae Gang menelponmu?


Seok lantas menunjukkan foto2 Seol Ri yang sedang berdemo di ponselnya. Seol Ri terhenyak.

“Tidak ada nama pengirim pesannya, hanya ada fotomu saat berdemo saja. Bisakah kau menelpon nomor itu?” tanya Seok.

“Kalau begitu, Oppa, karena aku... karena kau khawatir padaku, apa kau pergi kesana karena foto-foto ini? Tidak mungkin, kalau begitu, karena aku... kalau begitu, karena aku oppa...” Seol Ri mulai menyesal.

“Cepat telpon nomor itu.” suruh Seok.


Seol Ri pun menghubungi nomor itu, tapi tidak ada jawaban.

“Itu dikirim dengan sengaja supaya aku pergi ke Farmasi Cheon Nyeon.” Ucap Seok.

Seol Ri kaget, Apa?

“Karena aku targetnya, bukan Ong Gi, aku targetnya.” Jawab Seok.


Tepat saat itu, Tae Seok muncul. Tatapan Seok dan Seol Ri pun langsung mengarah padanya. Seok lantas menyuruh Seol Ri pergi. Seol Ri menurut. Begitu Seol Ri keluar, Tae Seok bersikap sok ramah pada Seok.

“Apa kau tidak menyuruhku duduk?” tanya Tae Seok.

“Ada seseorang berbaring di sini dengan kepala terbuka karena pukulan tongkat baseball dan bahunya patah. Berdiri sajalah di sana sebentar. Bukankah tubuhmu baik-baik saja?” jawab Seok.

Tanpa mereka sadari, Seol Ri mengintip dari balik pintu.


“Meski lenganmu terluka, apa kau tidak bisa menggunakan tangan kananmu? Apakah tidak ada yang kau rasakan sama sekali?” tanya Tae Seok.

“Tidak. Mulai dari sekarang, meski benda panas, aku akan bisa menyentuhnya.” Jawab Seok.
“Kau bisa menyentuhnya, tapi kau tidak akan bisa memegangnya. Mereka menangkap pelakunya, apa kau tahu itu?” ucap Tae Seok.

“Mereka menangkapnya? Siapa pelakunya?” tanya Seok.

“Anak dari CEO farmasi Mi Do yang dihancurkan oleh wakil presiden Do Hae Gang. Anak dari pembunuh... yang menabrak anak pengacaa Do dengan mobilnya. Dia melemparinya dengan batu, mengancamnya dan menaruh tanaman beracun di sana. Dia mengikutinya dan mengamatinya, anak nakal itu. Untuk balas dendam dan berputar seperti boomerang. Iblis melahirkan iblis.” Jawab Tae Seok.

“Ada pelaku yang sebenarnya entah dimana.” Ucap Seok.

Tae Seok kaget, Apa kau bilang?


“Mungkin, bajingan yang memanggilku ke Farmasi Cheon Nyeon adalah pelaku yang sebenarnya. Apakah dia bajingan muda atau bajingan tua, dia mengirim foto adikku yang sedang berdemo. Mungkin sulit melacak bajingan itu karena mungkin itu adalah telpon ilegal, tapi kalau aku membawanya ke polisi, darimana itu dikirimkan dan jam berapa, lokasi bajingan itu bisa ditemukan.” Ucap Seok.

Tae Seok mulai tegang.

“Sepertinya tidak ada hubungannya antara foto itu dan hukuman pengadilan.” ucap Tae Seok.

“Kalau bukan aku, tapi pengacara Do Hae Gang yang terluka, aku juga tidak akan membiarkannya. Tapi dari semua orang, setelah mendapatkan foto itu, aku yang pergi kesana malah terluka. Itu kenyataan yang tidak bisa diabaikan. Tidak langsung menunjuk anak itu sebagai pelakunya, tapi mencari segala kemungkinan tidaklah buruk, benarkan? Supaya iblis itu tidak akan bisa menciptakan iblis lagi.” Ucap Seok.

“Kau sepertinya bukan seseorang dimana orang-orang menyimpan kemarahan padamu. Apakah seseorang marah padamu, Pengacara Baek?” tanya Tae Seok.

“Mendiang Moon Tae Joon dan Mendiang Kim Sun Yong dan Dokgo Yong Gi yang masih hidup dengan baik, meski mereka hidup tanpa menyimpan kemarahan pada siapapun, mereka mengalami tabrak lari dan pembunuhan. Mereka hanya ingin kebenarannya diketahui. Ini pasti giliranku sekarang.” jawab Seok.

“Jadi kau mencurigai aku?” tanya Tae Seok sambil tertawa menyeringai.


“Ya. Bagaimanapun aku memikirkannya, satu-satunya orang yang ada di pikiranku adalah Presdir Min Tae Seok.” Jawab Seok.

“Yah, kalau kau berpikir begitu.” ucap Tae Seok.

“Apakah kami akan menunda persidangan atau membatalkannya, apa kau datang kemari untuk mendiskusikannya denganku?” tanya Seok.

“Ya, benar.” jawab Tae Seok.

“Aku akan memprosesnya seperti biasa. Selama aku masih hidup sampai kamis depan, aku akan hadir.” Ucap Seok.

“Jadi kau akan menghadiri persidangan dengan tubuh seperti itu?” tanya Tae Seok.

“Bukankah mulutku masih bisa berbicara?” ucap Seok yang membuat wajah Tae Seok kembali tegang.


Begitu keluar dari ruangan Seok, ia langsung disambut oleh kemarahan Seol Ri.

“Aku yakin kau kesini bukan untuk kunjungan biasa. Kenapa kau datang? Apa kau mengirim fotoku yang sedang berdemo pada Oppaku?” tanya Seol Ri.

“Aku tidak tahu kenapa semua orang seperti ini? Kenapa aku mengirimkan fotomu kepada Oppamu? Aku tidak tahu apa-apa, itu tidak ada hubungannya denganku, Nona Kang Seol Ri. Aku peringatkan kau, lakukan demo sekali saja. Kalau kau berdiri di depan perusahaanku sekali lagi dengan membawa papan itu, aku tidak akan membiarkannya, Nona Kang Seol Ri.” Jawab Tae Seok.

“Itu perbuatanmu, untuk menghentikan persidangan, benarkan?” tanya Seol Ri.


Tepat saat itu, Hae Gang pun muncul di belakang mereka.

“Sama seperti yang kau lakukan pada Moon Tae Joon dan Dokgo Yong Gi. Seperti kau menikam Do Hae Gang dengan pisau, kau yang melakukannya pada Oppaku, benarkan?” tanya Seol Ri.


Tae Seok panic, ia pun langsung menarik Seol Ri ke tempat yang sedikit sepi.

“Tidak akan berhasil dengan membuka mulutmu dimana saja. Kau harus punya mulut yang berat kalau kau mau mendapatkan uang dengan berdalih atas kesalahan orang lain. Kang Seol Ri-ya, sebelum mulai bermain, kalau kau salah bicara, kau tidak bisa menang dan jarimu bisa terpotong.” Ucap Tae Seok.

“Aku juga memperingatkan kau, kalau kau yang membuat Oppaku seperti itu, aku akan melemparkanmu ke penjara.” Ancam Seol Ri.

“Lalu bagaimana dengan permintaanmu padaku untuk menghancurkan Do Hae Gang dan Choi Jin Eon?” tanya Tae Seok.

“Jalanku masih panjang sebelum aku melemparkan Do Hae Gang ke penjara, jadi apa yang harus kulakukan? Berhenti?” ucap Tae Seok lagi.


“Aku menyuruhmu untuk menghancurkan Do Hae Gang dan Choi Jin Eon. Kapan aku menyuruhmu berbuat seperti itu pada Oppaku? Kau yang memanggil Oppaku dengan berdalih sebagai aku. Dengan berdalih atas Do Hae gang, kau membuatnya seperti ini supaya dia tidak bisa menghadiri persidangan. -Supaya dia tidak bisa meneruskan tuntutannya.” Jawab Seol Ri.

Tae Seok pun menyangkalnya.

“Baik, sebaiknya itu memang bukan kau. Pemalsuan tes klinis Pudoxin, pembunuhan berencana terhadap Dokgo Yong Gi dan Moon Tae Joon. Jangan lupa bahwa aku memiliki rekaman suaramu.” Ancam Seol Ri.

“Aku juga tidak melupakannya, Kang Seol Ri.” Seru Hae Gang.
 
Tae Seok dan Seol Ri pun terkejut melihat kemunculan Hae Gang yang tiba2. Hae Gang lalu mengalihkan pandangannya ke Tae Seok.


“Tidak, aku rasa aku tidak akan pernah bisa melupakannya, Presdir Min Tae Seok.” Ucap Hae Gang.

Post a Comment

0 Comments