Unknown Woman Ep 1 Part 1


Cerita dimulai dengan hakim yang menjatuhkan vonis 10 tahun penjara pada pada Kim Bbol Sang karena telah menghabisi nyawa Cho Gang Hee.

Mendengar itu, tangis Kim Bbol Sang pecah. Ia lantas memejamkan matanya dan berusaha menenangkan diri.

Namun selang beberapa detik, tangannya yang terikat memegangi perutnya. Ya, ia sedang hamil.

Malam itu, hujan turun sangat deras.


Di penjara, Kim Bbol Sang hendak melahirkan. Dua teman satu se-sel nya pun panic. Mereka takut nyawa Kim Bbol Sang tidak tertolong.

Sementara itu, sipir penjara berjalan terburu-buru menuju sel Kim Bbol Sang bersama dokter.

Dokter terkejut saat sipir mengatakan bahwa mereka tidak tahu berapa usia Kim Bbol Sang, informasi keluarga dan nama Kim Bbol Sang.

Sipir juga mengatakan, karena kasihan jadi mereka memberikan nama Kim Bbol Sang itu yang artinya 'kasihan'.

Kim Bbol Sang berusaha keras melahirkan anaknya. Namun di tengah persalinan, ia pingsan.

Dokter pun menyuruh teman se-sel Bbol Sang mengajak Bbol Sang bicara agar Bbol Sang tetap sadar.

"Abeoji, dowajuseyo. Moo Yool Oppa, bantu aku sekali ini saja. Jebal-yo." ucap Bbol Sang dalam hatinya.

Tak lama kemudian, anak Bbol Sang pun lahir dengan selamat.


Di sisi lain, wanita bernama Goo Hae Joo juga baru melahirkan. Ia melahirkan putri kembar. Sang ibu, Hong Ji Won, langsung memberikannya ucapan selamat.

Nyonya Hong lantas memberikan Hae Joo cincin berlian sambil menggendong salah satu bayi kembar Hae Joo. Dan bayi kembar yang satu lagi, berada di gendongan Goo Do Young, ayah Hae Joo.

Tuan Goo lalu berkata, bahwa ia baru saja memindahkan sahamnya pada si kembar.

Hae Joo kemudian menanyakan suaminya.

Sang ibu berkata, bahwa suami Hae Joo akan segera datang.

Mendengar itu, Hae Joo langsung merias dirinya.

"Kau ini benar-benar. Itulah sebabnya Moo Yeol amat arogan." ucap sang ibu.

Selesai merias dirinya, Hae Joo meminta bayi kembarnya.


Tak lama kemudian, Moo Yeol datang dan langsung melihat bayinya.

"Moo Yeol-ssi, yeobo. Kenapa lama sekali? Lihatlah, anak kembar kita sangat rupawan kan? Mereka mirip dengan kita."


Bbol Sang menggendong bayinya dengan tangis haru. Ia melahirkan bayi perempuan.

Bbol Sang pun memberikan nama 'Bom' pada bayinya.


Sekarang, Bom sudah bisa berjalan. Bbol Sang sedang bermain dengan Bom di halaman penjara.

Bbol Sang lalu menggendong Bom.

"Bom-ah, gadis cantikku. Ibu hanya akan hidup untukmu. Jika untukmu, tidak ada yang ibu takuti. Bom-ah, ibu dulu punya nama yang cantik sepertimu. Nama cantik yang diberikan kakekmu." ucap Bbol Sang.

-3 tahun lalu-


Suara seorang wanita terdengar memanggil nama 'Son Yeo Ri'.

Yeo Ri, si gadis berseragam SMA itu, tidak mendengarnya karena sedang memakai earphone dan mendengarkan lagu.

Tak lama kemudian, si pemanggil masuk dan berdiri di hadapan Yeo Ri.

Tapi Yeo Ri cuek dan terus bernyanyi sambil mengepel lantai kelas.

Kesal, si pemanggil yang adalah Hae Joo pun melepaskan earphone Yeo Ri.

"Son Yeo Ri, dimana lukisanku? Kau sudah menyelesaikannya?"

"Disitu." jawab Yeo Ri sambil menunjuk ke arah lukisan yang dibuatnya untuk Hae Joo.

Yeo Ri lalu menyimpan earphone nya. Hae Joo memuji lukisan Yeo Ri.

Hae Joo lantas memberikan bayarannya tapi Yeo Ri menolak. Yeo Ri mengaku, ia melukis bukan untuk Hae Joo tapi untuk Nyonya Hong.

"Dia sedih karena Hae Sung sakit. Aku melukis untukmu karena tidak mau dia depresi karena kau gagal masuk universitas." ucap Yeo Ri.

"Jangan membuatku tertawa. Kau bersih-bersih karena bahkan tidak bisa membayar sewa studio. Kau bisa menyombong sesukamu tapi ayahmu sopir ayahku. Itu artinya kau pembantuku juga." jawab Hae Joo.


Yeo Ri yang kesal ingin membalas tapi ponselnya tiba-tiba berdering. Telepon dari Moo Yeol. Yeo Ri pun langsung menyuruh Hae Joo pergi.

Ia lalu keluar dan menjawab telepon Moo Yeol.


Setelah Yeo Ri pergi, Hae Joo penasaran dengan lukisan Yeo Ri yang tertutup kain putih. Ia lantas membukanya.


"Ibumu pergi lagi, ya? Kau akan kelaparan sebelum pergi mengajar." ucap Yeo Ri.

Moo Yeol yang ada di rumahnya terkejut melihat lauk yang sudah terhidang di meja makan.

"Kau alergi makanan laut, kenapa memasak ini? Ini berbahaya." ucap Moo Yeol.

"Oppa menyukainya dan aku tidak perlu memakannya." jawab Yeo Ri.

"Tidak ada yang mempedulikanku sebesar dirimu. Aku akan membiarkanmu menjadi kandidat calon istriku." ucap Moo Yeol.

"Istri? Aku tidak tertarik, jadi cepatlah makan dan pergi." jawab Yeo Ri dengan wajah merona malu.


Yeo Ri kembali ke kelasnya dan terkejut melihat Hae Joo tidak membawa lukisannya.

Tak lama kemudian, ia curiga pada lukisanya yang tertutup kain putih.

Ia membukanya dan kesal melihat lukisannya lah yang dibawa Hae Joo. Ia lantas mengambil bayarannya yang ditinggalkan Hae Joo dan menelpon Hae Joo. Ia meminta lukisannya dikembalikan.


Di rumah sakit, anak laki-laki terbaring lemah dan tak sadarkan diri.

Nyonya Hong menatap anak itu dari luar dengan wajah sedih.


Tak lama kemudian, dokter datang dan memberitahu bahwa tidak ada yang cocok dengan Haesung.

"Bagaimana tidak ada yang cocok. Haesung punya ayah, ibu, kakak. Kali ini, sepupu, bibi, paman dan bahkan kerabat jauh! Mungkin tesnya salah." sewot Nyonya Hong.

"Tidak ada kesalahan."

"Tolong selamatkan anak itu. Aku tidak bisa membiarkan anak tidak bersalah itu meninggal."

"Ada satu orang yang cocok."

"Nugu-yo?"


Nyonya Hong berjalan menuju mobilnya sambil memikirkan kata-kata dokter soal pegawai yang hasilnya cocok dengan Haesung.

Di mobil, ia pun menghubungi Joo Ho.


Joo Ho yang berdiri di depan kamar hotel pun panic saat Nyonya Hong menghubunginya.

Ia takut Nyonya Hong meledak jika menemukan Tuan Goo yang sedang bersama seorang wanita di dalam kamar hotel.

Tak lama kemudian, Nyonya Hong menghubunginya kembali. Ia pun mengatakan, bahwa Tuan Goo sedang berada di sauna saat ini.

"Tidak masalah. Aku datang untuk menemuimu." jawab Nyonya Hong yang tahu-tahu sudah muncul di belakang Joo Ho. Sontak, Joo Ho kaget.

"Jangan khawatir. Aku tidak peduli siapa yang menyenangkan Pimpinan saat ini." ucap Nyonya Hong.


Nyonya Hong lalu mengajak Joo Ho bicara di tempat lain. Ia membawa Joo Ho ke kantin.

Nyonya Hong berlutut yang sontak membuat Joo Ho kaget serta bingung.

Nyonya Hong pun meminta bantuan Joo Ho sebagai teman yang besar bersama di Panti Asuhan Cinta.

Nyonya Hong lantas menjelaskan, kalau sumsum tulang Yeo Ri cocok dengan Hae Sung.


Yeo Ri ke rumah Hae Joo. Ia membunyikan bel berkali-kali dan meminta Hae Joo mengembalikan lukisannya.

"Bunyikan saja terus bel nya sampai 4 hari jika kau mau. Aku tidak akan keluar." jawab Hae Joo sambil menatap Yeo Ri di layar intercom.

Hae Joo lalu menunjukkan lukisan Yeo Ri dan mengatakan akan mengajukan lukisan yang itu karena ia menyukainya.

"Itu bukan untuk diajukan. Itu hadiah. Jika kau terus begini, aku akan melaporkanmu pada ibumu."

"Lalu? Kau kira dia akan menyuruhku mengembalikan lukisanmu? Ibuku tahu kau melukis untukku."

"Mwo?" Yeo Ri kaget.

"Kau pikir kami akan peduli?" jawab Hae Joo, lalu mematikan layar intercomnya.

Hae Joo lantas naik ke atas dan mengancam akan memecat pembantunya jika berani membukakan pintu untuk Yeo Ri.

Yeo Ri tidak menyerah. Ia berlari ke tengah jalan dan mendongak ke atas, menatap ke arah balkon kamar Hae Joon.


Tepat saat itu, Nyonya Hong pulang dan melihat Yeo Ri teriak-teriak di rumahnya.

Nyonya Hong lantas teringat pembicaraannya tadi dengan Joo Ho.


Flashback...

Joo Ho bingung saat Nyonya Hong mengatakan sumsum Yeo Ri cocok dengan Hae Sung. Tak lama kemudian, ia pun sadar tes fisik yang dilakukan semua pegawai

bersama keluarga mereka hanyalah untuk mencari pendonor buat Hae Sung.

Joo Ho menolak tegas dengan alasan Yeo Ri masih kecil. Ia mengaku, akan menjadi pendonor 10 kali jika itu dirinya.

Flashback end...


Yeo Ri lantas duduk di jalanan. Ia bertekad tidak akan pergi sampai Hae Joo mengembalikan lukisannya.

Nyonya Hong turun dari mobilnya dan mendekati Yeo Ri.


Nyonya Hong mengajak Yeo Ri masuk.

Bersamaan dengan itu, Hae Joo turun dari tangga sambil berlari. Ia bermaksud menunjukkan lukisan Yeo Ri pada ibunya tapi saat melihat Yeo Ri ia kaget.

"Kau sengaja melakukannya kan? Kau melukis yang buruk untukku agar aku tidak bisa kuliah dan tapi untukmu, kau melukis sangat bagus agar kau bisa kuliah." tuduh Hae Joo.

"Lukisan itu hadiah. Aku akan melukis yang baru untukmu jika kau tidak suka lukisan yang kulukis untukmu."

"Apa? Kau menyuruh Yeo Ri melukis untukmu?"

"Aku kira ibu sudah tahu, lagipula aku sudah membayarnya. Lihatlah uang yang dipegangnya. Dia hanya menginginkan uang lagi."

Hae Joo lantas menyuruh Yeo Ri menyebutkan nominal angka yang diinginkan Yeo Ri.

Mendengar itu, Nyonya Hong marah dan menyuruh Hae Joo mengembalikan lukisan Yeo Ri.


Nyonya Hong lantas mengembalikan lukisan itu. Hae Joo yang kesal, kembali merebut lukisan itu dan merobeknya.

Melihat itu, Nyonya Hong menampar Hae Joo, lalu meminta maaf pada Yeo Ri atas kelakuan Hae Joo serta meminta Yeo Ri berhenti melukis untuk Hae Joo.

Hae Joo yang sakit hati sang ibu membela Yeo Ri pun berlari ke atas.


Setelah itu, Nyonya Hong mengantarkan Yeo Ri keluar dan menemani Yeo Ri menunggu taksi.

"Aku kurang perhatian pada putri Supir Son padahal dia orang yang paling dipercayai Pimpinan." ucap Nyonya Hong sembari memegang tangan Yeo Ri.

"Omo, anieyo." jawab Yeo Ri.

"Jangan khawatir soal uang mulai sekarang. Melukislah sesukamu. Aku akan membayar persiapan dan uang kuliahmu. Akan kubayar juga biaya belajarmu keluar negeri jika kau mau."

"Tapi kenapa?"

"Kita semua bagian dari keluarga Wid."


Tak lama, taksi datang. Yeo Ri pun langsung menuju taksi setelah sebelumnya berterima kasih karena Nyonya Hong sudah membelanya tadi.

Nyonya Hong ingin mengatakan soal Hae Sung tapi tidak jadi lantaran ingat kata-kata Joo Ho yang mengaku akan mengatakan soal Hae Sung pada Yeo Ri.

Nyonya Hong lantas membayarkan taksi Yeo Ri juga memberikan Yeo Ri sejumlah uang.

"Makan lah makanan yang enak dengan ayahmu serta jagalah dirimu."


Yeo Ri lantas pergi. Begitu Yeo Ri pergi, Nyonya Hong yang tadinya tersenyum, langsung menatap tajam ke arah taksi Yeo Ri.

Sementara Yeo Ri yang duduk di taksi terlihat bingung dengan sikap Nyonya Hong yang baik padanya.


Di kamarnya, Hae Joo menangis kesal lantaran tamparan sang ibu tadi.


Di mobil, Tuan Goo bicara dengan seseorang di telepon. Tuan Goo berkata, orang itu akan segera di tes dan ia akan mencari tiket penerbangan.

Sementara Joo Ho memikirkan permintaan Nyonya Hong tadi.

Tuan Goo lantas menyuruh Joo Ho mencari anak yang dilahirkan Nyonya Hong sebelum mereka menikah.

Joo Ho mengaku terus mencari anak itu tapi belum menemukannya.

"Tapi jika anak itu masih hidup, bukankah Nyonya Hong akan menemukannya lebih dulu?"

"Lakukan saja perintahku! Apa aku meminta pendapatmu!" sentak Tuan Goo.

"Maafkan saya, Pimpinan." jawab Joo Ho.


Yeo Ri berusaha keras memperbaiki lukisannya. Ia pun bingung karena lukisan itu tidak bisa diperbaiki.

"Apa yang harus kulakukan? Ayah memintanya minggu ini." ucap Yeo Ri cemas.


Tak lama, Hae Joo datang dan menyalahkan Yeo Ri.

"Ibuku tidak pernah menamparku sebelumnya. Dia tidak pernah meninggikan suara saat bicara denganku."

"Kau dipukul karena salahmu. Kau salah karena menginginkan milik orang lain." jawab Yeo Ri.


Hae Joo lalu kembali merebut lukisan Yeo Ri. Yeo Ri pun berusaha mengambil lukisannya dari tangan Hae Joo.

Hae Joo yang tak mau mengembalikan lukisan Yeo Ri, mendorong Yeo Ri hingga Yeo Ri jatuh dan tangan Yeo Ri luka kena pisau lukis.

Melihat tangan Yeo Ri terluka, Hae Joo kaget.

Tepat saat itu, Moo Yeol datang dan langsung melihat luka Yeo Ri.


Melihat luka Yeo Ri yang dalam, Moo Yeol pun menatap kesal ke arah Hae Joo. Sementara Hae Joo diam saja dengan wajah kaget.


Moo Yeol dan Yeo Ri keluar dari klinik. Moo Yeol mengomel karena Hae Joo sudah melukai Yeo Ri.

Yeo Ri malah tertawa dan membela Hae Joo. Yeo Ri mengatakan, bahwa Hae Joo tidak sepenuhnya jahat.

"Kau tertawa? Kau mendapatkan 15 jahitan!" sewot Moo Yeol.

Hae Joo kemudian datang. Moo Yeol menyuruh Hae Joo meminta maaf.

"Kalian berkencan?" tanya Hae Joo.

Moo Yeol mengiyakan, tapi Yeo Ri menyangkal. Yeo Ri bilang, ia dan Moo Yeol sudah seperti kakak adik.

"Kami pacaran. Jika kau melukai Yeo Ri ku lagi, kau akan berhadapan denganku. Mengerti?" ancam Moo Yeol, lalu mengajak Yeo Ri pergi.


Hae Joo pun lagi-lagi menatap kesal Yeo Ri.


Ia lalu teringat ketika Moo Yeol menyelamatkannya yang hampir dilecehkan dua berandal di klub.

Setelah dua berandal itu pergi, Moo Yeol menghapus tangis Yeo Ri dengan sapu tangannya.

"Hei, aghassi, berias lah setelah kau cukup dewasa. Mengerti." ucap Moo Yeol.

Flashback end...


Sekarang, Hae Joo sedang menatap saputangan Moo Yeol itu di kamarnya.

"Baiklah. Lupakan lukisan. Kim Moo Yeol. Aku harus memilikimu. Mari kita lihat apakah aku bisa menarik hatimu atau tidak." ucapnya.

Bersambung ke part 2............

0 Comments:

Post a Comment