Unknown Woman Ep 16 part 1

Sebelumnya...


Hae Joo turun ke bawah sambil terus berusaha menghubungi Moo Yeol. Ia pun heran Moo Yeol tidak bisa dihubunginya sejak tadi.

Ji Won datang dan berkata, kalau Moo Yeol mungkin sedang menemui keluarga korban.

Diluar, Moo Yeol yang tak sadarkan diri karena mabuk, dipapah Yeo Ri. Ponsel Moo Yeol terus berdering. Membaca nama Hae Joo, Yeo Ri pun berpikir sejenak, sebelum akhirnya menjawabnya dan menatap ke layar intercom.

Yeo Ri : Ini ponsel Kim Moo Yeol.

Melihat Yeo Ri, Hae Joo sontak berteriak.

Tapi saat Ji Won memeriksa, ia tak melihat siapa pun di layar intercom nya.


Hae Joo yang yakin dengan penglihatannya, langsung memeriksa keluar. Ji Won menyusul Hae Joo dan menemukan Moo Yeol terduduk di depan pagar dengan tangan diperban.

Sementara Hae Joo sibuk mencari Yeo Ri.

Ji Won pun memanggil Hae Joo. Hae Joo meyakin ibunya kalau dia tidak salah lihat.

"Sadarlah dan bawa Moo Yeol masuk sebelum ayahmu pulang! Cepat!"

Hae Joo menurut dan membantu Ji Won membawa Moo Yeol ke dalam.


Tanpa mereka sadari, Yeo Ri mengawasi mereka dari kejauhan.


Sampai di dalam, mereka mendudukkan Moo Yeol di sofa. Ji Won berusaha membangunkan Moo Yeol. Sementara Hae Joo sibuk mikirin Yeo Ri. Hae Joo yakin tidak salah lihat.

"Baiklah, ibu mengerti. Sekarang bangunkan dia dan bawa dia naik. Ibu akan keluar memeriksanya."


Yeo Ri masih berdiri diluar. Namun begitu melihat Ji Won keluar, ia bergegas sembunyi.

Ji Won pun heran, ia bertanya-tanya apakah yang dilihat Hae Joo sungguh Yeo Ri.


Tak lama kemudian, Do Young pulang dan heran melihat Ji Won berdiri diluar. Ji Won pun berkata, ia keluar untuk memeriksa apakah Do Young sudah sampai di rumah apa belum.


Setelah melihat Ji Won masuk, Yeo Ri pun menarik napas lega.


Di dalam, Hae Joo memaksa Moo Yeol bangun.

"Kau minum dengan siapa? Siapa yang membawamu pulang?" teriak Hae Joo.

Moo Yeol pun marah dan meminta Hae Joo membiarkannya sendiri.

"Kau marah kepadaku sekarang? Beri tahu aku. Siapa yang membawamu pulang? Siapa yang mengangkat ponselmu?"

"Hentikan! Kau tahu betapa aku merasa menyedihkan hari ini? Kau tahu betapa kacaunya hariku? Memalukan aku masih hidup!"


Tepat saat itu, Do Young dan Ji Won masuk. Do Young marah melihat Moo Yeol membentak-bentak putrinya, apalagi menyadari Moo Yeol mabuk, membuatnya tambah marah.

Moo Yeol : Benar! Pengemis ini tidak tahu diri dan minum miras mahal!

"Jika habis minum-minum, kau sebaiknya diam dan tidur. Beraninya kau membuat keributan!" balas Do Young.

"Dia pasti terlalu banyak minum karena merasa stres akibat anak-anak dan pekerjaannya belakangan. Dia tidak pernah begini sebelumnya. Kau tahu itu, kan?" bela Ji Won.

Ji Won lantas menyuruh Hae Joo membawa Moo Yeol ke kamar.


Do Young pun menyebut Moo Yeol pecundang. Kesal, Moo Yeol pun membalas dengan mengatakan dirinya pecundang yang berani minum-minum tanpa persetujuan Grup Wid.

Ji Won : Kim Seobang!

Hae Joo : Yeobo...

Ji Won : Bawa dia naik!

Hae Joo pun memaksa Moo Yeol bangun. Sementara Do Young dan Ji Won pergi ke kamar.


Hae Joo mendorong Moo Yeol ke kasur. Moo Yeol pun kembali tidak sadarkan diri.

Hae Joo marah, apa kau sekesal itu pada ayahku dan Grup Wid?

Hae Joo lantas menarik-naik Moo Yeol dan memaksa Moo Yeol bicara soal Yeo Ri mengantarkan Moo Yeol pulang.

Tak lama kemudian, Ji Won datang dan menarik Hae Joo keluar.

Begitu mereka pergi, Moo Yeol menyebut-nyebut nama 'Seol'.


Di dapur, Hae Joo meyakinkan Ji Won kalau yang memencet bel tadi memang Yeo Ri.

Ji Won : Yeo Ri sudah tewas. Kita memastikannya saat menerima kiriman lukisan. Mereka bahkan menemukan jasadnya. Kenapa kau berbicara seperti ini?

Hae Joo :  Aku melihatnya!

Ji Won : Berapa kali ibu harus bilang kepadamu bahwa tidak baik menyebut namanya di depan Moo Yul?

Hae Joo : Aniya! Aku melihatnya dengan mataku sendiri!

Ji Won : Belakangan kau stres karena Ga Ya dan Ma Ya. Kau mungkin salah lihat.

Tapi Hae Joo yakin dengan penglihatannya.


Untuk membuktikannya, Hae Joo pun berlari ke mobil Moo Yeol. Ia memeriksa mobil Moo Yeol dan tidak menemukan petunjuk tentang Yeo Ri.

Hae Joo melihat black box mobil Moo Yeol.

Hae Joo pun memeriksanya, tapi tidak melihat Yeo Ri. Hanya terlihat jalanan di depan bar Oliver.

Tak lama kemudian, Ji Won datang dan meminta Hae Joo berhenti.


Tapi Hae Joo malah berlari masuk ke dalam. Ia ke kamarnya dan memeriksa daftar panggilan Moo Yeol tapi tidak menemukan nama Yeo Ri di sana.

Hae Joo : Son Yeo Ri, aku tahu kau masih hidup. Kau tidak bisa membodohiku.


Yeo Ri berdiri di depan kediaman Grup Wid dan menatap ke arah kamar Hae Joo.

"Lama tidak berjumpa, Goo Hae Joo. Selama ini kau bahagia dengan jodohku yang kau curi. Namun, kebahagiaan itu tidak akan bertahan lama karena aku akan membuat kalian bercerai."


Di kamarnya, Ae Nok yang sedang membersihkan wajahnya, teringat saat tak sengaja melihat Yeo Ri di jalan tadi.

"Dia sudah tewas. Tidak mungkin bereinkarnasi. Dia tidak abadi. Dia juga tidak mungkin bangkit dari kematian. Dia sudah tewas tiga tahun lalu. Bagaimana mungkin? Aku sendiri yang mengadakan peringatan kematian untuknya." ucap Ae Nok.


Ae Nok lantas melihat wajahnya yang sudah menua.

"Aku sudah menua. Aku tidak mengenali orang. Aku harus mencari pria kaya sebelum kulitku keriput dan menua."

Tak lama kemudian, ia pun teringat pada Oliver.

Flashback...

"Kau baik-baik saja?" tanya Oliver.

"Dia bersikap baik, alih-alih marah. Dia tampak elegan dan rapi. Apa dia gigolo?" kata Ae Nok dalam hati.

Ae Nok lantas berpikir bahwa Oliver sedang mencoba memperdayainya dengan memberhentikan mobil tiba-tiba agar mobilnya menabrak mobil Oliver.

Ae Nok yang tadinya kesal, langsung mengaku kalau ia yang salah sudah menabrak mobil Oliver.

"Akan kubayar biaya reparasinya. Ini hanya lecet sedikit. Aku bisa memperbaikinya sendiri. Kau boleh pergi." ucap Oliver.


Ae Nok tambah terpesona karena Oliver tidak meminta ganti rugi berupa uang.

Oliver yang mau pergi, dihalangi Ae Nok.

"Apa maksudmu ini hanya lecet? Kurasa mobilnya penyok. Kita harus teliti jika masalah uang. Berikan kartu nama atau nomor ponselmu." ucap Ae Nok sambil berusaha menggores mobil Oliver dengan hak sepatunya.

"Gunakan ini untuk menyeka darahmu." jawab Oliver sambil memberikan saputangannya.

Setelah itu, Oliver pun menyerahkan kartu namanya dan beranjak pergi.

Flashback end...


Tak lama kemudian, Ae Nok dikejutkan dengan teriakan Yeol Mae. Ae Nok pun buru-buru keluar dan mendapati Yeol Mae pulang sambil menangis dan mengamuk.

"Lupakan saja. Aku tidak membutuhkannya. Seluruh wajahnya menjijikkan. Kepribadiannya yang paling menjijikkan. Kopinya terlalu pahit, musiknya terlalu lantang, orang-orang di meja sebelah membuatnya kesal. Bedebah berwajah anjing itu!" teriak Yeol Mae.

"Benar. Kau tidak bisa hidup hanya dari wajah tampan, tetapi makanan yang tampak indah terasa lebih lezat. Selama belum menikah, dia sempurna. Dunia ini mungkin berisi anjing, tetapi pria beristri tidak akan berkencan buta. Dia tidak mungkin sudah beristri, bukan?" ucap Ae Nok, membicarakan Oliver.

"Ibu bicara apa? Aku sudah cukup kesal. Carikan aku pria lain yang cocok sebagai ipar keluarga konglomerat." rengek Yeol Mae.


Paginya, Hae Joo menunggu Moo Yeol bangun sambil menatapnya tajam.

Tak lama kemudian, Moo Yeol terbangun. Melihat Hae Joo, Moo Yeol pun bertanya bagaimana caranya dia bisa sampai rumah semalam.

Moo Yeol lalu melihat perban di tangannya dan teringat Yoon Seol yang mengobati tangannya.


Hae Joo pun menginterogasi Moo Yeol.

"Kau minum dengan siapa dan di mana kemarin?"

"Aku pergi minum-minum dengan teman-teman kuliah di dekat kantor, tetapi..."

"Bagaimana kau pulang? Siapa yang mengantarmu?"

"Aku pasti terlalu mabuk dan pingsan. Aku tidak ingat apa pun."

"Kau bisa pulang, jadi, kau pasti menyebutkan nama atau alamat."


"Ah, benar. Sopir.  Aku ingat menghubunginya. Maaf. Tidak ada yang terjadi, bukan?"

"Tidak ada yang terjadi?  Bagaimana kau bisa menghadapi ayahku lagi? Dan siapa wanita yang datang bersamamu kemarin malam?"

"Wanita?"

"Kemarin malam, Yeo Ri..."

Tepat saat itu, Ji Won memanggil mereka dan menyuruh mereka turun.


Moo Yeol minta maaf atas tingkahnya kemarin pada Do Young. Do Young menatap Moo Yeol galak.

"Kau melakukan perintah ayah, malah minum-minum!"

"Pria mungkin tidak bisa menghindari minum-minum saat bekerja di industri seperti perusahaan kita tetapi menimbang posisimu di perusahaan, kau seharusnya tidak minum terlampau banyak sampai mabuk. Itu tidak pantas, terutama karena tinggal dengan orang tua." ucap Ji Won.

"Aku akan mengingat nasihat ayah dan ibu. Maaf." jawab Moo Yeol.

"Sudah sampai mana kau menangani masalah tentang Ga Ya dan Ma Ya? Ayah menyuruhmu mengatasinya sebelum tersebar." ucap Do Young.


Tak lama kemudian, Ga Ya dan Ma Ya datang. Ga Ya mengaku, mereka akan minta maaf pada teman yang mereka sakiti. Ma Ya pun menambahkan, kalau ia sudah janji pada Seol untuk meminta maaf.

"Jangan meminta maaf. Kalian salah apa? Katamu, anak itu yang memulainya dan kau tidak mau meminta maaf." ucap Hae Joo.

"Apa Nona Pengacara itu mengancam dan bilang akan mencelakai kalian jika tidak meminta maaf?" tanya Ji Won.

"Tidak. Ini keputusan kami. Nona Pengacara itu baik. Setelah berbicara dengannya kemarin, aku mau meminta maaf." jawab Ma Ya.

"Kau tidak perlu jika tidak mau." ucap Moo Yeol.

"Aku sungguh mau meminta maaf. Tidak benar berkelahi dengan teman." jawab Ma Ya.


Ponsel Moo Yeol berdering. Telepon dari Yeo Ri yang menanyakan keadaan Moo Yeol. Moo Yeol yang tidak enak pada keluarga Hae Joo pun berkata, akan menghubungi Seol lagi nanti. Yeo Ri pun langsung mengatakan, ia menelpon untuk memberitahu Moo Yeol bahwa korban setuju meminta maaf pada Ga Ya dan Ma Ya.

"Apa?" Moo Yeol kaget.

"Aku lupa memberitahumu kemarin. Beri tahu nenek dan ibu mereka bahwa masalahnya sudah selesai dengan baik." jawab Yeo Ri, lalu memutuskan panggilannya.


Moo Yeol pun langsung memberitahu keluarganya tentang apa yang disampaikan Yeo Ri.

Ga Ya dan Ma Ya sontak tersenyum.

Ji Won memuji kecakapan Yeo Ri.


Hae Joo teringat Yeo Ri yang dilihatnya kemarin.

Hae Joo : Kim Moo Yeol, kau kira aku tidak akan tahu karena kau tidak bicara? Aku akan mengungkap keberadaan Yeo Ri.

Hae Joo lantas pamit pada keluarganya. Ia bilang, ada yang harus ia lakukan.


Hae Joo mendatangi bar Oliver. Oliver menghampiri Hae Joo dan minta maaf karena bar nya belum buka.

Hae Joo menunjukkan foto Moo Yeol.

"Semalam pria ini kemari, bukan?" tanya Hae Joo.

"Ya, memang." jawab Oliver.

"Dengan siapa? Dia datang dengan wanita?" tanya Hae Joo.

"Dia datang sendiri." jawab  Oliver.

"Dia amat mabuk. Dia pulang dengan siapa?" tanya Hae Joo.

"Aku menanyakan, haruskah kupanggilkan sopir, tetapi orang di meja sebelahnya sudah memanggilkannya." jawab Oliver.

"Orang di meja sebelah? Siapa yang menelepon sopir?" tanya Hae Joo.

"Bukan pelanggan biasa. Namun, anda siapa menerobos kemari dan menanyakan semua?"


"Kau punya kamera pengawas, bukan? Tunjukkan video semalam. Aku akan membayar berapa pun maumu."

Dengan angkuhnya, Hae Joo menunjukkan uangnya.

Oliver mulai sewot, kami tidak punya kamera pengawas. Ditambah lagi, aku tidak peduli siapa anda. Tolong pergi.

"Ibayeo!" teriak Hae Joo.

"Tolong pergi!" tegas Oliver.

Hae Joo pun pergi dengan wajah kesal.

Hae Joo : Son Yeo Ri, kau bisa bersembunyi tapi aku akan menemukanmu. Aku berjanji.


Setelah Hae Joo benar-benar pergi, Oliver menatap ke belakang. Yeo Ri pun keluar.

Yeo Ri lalu menghampiri Oliver. Ia berterima kasih karena Oliver sudah melindunginya. Oliver marah karena Yeo Ri mengantar Moo Yeol pulang. Ia takut kalau-kalau Ji Won lah yang melihat Yeo Ri.

"Aku harus memicu masalah di antara pasangan itu. Hae Joo melihat wajahku saat kuantar suaminya pulang. Dia akan merespons. Kecurigaan. Kecemburuan. Pertengkaran terus-menerus. Bagaimana itu akan berakhir?" jawab Yeo Ri.


Di ruangannya, Moo Yeol teringat saat Yeo Ri menyanyikan lagu untuknya di bar semalam.

Ia pun berusaha menghilangkan pikiran tentang Yeo Ri tapi tidak bisa.


Do Chi senyum-senyum mengingat kebersamaannya dengan Yeo Ri di Kafe Chaplin.

Teringat Yeo Ri, Do Chi pun heran karena Yeo Ri belum juga menghubunginya, menanyakan soal dompet.


Tak lama kemudian, Jang Goo datang.

Jang Goo : Apa yang terjadi dengan iklannya? Akankah mereka mengubahnya?

Do Chi : Aku yakin itu. Aku tidak mau jika tidak diubah.

Jang Goo : Konsep itu cukup bagus. Setiap wanita yang dia cintai pada pandangan pertama mengenakan pakaian yang sama. Pakaian yang dipilih pria sempurna. Namun, bagaimana pria sempurna itu tidak bisa naik pesawat, elevator...

"Periksakan dirimu ke dokter. Ini klaustrofobia, rasa takut pada ruang sempit." ucap Jang Goo lagi.

Do Chi tiba-tiba berdiri.

"Lupakan saja. Biar kukembalikan ini sendiri." ucap Do Chi.


Yeo Ri sendiri yang sedang sibuk pekerjaannya di kantor, dihubungi Ji Won. Sontak saja, Yeo Ri terkejut. Ji Won mengajak Yeo Ri bertemu, sebagai rasa terima kasih karena Yeo Ri sudah menyelesaikan kedua cucunya dengan baik. Yeo Ri pun berkata, itu tidak perlu. Tapi Ji Won memaksa ingin bertemu. Ia ingin menjalin hubungan baik dengan Yeo Ri.

"Aku hanya melakukan pekerjaanku." ucap Yeo Ri.

"Aku menyukai sikap lugasmu. Bolehkah aku meneleponmu sesekali jika membutuhkan bantuanmu?"

"Silahkan."

"Aku senggang sekarang. Kau bagaimana?"

"Aku sedang ada persidangan sekarang. Aku harus pergi. Sampai jumpa." jawab Yeo Ri, lalu memutuskan panggilan Ji Won.


Yeo Ri  menarik napas. Sorot matanya lalu berubah tajam dan ia berkata, walaupun mereka pada akhirnya akan bertemu, tapi itu belum saatnya dan ia sendiri lah yang akan memilih waktu dan tempat untuk pertemuan mereka nanti.


Tak lama kemudian, Yeo Ri bangkit dan membuka tasnya. Sepertinya ia memang mau pergi ke persidangan. Namun ia terkejut melihat dompetnya tidak ada.

Yeo Ri pun akhirnya ingat dompetnya ia tinggalkan di mobil Do Chi.

"Mencari ini?" tanya Do Chi yang tiba-tiba sudah nongol di pintunya. Sontak, ia kaget.


Sementara itu, Ji Won menyebut Yeo Ri lancang karena berani menutup teleponnya. Tapi kemudian, ia berusaha menilai Yeo Ri. Ia yakin, Yeo Ri bukan orang yang lemah karena berhasil menyelesaikan masalah kedua cucunya dan berniat menjadikan Yeo Ri sebagai salah satu orangnya.

"Urusan Ga Ya dan Ma Ya sudah dituntaskan. Kini hanya tersisa untuk menikahkan Do Chi." ucap Ji Won lagi.


Sekarang, kita ke scene Do Chi dan Yeo Ri. Yeo Ri terkejut sekaligus senang, Do Chi mengunjunginya. Do Chi beralasan, ia datang untuk mengembalikan dompet Yeo Ri.

Namun saat hendak berjalan menghampiri Do Chi, Yeo Ri tak sengaja menjatuhkan bingkai foto yang ia taruh di ujung mejanya.

Do Chi langsung cemas, kau baik-baik saja.

"Aku tidak apa-apa, tapi ini kesayanganku."

"Yang benar saja. Kau lebih ceroboh dari tampilanmu. Kau juga menjatuhkan dompetmu." ucap Do Chi.


Do Chi lantas melihat bingkai yang dijatuhkan Yeo Ri. Ia pun kaget.

"Aku punya lukisan persis seperti ini. Biar kulihat." ucap Do Chi, lalu memastikannya sekali lagi.

"Benar. Lukisan ini disebut Ombak Tinggi Akan Datang. Seseorang melukiskannya untukku. Hadiah dari pria tua yang kukagumi saat kecil. Memikirkan pria itu membuat hatiku nyaman."

Sontak, Yeo Ri kaget.

"Dia pasti baik." ucap Yeo Ri.

"Tentu saja. Dia yang terbaik. Dia selalu merangkulku saat aku kesulitan dan menenangkanku. Dia dan aku memiliki tanggal ulang tahun yang sama. Tetapi ulang tahun itu menjadi yang terakhir bagi kami."


"Tanggal ulang tahun kalian sama? Kapan ulang tahunmu?"

"10 Mei." jawab Do Chi.

Yeo Ri terkejut bukan main.


Ia langsung ingat jawaban ayahnya saat ia bertanya, kepada siapa sang ayah mau memberikan lukisan itu.

"Seseorang yang mau ayah hibur dengan bilang ombak akan datang suatu saat, seperti lukisannya."


Yeo Ri : Kau sungguh memiliki lukisannya? Kau tidak membohongiku, bukan?

"Untuk apa aku berbohong? Kau pasti salah dan berpikir aku mau menggodamu. Baiklah. Lagi pula, aku mengeluarkannya untuk digantung. Jangan ke mana-mana. Akan kubawa sekarang juga." jawab Do Chi, lalu beranjak pergi.

Yeo Ri syok, lukisanku ada pada Do Chi? Orang yang ayah maksud adalah Do Chi? Aniya, aku harus memastikannya sendiri.


Yeo Ri beranjak pergi. Ia menuju mobilnya dan menelpon Do Chi, meminta Do Chi mengirimkan alamat padanya lewat SMS.


Di apartemennya, Do Chi melihat lukisan Yeo Ri dan tersenyum.

Ia lantas teringat pertemuannya dengan Yeo Ri di gedung pertunjukan Film Chaplin.

"Apa ini sungguh takdir? Lukisan dari film Chaplin juga?" tanya Do Chi.


Do Chi lantas menggantung lukisannya. Tak lama kemudian, bel nya berbunyi tapi yang datang So Ra.

So Ra marah karena Do Chi mengganti password pintu gak bilang-bilang. Do Chi pun menyuruh So Ra pergi dengan alasan, dirinya akan kedatangan tamu. Tapi So Ra tidak mau pergi dan ingin menyapa tamu Do Chi juga. Do Chi pun mendorong So Ra ke pintu, menyuruh So Ra pergi dan berkata dirinya akan membicarakan masalah kerjaan.


Di lobby, So Ra dan Yeo Ri berpapasan.

So Ra kemudian menerima telepon dari seorang pria bernama Tuan Cho. Tuan Cho menanyakan hubungan So Ra dan Do Chi. Tapi kemudian, ia terkejut mendengar kata-kata Tuan Cho.


Yeo Ri melihat lukisan Do Chi. Ia terkejut menyadari lukisan itu memang miliknya. Di tambah lagi, di ujung lukisan, ada namanya.

"Sudah kubilang, aku tidak pernah berbohong. Pria yang memberiku lukisan ini adalah orang yang kusayangi. Dia tempatku bertumpu saat kecil. Jika dia masih hidup, aku akan hidup bahagia dengannya seolah-olah dia ayahku sendiri." ucap Do Chi.


Yeo Ri yang syok, berniat pergi. Tapi tiba-tiba, ia hampir jatuh dan Do Chi langsung memeganginya. Yeo Ri mengaku kepalanya pusing. Do Chi berniat mengantar Yeo Ri. Ia takut Yeo Ri kenapa-napa jika mengemudi dalam keadaan pusing, tapi Yeo Ri meyakinkan Do Chi kalau dirinya bisa pulang sendiri.


Bersamaan dengan itu, Jang Goo datang dan heran melihat Yeo Ri ada di apartemen Do Chi.


Yeo Ri keluar dari apartemen Do Chi. Di lorong depan apartemen Do Chi, ia kembali berpapasan dengan So Ra.

Melihat itu, So Ra bertanya-tanya kenapa Yeo Ri keluar dari apartemen pacarnya. Ia pun mulai kesal dan cemburu.

Bersambung ke part 2......................

0 Comments:

Post a Comment