Sebelumnya...
Jin Eon terkejut mengetahui
Hae Gang sudah meninggalkan hotel.
Sementara itu, di tempat
barunya, Hae Gang tertegun saat melihat sebuah foto. Tak lama kemudian,
tangisnya pecah.
Jin Eon langsung pergi ke
rumahnya di Buamdong. Ia berusaha mencari tahu alamat baru Hae Gang lewat
Nyonya Kim. Tapi Nyonya Kim juga tidak tahu tempat tinggal Hae Gang yang baru.
Nyonya Kim berkata, Hae Gang tidak mau memberitahunya karena takut ia akan
memberitahukan alamat itu pada Jin Eon.
“Kapan Hae Gang akan mulai bekerja?
Kenapa tidak kau ikuti dia dan cari tahu? Kau tidak akan menyerah kan? Kau akan
menunggu dia sampai akhir kan? Jin Eon-ah.” Ucap Nyonya Kim.
“Kalau itu yang
diinginkannya, kalau dia menginginkan aku, ibu... Aku tidak tahu apa yang
sebenarnya diinginkannya. Aku tidak tahu dia ingin aku melakukan apa, ibu. Aku
bahkan tidak tahu apakah benar bagiku untuk melakukan apa yang ia inginkan.Aku
tidak tahu apapun.” Jawab Jin Eon.
Sementara itu di kamarnya,
Hae Gang tersenyum menatap fotonya bersama dengan Jin Eon dan Eun Sol.
“Ibu mencintaimu, Eun Sol! Aku
mencintaimu, Yeobo.” Gumam Hae Gang.
Dan Jin Eon, pria itu
melangkah gontai keluar dari rumahnya di Buamdong. Namun langkahnya terhenti
saat tiba di luar pagar. Pria itu kemudian berbalik dan menatap ke arah
rumahnya. Ingatannya seketika melayang ke masa lalu.
Flashback
On….
“Yeobo!”
panggil Hae Gang seraya keluar rumah dengan terburu2.
“Panggil
aku sekali lagi, Hae Gang-ah!” jawab Jin Eon yang berdiri di depan pintu.
“Sayang!”
panggil Hae Gang.”
Flashback
end….
Jin Eon membeku, benaknya
lantas memutar kembali kenangannya yang lain.
Flashback
On…
Jin
Eon dan Hae Gang sedang membacakan dongeng untuk Eun Sol yang masih berada di
perut Hae Gang. Jin Eon membacakan dongeng sambil mengelus2 perut Hae Gang yang
sudah membesar.
“Bayiku,
bayiku, apa kau tahu betapa ibu mencintaimu? Seperti ranting pohon yang membuat
sarang burung aman, ibu mencintaimu. Seperti gelombang yang dengan lembut
menyapu pasir di pantai, aku mencintaimu. Seperti angin yang bertiup, aku
mencintaimu. Seperti bumi yang mengelilingi matahari, aku mencintaimu. Seperti
bintang kecil yang memelukmu, aku mencintaimu. Bayiku, anakku, dimanapun
dirimu, apapun yang kau lakukan, kami mencintaimu, kami mencintaimu. Kami mencintai
semua tentang dirimu.” Ucap Jin Eon dan Hae Gang bersamaan.
Usai
membaca dongeng, Jin Eon berkata kalau ia sangat mencintai Hae Gang.
“Aku
tahu.” jawab Hae Gang.
“Itu
saja?” tanya Jin Eon.
Hae
Gang mengangguk.
Apakah
sesulit itu? Apakah sulit sekali bagimu mengakui kalau kau mencintaiku?” tanya
Jin Eon.
“Hentikan,
aku ingin bayi kita mendengarkan musik.” Jawab Hae Gang.
Hae
Gang lantas bangkit dari duduknya dan mulai memutar sebuah lagu…. Hae Gang
membeku, lalu tak lama kemudian ia memejamkan matanya menikmatu alunan lagu.
Jin Eon kemudian memeluk erat Hae Gang dari belakang. Mereka berdua larut dalam
suasana romantic yang mereka ciptakan sendiri.
Flashback
end….
Sekarang, Jin Eon sedang
menikmati harinya di padang ilalang. Ia menyusuri padang ilalang sendirian…
Di sisi lain, kita juga
melihat Hae Gang yang sedang menyusuri padang ilalang. Ingatan Hae Gang seketika
melayang ke saat2 dimana ia dan Jin Eon menyusuri padang ilalang itu bersama
ketika dirinya masih amnesia.
Flashback
On….
“Kali
ini jangan lelah dengan cintamu. Bahkan setelah ingatanku kembali.” Pinta Hae
Gang.
“Aku
tidak akan lelah. Kali ini aku akan melindungimu sampai akhir.’ Jawab Jin Eon.
Flashback
end…
Langkah Jin Eon terhenti
begitu melihat Hae Gang. Tak lama kemudian, ia tersenyum haru.
“Aku pikir kau tidak ingat,
aku kira kau tidak mencintaiku.” Batin Jin Eon.
Hae Gang lantas kembali berjalan.
Bersamaan dengan itu, air matanya mengalir. Dan Jin Eon, ya!! Pria itu
mengikuti Hae Gang. Dengan senyum merekah, Jin Eon mengikuti Hae Gang.
Jin Eon terus mengikuti Hae
Gang hingga ke jalan raya. Ia buru2 bersembunyi di balik pohon ketika langkah
Hae Gang berhenti. Hae Gang menerima panggilan dari Seok.
“Ya, Seok-ah.” Sapa Hae Gang.
“Seok-ah? Bukan pengacara
Baek, tapi hanya Seok-ah? Ketahuan kau sekarang!” ucap Jin Eon.
“Tidak, aku sudah selesai
berbenah, santai saja dan datanglah kemari.” Jawab Hae Gang.
“Datanglah? Kemana?” ucap Jin
Eon gondok.
“Kemana? Baik, mari kita
lakukan itu, mari kita bersantai dan melepaskan stress dari pikiran dan tubuh
kita. Baiklah, sampai jumpa nanti.” Jawab Hae Gang.
Hae Gang lantas masuk ke
apartemennya tanpa menyadari ada Jin Eon yang berdiri di luar apartemennya. Tak
lama kemudian, Hae Gang keluar sambil membawa peralatan mandinya.
Jin Eon mengikuti Hae Gang
sampai ke tempat sauna!! Hae Gang masuk ruang sauna dan duduk di pojokan tanpa
menyadari Jin Eon yang mengintipnya dari depan pintu. Tak lama kemudian, Jin
Eon masuk sembari menutupi kepala dan wajahnya dengan handuk kecil. Jin Eon
kemudian duduk disamping Hae Gang.
Beberapa jam kemudian, Jin
Eon mulai kepanasan… Hahahha…
Hae Gang berbaring. Tak lupa
ia menutupi wajahnya dengan handuk. Melihat Hae Gang berbaring, Jin Eon ikut
berbaring. Tak lama kemudian, Jin Eon mulai menggeser tubuhnya ke dekat Hae
Gang. Jin Eon dengan sengaja bernapas keras2. Hae Gang pun mulai kesal
mendengarnya. Tapi ia cuek saja awalnya dan kembali tidur. Jin Eon pun menatap
Hae Gang dan bernapas lagi dengan keras. Hae Gang menyibak handuknya. Jin Eon
buru2 menutupi wajahnya dengan handuk.
“Permisi, Ahjussi, bergeserlah lagi. Cepat bergeser.”
Suruh Hae Gang.
Jin Eon pun menggeser
tubuhnya menjauhi Hae Gang. Hae Gang pun kembali tidur, namun tak lama kemudian
ia bangun dan memperingatkan para cewek yang satu ruangan dengannya kalau Jin
Eon adalah pria mesum! Hae Gang pun beranjak pergi tanpa sadar pria yang
dikatainya mesum itu adalah Jin Eon. Cewek2 itu pun langsung berebut keluar
mendengar ada pria mesum di dekat mereka.
Tak lama setelah Hae Gang
keluar, Jin Eon ikut keluar. Jin Eon celingak celinguk mencari Hae Gang.
Senyumnya mengembang ketika mendapati Hae Gang sedang duduk sendirian. Namun
senyumnya itu langsung hilang ketika melihat Seok menghampiri Hae Gang.
“Tidakkah kau lelah? Aku
sudah bilang ini akan membantumu dan keras kepalamu.” Ucap Seok.
“Setelah aku berkeringat, aku
merasa lebih baik.” Jawab Hae Gang.
Jin Eon lantas duduk tak jauh
dari Hae Gang…
“Haruskah kita menaruh handuk
di kepala kita?” tanya Seok.
Seok lantas melipat handuk
itu menyerupai topi dan memakaikannya ke kepala Hae Gang. Jin Eon gondok
melihatnya. Hahahaha….
“Cantik sekali!” puji Seok.
“Aku yakin aku terlihat
cantik.” Jawab Hae Gang.
“Hei, apa kau bertemu dengan
orang yang ikut dalam tes klinis dan berhenti?” tanya Hae Gang.
“Aku berencana menemui 2
orang besok, salah satunya sekarang dirawat karena kerapuhan tulang. Tidak ada
yang menuntut karena mereka yang menginginkannya.” Jawab Seok.
Wajah Hae Gang pun seketika
berubah sedih… Tiba2, ponsel Seok berdering. Seok menggerutu membaca nama yang
muncul di layarnya.
“Kenapa? Siapa?” tanya Hae
Gang.
“Choi Jin Eon.” Jawab Seok.
“Lagi?” tanya Hae Gang.
“Ini ke empat kalinya hari
ini. Aku tidak menjawabnya, bagaimana denganmu?” ucap Seok.
“7 kali, mungkin aku harus
mengganti nomorku.” Jawab Hae Gang.
“Haruskah aku juga?” tanya
Seok.
“Dia akan segera tahu
alamatmu, setelah kau bekerja, dia akan mengetahuinya dengan mengikutimu.” Ucap
Seok.
“Aku tahu. Kalau aku akan
menyakinkan orang itu, aku harus memperjelas diriku seperti ini. Lebih kejam,
aku harus lebih tegas.” Jawab Hae Gang.
“Sudah lama kita tidak ke
spa.” Ucap Seok.
“Aku tahu, sekarang sedang
libur panjang, aku dan anak-anak sering datang kemari. Bagaimana kabar mereka?”
tanya Hae Gang.
“Mereka baik-baik saja.”
Jawab Seok, tapi Hae Gang tidak percaya.
“Sungguh, kau tahu lebih baik
bagaimana caranya tegas pada mereka daripada aku.” ucap Seok.
Namun Hae Gang tetap saja
sedih. Seok pun mengembalikan tawa Hae Gang dengan caranya. Ia melihat handuk
sauna menyeruapi ayam dan menirukan suara ayam. Tawa Hae Gang pun meledak. Jin
Eon makin cemburu.
“Lihatlah itu!” suruh Seok.
Begitu Hae Gang lengah, Seok
memukulkan telur rebus ke kepala Hae Gang.
“Hei!” protes Hae Gang.
“Apa?” tanya Seok.
Dan POOK!! Hae Gang langsung
kepala Seok dengan telur rebus. Seok tertawa.
“Mari kita hargai semuanya,
Ong Gi-ya. Jangan hanya berusaha untuk membuangnya atau berusaha melupakannya. Aku
bilang, simpanlah dia di salah satu sudut hatimu. Choi Jin Eon.” Ucap Seok.
Hae Gang mengangguk. Jin Eon
pun lega mendengarnya. Seok lantas memberikan telur rebus itu ke Hae Gang. Tak
hanya itu, mereka juga berbagi minuman. Jin Eon kembali memandangi mereka,
kemudian menghela napas lalu menutup wajahnya dengan handuk.
Adegan lalu berpindah pada
Gyu Seok yang baru tiba di rumah. Begitu masuk rumah, ia mendengar nyanyian
Yong Gi. Ingatan Gyu Seok seketika melayang pada kata2 Woo Joo.
“Ibuku
sedang sedih belakangan ini dokter. Meski ibu tidak mengatakannya, dia
benar-benar bersedih.”
Gyu Seok lantas beranjak ke
depan kamar Yong Gi.
“Apa kau melaporkan kakakmu
pada polisi?” tanya Gyu Seok.
“Ya, benar, memangnya kenapa?
Dia itu pencuri. Setelah melakukannya, tiba-tiba saja aku bernyanyi.” Jawab
Yong Gi.
Yong Gi lalu kembali
melanjutkan nyanyiannya.
“Aku akan masuk.” Ucap Gyu
Seok.
“Lakukan saja sesukamu,
masuk, keluar atau usir saja aku dari rumah ini.” jawab Yong Gi.
Gyu Seok kemudian masuk dan
mendapati Yong Gi sedang melipat sesuatu.
“Setiap satu ini dihargai 4
ribu won, jadi kalau aku membungkus 10 ribu, maka 40 ribu. Aku tidak perlu
bekerja lagi.” Ucap Yong Gi.
“4 ribu won?” tanya Gyu Seok
heran.
“Aku harap aku bisa
membungkus 20 setiap harinya, bahkan ada orang yang bisa melukis dengan kakinya.
Betapa bagusnya kalau kaki ini tidak bermalas-malasan dan bisa membungkus juga.
Kalau aku berlatih, aku juga bisa membungkusnya dengan jempol kakiku kan dokter?”
jawab Yong Gi.
“Dimana Dokgo Woo Joo?” tanya
Gyu Seok.
“Dia pergi ke mini market
dengan ibu si pencuri itu, Do Hae Gang. Dia suka sekali pergi kesana meski aku
melarangnya. Dia memegang erat tangan ibu si pencuri itu, Do Hae Gang. Tunggu
saja kalau dia kembali.” Jawab Yong Gi.
“Apa kau bertemu dengan Do
Hae Gang?” tanya Gyu Seok.
“Kalau aku melakukannya, dia
pasti sudah kutangkap, aku dengar dia sudah pergi dari hotel. Bahkan ibu tidak
tahu dimana anaknya itu tinggal. Karena dia orang yang menyedihkan, dia juga
tidak tahu aku dimana. Kalau bukan demi Woo Joo, aku sudah berkemas dan pergi
ke Cina sekarang juga.” jawab Yong Gi.
Beberapa detik kemudian, Yong
Gi tersadar. Ia pun segera meminta maaf pada Gyu Seok karena sudah ngomel2 pada
Gyu Seok padahal semua masalahnya bukan urusan Gyu Seok.
“Siapa yang ada di Cina sana?”
tanya Gyu Seok.
“Tidak ada siapa-siapa. Bukan
karena ada seseorang di sana makanya aku mau pergi, tapi karena tidak ada
siapa-siapa di sana. Ibu dan kakakku tidak ada di sana, itu sebabnya.” Jawab
Yong Gi.
“Menyanyilah, Dokgo Yong
Gi-ssi. Menyanyilah kalau kau mau, kau
tidak boleh berhenti. Teruslah bernyanyi.” Ucap Gyu Seok.
“Kau belum mendengarku
bernyanyi?” tanya Yong Gi.
“Aku sudah dengar.” Jawab Gyu
Seok.
“Dan kau masih mau aku
bernyanyi?” tanya Yong Gi.
“Benar.” jawab Gyu Seok.
“Ini pertama kalinya seorang
pria memintaku menyanyi.” Ucap Yong Gi.
“Pria?” tanya Gyu Seok.
“Karena kau bukan seorang
wanita.” Jawab Yong Gi.
“Itu benar.” ucap Gyu Seok
gugup.
Yong Gi lantas menatap Gyu
Seok dengan tatapan teduh. Tak lama kemudian, Yong Gi kembali melanjutkan
pekerjaannya dan bernyanyi. Ternyata yang dilipat Yong Gi adalah topeng. Gyu
Seok yang salah tingkah akhirnya ikut membantu Yong Gi melipat topeng2 itu dan
bernyanyi.
Tak lama kemudian, Nyonya Kim
dan Woo Joo pulang. Woo Joo terdiam mendengar suara nyanyian ibunya dan Gyu
Seok. Nyonya Kim terheran2 dengan kedekatan mereka berdua.
“Itu karena bersedih, karena
terlalu banyak kesedihan, karena ibu bersedih, dokter juga pasti bersedih,
nenek.” Jawab Woo Joo dengan wajah sedih.
Jin Eon masih berdiri di luar
apartemen Hae Gang. Tak lama kemudian, layanan delivery datang dan Jin Eon
langsung mendekatinya.
“Tu-tu-tunggu. Apa ini untuk
rumah nomor 203?” tanya Jin Eon.
“Ya, apa kau dari 203? Dua
Jjajang, satu ekstra besar?” jawab pria pengantar makanan itu.
“Bukan yang besar, tapi yang
biasa, apakah dia meminta untuk mengeluarkan dagingnya?” tanya Jin Eon.
“Tidak, hanya meminta
tambahan acar.” Jawab pria pengantar makanan.
Jin Eon pun langsung
tersenyum kesal.
“Bukankah kau yang memesan
yang besar?” tanya pria pengantar makanan.
“Mienya akan mengembang nak.”
Jawab Jin Eon.
“Apa itu? Kau yang menahanku.”
Ucap pria pengantar makanan, lalu pergi.
“Apa? "Kau?" protes
Jin Eon.
Di dalam, Hae Gang meletakkan
dua cangkir di atas meja. Saat melihat Seok mengaduk2 dua jjajang, Hae Gang seketika teringat Jin
Eon. Ia pun tersenyum teringat kenangannya bersama Jin Eon saat mereka makn
jjajang di kantor Jin Eon.
“Kalau aku selesai kerja
besok, aku akan mengganti bak cuci dan keran kamar mandi untukmu. Ah, dan aku
rasa kau harus menambah kunci untuk pintumu. Tidak ada orang dan itu membuatku
cemas.” Ucap Seok.
Namun Hae Gang diam saja.
“Apa kau tidak makan?” tanya
Seok.
“Ya, aku makan.” Jawab Hae
Gang dengan raut yang sedih.
“Ini pertama kalinya, apa kau
tidak takut sendirian? Haruskah aku tinggal? Hari ini saja. Apakah kita
semalaman membicarakan rencana kita atau minum sampai pingsan?” tanya Seok.
“Aku harus terbiasa hidup
sendiri.” Jawab Hae Gang.
“Apa kau bersungguh-sungguh? Apa
kau benar-benar ingin hidup terpisah dari Choi Jin Eon?” tanya Seok.
Hae Gang mengangguk.
“Aku menaruh foto Eun Sol di
sampingku untuk pertama kalinya. Mulai sekarang, aku ingin terus melihatnya. Aku
ingin memanggil namanya, dan mengatakan aku rindu padanya. Bahwa aku menyesal,
bahwa aku salah. Aku tidak bisa melakukan itu kalau orang itu ada di sampingku.
Di depannya, aku tidak bisa melakukannya.” Ucap Hae Gang.
“Kalau begitu, mari kita
adakan resepsi. Maksudku, mari kita perjelas semuanya dengan Choi Jin Eon.”
Ucap Seok.
Hae Gang terkejut….
“Kita tidak menikah, hanya
resepsi saja, resepsi untuk Choi Jin Eon.” Ucap Seok.
“Apa kau bodoh? Apa yang akan
terjadi padamu kalau begitu?” jawab Hae Gang tidak setuju.
“Sudah lama aku berhenti
berpikir apa yang akan terjadi padaku. Aku memutuskan hanya memikirkan apa yang
bisa kulakukan untukmu. 4 tahun yang aku curi darimu. Dan bagaimana aku
membayarnya, itu saja yang aku pikirkan. Hei, kau bisa memanfaatkan aku. Aku juga
akan memanfaatkanmu. Pikirkanlah, karena aku berencana untuk menjadi temanmu
sampai seratus tahun kedepan.” Jawab Seok.
Jin Eon yang masih menunggu
diluar, melihat Seok beranjak pergi meninggalkan apartemen Hae Gang. Setelah
Seok pergi, Jin Eon pun langsung bergegas ke apartemen Hae Gang.
Hae Gang yang lagi berkutat
dengan berkas2nya terkejut mendengar suara bel. Ia pikir Seok meninggalkan
sesuatu. Hae Gang pun bangkit, ia mengambil barang Seok yang memang tertinggal
di sofanya dan membukakan pintu tapi yang datang bukanlah Seok, melainkan Jin
Eon. Jin Eon terus berjalan mendekati Hae Gang, Hae Gang berjalan mundur.
“Bagaimana kau menemukan
rumah ini? Apa kau mengikuti aku? Apa kau benar-benar akan tetap seperti ini? Aku
membencinya, aku tidak tahan, aku tidak tahan! Tidakkah kau tahu? Aku tidak
tahan padamu Choi Jin Eon! Biarkan aku pergi, huh? Tolong biarkan aku pergi,
aku mohon padamu. Aku mohon padamu, Choi Jin Eon. Pergilah, dia akan segera
kesini. Jangan membuat aku menjadi orang bodoh lagi di hadapannya. Jaga
sikapmu, aku memintamu untuk menjaga jarak.” Ucap Hae Gang.
“Maafkan aku. Aku tidak bisa
memenuhi janjiku. Aku bilang kali ini tidak akan lelah, tapi aku merasa sedikit
lelah.” Jawab Jin Eon.
Hae Gang terhenyak mendengar
perkataan Jin Eon.
“Aku mengerti. Aku akan
melepaskanmu, aku menyerah. Maaf sudah membuatmu menderita. Aku minta maaf... Sudah
membuatmu merasa muak padaku. Berhahagialah, dengan si cahaya itu, Do Hae Gang.
Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Aku masih mencintaimu sekarang. Mulai
sekarang, Aku akan berusaha untuk tidak mencintaimu. Sampai jumpa di
perusahaan, Wakil Presdir Do Hae Gang.”
ucap Jin Eon.
Hae Gang syok. Jin Eon lantas
beranjak pergi. Tanpa disadari Hae Gang, Jin Eon tersenyum saat beranjak
meninggalkannya.
Setibanya diluar, Jin Eon
tersenyum sembari menatap ke arah apartemen Hae Gang..
“Aku tidak akan pergi
kemanapun. Jadi matikan lampumu dan tidurlah Aku akan menempel padamu seperti
permen karet dan aku akan menunggumu. Jadi tidurlah sekarang.Aku mencintaimu,
Do Hae Gang.” ucap Jin Eon.
Sementara di dalam, tangis
Hae Gang pecah karena berpikir Jin Eon benar2 menyerah.
Seol Ri protes karena diseret
ke rumah sakit pagi2 buta. Menurutnya, itu hanya buang2 waktu dan uang saja.
Seok menyuruh Seol Ri menunggu.
“Oh ya, di sini ditanyakan,
apakah kita pernah minum obat. Ayah tidak, bagaimana denganmu? Apa ada obat
yang kau minum?” tanya Seok.
“Aku? Obat sakit perut.”
Jawab Seol Ri.
“Obat sakit perut?” tanya
Seok cemas.
“Apa kau punya penyakit
perut?” tanya Tuan Baek.
“Kadang-kadang sakit,
kadang-kadang tidak, begitulah sekarang semua orang hidup.” jawab Seol Ri.
“Itu sebabnya jangan
melewatkan makan, kau selalu melewatkan makan. Dan saat kau makan, selalu saja
makan kimbap. Kalau kau makan seperti itu,tunggu saat kau tua, kau akan sakit
parah.” Ucap Tuan Baek.
Sementara Seok menatap Seol
Ri cemas.
“Aku makan makanan rumah
tanpa melewatkannya sekarang ini. Semua orang yang hidup sendiri seperti itu.”
jawab Seol Ri.
“Obat sakit perut apa yang
kau minum?” tanya Seok.
“Oh, obat Pudoxin.” Jawab
Seol Ri, yang membuat Seok semakin cemas.
Tak lama kemudian, Seol Ri
pun disuruh perawat masuk ke ruang periksa.
“Aku harus pergi. Ayah,
semoga hasil tesnya bagus. Ku harap tidak terjadi apapun pada kalian. Dan
kalian tidak boleh sakit, mengerti?” ucap Seol Ri.
“Baiklah.” Jawab Tuan Baek.
Seol Ri pun menjalani CT
Scan…
Sementara itu, di Cheon Nyeon
Farmasi… Semua karyawan berjejer di luar. Tae Seok berdiri di depan pintu,
dengan wajah kesal tentunya. Jin Ri bertanya pada Produser Kim, apakah itu
perintah Presdir Choi. Produser Kim berkata, Wakil Presdir yang baru tidak mau
melakukan upacara pelantikan.
“Jadi semua ini untuk Do Hae
Gang? Di cuaca sedingin ini, bahkan di dalam ruangan, tapi menyeret kita keluar.
Membuat kita membeku dan menunggu seperti anjing.” Gerutu Jin Ri.
Produser Kim mengiyakan.
“Apa-apaan ini? Artinya semua
orang di sini harus menundukkan kepalanya kepada Do Hae Gang?” gerutu Jin Ri.
“Ini bukan untuk Presdir,
tapi lebih untuk Wakil Presdir. Ini untuk kedatangannya. Direktur eksekutif
tidak punya pilihan lain selain menundukkan kepalanya, pada wakil presdir yang
baru. Begitulah kami akan merespon permintaan Presdir.” Jawab Produser Kim.
Tak lama kemudian, yang
ditunggu2 pun tiba. Hae Gang datang bersama Presdir Choi. Ketegangan pun
semakin terasa. Jin Eon dan Hae Gang saling melirik. Presdir Choi meminta Hae
Gang untuk berjalan disampingnya. Hae Gang mengerti. Tak hanya itu, Presdir
Choi juga meminta Jin Eon berjalan di sampingnya.
Presdir Choi, Jin Eon dan Hae
Gang pun mulai berjalan disambut dengan bungkukan hormat ribuan staf. Jin Ri
dan Tae Seok terlihat kesal. Ribuan staf mengantarkan mereka ke lift. Saat
pintu lift hendak menutup, Tae Seok menahannya dan ingin ikut bersama Presdir
Choi karena ada yang mau ia katakan.
“Ini adalah lift pribadi,
jadi kau pakailah lift untuk pegawai. Ada yang ingin kukatakan pada mereka
juga, jadi mari kita bertemu di atas.” Ucap Presdir Choi.
Hae Gang menyeringai lewat
matanya melihat penolakan Presdir Choi pada Tae Seok. Tae Seok pun memukul
pintu lift begitu pintu lift menutup. Para staf kaget. Tae Seok yang menyadari
hal itu langsung menyuruh para staf kembali bekerja. Jin Ri menghampiri Tae
Seok.
“Ayahku membuat pernyataan
perang dengan menggunakan lift. Kalau mereka adalah rekannya, maka berarti kita
adalah musuhnya. Dia memotong kepalamu dua kali di depan semua pegawaimu. Aku
minta maaf padamu untuk hari ini.Itu sebabnya aku menyuruhmu untuk tidak
membawa Do Hae Gang masuk!” ucap Jin Ri.
“Kita bisa memanfaatkannya
sebagai kuda Trojan, kita mengirimnya ke Presdir. Menaruh Ssanghwasan
ditangannya.” jawab Tae Seok sambil menunjuk banner Ssanghwasan yang terpajang
di depan pintu masuk.
“Presdir ingin menyingkirkan
kita melalui Do Hae Gang,tapi dia akan kehilangan kepalanya karena Do Hae Gang,
lihat saja nanti.” ucap Tae Seok lagi.
“Haruskah aku memberitahu Jin
Eon dulu atau Do Hae Gang dulu kalau ternyata mereka berdua adalah musuh?”
tanya Jin Ri.
“Mari kita beritahu Dokgo
Yong Gi dulu.Kita akan mengawasi gerakan Do Hae Gang dan lalu mengguncang
semuanya.” jawab Tae Seok.
Jin Ri pun setuju dengan ide
suaminya itu.
Presdir Choi menyuruh Hae
Gang duduk di bangku pimpinan. Jin Eon yang berdiri di depan pintu diam saja
menatap Hae Gang yang duduk di kursi Wakil Presdir.Presdir Choi lantas menyuruh
Jin Eon masuk.
“Untuk menjaga jarak, dia
milik seseorang sekarang dan juga pimpinanku. Berada di dekatnya, terasa sangat
sulit bagiku. Hanya datang kesini saja, kakiku rasanya hampir menyerah. Aku
sudah menyerah pada Hae Gang ayah, aku membuat keputusan untuk melepaskannya. Aku
juga sudah mengakhiri semuanya. Kalau ada yang ingin kau katakan, silahkan, aku
akan mendengarkannya dari sini.” Jawab Jin Eon.
Hae Gang hanya diam sambil
menatap Jin Eon dengan tatapan penuh luka…
“Aku berencana untuk keluar
dari semua yang berhubungan dengan perusahaan sekarang. Aku berencana membagi
dua sahamku sama rata pada kalian berdua. Ingatlah kata-kataku, kau tidak akan
mampu melakukannya sendirian. Siapapun dia, tidak seorangpun bisa mengambil
kursiku sendirian. Kalian harus menggabungkan kekuatan untuk mendapatkan apa
yang kalian inginkan. Singkirkan perasaan pribadi dan tolong lindungi Farmasi
Cheon Nyeon. Rubahlah perusahaan ini, kalian berdua.” Ucap Presdir Choi.
Hae Gang dan Jin Eon saling
melirik. Jin Eon lantas menundukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan sang
ayah. Sementara Hae Gang tampak berpikir. Setelah terdiam sejenak, Hae Gang
akhirnya setuju dengan keputusan Presdir Choi.
Sementara itu, Jin Ri masih
membahas soal Hae Gang dengan Tae Seok.
“Menurut ibu tiri, Baek Seok
atau siapapun itu yang berkencan dengan Do Ha Gang, yang menangani kasusnya? Kenapa?
Untuk apa? Apa tujuannya? Pasti ada yang diinginkannya. Mari kita rubah
pandangan kita dari Baek Seok ke Do Hae Gang. Tidak mungkin dia tidak tahu
tentang kasus ini. Ini sudah direncanakan oleh mereka berdua. Lalu kenapa Do
Hae Gang mengijinkan kasus ini tanpa menghentikannya? Ada yang mencurigakan di
sini, tidakkah kau berpikir begitu? Apa rencana Do Hae Gang? Untuk memiliki
farmasi Cheon Nyeon. Bukankah seharusnya dia menghalanginya dengan tangannya
sendiri? Seluruh perhitungan mati.” Ucap Jin Ri.
Setelah mendengar kata2 Jin
Ri, Tae Seok pun langsung pergi. Jin Ri kesal karena Tae Seok pergi begitu saja
di tengah2 pembicaraan.
Tae Seok berdiri disamping
Jin Eon. Di depan pintu, mereka melihat Presdir Choi mengembalikan pulpen itu
ke Hae Gang. Hae Gang tertegun. Presdir Choi meminta Hae Gang tidak
menghilangkan pulpen itu lagi. Hae Gang mengerti. Sementara Tae Seok mulai
menghasut Jin Eon.
“Kenapa dia lebih memikirkan
Pengacara Do daripada anaknya sendiri? Apa kau tidak berpikir kalau itu aneh?”
ucap Tae Seok.
“Dari cara bicaramu,
sepertinya ada sesuatu, apa aku benar?” tanya Jin Eon.
“Memang ada. Alasan yang
sangat special.” Jawab Tae Seok.
“Apa itu?” tanya Jin Eon.
“Ini bukan sesuatu yang bisa
kita bicarakan di depan mereka, mari kita bicarakan sambil minum.” Jawab Tae
Seok sembari tersenyum menyeringai.
Tae Seok lantas beranjak
masuk, menemui Presdir Choi.
“Apa kau kesini untuk
menemuiku atau pemilik ruangan ini?” tanya Presdir Choi.
“Mari kita lihat bersama-sama.
Karena ini adalah sesuatu yang harus kau ketahui, silahkan duduk. Adik ipar
juga, Pengacara Do, silahkan duduk.” Jawab Tae Seok.
“Kenapa kau diam saja Pengacara
Do? Maksudku, Wakil Presdir Do?” tanya Tae Seok.
“Apa yang kau bicarakan?”
tanya Hae Gang.
“Tentang fakta bahwa pria
yang kau kencani adalah perwakilan dari kasus efek samping Pudoxin. Pengacara
Baek Seok.” Jawab Tae Seok.
“Apa? Apakah itu benar?
Apakah kau benar-benar berkencan dengan seseorang? Dan pria itu menuntut kita?”
tanya Presdir Choi.
Hae Gang dengan wajah tegang
mengiyakan.
“Meski mengetahuinya, kau
bahkan tidak mengatakannya dan menerima semua permintaanku?” tanya Presdir
Choi.
“Ini kasus yang tidak akan
bisa dimenangkannya, Presdir.Tuntutan ini telah ada dari dulu dan dilanjutkan
karena orang tua penggugat memintanya. Semuanya bisa diselesaikan dengan
perjanjian.” Jawab Hae Gang.
“Karena orang yang meminta
Moon Tae Joon untuk menuntut kita adalah Pengacara Do, masalahnya tidak semudah
itu Presdir.” Ucap Tae Seok.
“Apa? Siapa melakukan apa?”
tanya Presdir Choi.
“Kapan aku melakukannya? Apa
yang kau bicarakan? Aku tidak mengetahui tentang masalah itu Presdir.” Protes
Hae Gang.
“Kau mungkin tidak tahu, tapi
seluruh karyawan mengetahuinya. Ini adalah waktu yang tepat untuk meragukan
ketulusan Pengacara Do.Tidak ada jaminan bahwa rahasia kita tidak akan
dibocorkan kepada pria yang kau kencani. Jabatannya sebagai Wakil Presdir juga
sulit dipertahankan saat ini. Aku meminta dia ditangguhkan mulai besok, dan
sampai pertanyaan tentang pengacara Do terjawab, membiarkannya bekerja di sini
adalah mustahil. Pengacara Do yang aku kenal, bukanlah seseorang yang akan
mengatasinya dengan cara seperti ini Presdir. Sebelum menjadi masalah, dia akan
mengatasinya sebelum orang lain mengetahuinya.” Ucap Tae Seok.
Hae Gang pun langsung menatap
kesal Tae Seok. Jin Eon membela Hae Gang.
“Sungguh anjing petarung. Kapanpun
kau dapat kesempatan, kau akan menggigit dan mencakar, apakah itu sebenarnya
yang ingin kau katakan? Kau mengatakan bahwa Do Hae Gang merencanakan ini untuk
menjadi Wakil Presdir? Apa? Dia bukan orang berbudi luhur. Meski begitu, dia
bukan seseorang yang akan mengorbankan dirinya demi orang lain. Dia sangat
yakin dengan tujuannya, sampai ke tingkatan yang menakutkan. Kau tahu kenapa
aku menyerah padanya, kakak ipar? Karena dia berkencan dengan orang lain? Itu
karena dia mencuri dokumen dan video Kim Sun Yong dari adiknya sendiri.” Ucap
Jin Eon.
Hae Gang terperangah
mendengar ucapan Jin Eon.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya
Presdir Choi bingung.
“Dimana bukti itu? Kepada
siapa dia memberikannya, kakak ipar? Kalau sesuai dengan kecurigaanmu, bukankah
seharusnya dia memberikannya kepada pengacara Baek Seok? Tapi dia malah
memberikannya kepadamu. Untukmu, untuk farmasi Cheon Nyeon dan untuk masa
depannya. Dia tidak berubah sedikitpun. Hanya aku yang berkhayal kalau dia
sudah berubah. Sadarlah, Do Hae Gang tetaplah Do Hae Gang.” jawab Jin Eon.
“Kau tanganilah kasus ini.”
suruh Presdir Choi.
Hae Gang jelas menolak. Ia
berkata kalau sekarang dirinya adalah Wakil Presdir.
“Orang-orang akan melihat dan
kau sendiri harus menghapus kecurigaan pada dirimu. Gunakan bakatmu dan amankan
posisimu. Ini adalah krisis dan kesempatan pertamamu.” Ucap Presdir Choi.
Jin Eon dan Hae Gang pun
langsung cemas. Sedangkan Tae Seok berada di atas angin.
Tae Seok kembali ke
ruangannya dengan wajah berseri2. Jin Ri pun heran. Tae Seok pun berkata kalau
Hae Gang yang akan menangani kasus Pudoxin. Jin Ri terkejut. Tae Seok berkata
kalau Hae Gang sampai membocorkan informasi, maka Hae Gang akan dituntut
berdasarkan kode etik pengacara.
“Selama dia bertanggung
jawab, dia harus menang untuk membuktikan kalau dia tidak bersalah. Itu artinya
Pudoxin dan aku menjadi aman.” Ucap Tae Seok.
“Melegakan sekali! Inilah
hari dimana akhirnya Do Hae Gang menjadi berguna bagi kita. Kalau begitu,
pengacara Baek Seok dan pengacara Do Hae Gang akan saling berhadapan.” Jawab
Jin Ri.
“Kalau tuntutan tidak
dibatalkan, aku rasa begitu.” ucap Tae Seok.
Di ruangan barunya, Hae Gang
stress memikirkan kasus Pudoxin yang akan ditanganinya.
Jin Eon juga ikut stress
memikirkan kasus Pudoxin yang akan ditangani Hae Gang di ruangannya.
Seol Ri kembali menemui
Nyonya Hong.
“Kau pasti tidak kesepian
karena kau bersama dengan keluargamu.” Ucap Nyonya Hong.
“Ya, dengan semua kekacauan
dengan anak-anak disana, tidak ada kesempatan untuk merasa kesepian. Seseorang
selalu saja membuat masalah di sekolahnya, kacau sekali di sana.” Jawab Seol
Ri.
“Kau berani dan kuat.” Puji Nyonya
Hong.
Nyonya Hong lantas berkata
soal Hae Gang.
“Kenyataan bahwa dia hidup di
sana seperti itu selama 4 tahun. Instingnya untuk bertahan tidak ada
bandingannya. Dia tidak bisa merawat anaknya sendiri, tapi dia malah merawat 5
anak orang lain. Tapi kemudian dia kembali ke kepribadian lamanya yang
mengerikan.”
“Mari kita bicarakan tentang
hal lain saja.” Pinta Seol Ri.
“Hal lain atau bukan, aku
memanggilmu kemari untuk memintamu menghentikan kakakmu.” Jawab Nyonya Hong
“Kenapa dengan kakakku?” tanya
Seol Ri.
“Mereka berkencan! Dia dulu
adalah menantuku dan bukan dengan orang lain, tapi dengan kakakmu! Lupakan
perasaanku, tapi demi hidup kakakmu lebih baik kalau dia tidak ada di sana. Aku
menyuruhmu untuk menghindarinya selagi kau bisa.” jawab Nyonya Hong.
“Kakakku dengan kejam telah
dicampakkan Do Hae Gang, apa kau tidak tahu?” ucap Seol Ri.
“Sepertinya mereka memulai
lagi.” Jawab Nyonya Hong.
“Tidak, tidak mungkin.”
sangkal Seol Ri.
“Apa maksudmu tidak mungkin?
Hae Gang mengatakannya dengan mulutnya sendiri. Dia bilang ingin berjalan baik
dengan kakakmu dan menyuruhku mengawasi anakku yang seperti lintah. Dia berkata
omong kosong saat duduk di sana. Kau pikir dia hanya mengatakannya padaku saja?
Dia mengatakannya di depan seluruh keluarga.” Jawab Nyonya Hong.
“Apa? Dia ingin hubungannya
berjalan baik dengan kakakku?” ucap Seol Ri syok.
“Hentikan kakakmu, beritahu
ayahmu dan pisahkan mereka. Aku tidak mau daftar keluargaku menjadi rusak dan
lebih dari apapun aku tidak mau bertemu dengannya. Saat aku masih normal, aku
ingin kau menjadi menantuku, jadi singkirkan dia supaya aku tidak perlu melihat
wajahnya di rumahmu ataupun di pernikahan.” Jawab Nyonya Hong.
Tak lama kemudian, Jin Ri
datang dan berkata kalau konsep iklan untuk Nyonya Hong sudah keluar. Nyonya
Hong langsung berseri2. Jin Ri yang menyadari ada Seol Ri pun langsung menyapa
Seol Ri.
“Sudah lama tidak berjumpa,
Kang Seol Ri.” Ucap Jin Ri.
“Apa kabarmu baik?” tanya
Seol Ri.
“Dasar bermuka dua, apa kau
belum mendengarnya? Do Hae Gang menjadi wakil presdir di perusahaan mulai hari
ini, menduduki kepalaku. Kepalaku mau hancur dan yang bisa kau katakan adalah
apakah kabarku baik?” jawab Jin Ri.
“Wakil Presdir?” Seol Ri
kaget.
“Apa kau tidak tahu? Aku
yakin kau tidak akan bisa menang melawannya kalau kau ketinggalan informasi
seperti ini. Kau akan hancur tanpa sayap dan dia akan terbang tinggi ke angkasa
dengan sayapnya.” Jawab Jin Ri.
Jin Ri lantas memberikan
konsep iklannya pada Nyonya Hong. Nyonya Hong terkejut membacanya.
“Apa ini? Menari? Menari
bebas, dengan penuh kebahagiaan, menari dengan bebas. Saat disorot, menarilah
dengan bebas, terus menari dengan bebas. Apa-apaan ini? Aku pikir konsepnya
adalah Miss Korea?” ucap Nyonya Hong.
“Memang, Miss Korea tahun
1975, Hong Se Hee. Meminum "Otak Chong Chong 100' dan tetap membuat
pikirannya muda seperti saat itu. Digambarkan dengan menari gembira pada konsep
ini.” jawab Jin Ri.
“Aku tidak bisa menari dengan
baik.” Ucap Nyonya Hong.
“Kau tidak perlu menari
dengan baik, tujuan utama iklan ini adalah bahwa kau tidak bisa menari.” Jawab
Jin Ri.
“Haruskah aku ikut kelas tari?” tanya Nyonya
Hong.
“Tarian bebas, apa kau tidak
tahu tarian bebas? Seperti ini.Begini, seperti ini.” jawab Jin Ri sambil
menari2 di depan Nyonya Hong.
Jin Ri lantas mengajak Seol
Ri bicara di ruang baca. Seol Ri terkejut mendengar Hae Gang akan menangani
kasus Pudoxin. Jin Ri berkata bahwa Hae Gang dan Seok akan berhadapan di
pengadilan, kecuali kalau Seok menarik tuntutan itu.
“Apakah ada efek sampingnya?”
tanya Seol Ri cemas.
“Tidak ada, efek samping apa?
Mereka hanya berusaha mendapatkan uang dari kami.” jawab Jin Ri.
“Kakakku bukan orang yang
seperti itu. Kalau kakakku menangani kasusnya pasti karena obat itu benar-benar
bermasalah.” Ucap Seol Ri.
“Setiap obat punya efek
samping. Kau seharusnya tahu itu lebih baik daripada aku.” jawab Jin Ri.
Seol Ri tercengang. Ia lantas
teringat kata2 kakaknya saat mereka melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Saat
itu, Seok tanya tentang obat yang diminum Seol Ri.
“Kenapa kau tidak pergi? Apa
kau tidak akan pergi, Kang Seol Ri?” tanya Jin Ri.
Seol Ri cemas…
Bersambung ke part 2...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
Kumpulan Sinopsis
- Sinopsis Adamas
- Sinopsis Again My Life
- Sinopsis Alice
- Sinopsis Anna
- Sinopsis Babel
- Sinopsis Big Mouth
- Sinopsis Blessing of the Sea
- Sinopsis Blind
- Sinopsis Defendant
- Sinopsis Different Dreams
- Sinopsis Fantastic
- Sinopsis Graceful Family
- Sinopsis Gyeongseong Creature
- Sinopsis Happiness
- Sinopsis Hide and Seek
- Sinopsis Hide Identity
- Sinopsis I Have a Lover
- Sinopsis King Maker : The Change of Destiny
- SInopsis King the Land
- Sinopsis Lies of Lies
- Sinopsis Love Rain
- Sinopsis Maestra
- Sinopsis Moving
- Sinopsis My Golden Life
- Sinopsis My Happy End
- Sinopsis My Perfect Stranger
- Sinopsis Oh My Geum Bi
- Sinopsis Perfect Marriage Revenge
- Sinopsis Ruby Ring
- Sinopsis Ruler : Master Of The Mask
- Sinopsis Selection : The War Between Women
- Sinopsis Song of the Bandits
- Sinopsis still 17
- Sinopsis Temptation Of An Angel
- Sinopsis The Game : Towards Zero
- Sinopsis The Glory
- Sinopsis The Great Show
- Sinopsis The Legend Of The Blue Sea
- Sinopsis The Police Station Next to The Fire Station
- Sinopsis The Princess Man
- Sinopsis The Promise
- Sinopsis The World of the Married
- Sinopsis The Worst of Evil
- Sinopsis Train
- Sinopsis Undercover
- Sinopsis Unknown Woman
- Sinopsis Vigilante
- Sinopsis Watcher
- Sinopsis Wonderful World
Labels
- Adamas (1)
- Again My Life (20)
- Alice (6)
- Babel (47)
- Big Mouth (24)
- Blessing of the Sea (24)
- Blind (9)
- Defendant (35)
- Different Dreams (81)
- Fantastic (42)
- Flower of Evil (10)
- Good Witch (3)
- Graceful Family (63)
- Happines (24)
- Hide and Seek (77)
- Hide Identity (1)
- I Have a Lover (88)
- King Maker : The Change of Destiny (62)
- Lean Of You - Jung Yup (1)
- Lee Yoo Ri Setuju Bintangi Drama MBC Selanjutnya Spring Must Be Coming (1)
- Lies of Lies (32)
- live up to your name (36)
- Love Rain (16)
- Love Story - Lyn (1)
- Maestra (5)
- My Golden Life (100)
- My Happy End (15)
- Oh My Geum Bi (6)
- Perfect Marriage Revenge (2)
- Ruby Ring (181)
- Ruler : Master Of The Mask (56)
- Selection : The War Between Women (63)
- SInopsis King the Land (1)
- Temptation Of An Angel (22)
- The Game : Towards Zero (50)
- The Glory (1)
- The Great Show (62)
- The Legend Of The Blue Sea (39)
- The Police Station Next to The Fire Station (3)
- The Princess Man (24)
- The Promise (211)
- The Road : The Tragedy of One (1)
- The Second Anna (5)
- The World of the Married (21)
- The Worst of Evil (1)
- Train (2)
- Undercover (9)
- Unknown Woman (92)
- VIP (1)
- Watcher (65)
Blog Archive
- ► 2020 (285)
- ► 2019 (614)
- ► 2018 (436)
- ► 2017 (209)
Recent Comments
Followers
-
[Sebelumnya ] Di kediamannya, Hae Sung sedang latihan dibimbing oleh Chang Suk. “Pikiran kosong, mata kosong, tapi setelah ia menemuk...
-
Sebelumnya.... 1 Tahun Kemudian…. Hae Sung dan Chang Suk tampak sedang bersiap2. Chang Suk berkata, setahun sudah berlalu. Hae ...
Admint tolong dilanjutkan nulis sinopsisnya dunks.....ceritanya lagi seruu niehh