Sebelumnya...
“Kau
melihatnya?” tanya Hae Gang.
“Apa?
Kata2mu di persidangan? Aku tidak akan menganggumu, jadi kau bisa makan dengan
nyaman bersamaku.” Jawab Jin Eon.
Jin
Eon lantas menggenggam tangan Hae Gang dan mengajak mantan istrinya itu pergi.
Hae Gang tertegun melihat sikap Jin Eon.
“Kenapa?
Kau tidak mau aku memegang tanganmu?” tanya Jin Eon.
Tapi
Hae Gang tetap tidak menjawab.
“Kau
tidak menyadarinya sekarang. Tapi sangat sulit bagiku untuk memegang tanganmu. Aku
mungkin tidak akan bisa memegang tanganmu di masa depan, jadi biarkan sajalah
untuk hari ini.” ucap Jin Eon.
“Katakan
padaku apa yang terjadi. Terjadi sesuatu, benarkan?” jawab Hae Gang.
Namun
Jin Eon diam saja, ia tak sanggup mengatakan fakta bahwa ayahnya lah yang
berada di balik kematian ayah Hae Gang.
“Apa
itu? Apa yang terjadi? Kumohon katakan padaku. Choi Jin Eon.” Pinta Hae Gang.
Namun
bukan jawaban yang didapatnya. Jin Eon melepaskan genggaman tangannya dari Hae
Gang, kemudian beranjak pergi. Hae Gang pun menatap kepergian Jin Eon dengan
tatapan bingung.
Setibanya
diluar, Jin Eon bertemu dengan Tae Seok yang sudah menunggunya sedari tadi di
luar. Jin Eon bertanya, kenapa Tae Seok masih ada di sana. Tae Seok berkata
bahwa ia hanya ingin memberi ucapan selamat. Tak lama kemudian, Hae Gang datang dan
Tae Seok pun langsung memberinya ucapan selamat.
“Kita
sudah menang bahkan tanpa harus melanjutkan ke persidangan kedua atau ketiga. Kerja
bagus.” Puji Tae Seok.
Hae
Gang pun tersenyum simpul. Tae Seok penasaran, kapan Hae Gang mendapatkan
catatan militer Moon Tae Joon dan catatan kesehatan keluarga Moon Tae Joon. Tae
Seok juga berkata bahwa Hae Gang sudah membunuh orang yang sudah mati dan
membuat keluarga orang itu merasa bersalah.
“Kemampuan
berburumu tidak terkalahkan. Kau sama seperti dulu, tidak berkarat sedikitpun.”
Ucap Tae Seok.
Tae
Seok lantas mengajak Hae Gang minum teh bersamanya dengan alasan ia mau
membicarakan sesuatu. Namun Hae Gang menolak dengan alasan sudah ada janji
dengan seseorang. Tae Seok bisa menebak kalau Hae Gang janjian dengan Jin Eon.
“Presdir
Choi Jin Eon juga mengatakan ada yang ingin dibicarakannya denganku.” Ucap Hae
Gang.
“Benarkah?
Kalau begitu kita bicara besok saja.” Jawab Tae Seok.
“Tapi
kau kelihatan tidak sehat. Aku pikir kalian berdua sudah putus, kau bilang akan
menyerah, tapi aku rasa itu sulit bagimu. Tapi yah, meski kau berpisah, itu
tidak merubah apapun. Semangatlah adik ipar. Semua akan berlalu, semuanya.”
ucap Tae Seok pada Jin Eon.
Tae
Seok lalu beranjak pergi. Hae Gang menatap kepergian Tae Seok dengan tatapan
curiga. Ia curiga bahwa Tae Seok sudah tahu apa yang mau dibicarakan Jin Eon
padanya.
Anak
buah Tae Seok sedang mengawasi mobil Hae Gang. Dan Seok, yang berada di
mobilnya, terlihat stress menanti persidangan selanjutnya. Seok kemudian
memergoki anak buah Tae Seok yang masih mengawasi mobil Hae Gang. Tak lama
kemudian, Seok melajukan mobilnya dan berhenti tepat di depan orang itu. Begitu
mobil Seok berhenti, anak buah Tae Seok pun langsung masuk ke mobil.
Seok
lantas tersenyum, tampaknya ada sesuatu yang ia sadari. Seok kemudian mulai
melajukan mobilnya.
Jin
Eon~Hae Gang sama2 menuju ke parkiran. Hae Gang bertanya, mereka akan bertemu
dimana. Tapi Jin Eon malah mengajaknya pergi sama2. Tak lama setelah mereka
pergi, anak buah Tae Seok mengangguk2 sambil menatap kepergian mereka.
Di
jalan, Jin Eon meminta Hae Gang mundur dari kasus itu. Hae Gang menolak dengan
menjadikan Presdir Choi sebagai alasan. Jin Eon berkata biar ia yang bicara
dengan ayahnya.
“Itu
sudah dimulai, aku tidak bisa mengacaukannya, itu bisa membahayakan posisiku. Aku
mendapatkan perintah dari presdir. Aku harus menunjukkan kesetiaanku padanya. Tidak
seperti dirimu, aku bukan anaknya.” Jawab Hae Gang.
“Setia?
Pada siapa?” tanya Jin Eon.
Jin
Eon yang sudah tidak tahan, akhirnya meminggirkan mobilnya dan mengancam akan
menggelar konferensi pers kalau Hae Gang tetap meneruskan persidangan.
Hae
Gang kaget, apa? Konferensi pers?
“Biar
seluruh dunia tahu tentang Pudoxin dan menghentikanmu dari situasi mengerikan
ini, dari situasi kotor ini, aku akan mengeluarkanmu.” Jawab Jin Eon.
“Apa
kau sudah gila? Kau harus berpikir untuk jangka panjang. Kalau kau ingin
merubah perusahaan, kau harus melihat jauh kedepan.” Ucap Hae Gang.
“Apa
kau baik-baik saja? Apa kau baik-baik saja melawan keluarga Moon Tae Joon?”
tanya Jin Eon cemas.
“Itu
sudah biasa bagiku. Aku selalu melakukannya, dan seperti yang dikatakan Presdir
Min Tae Seok, aku bagus dalam hal itu. Itu sulit bagimu, bukan bagiku. Kau
melihatnya, kau melihat semuanya, itulah aku. Diriku yang tidak kau ketahui, diriku
yang seharusnya tidak kau ketahui.” Jawab Hae Gang.
“Tidak,
itu juga sulit bagimu. Itu sulit, itu sulit bagimu. Kau pikir aku tidak tahu?
Kau pikir aku tidak tahu tentang kebohonganmu?” ucap Jin Eon.
“Apa
yang kau bicarakan?” tanya Hae Gang.
“Aku
tahu kau berbohong untuk menjauhkan aku darimu. Aku tidak tahu apakah kau
memaafkanku atau tidak, tapi aku tahu kau mencintaiku. Aku tidak tahu kenapa
kau berusaha menjauhkan aku darimu, tapi aku tahu kau melakukannya demi
kebaikanku. Jadi berhentilah berpura-pura. Aku rasa layarnya sudah diturunkan.”
Jawab Jin Eon.
Hae
Gang pun tertegun mendengarnya.
Sementara
itu, Seok baru saja kembali ke kantornya dan langsung mempelajari catatan Kim
Sun Yong. Tak lama kemudian, Tae Seok datang dan Seok pun langsung
menyembunyikan catatan Kim Sun Yong itu. Tae Seok memuji performa Seok di
persidangan tadi. Seok penasaran apa yang membuat Tae Seok datang
mengunjunginya.
“Aku
sedikit penasaran dengan pengacara kami, Baek Seok. Dengan kepribadianku, aku
tidak tahan kalau ada yang membuatku penasaran.” Jawab Tae Seok.
“Apa
yang membuatmu penasaran tentang diriku?” tanya Seok.
“Apa
yang kau janjikan pada keluarga Moon Tae Joon? Karena mereka menolak uang
damai, maka pasti bukan uang. Kalau begitu, apakah janji bahwa Pudoxin memang
memiliki efek samping yang menyebabkan kerapuhan tulang, tapi itu mustahil. Kesempatanmu
untuk menang adalah nol, tidak mungkin Pengacara Baek tidak mengetahuinya. Kenapa
kau melakukannya? Kenapa sebenarnya kau melakukannya? Seperti yang kau alami
pada persidangan hari ini, kau tidak mungkin bisa menang dari pengacara Do. Dia
bahkan bisa mendapatkan catatan militer dan sejarah kesehatan keluarganya. Dia
akan mengiris dengan tipis almarhum, dengan pisau sashimi.” Ucap Tae Seok.
Tae
Seok lantas menyinggung perasaan cinta Seok terhadap Hae Gang untuk
menggoyahkan Seok.
“Kau
pasti tidak mengetahuinya karena kau selalu menang, kau tidak bisa memiliki
harapan kalau kau kalah, dan kau bisa menang tapi kehilangan harapan. Saat
orang yang tidak memiliki apa-apa tidak melakukan apapun, maka kau mungkin saja
menghapus harapan terakhir mereka. Kalau kau hanya melihat dari kesempatan
menang saja, benar bahwa kau seharusnya tidak usah melakukan persidangan. Tapi
kalau kau melihat harapan, maka itu harus dilakukan. Aku harus melindungi helai
harapan terakhir, dari orang-orang seperti kau yang berusaha memonopoli dunia.”
Jawab Seok.
Tae
Seok pun tertawa sinis.
“Jadi?
Bagaimana kau akan melindungi harapan terakhir itu, pengacara Baek? Ini bukan
judi, kau juga tidak memiliki kartu tersembunyi. Bukankah kau duduk di kursi
itu berpegang pada harapan yang tidak berguna?” ucap Tae Seok.
“Meski
kau memiliki pengacara, kau datang kesini sendirian. Melihat itu, artinya
mungkin saja ada kartu tersembunyi, jadi aku akan berusaha keras mencarinya. Pertama,
orang yang datang kemari segera setelah persidangan selesai seperti anak anjing
yang mau buang air kecil. Aku akan menggali eksekutif direktur Farmasi Cheon
Yeon untuk mencari tahu ada apa. Berkat kau, aku baru saja menyadari apa yang
harus kulakukan di persidangan. Bukan Pudoxin, tapi orang yang membuat Pudoxin.
Kalau aku memanggilmu sebagai saksi, apa kau bersedia?” jawab Seok.
“Kapanpun
kau menginginkan aku.” ucap Tae Seok dengan wajah tegangnya.
Jin
Eon~Hae Gang akhirnya tiba di sebuah restoran. Keduanya kemudian duduk dalam
diam dan saling menatap penuh luka. Jin Eon membuka pembicaraan, ia bertanya
haruskah mereka makan jjajangmyun saja. Jin Eon juga memperagakan cara Hae Gang
mengaduk jjajangmyun. Hae Gang pun tertawa geli melihatnya.
“Ayo
kita makan. Ayo kita makan dulu. Aku lapar.” Ucap Jin Eon.
Keduanya
pun mulai makan. Hae Gang semakin bingung melihat sikap Jin Eon yang dirasanya
cukup aneh. Jin Eon kemudian bertanya, apa Hae Gang memasak sendiri di rumah?
“Aku
memesan makanan. Setelah pulang kerja, repot sekali kalau memasak lagi.” Jawab
Hae Gang.
“Tapi
kau seharusnya memasak, kau pintar memasak.” Ucap Jin Eon.
“Tidak
ada yang bisa memasak dengan baik untuk dirinya sendiri, kau memasak dengan
baik untuk orang lain.” Jawab Hae Gang.
Keduanya
pun terdiam, sebelum akhirnya Jin Eon berkata bahwa dirinya tak mungkin bisa
lagi memasak untuk Hae Gang. Bahwa dirinya seharusnya memakan saat masakan yang
dimasak Hae Gang. Jin Eon lalu bertanya haruskah mereka hidup bersama selama
satu bulan saja?
“Selama
satu bulan, apapun yang kau inginkan dariku, apapun yang kau inginkan, bisakah
aku pergi dari hidupmu setelah itu? Hanya satu bulan saja, maka aku bisa hidup
dengan kenangan itu.” ucap Jin Eon.
“Makan
saja makananmu, aku lapar, jangan membuat aku bicara.” Jawab Hae Gang sambil
berusaha menahan rasa sedihnya.
Namun
Jin Eon diam saja sembari menatap Hae Gang.
“Apa
kau tidak akan makan?” tanya Hae Gang.
“Aku
makan.” Jawab Jin Eon.
Hae
Gang kemudian mengambil lauk dari piringnya dan meletakkannya di mangkuk Jin
Eon. Jin Eon pun melakukan hal yang sama. Keduanya tertegun sambil melihat ke
piring mereka masing2.
“Kau
tahu itu kan? Bahwa kau bersikap aneh. Kau tidak seperti dirimu, kau tidak
seperti Choi Jin Eon yang kukenal, katakan padaku. Katakan saja. Apakah aku
menerimanya atau tidak, itu terserah aku.” ucap Hae Gang.
“Setelah
aku memastikannya, aku akan memberitahumu setelah aku memastikannya.” Jawab Jin
Eon.
“Tentang
apa?” tanya Hae Gang.
“Ayah.
Ini tentang ayahku dan ayahmu juga.” jawab Jin Eon.
“Tentang
ayahku?” tanya Hae Gang bingung.
Seketika
Jin Eon terdiam. Dan Hae Gang?? Ingatannya langsung melayang pada kata2 sang
ibu bahwa ayahnya pergi ke gunung bersama dengan Presdir Choi, tapi Presdir
Choi malah kembali sendirian dan merasa bersalah seumur hidupnya. Hae Gang juga
ingat kata2 Yong Gi tentang ayah mereka yang memotong talinya duluan untuk
menyelamatkan Presdir Choi.
“Ada
apa dengan mereka berdua?” tanya Hae Gang.
“Mereka
berteman, teman baik.” Jawab Jin Eon.
“Karena
itu, memangnya kenapa?” tanya Hae Gang.
“Setelah
aku memastikan kebenarannya, aku akan memberitahu semua padamu, tunggulah tiga
hari saja lagi.” Jawab Jin Eon.
Ingatan
Hae Gang lalu melayang saat ia secara tidak sengaja menguping pembicaraan Tae
Seok dan Presdir Choi. Saat itu, Tae Seok berkata bahwa Presdir Choi lah yang
telah membunuh Ji Hoon dan menyamarkan pembunuhan itu sebagai kecelakaan saat
mendaki gunung. Tae Seok juga berkata bahwa Presdir Choi mencuri Ssanghwasan
setelah membunuh Ji Hoon.
Hae
Gang pun syok. Ia langsung menatap Jin Eon dan menyadari kemana arah
pembicaraan Jin Eon. Tak ingin menyakiti Jin Eon, Hae Gang pun buru2 bangkit
dari duduknya dengan alasan mau ke kamar kecil.
Setibanya
di kamar kecil, Hae Gang langsung gemetaran. Ingatannya kembali melayang pada
kata2 Presdir Choi yang memintanya berjalan di samping Presdir Choi pada hari
pelantikannya menjadi Wakil Presdir. Hae Gang juga teringat kata2 Presdir Choi
yang lain padanya.
“Pikirkan dengan baik masa depanmu, dan gunakan
kemampuanmu. Aku punya pengharapan besar padamu, Farmasi Cheon Nyeon tidak bisa
dijalankan sendirian. Kau juga tidak bisa melakukannya sendirian. Kalian
berdua, kalian harus melakukannya bersama-sama. Aku tidak bisa melakukannya,
tapi kalian berdua harus melakukannya.” Ucap Presdir Choi.
Hae
Gang pun semakin gemetaran. Ia tidak menyangka bahwa Presdir Choi yang
dipercayanya selama ini, sosok yang cukup dekat dengannya, sosok yang paling
dihormatinya ternyata telah membunuh ayah kandungnya dan mencuri obat yang
dikembangkan ayah kandungnya.
Hae
Gang kemudian muntah2….
Sekembalinya
dari kamar kecil, Hae Gang menatap Jin Eon dengan pandangan penuh luka. Hae
Gang kemudian mengajak Jin Eon pergi. Namun saat akan pergi, Hae Gang tiba2
saja memeluk Jin Eon. Gantian Jin Eon yang bingung dengan sikap Hae Gang.
“Kenapa?
Apa aku membuatmu terkejut? Kau tidak menyadarinya sekarang, tapi sangat berat
bagiku untuk memelukmu sekarang. Jadi biarkan sajalah.” Ucap Hae Gang.
Tangis
Hae Gang pun pecah. Jin Eon memeluk Hae Gang dengan erat tanpa menyadari
tangisan Hae Gang.
Sementara
itu Yong Gi sedang bercanda dengan Presdir Choi. Presdir Choi kemudian
memandangi Yong Gi. Dipandangi seperti itu, membuat Yong Gi merasa bahwa ia
tidak ada mirip2nya dengan Hae Gang.
“Aku
berpikir untuk mendirikan gedung pusat penyakit yang tidak bisa disembuhkan,
apa kau bersedia menjalankannya?” ucap Presdir Choi.
“Apa?
Pusat penyakit yang tidak bisa disembuhkan?” kaget Yong Gi.
“Oh,
aku memikirkan apa yang bisa kuperbuat untukmu, dan itu ada dalam pikiranku. Anakku
sangat tertarik pada penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan karena Profesor
Min ada di Korea, itu sepertinya bisa diwujudkan. Bagaimana menurutmu?” tanya
Presdir Choi.
Yong Gi tertegun, Ahjusshi…
“Meskipun
aku yang mengatakannya, tidak perlu berterima kasih kepadaku. Itu adalah
pemberian ayahmu, jadi berterima kasihlah pada ayahmu. Kalau kau bersedia, maka
kau harus mulai belajar sekarang, apa kau mau mencobanya?” tanya Presdir Choi.
Yong
Gi pun semakin tertegun.
Nyonya
Hong mulai shooting iklan. Dia menari dengan penuh semangat berdasarkan arahan
sutradara. Sutradara memuji kerja Nyonya Hong. Tak lama kemudian, Jin Ri pun
bernarasi.
“Pemenang
Miss Korea 1975, Hong See He. Menunjukkan kebahagiaan memiliki otak yang sehat
dengan seluruh tubuhnya. Kami menjanjikan masa depan yang bahagia. Suplemen
alzheimer dari pusat kesehatan Cheon Nyeon, Otak cerdas cerdas 100!” ucap Jin
Ri.
Jin
Ri kemudian tersenyum sinis dan berkata bahwa Nyonya Hong bahkan tidak tahu
iklan macam apa yang dibintanginya. Jin Ri pun mengaku tak sabar ingin cepat2
iklannya tayang untuk melihat reaksi Nyonya Hong. Tak lama kemudian, Jin Ri
dikejutkan dengan tangisan Hong. Ia bertanya2, apa Nyonya Hong sudah tahu
membintangi iklan apa.
Sementara
itu, Nyonya Hong yang menangis terus saja menari.
Di
ruang ganti, Nyonya Hong diam2 meminum obatnya. Tapi begitu Jin Ri datang,
Nyonya Hong pun lekas menyembunyikan obatnya. Jin Ri ingin tahu obat apa yang
diminum Nyonya Hong. Nyonya Hong berbohong, ia mengatakan dirinya meminum
vitamin, bukan obat. Dirinya tak sadar jika Jin Ri sudah mengetahui
penyakitnya.
“Berapa
lama lagi kau ingin hidup sampai kau membawa-bawa vitamin? Daripada minum
vitamin, manfaatkan otakmu dengan baik, ibu tiri. Kalau kau menderita penyakit
seperti Alzheimer kau akan mencoreng seluruh rumah dan menurunkan kehormatan
keluarga. Penyakit lain bisa dimaafkan dan bersabar, tapi bagaimana kalau
alzheimer? Itu seperti lokomotif yang terlepas. Tidak bisa dikendalikan, tidak
bisa diperbaiki, semuanya mustahil! Apakah ada tragedi yang lebih tragis
daripada itu? Mari kita cegah itu dan berhati-hati.” Sindir Jin Ri.
Nyonya
Hong diam saja dan hanya menghela napas.
“Tapi,
kenapa kau menangis? Waktu tadi sedang shooting?” tanya Jin Ri.
“Oh,
aku tiba-tiba saja merasa sangat sedih.” Jawab Nyonya Hong.
“Merasa
sedih saat menari? Sedih macam apa yang ada dalam hidupmu?” tanya Jin Ri.
“Saat
masih muda, aku tidak tahu bahwa tubuh muda adalah hal yang baik. Hanya
membiarkan masa mudaku berlalu Seperti menyimpan bagian dari masa mudaku di
bank, hidup tanpa arti ataupun gairah. Saat tadi sutradara mengatakan bahwa aku
tidak punya anak atau suami dan itu rasanya seperti di surga itu membuatku
sedih. Berpikir tidak memiliki siapapun di sampingku sangat menyedihkan. Dan
itu lebih terasa seperti neraka daripada surge Bagi orang-orang yang hidupnya
divonis tidak akan lama lagi, bagaimana mereka menjalani hidup hari demi hari?”
jawab Nyonya Hong.
“Mereka
tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya terkejut atau gagap hari demi hari
kemudian mati. Kita tidak tahu situasi saat kita dilahirkan, tapi saat kau
mati, kau akan mati sendirian entah kau baik atau buruk. Kalau kau
menyadarinya, kau akan tahu kita hidup dalam kesepian. Ini, mulai hari ini
minumlah ini bersamaku, ibu tiri.” Ucap Jin Ri.
Jin
Ri pun menyerahkan obat dimana Nyonya Hong menjadi modelnya. Nyonya Hong
terkejut saat melihat obat itu. Itu obat dementia. Nyonya Hong menatap Jin Ri
dengan kesal, tapi ia tak bisa berbuat apa2 lantaran menyadari dirinya yang
mengidap penyakit itu.
Nyonya
Kim yang sedang memasak bertanya apa Yong Gi sudah selesai melipat topeng. Yong
Gi yang lagi memetik tauge pun ingin tahu alasan Nyonya Kim menanyakan
pertanyaan itu.
“Karena
tidak ada kotak lagi, apa kau sudah mengerjakan semuanya?” ucap Nyonya Kim.
“Tentu
saja, memangnya aku memakannya?” ketus Yong Gi.
“Kau
memutar-mutar pikiranku.” Ucap Nyonya Kim.
“Kau
harus menganggapnya keberuntungan bahwa aku hanya memutarnya tidak
menyesatkannya, Ahjummoni.” Jawab Yong Gi.
Nyonya
Kim pun terdiam karena lagi2 Yong Gi memanggilnya dengan panggilan bibi. Nyonya
Kim kemudian berkata bahwa dia berterima kasih pada nenek Yong Gi yang telah
merawat Yong Gi.
“Kanker
kanal.” Gumam Yong Gi.
“Apa?”
tanya Nyonya Kim heran.
“Itu
penyakit yang diderita nenek. Aku kira itu nama pulau. Kenapa nama kanker
sangat menyedihkan? Dia menderita kanker sendirian dan meninggal sendirian. Aku
tidak bisa melihat saat-saat terakhir hidupnya ataupun menghadiri pemakamannya.
Sungguh tidak terpuji!” sesal Yong Gi.
“Ayo
kita pergi sama-sama ke makam nenekmu kapan-kapan. Jadi aku bisa menyapanya
dengan benar.” ucap Nyonya Kim.
Yong
Gi pun mengalihkan pandangannya ke Woo Joo yang lagi membaca buku dongeng. Yong
Gi menatap Woo Joo dengan berkaca2.
“Tidak
bisa melihatnya dan meninggal. Hatiku terasa lebih sakit karena aku tidak bisa
memperlihatkan cucunya yang cantik.” Ucap Yong Gi.
Tangis
Yong Gi pecah. Namun ia segera menghapus tangisnya begitu Gyu Seok pulang. Gyu
Seok tertegun melihat Yong Gi yang menangis. Tak lama kemudian, Gyu Seok
menghampiri Woo Joo. Woo Joo menawakan diri untuk membawakan tas Gyu Seok ke
kamar. Gyu Seok memberitahu Woo Joo bahwa tasnya berat. Tapi Woo Joo tidak
peduli dan kekeuh ingin membawakan tas Gyu Seok.
Gyu
Seok pun langsung memberikan tasnya pada Woo Joo. Dengan susah payah, Woo Joo
menyeret tas Gyu Seok ke kamar.
Yong Gi dan Nyonya Kim pun tertawa geli melihat
tingkah Woo Joo. Tak lama kemudian, Nyonya Kim berhenti tertawa dan tertegun
melihat tawa Yong Gi. Tawa Yong Gi pun langsung berhenti begitu menyadari
Nyonya Kim tengah menatapnya.
“Apa
yang terjadi, kau tersenyum setelah menangis?” tanya Nyonya Kim.
Tapi
Yong Gi malah mengalihkan pembicaraan dengan berkata bahwa ia sudah selesai
memetik tauge. Nyonya Kim tertawa. Yong Gi pun heran dan ingin tahu alasan
Nyonya Kim tertawa. Nyonya Kim berkata bahwa ia sangat bahagia. Yong Gi yang
gengsi mengakui bahwa dirinya juga bahagia pun lansung berkata bahwa dirinya
sangat menderita.
“Oh,
penderitaan! Aku sangat menderita! Apakah mungkin bisa lebih menderita lagi,
kenapa aku sangat menderita? Salah siapa itu?” jawab Yong Gi sembari beranjak
pergi.
Bersambungke part 2
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
Kumpulan Sinopsis
- Sinopsis Adamas
- Sinopsis Again My Life
- Sinopsis Alice
- Sinopsis Anna
- Sinopsis Babel
- Sinopsis Big Mouth
- Sinopsis Blessing of the Sea
- Sinopsis Blind
- Sinopsis Defendant
- Sinopsis Different Dreams
- Sinopsis Fantastic
- Sinopsis Graceful Family
- Sinopsis Gyeongseong Creature
- Sinopsis Happiness
- Sinopsis Hide and Seek
- Sinopsis Hide Identity
- Sinopsis I Have a Lover
- Sinopsis King Maker : The Change of Destiny
- SInopsis King the Land
- Sinopsis Lies of Lies
- Sinopsis Love Rain
- Sinopsis Maestra
- Sinopsis Moving
- Sinopsis My Golden Life
- Sinopsis My Happy End
- Sinopsis My Perfect Stranger
- Sinopsis Oh My Geum Bi
- Sinopsis Perfect Marriage Revenge
- Sinopsis Ruby Ring
- Sinopsis Ruler : Master Of The Mask
- Sinopsis Selection : The War Between Women
- Sinopsis Song of the Bandits
- Sinopsis still 17
- Sinopsis Temptation Of An Angel
- Sinopsis The Game : Towards Zero
- Sinopsis The Glory
- Sinopsis The Great Show
- Sinopsis The Legend Of The Blue Sea
- Sinopsis The Police Station Next to The Fire Station
- Sinopsis The Princess Man
- Sinopsis The Promise
- Sinopsis The World of the Married
- Sinopsis The Worst of Evil
- Sinopsis Train
- Sinopsis Undercover
- Sinopsis Unknown Woman
- Sinopsis Vigilante
- Sinopsis Watcher
- Sinopsis Wonderful World
Labels
- Adamas (1)
- Again My Life (20)
- Alice (6)
- Babel (47)
- Big Mouth (24)
- Blessing of the Sea (24)
- Blind (9)
- Defendant (35)
- Different Dreams (81)
- Fantastic (42)
- Flower of Evil (10)
- Good Witch (3)
- Graceful Family (63)
- Happines (24)
- Hide and Seek (77)
- Hide Identity (1)
- I Have a Lover (88)
- King Maker : The Change of Destiny (62)
- Lean Of You - Jung Yup (1)
- Lee Yoo Ri Setuju Bintangi Drama MBC Selanjutnya Spring Must Be Coming (1)
- Lies of Lies (32)
- live up to your name (36)
- Love Rain (16)
- Love Story - Lyn (1)
- Maestra (5)
- My Golden Life (100)
- My Happy End (15)
- Oh My Geum Bi (6)
- Perfect Marriage Revenge (2)
- Ruby Ring (181)
- Ruler : Master Of The Mask (56)
- Selection : The War Between Women (63)
- SInopsis King the Land (1)
- Temptation Of An Angel (22)
- The Game : Towards Zero (50)
- The Glory (1)
- The Great Show (62)
- The Legend Of The Blue Sea (39)
- The Police Station Next to The Fire Station (3)
- The Princess Man (24)
- The Promise (211)
- The Road : The Tragedy of One (1)
- The Second Anna (5)
- The World of the Married (21)
- The Worst of Evil (1)
- Train (2)
- Undercover (9)
- Unknown Woman (92)
- VIP (1)
- Watcher (65)
Blog Archive
- ► 2020 (285)
- ► 2019 (614)
- ► 2018 (436)
- ► 2017 (209)
Recent Comments
Followers
-
[Sebelumnya ] Di kediamannya, Hae Sung sedang latihan dibimbing oleh Chang Suk. “Pikiran kosong, mata kosong, tapi setelah ia menemuk...
-
Sebelumnya.... 1 Tahun Kemudian…. Hae Sung dan Chang Suk tampak sedang bersiap2. Chang Suk berkata, setahun sudah berlalu. Hae ...
0 Comments:
Post a Comment