Seol Ri marah, ia berkata bahwa ia menyuruh Tae Seok
menghancurkan Jin Eon dan Hae Gang, tapi dia tidak pernah menyuruh Tae Seok
mencelakai Seok. Seol Ri menuduh Tae Seok sengaja melakukan itu agar kakaknya
tidak bisa hadir di persidangan, agar sang kakak tidak bisa melanjutkan
tuntutan.
Tae Seok berusaha meyakinkan Seol Ri bahwa bukan dia pelakunya. Seol Ri tidak percaya. Seol Ri pun mengingatkan Tae Seok bahwa ia memiliki kartu as Tae Seok dan meminta Tae Seok untuk tidak melupakan bahwa dirinya memiliki bukti berupa rekaman suara Tae Seok tentang pemalsuan hasil tes klinis Pudoxin serta pembunuhan berencana Yong Gi dan Tae Joon.
“Aku juga tidak akan melupakannya, Kang Seol Ri.” Seru Hae
Gang tiba2.
Tae Seok dan Seol Ri pun terkejut melihat sosok Hae Gang
yang sudah berdiri di depan mereka.
“Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melupakannya, Presdir
Min Tae Seok.” Ucap Hae Gang sembari menatap Tae Seok.
Hae Gang lalu menghampiri keduanya dan berkata bahwa dirinya
tidak menyangka kalau mereka akan bekerja sama untuk menghancurkannya. Hae Gang
kemudian menatap Seol Ri, ia bertanya apa Seol Ri menyuruh Tae Seok untuk
menghancurkannya. Seol Ri diam saja. Hae Gang pun kembali menatap Tae Seok.
“Bagaimana rencanamu untuk menghancurkanku? Aku ingin tahu.
Kita akan bicarakan masalah ini di kantor karena aku mau mengeluarkan isi
kepala gadis yang serampangan dan gila ini terlebih dahulu.” Ucap Hae Gang.
“Kita bertemu di kantor. Aku juga punya pertanyaan untukmu,
Wakil Presdir.” Jawab Tae Seok.
Hae Gang lalu menyuruh Seol Ri mengikutinya. Seol Ri
menolak. Karena Seol Ri menolak, Hae Gang pun terpaksa menarik Seol Ri keluar.
Seol Ri meronta2, menyuruh Hae Gang melepaskannya. Tapi Hae Gang tetap menarik
tangan Seol Ri dan membawa gadis gila itu ke kantin rumah sakit. Sontak,
tatapan seisi kantin langsung mengarah pada mereka. Hae Gang mendudukkan paksa
Seol Ri di kantin. Seol Ri pun membalas dengan mendorong Hae Gang.
“Ayo kita mulai, mulai dari awal, ayo kita mulai, Kang Seol
Ri.” Bujuk Hae Gang sembari memegang tangan Seol Ri.
Seol Ri pun tertegun mendengarnya.
Di kantor polisi, Jin Eon membandingkan plat motor Shin Kyung Woo dan plat motor si pelaku. Pada plat motor si pelaku tidak ada stiker pemerintah.
Jin Eon juga menyuruh pihak kepolisian memeriksa DNA lolipop untuk membuktikan bahwa Shin
Kyung Woo bukanlah pelaku pemukulan Seok.
“Lalu bagaimana dengan kasus ancamannya?” tanya polisi.
“Korban tidak mau menuntut.” Jawab Jin Eon.
“Apa?” kaget polisi.
“Dia masih muda, kita harus memikirkan masa depan anak itu
daripada masa lalu orang dewasa.” Jawab polisi.
Di dalam, Kyung Woo yang didampingi ayahnya sedang
diinterogasi polisi. Jin Eon masuk, ia terkejut melihat mereka. Polisi ingin
tahu apa motif ancaman yang dilakukan Kyung Woo.
“Orang disampingku ini, kumohon! Detektif, aku tidak punya
ayah, aku akan menjawab semua yang kau tanyakan. Jadi tolong lakukan sesuatu
dengan orang ini.” pinta Kyung Woo.
“Seorang ayah tetaplah ayah. Meski langit terbelah dua,
hubungan antara kau dan aku sebagai ayah dan anak, tidak bisa dipisahkan meski
kau menentangnya, meski kau menendang dan meronta, aku ayahmu dan kau anakku.”
Jawab Shin Il Sang.
“Apa kau benar-benar menaruh oleander disana untuk membunuh
Do Hae Gang?” tanya Polisi.
“Tidak, sama sekali tidak, itu adalah kesalahanku. Karena
itu adalah ketidakberuntungannya memiliki aku sebagai ayahnya. Dia anak yang
baik. Kalau kau memeriksanya, kau akan tahu, anak ini bukan hanya nomor satu di
sekolahnya tapi juga dia adalah jenius yang telah dikenal di negara ini. Dia
bukan pembunuh, dia adalah pelajar yang sempurna.” Jawab Shin Il Sang.
Jin Eon menatap Shin Il Sang dengan tatapan iba.
“Aku ingin menakutinya. Aku ingin dia merasakan ketakutan,
karena sepertinya tidak seorangpun yang mengetahui dosa-dosanya. Itu sebabnya!
Aku ingin dia melihat kembali dosa-dosanya.” Ucap Kyung Woo.
“Apalagi sekarang? Ada apa ini semua? Apa yang akan terjadi
kalau dia tanpa sengaja menyentuh oleander itu dan terjadi sesuatu yang buruk
pada Do Hae Gang-ssi?” jawab si polisi.
Tak lama kemudian, polisi yang tadi bersama Jin Eon
memeriksa bekas lolipop di plat motor si pelaku masuk dan memberitahu
seniornya kalau korban tidak akan menuntut dan akan membebaskan Shin Kyung Woo.
Shin Il Sang dan Kyung Woo pun terharu mendengarnya. Shin Il Sang lantas
mengucapkan terima kasih pada Jin Eon, karena Jin Eon tidak menuntut putranya.
“Tolong katakan itu pada isteriku, karena itu adalah harapannya.
Aku akan senang sekali kalau kau berterima kasih padanya.” Jawab Jin Eon.
Jin Eon pun beranjak pergi.
Sementara itu, Hae Gang dan Seol Ri duduk si sebuah kafe.
Seol Ri menyuruh Hae Gang bicara kalau ada yang mau dibicarakan. Hae Gang pun
mengaku salah. Ia berkata, bahwa seharusnya ia tidak melakukan itu. Bahwa
seharusnya, ia mengatakan sesuatu.
“Seperti kau, aku juga membenci diriku di masa lalu. Aku
tidak bisa bersikap seperti orang dewasa, seperti manusia. Setelah aku terluka,
supaya aku tidak terluka lagi. Aku adalah monster yang hanya menggunakan kuku
tajamku pada orang lain. Aku seharusnya tidak pergi menemuimu di kafe, tapi
seharusnya menyelesaikannya dengan suamiku. Aku seharusnya tidak berlutut
padamu. Tapi seharusnya memberitahu suamiku kalau aku salah dan aku menyesal. Bahwa
aku mencintainya. Itu bukan karena sesuatu yang kau lakukan pada suamiku, tapi
karena apa yang telah aku lakukan pada suamiku kejam dan menakutkan.” Ucap Hae
Gang.
“Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?” tanya Seol Ri curiga.
“Dosa sudah menjadi bagian rutin dalam keseharianku dan dosa
yang dilakukan secara sengaja adalah yang terberat. Aku takut kau akan berubah
menjadi seperti aku. Aku takut, aku mungkin saja menghancurkanmu seperti aku
menghancurkan diriku sendiri. Lihatlah aku, apa kau ingin menjadi seperti aku? Apa
kau mau orang yang berharga bagimu terluka, putus asa dan mati seperti yang
telah aku lakukan? Meski aku ingin kembali, kesalahan yang aku lakukan di masa
laluku terus muncul dan menahan kakiku.” Jawab Hae Gang dengan mata yang mulai
berkaca2.
“… aku berubah dan aku ingin berubah. Aku ingin berusaha
hidup lagi, tapi masa laluku? Mencekik leherku dan mengatakan bahwa aku tidak
punya hak untuk itu. Itu membuatku putus asa, bahwa aku tidak mungkin bisa
bahagia lagi. Kau pasti sudah lupa, tapi kau sangat cantik dan itu membuat aku
iri. Meski kau memakai baju murahan, atau memakai sepatu olahraga yang penuh
lubang. Meski kau bertelanjang kaki, kau percaya diri dan sehat. Aku iri padamu.
Kembalilah saat kau masih bisa. Kembalilah pada dirimu sendiri, kau harus
kembali saat kau masih bisa, Kang Seol Ri. Jangan menghabiskan usia 30 mu
dengan menyakiti orang lain seperti yang kulakukan. Semua luka tidak akan
sembuh sepenuhnya. Jaga hidupmu, lindungi dirimu sendiri, kumohon setidaknya
lindungi dirimu sendiri, Kang Seol Ri. Jangan hidup seperti aku.” ucap Hae
Gang.
Seol Ri pun menatap mata Hae Gang, ia mencoba mencari
kejujuran dengan menatap mata Hae Gang.
Di ruangannya, Tae Seok panic karena kecurigaan yang mulai
mengarah padanya. Kata2 Hae Gang tadi, tentang rencananya yang ingin
menghancurkan Hae Gang, terngiang2 di telinganya. Tak hanya itu, ia juga
teringat kata2 Seok saat dirinya menjenguk Seok di rumah sakit.
“Bajingan yang
memanggilku ke farmasi Cheon Nyeon adalah pelaku yang sebenarnya. Apa kau
datang kesini untuk mendiskusikan apakah aku akan menunda atau membatalkan
tuntutan? Aku akan melanjutkan sesuai rencana. Selama aku masih hidup sampai
kamis depan.” Ucap Seok.
Tiba2 saja, Jin Eon menerobos masuk ke ruangannya dan
melemparkan tongkat baseball ke mejanya.
“Apa kau masih membuat anak-anak menjadi pembunuh? Anak-anak
yang seharusnya bermain baseball dan berlarian, kau membuat mereka memegang
tongkat baseball untuk memukul orang. Kau menjebak mereka untuk pembunuhan, dan
kau melimpahkan kesalahanmu kepada anak-anak. Kau bersembunyi dibalik mereka!
Kau dengan cerdasnya bersembunyi seperti ini!” labrak Jin Eon.
“BUKTI!! Bukan sekedar pernyataan, bawakan barang bukti!
Bukti!” teriak Tae Seok.
Tae Seok lantas mengambil tongkat baseball itu.
“Kalau kau menghinaku seperti ini, maka bawakan buktinya,
Adik Ipar. Apa kau menangkap bajingan yang menusuk Do Hae Gang? Apa kau
menangkap pelaku tabrak lari Moon Tae Joon?” teriak Tae Seok, lalu memukulkan
tongat baseball itu ke mejanya.
“Kau tidak pernah menangkapnya, baik polisi maupun kau. Apakah
kali ini kau bisa menangkapnya, huh? Kau tidak akan pernah bisa menangkapku,
Adik Ipar. Tanganku bersih, Adik Ipar, apapun yang terjadi. Jadi jangan
perlakukan aku seperti penjahat seperti ini!”
Tae Seok lantas mengarahkan tongkat baseball itu ke dada Jin
Eon.
“Kalau aku memukulnya dengan tongkat baseball ini, apakah
papan nama ini akan rusak? Apakah tongkat baseball ini yang akan rusak? Haruskah
aku mencobanya?” teriak Tae Seok.
Jin Eon lantas merebut tongkat baseball itu dan berkata
bahwa Tae Seok tidak membutuhkan papan nama. Jin Eon lantas memukul papan nama
Tae Seok dengan tongkat baseball sampai papan namanya patah. Tae Seok terkejut
melihatnya.
“Saat kau masuk penjara, kau tidak memerlukan nama ataupun
papan nama.” Ucap Jin Eon.
“Apa? Kau berusaha menuntutku dengan kejahatan
penyalahgunaan harta dan hak paten? Meski kau melakukannya, aku akan
mendapatkan keringanan, paling aku hanya ditahan kurang dari 2 tahun.” Jawab
Tae Seok.
“Tidak, aku akan memasukkanmu ke penjara karena pembunuhan
berencana. Kalau kasus pembunuhan berencana, setidaknya kau akan dipenjara
seumur hidupmu. Buktinya? Aku akan menemukan bukti kuat, Kakak Ipar.” Ucap Jin
Eon.
Jin Eon lantas memberitahu Tae Seok bahwa Shin Kyung Woo
sudah dibebaskan.
“Mungkin karena gugup karena dia masih anak-anak, tapi
pelakunya, waktu dia makan permen, dia meludahkannya di lantai tempat parkir. Bagian
forensik sedang memeriksa DNAnya sekarang. Kau mungkin harus mengirim pelakunya
keluar negeri lagi, Kakak Ipar. Apakah ke Filipina lagi kali ini? Dia masih
muda, jadi aku ingin tahu apakah dia mau pergi.” Ucap Jin Eon.
Tae Seok pun terhenyak…
Hae Gang datang menjenguk Seok. Di sana, ia bertemu Tuan
Baek yang lagi menyuapi Seok makan. Hae Gang mengaku akan bermalam di rumah
sakit untuk menemani Seok. Tapi Seok tidak setuju. Seok meyakinkan Hae Gang,
kalau dirinya terluka bukan karena Hae Gang. Ia meminta Hae Gang tidak perlu
merasa bersalah, karena sejak awal dirinya memang sudah diincar.
“Silahkan berbicaralah, aku akan berjalan-jalan.” Ucap Tuan
Baek, lalu beranjak pergi.
“Tidakkah kau lihat saat kau berjalan masuk, aku merasa
tidak baik. Jadi mari kita bertemu saat aku sudah baikan.” Ucap Seok.
“Kau tidak akan membuat rencana apa yang akan kau lakukan
dengan persidangan? Kita harus mendiskusikan apakah kita menunda persidangan
atau apa yang harus kita lakukan di masa depan. Kau pikir aku kesini untuk
bemain-main karena aku punya banyak waktu? Mari kita rencanakan sekarang.”
jawab Hae Gang.
“Mari kita buat rencana dan mempertimbangkan rencana
selanjutnya dan jangan datang kesini pada malam hari. Mengerti?” ucap Seok.
Jin Eon akhirnya mendapatkan bukti itu. Di ruangannya, ia
sedang melihat foto2 sosok berpakaian hitam yang tak lain adalah anak buah Tae
Seok. Jin Eon lantas menghubungi Hyun Woo.
“Apa kau masih punya foto Lee Jeong Man?” tanya Jin Eon.
“Ya, sebelum dia melarikan diri kami mengambil fotonya.”
Jawab Hyun Woo.
“Bawakan foto itu sekarang.” suruh Jin Eon, lalu menyudahi
pembicaraan mereka.
Hae Gang kesal, ia berkata bahwa Tae Seok sudah diluar
kendali karena putus asa. Seok pun berkata kalau mereka tidak bisa menunda
persidangan. Jika mereka mengikuti keinginan Tae Seok, maka mereka tidak akan
bisa menangkap Tae Seok.
“Ayo kita minta bantuan dari keluarga Moon Tae Joon. Aku
akan meminta Min Tae Seok untuk membayar keluarga penggugat sendiri. Aku akan
memanfaatkan kondisimu sebagai alasan dan memintanya untuk membatalkannya.”
Ucap Hae Gang.
“Aku akan memberitahunya bahwa aku ingin berhenti dari
tuntutan ini. Aku akan meminta keluarga penggugat untuk menolak tawaran Min Tae
Seok supaya persidangan tidak bisa dibatalkan.” Jawab Seok.
“Tapi, dia akan menawarkan jumlah yang besar yang akan sulit
untuk ditolak.” Cemas Hae Gang.
“Itu tidak akan dibeli dengan mudah. Kasus tabrak lari Moon
Tae Joon, mereka mencurigai itu adalah perbuatan Min Tae Seok.” Jawab Seok.
“Kalau mereka menolak tawarannya, persidangan pasti akan
dilanjutkan. Dengan begitu Min Tae Seok tidak bisa berbuat apa-apa selain
memenangkan kasus ini. Dengan catatan Kim Sun Yong ditanganmu, daripada
memecatku, dia akan menekanku. Dan dia akan berbuat apapun untuk memenangkan
persidangan ini.” ucap Hae Gang.
“Kalau begitu, keluarga Moon Tae Joon bisa memecatku. Daripada
pengacara yang berbaring di rumah sakit, mereka lebih memilih pengacara baru
yang sehat.” Jawab Seok.
“Tepat sekali. Mari kita buat Min Tae Seok berpikir seperti
itu. Lalu, kau bisa muncul dan menjadi pengacara gabungan pada persidangan.”
Ucap Hae Gang.
Hae Gang juga berkata, bahwa mereka bisa mencari tahu pelaku
pemukulan Seok dengan melacak nomor yang menghubungi Seok sebelum kecelakaan
terjadi. Seok pun berkata, bahwa pihak kepolisian sudah menghubungi nomor itu
sebelum kecelakaan dan nomor itu adalah nomor seorang remaja yang berumur 18
tahun.
“Aku rasa, setelah ditelpon polisi, dia ketakutan dan
melarikan diri. Telpon ilegal itu, mungkin milik pria yang tertangkap kamera
CCTV.” Jawab Hae Gang.
“Aku merasa bahwa aku pernah melihat pria itu.” ucap Seok.
Hae Gang terkejut, apa?
“Setelah persidangan pertama, di tempat parkir pengadilan, aku
melihat seseorang memeriksa mobilmu. Itu terlihat mencurigakan tapi kemudian
dia melihat mobil disebelahnya. Jadi aku pikir, aku terlalu sensitif, makanya
aku berhenti memikirkannya.” Ucap Seok.
“Apa kau ingat wajahnya?” tanya Hae Gang. Dan Seok pun
mengiyakan.
“Sekarang mereka memeriksa semua CCTV, jadi mudah-mudahan
dia tertangkap kamera.” Jawab Hae Gang.
Jin Eon dan Hyun Woo baru saja mengkonfirmasi bahwa si
pelaku pemukulan Seok adalah Lee Jung Man. Jin Eon merasa bahwa mereka perlu
menangkap Lee Jung Man kalau mau menangkap Tae Seok. Hyun Woo lantas
menyarankan kalau mereka harus mencari kotak hitam semua orang yang parkir di
lantai tiga minggu lalu. Tapi Jin Eon berpendapat lain.
“Kita panggil dia ke sini. Mari kita panggil kesini dan kita
periksa dulu apakah ini Lee Jung Man. Tanpa alasan tepat, kita tidak bisa
meminta untuk menyelidikinya.” Ucap Jin Eon.
“Bagaimana bisa kau tiba-tiba memanggilnya?” tanya Hyun Woo.
“Rokok, mari kita coba.” Jawab Jin Eon.
Tae Seok memungut patahan papan namanya dan memikirkan
sesuatu.
Tak lama kemudian, Manajer Byeon datang dan memberikan alat penyadapan telepon. Manajer Byeon menyuruh Tae Seok mendengarkannya.
Tak lama kemudian, Manajer Byeon datang dan memberikan alat penyadapan telepon. Manajer Byeon menyuruh Tae Seok mendengarkannya.
Di ruangannya, Jin Eon dan Hyun Woo sengaja berbicara di
depan sebuah alat penyadap. Hyun Woo berkata bahwa kotak hitam di lokasi
kejadian mulai diselidiki. Jin Eon pun berkata bahwa ia akan mendapatkan
buktinya kali ini.
Sementara itu, di ruangannya pula, Tae Seok mendengarkan
pembicaraan Jin Eon dan Hyun Woo yang sudah disadapnya, tanpa berpikir kalau ia
sudah masuk ke dalam jebakan Jin Eon.
“Hei, Presdir Choi, sepertinya pria ini muncul lebih banyak
daripada Shin Kyung Woo di kotak hitam. Ini, orang ini, wajahnya selalu
terlihat sebagian atau tertutup tangannya. Dia ahli, ini adalah seorang ahli. ni
benar-benar mencurigakan. Dan tanpa gagal, mobil Hae Gang selalu terparkir di
dekatnya. Puntung rokok, orang ini membuang puntung rokoknya.”
Mendengar itu, Tae Seok panic dan langsung menghubungi anak
buahnya.
Sementara itu, Hae Gang baru saja keluar dari kamar rawat
Seok. Di saat yang bersamaan, Lee Jung Man, mendapat kabar dari Tae Seok
tentang puntung rokok itu. Setelah menerima kabar itu, ia pun buru2 pergi.
Namun tanpa sengaja, dirinya menabrak Hae Gang. Hae Gang menatap Lee Jung Man
dengan tatapan curiga. Sementara Lee Jung Man, hanya membungkukkan kepalanya
meminta maaf karena sudah menabrak Hae Gang, kemudian beranjak pergi.
Jin Eon dan Hyun Woo tampak mengawasi kamera CCTV. Tak lama
kemudian, Lee Jung Man pun muncul di parkiran dan tertangkap kamera CCTV.
Namun sialnya, disaat bersamaan, Hae Gang muncul di parkiran
dengan mobilnya. Hae Gang sempat berpapasan dengan Lee Jung Man, namun ia
berlalu begitu saja. Setelah mobil Hae Gang pergi, Lee Jung Man pun mulai
memunguti puntung rokok satu per satu. Hae Gang turun dari mobilnya dan menatap
curiga ke arah Lee Jung Man. Melihat itu, Jin Eon panik dan langsung berlari
menuju Hae Gang. Sementara Lee Jung Man langsung menyembunyikan bungkusan
berisi puntung rokok di saku mantelnya.
“Ada apa ini? Apa kau pegawai di sini?” tanya Hae Gang.
Lee Jung Man pun mengiyakan. Hae Gang kemudian menyadari
sesuatu. Ia teringat sosok berpakaian hitam yang ada di dalam foto.
“Bisakah kau menunjukkan kartu identitasmu? Aku Wakil Presdir
di sini. Tolong keluarkan kartu identitasmu.” Pinta Hae Gang sembari
mengeluarkan ponselnya.
Bersamaan dengan Hae Gang yang mengeluarkan ponselnya, Lee
Jung Man mengeluarkan pisau dari saku mantelnya. Saat ia mau menusuk Hae Gang,
tiba2 saja Jin Eon datang dan langsung menerjangnya. Hae Gang pun terkejut. Tak
lama kemudian, Hyun Woo dan tim keamanan datang. Lee Jung Man pun berhasil
diringkus.
Dan Jin Eon pun memarahi Hae Gang.
“Bagaimana bisa kau mendekatinya? Dimana ini sampai kau
berani mendekatinya? Kau seharusnya mengabaikannya, kenapa kau mendekatinya?
Apa kau tidak sadar?” ucap Jin Eon.
“Lalu kenapa kau mengarah kepadanya? Kenapa kau menerjangnya
seperti itu? Kenapa kau tidak mengabaikannya saja? Bagaimana kalau kau ditusuk
dengan pisau? Apa kau sudah gila? Kau pikir umurmu masih 20-an?” jawab Hae
Gang.
“Siapa yang bertanya pada siapa? Siapa yang serampangan
sekarang? Siapa yang gila sekarang?” tanya Jin Eon.
Jin Eon lantas menyuruh tim keamanan membawa Lee Jung Man ke
polisi.
“Apa kalian berdua benar-benar sudah bercerai? Apa kalian
yakin sudah berpisah? Hiduplah bersama! Kau membuat ini sulit bagiku!” ucap
Hyun Woo greget.
Di ruangannya, Tae Seok baru saja diberitahu tentang
tertangkapnya Lee Jung Man. Tae Seok marah. Tak lama kemudian, seketarisnya
memberitahu tentang kedatangan Hae Gang.
“Apa kau mendapatkan laporannya? Aku mendadak harus pergi ke
kantor polisi, jadi aku terlambat untuk perjanjian kita. Aku harus tahu
tempatku. Tahu dengan jelas tempatku dan menjaga sikapku. Lee Jeong Man, 4
tahun yang lalu, di tempat parkir yang sama, dia berusaha membunuh adikku, kau
kenal dia dengan baik, benarkan? Pada catatan, kau adalah saksi mata dan kau
memberikan pernyataan sebagai saksi. Tentu saja, kau tidak akan mengatakan itu
tidak sengaja, benarkan? Aku berbicara tentang Lee Jeong Man. Kecelakaan yang
kualami, itu adalah perbuatan Lee Jeong Man, benarkan? Dan juga membunuh Kim
Sun Yong, menyerang Baek Seok, dan menusukku, bahkan tabrak lari Moon Tae Joon,
direncanakan olehmu dan dilakukan oleh Lee Jeong Man. Itu semua adalah
perbuatanmu. Untuk menutupi masalah Pudoxin.” Ucap Hae Gang.
Tae Seok kemudian mendekati Hae Gang. Dan Hae Gang sendiri
menanti jawaban Tae Seok.
“Wow, kau benar dan kau salah. Tapi kenapa kau berpura-pura
terkejut? Bukankah kau sudah tahu semuanya? Itu sebabnya aku memberimu uang 5
milyar won. Saat kau menelan uang itu, sekarang kau memihak orang lain?” jawab
Tae Seok.
“Siapa yang memihak orang lain? Apa? Menghancurkan aku? Jadi
kalau begitu, kapan dan bagaimana aku akan dihancurkan? Kau berdiri
dihadapanku, untuk mengambil peluru dan lalu kau berencana menembakku dari
belakang? Dan dengan Kang Seol Ri?” tanya Hae Gang.
“Bagaimana denganmu? Kenapa kau menyembunyikannya? Catatan
yang ditinggalkan Kim Sun Yong. Kau juga ingin menyembunyikannya dariku Untuk
menyingkirkan Min Tae Seok dengan memanfaatkan Pudoxin? Bukankah sekarang kau
berusaha membalaskan dendam adikmu? Bukankah kau berusaha balas dendam padaku?
Katakan dengan jujur padaku, untuk siapa kau melakukan persidangan ini?” jawab
Tae Seok.
“Catatan? Catatan apa? Aku tidak tahu apapun tentang itu. Ini
pertama kalinya aku mendengarnya. Kalau memang ada sesuatu seperti itu,
seharusnya kau memberitahuku. Yang memperjuangkan hidupmu di pengadilan adalah
aku, bukan kau.” ucap Hae Gang.
“Apa kau ingin aku mempercayai itu?” tanya Tae Seok.
“Kalau kau tidak mempercayai aku, maka keluarkan saja aku. Kau
bisa menyerahkannya kepada departemen hukum.” Jawab Hae Gang.
Tae Seok pun mencengkram tangan Hae Gang.
“Aku tidak bisa melakukannya, aku harus mengikat tangan dan
kaki ini dengan kencang.” Ucap Tae Seok.
Tae Seok kemudian melepaskan cengkramannya. Hae Gang kemudian menyuruh Tae Seok
membatalkan persidangan dan menawarkan uang damai pada keluarga Moon Tae Joon.
“Bagaimana kita membatalkannya?” tanya Tae Seok.
“Karena kau tidak percaya padaku, lakukanlah sendiri. Dan
buatlah berhasil supaya aku tidak perlu meneruskan persidangan ini. Kau bilang
ayahnya Woo Joo dibunuh dan bukan bunuh diri, benarkan? Dokgo Yong Gi sekarang
adalah adikku. Batalkan saja ini, mengerti? Pengacara Baek Seok tidak dalam
kondisi yang baik sekarang. Aku benar-benar tidak ingin meneruskannya,
pengacara itu terbaring di sana seperti itu. Mereka juga mungkin akan merasa
ragu.” Jawab Hae Gang.
“Batalkan?” tanya Tae Seok.
“Kalau pelaku yang sebenarnya tertangkap, kau harus
berhadapan dengan Lee Jeong Man. Bukankah itu lebih penting daripada Pudoxin
sekarang?” jawab Hae Gang.
“Siapa bilang Lee Jeong Man tahu pelaku yang sebenarnya?”
ucap Tae Seok.
“Apa kau bilang?” tanya Hae Gang.
“Mari kita lihat siapa yang akan memakai borgol diantara
kita berdua, Wakil Presdir Do Hae Gang. Aku juga pandai mengatur rencana. Aku
juga membuat rencana sebanyak dirimu. Jangan lupakan bahwa sedetik kau
mendapatkan aku, aku akan mendapatkan kau juga.” jawab Seok.
Jin Eon berdiri di depan ruangan Tae Seok, menunggu Hae Gang
keluar. Ia bahkan tak peduli saat Hyun
Woo memanggilnya untuk membicarakan pekerjaan. Tak lama kemudian, Hae Gang
keluar. Jin Eon langsung menatapinya dengan tajam.
“Berhentilah marah-marah, masuk dan kerjakan tugasmu.” Suruh
Hae Gang.
“Aku tidak bisa berhenti marah. Berapa lama kau akan tetap
sombong seperti ini? Apa yang membuatmu sangat tinggi dan kuat sampai kau
selalu masuk ke ruangan itu sendirian dan membuat perjanjian dengan orang yang
mencurigakan itu. Apa yang akan kau lakukan dengan mulutmu? Kau seharusnya
berteriak minta tolong Apa yang akan kau lakukan dengan tanganmu? Kau
seharusnya memanggilku. Kenapa kau tidak melakukan itu? Kenapa? Kenapa kau
melakukannya sendirian setelah setuju untuk bekerja sama?” ucap Jin Eon.
“Cepat serahkan daftar pekerjaan kontraknya.” Jawab Hae
Gang.
“Aku tidak akan menggunakan tenaga kontrak tahun ini. Kami
sedang membuat rencana untuk tahun depan, dan kedepannya, sebelum kau membuat
keputusan, lakukan setelah berdiskusi denganku.” Ucap Jin Eon.
“Kita harus menghemat biaya, kita juga bisa bertahan
dipasaran kalau kita mengurangi pengembangan obat baru. Saat menggunakan tenaga
kontrak, kita juga melakukan percobaan sendiri. Kita harus mengembangkan sistem
kita secara efisien dengan menggunakan tenaga kontrak setelah tes klinis.”
Jawab Hae Gang.
“Berhentilah belajar hanya dari dokumen dan buku, temuilah
orang-orang Wakil Presdir Do Hae Gang. Jangan belajar sendirian di ruanganmu.
Bertanyalah padaku, dan juga dengarkan apa yang dikatakan orang-orang. Apa kau
belajar untuk ujian sekarang?” ucap Jin Eon.
“Apa kau bilang?” dengus Hae Gang.
“Kita masih belum punya cukup sarana dan prasarana. Dan
sistem kita belum stabil, itu baru bisa terjadi kalau para peneliti, jaringan
dan bagian kontraktor telah mengukuhkan kerjasama. Kau mungkin harus membayar
banyak kalau hanya mengikuti perusahaan farmasi luar negeri. Kalau terjadi
kesalahan, bahkan teknik kita mungkin akan diambil oleh pusat peneliti luar
negeri.” Ucap Jin Eon.
Jin Eon lantas masuk ke ruangannya dengan kesal. Begitu Jin
Eon masuk, Hyun Woo pun langsung mendekati Hae Gang.
“Maukah kau minum denganku, Wakil Presdir? Mari kita minum
berdua saja, tidak usah mengajak orang yang marah-marah pada Wakil Presdir.”
Ucap Hyun Woo.
Seok mendengus kesal melihat Jin Eon disampingnya. Jin Eon
datang menjenguk Seok dan membawakan banyak buku untuk Seok. Tak hanya itu, Jin
Eon juga membawakan minuman untuk Seok. Tapi karena Seok tidak bisa minum
sendiri, Jin Eon pun membantu Seok minum. Tapi karena minum terlalu cepat, Seok
malah jadi sulit bernapas.
‘Kau seharusnya pelan-pelan biar aku bisa bernafas.” Ucap
Seok.
Jin Eon kemudian mengambil tisu dan mengelap mulut serta
baju Seok yang basah kena air.
“Apa yang dilakukan pria ini?” ucap Seok sembari tertawa.
Seok kemudian menyuruh Jin Eon duduk.
“Kemana kau meninggalkan Ong Gi, malah datang kesini tengah
malam begini?” tanya Seok.
“Ong Gi? Kau memanggilnya Ong Gi?” jawab Jin Eon.
“Bagiku, daripada nama Do Hae Gang, aku rasa nama Dokgo Ong
Gi lebih cocok untuknya.” Ucap Seok.
“Ong Gi sekarang sedang minum-minum. Dua orang pria disini
tanpa minuman, kita terlalu sadar, ayo kita baca buku saja.” Jawab Jin Eon.
“Apa kau sengaja membelinya dari toko buku?” tanya Seok.
“Lain kali aku datang, aku akan membelikan pesawat, jadi
pastikan tangan kananmu cepat sembuh.” Jawab Jin Eon.
“Belikan yang mahal dan tuliskan janji sebelum kau pergi.”
Ucap Seok.
“Karena kita sedang membicarakannya, aku akan menulisnya
sekarang.” jawab Jin Eon.
Jin Eon lantas menuliskan janjinya pada bahu Seok yang
digips.
“Pada kunjungan Choi Jin Eon selanjutnya, dia pasti akan membeli
pesawat. Baek Seok akan memastikan tangan kanannya sembuh pada kunjungan Choi
Jin Eon selanjutnya. Berjuanglah, cahaya!” tulis Jin Eon.
Sementara itu, Hae Gang lagi minum2 sama Hyun Woo.
“Saat kalian berdua putus selama 1 bulan, berat badanku berkurang
7 kg. Apa kau tahu itu? Aku menjadi botak. Berapa banyak dia menyiksa orang! Dia
membangunkan aku pada jam 4 subuh dan pergi ke Misari (di Kota Hanam,
Gyeonggi-do) dengan naik sepeda. Dia sudah gila. Bokongku sakit sekali, aku
menangis saat kami kembali. Bajingan gila!
Minum di pagi hari, saat makan siang dan makan malam, minum sampai senja.
Dia tidak bisa berjalan tapi merangkak selama 1 bulan. Minum, muntah, minum,
muntah. Aku bilang dia bukan manusia.” Ucap Hyun Woo.
Hae Gang pun tersenyum geli mendengarnya.
“Saat lamaran pertamanya ditolak Hae Gang pada tanggal 24
Mei 2005, aku masih mengingatnya. Keesokan harinya, aku diseret olehnya dan aku
bahkan pergi ke pub di Santiago. Kami berjalan dan terus berjalan sejauh 800 km,
Kami berdua kehilangan berat badan 12 kg. Apa kau ingat kami terlihat seperti
pengungsi saat kami kembali ke Korea? Saat pertama kami melihatmu di bandara,
kami berdua pingsan, benarkan?” ucap Hyun Woo.
Hae Gang pun tertawa mengingat kenangan itu.
“Hae Gang-ssi, Hae Gang –ssi, cinta bukanlah rintangan. Tidak
bisakah kau menyingkirkan halangannya sekarang? Kalian sama-sama tidak bisa
hidup tanpa kalian masing-masing, kenapa kau berpikir untuk berpisah? Bertemu
lagi setelah itu akan sulit. Jin Eon berpikir dia tidak punya hak, bahwa dia
kehilangan haknya. Apakah itu benar? Aku melihatnya selama ini. Mulai dia
berumur 20, aku sudah melihatnya sampai muak, jadi aku tahu. Tapi dia tidak
bisa hidup bahagia tanpamu. Dia bahkan tidak bisa hidup normal. Tidak bisakah
kau menutup matamu dan berpegang pada Jin Eon? Kenapa tidak bisa? Kenapa tidak?
Ada apa? Apa itu tidak akan berhasil? Dengar, Hae Gang-ssi. Kau seharusnya
tidak hidup seperti itu. Jangan sombong dengan dirimu sendiri, jangan terlalu
memegang prinsipmu. Jangan hidup seperti itu!” ucap Hyun Woo.
Hyun Woo yang sudah mabuk itu pun akhirnya teler. Dan Hae
Gang?? Dia menangis.
“Kau tidak perlu sering menutupi semuanya. Manusia bukan
perban. Kau tidak bisa menutupi luka semua orang dan melindungi mereka. Meski
kau menutupi mereka dengan baik, di dalam, masih ada luka, syaraf yang tidak
berfungsi dan tangan yang tidak merasakan apapun. Aku tidak tahu ini
sebelumnya, tapi seperti yang dikatakan ayahku, kau harus mengetahuinya, supaya
bisa menentukan langkah selanjutnya. Jangan menunggu, dan jangan biarkan lepas
dekati saja dia dulu lalu kemudian meraihnya. Aku rasa dia masih ingin terlihat
sempurna untuk Choi Jin Eon. Dan dia hanya ingin menunjukkan sisi baik dirinya.
Dia tidak mau kau terluka lagi dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya
menambah lukamu, seperti orang bodoh.” Ucap Seok pada Jin Eon.
“Aku tidak punya hak untuk melakukan itu.” jawab Jin Eon.
“Kenapa kau mengatakan itu sekarang?” tanya Seok.
“Karena aku baru tahu siapa diriku dan betapa tidak
berharganya aku baginya.” Jawab Jin Eon.
“Lalu? Apa yang akan kau lakukan?” tanya Seok.
“Tidak ada. Aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Aku
hanya akan tetap berada di sisinya. Aku hanya akan berada di sampingnya.” Jawab
Jin Eon.
“Kau tidak boleh menyerah semudah itu, Choi Jin Eon-ssi. Dengan
itu aku akan menyingkir, dengan sepenuh hatiku. Aku mendoakan kebahagiaan
kalian berdua. Semudah itu, kalau kau menyerah secepat itu, kau benar-benar
bajingan Choi Jin Eon.” Ucap Seok.
“Aku tidak menyerah. Karena aku bahkan tidak punya hak untuk
menyerah.” Jawab Jin Eon.
Jin Eon keluar dari kamar rawat Seok. Lalu tiba2, ponselnya berdering. Jin Eon tertegun membaca nama Hae Gang di layar ponselnya. Tak lama kemudian, ia menjawab panggilan Hae Gang.
“Apa kau sudah selesai minum? Bisakah kau minum lagi
denganku?” ucap Jin Eon.
“Lebih daripada itu, alamat rumahnya Hyun Woo, Dia menelpon
supir dan benar-benar pingsan.” Jawab Hae Gang.
“Kau ada dimana?” tanya Jin Eon, lalu menyusul Hae Gang.
Hae Gang menuangkan minum untuk Jin Eon. Hyun Woo sudah
tidak ada di sana.
“Sepertinya kau tidak marah lagi, kau tidak minum?” tanya
Hae Gang.
“Sudah lama kita tidak ke tempat seperti ini.” jawab Jin
Eon.
“Sekitar 7 tahun?” ucap Hae Gang.
“Aku hidup seperti orang bodoh.” Jawab Jin Eon.
“Haruskah kita bersulang?” ucap Hae Gang.
“Untuk apa?” tanya Jin Eon.
“Hanya bersulang, bagaimana kalau hanya untuk hari ini?”
jawab Hae Gang.
“Kalau begitu mari kita bersulang.” Ucap Jin Eon.
“Kenapa?” tanya Hae Gang.
“Karena kau dan aku benar-benar akan mengakhiri semuanya
hari ini. Karena hari ini adalah akhir bagi kita.” jawab Jin Eon.
“Meski aku sudah mengakhirinya denganmu?” tanya Hae Gang.
“Hari ini aku akan mengakhirinya denganmu.” Jawab Jin Eon.
Hae Gang lalu berkata bahwa ia sudah tahu tentang Presdir
Choi yang membunuh ayahnya. Jin Eon pun terkejut. Hae Gang juga berkata tentang
Ssanghwasan yang dicuri oleh Presdir Choi. Dan setelah mencuri Ssanghwasan yang
dikembangkan ayahnya, ia dijadikan menantu oleh Presdir Choi.
“Dia membuat aku berada di sampingmu sebagai sandera, anjing
pemburu dan meriam. Aku tidak tahu apa-apa, aku bahkan tidak tahu itu Aku
bahkan tidak tahu bahwa dia adalah orang yang membunuh ayahku. Aku ingin
menjadi seperti ayahmu. Perusahaan ayahmu, aku ingin mewarisi kursinya. Aku sangat
jijik pada diriku sendiri sampai rasanya aku hampir gila. Itu membuat aku muak.
Aku ingin mengutuk diriku sendiri.” Ucap Hae Gang dengan suara bergetar.
Hae Gang kemudian menatap Jin Eon dan berkata bahwa itu
bukan kesalahan Jin Eon. Bahwa Jin Eon tidak melakukan kesalahan. Bahwa itu
adalah kesalahan dirinya dan Presdir Choi.
“Kau tidak bisa memilih dilahirkan oleh siapa. Kalau kau
bisa maka Eun Sol kita tidak akan hidup seperti itu. Karena itu, jangan
salahkan dirimu sendiri. Jangan juga
merasa bersalah kepadaku.” Ucap Hae Gang.
“Aku merenungkan apa yang akan kulakukan pada ayahku dan aku
juga merenungkan apa yang akan kulakukan pada diriku sendiri.” Jawab Jin Eon.
“Ini, adalah masalah antara ayahmu dan aku.. Jangan ikut
campur, jangan bersikap seolah-olah kau tahu. Kau tidak bisa berbuat apa-apa. Aku
mohon padamu, Choi Jin Eon, jangan coba-coba melakukan apapun. Apa kau
mengerti?” ucap Hae Gang.
Jin Eon diam saja. Tangis Hae Gang akhirnya pecah.
“Aku akan melakukannya. Aku bilang, aku akan melakukannya,
Choi Jin Eon. Aku tidak akan membiarkan ayahmu. Aku harus membalas perbuatan
ayahmu, jadi jangan ikut campur. Kumohon, aku minta padamu jangan ikut campur.”
Ucap Hae Gang.
Tangis Jin Eon juga pecah. Jin Eon lalu berkata bahwa dia
mencintai Hae Gang.
“Itu adalah pengakuan terakhir dalam hidupku. Di kehidupan
kita selanjutnya, kalau kita bertemu lagi, mari kita hidup dengan bahagia. Dimanapun
kau berada, aku akan segera mencarimu, saat itu, mari kita hidup lama. Bersama-sama,
mari kita hidup bersama-sama, Hae Gan-ah.” Ucap Jin Eon.
“Mari kita akhiri ini, mari kita akhiri hari ini.” ucap Jin
Eon lagi.
Nyonya Hong ingin apa Presdir Choi menikmati filmnya bersama
Jin Eon. Presdir Choi berkata bahwa ia tak bisa menyaksikan film nya sampai
akhir. Nyonya Hong terkejut, ia lalu bertanya apa mereka bertengkar di bioskop.
Presir Choi pun mengakuinya bahwa ia dan Jin Eon bertengkar di sana.
“Tidak bisakah kau menyerah saja? Apa bagusnya bertambah
tua? Mengetahui bahwa tidak ada yang kau mengerti. Hal yang tidak bisa kau
mengerti waktu kau masih muda, hampir semuanya menjadi bisa dimengerti. Kau
harus berusaha mengerti anakmu, kau tidak bisa mengharapkan anakmu mengerti
dirimu. Pikirkan bagaimana dirimu saat kau seumur Jin Eon. Kau bersikap
seolah-olah dunia berputar disekelilingmu, maka kau jadi sombong. Bagaimana kau
marah setiap harinya?” ucap Nyonya Hong.
“Aku marah pada diriku sendiri.” Jawab Presdir Choi sembari
beranjak ke mejanya.
“Itulah maksudku, kenapa kau sangat marah pada dirimu
sendiri?” tanya Nyonya Hong.
Presdir Choi pun terdiam. Seketika ingatannya melayang pada
tuduhan Jin Eon tentang ia yang sengaja merusak tali ayahnya Hae Gang.
“Sebelum pergi ke
gunung, kau memberikan temanmu alkohol, benarkan? Mulai sejak pagi. Siapa yang
menusukmu? Apakah ayah Hae Gang yang menusukmu? Kenapa? Kenapa ayah?” ucap Jin
Eon.
Presdir Choi pun akhirnya terjatuh. Nyonya Hong terkejut dan
langsung beranjak mendekati suaminya itu. Sementara itu, kata2 Jin Eon terus
terngiang di telinga Presdir Choi.
“Meski kasusnya telah
kadaluwarsa, serahkan dirimu pada yang berwenang. Ungkapkan kebenaran dengan
mulutmu sendiri. Aku tidak bisa memaafkan ayah, aku tidak mau. Kalau kau tidak
bisa, kalau kau tidak mau, karena aku tidak bisa membunuh ayah, maka aku yang
harus mati. Sekarang, taliku juga tergantung di tangan ayah. Apakah ayah akan
memotongnya lagi? Demi kebaikan semua orang?” ucap Jin Eon.
Kata2 Jin Eon, membuat Presdir Choi kesulitan bernapas.
Nyonya Hong lantas mendudukkan Presdir Choi di sofa. Presdir Choi menyuruh
istrinya memanggil Supir Kim. Nyonya Hong heran kenapa memanggil Supir Kim,
bukannya dokter.
“Panggil dia kalau aku menyuruhmu memanggilnya!” teriak
Presdir Choi.
Supir Kim akhirnya tiba di kediaman Presdir Choi. Begitu
masuk, ia langsung berhadapan dengan Jin Eon. Tak lama kemudian, Tae Seok
datang. Jin Eon ingin tahu ada berapa banyak lagi tawanan ayahnya. Supir Kim
pun berkata bahwa Presdir Choi tidak menawannya, tapi menyelamatkannya.
“Iblis melahirkan iblis, dan iblis itu terus melahirkan
iblis yang berbeda. Kalau kau tidak bermaksud menyerahkan dirimu, tolong
pastikan kau tidak tertangkap oleh anakmu sendiri.” Ucap Jin Eon, lalu pergi.
“Supir Kim, apa pekerjaanmu sebelum kau jadi supir presdir? Apa
pekerjaanmu waktu kau masih muda? Dimana kau bertemu presdir?” tanya Tae Seok.
Supir Kim pun resah.
“Oh, melihat kau tidak bisa menjawabnya, kecurigaan adik
iparku mungkin saja benar.” ucap Tae Seok.
“Aku bekerja di Taman Gunung Bukhan.” Jawab Supir Kim.
“Ah, Gunung Bukhan yang itu?” tanya Tae Seok.
Jin Ri lagi dandan di kamarnya begitu Tae Seok datang sambil
berbicara di telepon dengan seseorang. Jin Ri pun menggumam kesal begitu
melihat Tae Seok. Sementara Tae Seok terus berbicara dengan orang itu dan Jin
Ri menajamkan kupingnya.
“Ya, berikan pengacara untuknya. Karena perkelahian,
penyelidikan tidak bisa dihindari, tidak ada bukti hanya situasi, jadi sulit
untuk memasukannya ke penjara. Katakan padanya untuk menggunakan hak diamnya.”
Ucap Tae Seok.
Tae Seok kemudian kaget saat tahu kasus 4 tahun lalu akan
dibuka kembali.
“Kecelakaan itu melaporkan namaku, itulah kenapa jadi
masalah. Mereka berusaha mencari hubunganku dengan Lee Jung Man dari kasus
Dokgo Yong Gi 4 tahun yang lalu. Apakah ini artinya Do Hae Gang membocorkannya
kepada polisi?” ucap Tae Seok, lalu menyudahi pembicaraannya.
Jin Ri mendekati Tae Seok.
“Ada apa? Kecelakaan apa? Kenapa nama Dokgo Yong Gi dan Do
Hae Gang keluar dan membawa pertanda buruk di pagi hari?” tanya Jin Ri.
“Kau tidak perlu tahu, ini menyusahkan jadi jangan buat aku
berbicara” jawab Tae Seok.
“Aku tidak perlu tahu, itu menyusahkan? Itu sebabnya kau
hidup bersama? Kau hidup bersamanya selama 8 tahun tanpa kuketahui? Kau
berkencan denganku dan menciumku, kemudian pulang dan tidur dengan wanita itu? Dan
kau menyebut dirimu manusia? Berapa lama kau mendua? Kau bertemu denganku di
sore hari dan menemuinya di malam hari. Itu sebabnya cincinnya sangat besar! Kau
memberikan aku cincin yang kau beli untuk melamar wanita itu, benarkan? Katakan
padaku, cepat katakan padaku sejujurnya.” Sewot Jin Ri.
“Bagaimana percakapan ini mengarah ke sana?” tanya Tae Seok.
“Apakah semuanya penipuan dari awal? Kau bukannya bertemu
denganku secara tidak sengaja, tapi kau merencanakannya dari awal? Kenapa?
Kenapa aku dari semua orang? Bukan aku saja anak dari pemilik perusahaan besar,
kenapa kau memilihku? Apa kau itu bawang? Meski terus dikupas, tapi tidak ada
akhirnya? Itu membuat airmatamu mengalir meski kau berusaha untuk tidak
menangis?” ucap Jin Ri.
“Bicarakan tentang itu nanti, aku sudah punya banyak masalah
sekarang. Aku tercatat sebagai saksi mata untuk kasus Dokgo Yong Gi 4 tahun
yang lalu. Sepertinya suamimu dengan memalukan akan dipanggil ke kantor polisi.
Sepertinya aku akan bertemu lagi dengan Dokgo Yong Gi di kantor polisi. Dengan
bajingan Baek Seok itu lagi.” Jawab Tae Seok.
Jin Ri pun kaget, apa?
0 Comments:
Post a Comment