Sim Chung pergi Sungai Han. Ada banyak orang di sana. Ia mencari Joon Jae diantara kerumunan orang banyak. Tiba2, seorang pria (Cha Tae Hyun/cameo) mendekatinya dan berkata kalau Sim Chung memiliki hidung yang bagus. Ia melarang Sim Chung melakukan operasi. Sim Chung langsung memegangi hidungnya sambil menatap orang itu dengan tatapan heran.
"Aku bukan orang aneh. Aku bukan seseorang yang menyebarkan ajaran Tao atau apapun. Aku hanya seorang pertapa Buddha. Kau tahu? Setiap pertapa Buddha dapat melihat semuanya." ucap pria itu.
"Apa yang kau lihat?" tanya Sim Chung.
"Agasshi, kau tidak punya keberuntungan dengan leluhurmu. Tapi hidungmu memblokir banyak energi buruk. Tapi kemudian... itu ambigu. Tidak peduli seberapa bagus hidungmu, energi berkabungmu lebih kuat. Di tanah, nenek moyangmu menangis." jawab pria itu.
"Apa itu nenek moyang?" tanya Sim Chung polos.
Giliran pria itu yang kebingungan menjawab pertanyaan Sim Chung. Hahah...
"Orang2 yang membuatmu, orang2 yang membuat mereka, mereka lah orangnya. Asalmu." jawab pria itu.
"Tapi mereka tidak berasal dari tanah." ucap Sim Chung.
"Jika tidak di tanah, lalu dimana?" tanya pria itu.
"Air." jawab Sim Chung.
"Jadi kau menyebarkan abunya di sungai, aku mengerti. Lalu, dimana pun itu.... sangat penting bahwa nenek moyangmu menangis." ucap pria itu.
"Kenapa mereka menangis?" tanya Sim Chung.
"Apa maksudmu kenapa? Itu karena keturunan mereka tidak melakukan tugas mereka." jawab pria itu.
Pria itu lantas menuliskan sesuatu di tanah. Sim Chung tak mengerti maksud pria itu. Karena Sim Chung tetap tak mengerti, pria itu akhirnya menjelaskan kalau itu adalah nasib baik. Pria itu berkata, jika Sim Chung melakukan tugasnya dengan baik, maka keberuntungan akan datang pada Sim Chung.
Sim Chung mengabaikan kata2 bodoh pria itu dan malah menatap kembang gula yang dipegang anak kecil dengan penuh minat. Pria itu lantas mengajak Sim Chung untuk ikut dengannya. Namun tiba2, Joon Jae datang dan menatap pria itu dengan galak.
"Kenapa? Apa? Siapa kau?" tanya pria itu.
"Aku? Leluhurmu." jawab Joon Jae asal, lalu menarik Sim Chung ke dekatnya.
"Aku berpikir jika aku terus mengabaikan keturunanku, seluruh dunia akan hancur... jadi aku datang ke sini secara pribadi untuk menangkapmu." ucap Joon Jae lagi.
Pria itu kesal, ia mau mendorong Joon Jae. Joon Jae mendorong balik pria itu dan merebut dompet pria itu entah bagaimana caranya. Pria itu terkejut dompetnya sudah berpindah tangan. Pria itu mau merebut dompetnya, tapi Joon Jae malah mengangkat tangannya tinggi2 sehingga pria itu kesulitan mengambil dompetnya karena postur tubuhnya yang lebih pendek.
Pria itu kemudian mengancam akan melaporkan Joon Jae ke polisi karena Joon Jae sudah mengambil dompetnya, tapi Joon Jae tidak takut dan terus mengerjai pria itu. Pria itu pun menelan ludahnya karena gertakannya tidak membuat Joon Jae takut. Pria itu lantas berjanji akan pergi diam2 jika Joon Jae mau mengembalikan dompetnya. Ia takut kalau identitasnya sbg penipu terbongkar.
Malam pun tiba... Sim Chung memegang erat baju Joon Jae dan berjalan di belakangnya. Joon Jae pun menasehati Sim Chung agar Sim Chung tidak sembarangan mengikuti pria macam tadi.
Tiba2, sekelompok remaja yang sedang bermain skateboard datang dan nyaris menabrak Sim Chung. Untunglah Sim Chung langsung ditarik Joon Jae. Sim Chung pun terkesima dan memandang Joon Jae dengan tatapan imut saat berada di pelukan Joon Jae. Joon Jae pun langsung melepaskan Sim Chung begitu menyadari Sim Chung menatapnya dengan aneh.
Nam Doo menghubungi Joon Jae. Joon Jae pun segera menjauh sambil memelototi Sim Chung untuk menjawab panggilan Nam Doo. Kembang api menyala. Sim Chung yang mengira itu bunyi tembakan, langsung melompat ke Joon Jae.
"Ada apa denganmu?" protes Joon Jae.
"Itu bunyi tembakan." jawab Sim Chung.
"Tembakan? Itu bukan tembakan." ucap Joon Jae.
"Tetaplah begini, Joon Jae. Aku akan melindungimu." jawab Sim Chung.
"Siapa melindungi siapa?" protes Joon Jae.
Sim Chung terus mendekap Joon Jae. Joon Jae pun akhirnya bangun. Ia memegangi Sim Chung yang tampak ketakutan. Joon Jae pun menenangkan Sim Chung. Ia menyuruh Sim Chung melihat ke langit.
"Dengarkan baik2. Melindungi orang lain dilakukan setelah melindungi diri sendiri. Begitu aturannya." ucap Joon Jae.
Tapi Sim Chung yang terpana memandangi kembang api malah bertanya apa itu panas jika disentuh.
"Apa ini pertama kalinya kau melihat kembang api?" tanya Joon Jae.
"Kembang api?" tanya Sim Chung.
Dan ingatan Sim Chung seketika melayang pada Joon Jae yang mau mengajaknya menonton pertunjukan kembang api di Sungai Han saat mereka masih berada di Spanyol.
"Ini pertama kalinya kau melihat kembang api?" tanya Joon Jae.
Sim Chung pun mengangguk. Joon Jae pun menjelaskan bahwa kembang api tidak bisa disentuh. Joon Jae lalu menyuruh Sim Chung melihat ke langit. Ia berkata, setelah meledak kembang apinya akan menghilang. Sim Chung tersenyum, kemudian mengarahkan tangannya ke kembang api. Joon Jae terpana melihat ekspresi Sim Chung yang baru pertama kali melihat kembang api.
Sim Chung kemudian menatap sejumlah orang yang sedang memotret kembang api dengan wajah bingung. Ia bertanya pada Joon Jae, apa yang dilakukan orang2 itu. Joon Jae pun berkata bahwa orang2 sedang mengambil gambar.
"Mengambil gambar? Apa itu?" tanya Sim Chung.
"Kau bertanya karena kau benar2 tidak tahu?" ucap Joon Jae.
Joon Jae lantas mengeluarkan ponselnya dan memotret kembang api.
Sim Chung lantas bertanya, kenapa Joon Jae tidak mengambil gambar seperti yang lain?
"Karena aku bisa mengingatnya." jawab Joon Jae.
Sim Chung tersenyum, kemudian meraih tangan Joon Jae dan meletakkan tangan Joon Jae di dada Joon Jae.
"Kau menyimpannya di sini?" tanya Sim Chung.
Ingatan Joon Jae langsung melayang ke saat dirinya menyaksikan pertunjukan kembang api bersama ibunya. Saat itu sang ibu menyuruhnya melihat pertunjukan kembang api dengan baik dan menyimpannya di dalam hati. Ketika Joon Jae menjalani hari2 yang menyedihkan, Joon Jae bisa mengingat hari dimana ia melihat kembang api yang sangat cantik di langit.
Kembali ke masa kini--dimana Joon Jae protes karena Sim Chung berbicara tidak formal padanya. Sim Chung tidak mempedulikan protesan Joon Jae dan terus memandangi kembang api di langit. Dan pada hari itu, di Sungai Han, Joon Jae menikmati indahnya kembang api bersama Sim Chung. Seperti janji yang mereka ucapkan saat mereka berada di Spanyol.
Yoo Ran sedang melihat pertunjukan kembang api itu di TV. Tak lama kemudian, Cha Dong Sik datang dan mau mengganti siaran. Tapi Yoo Ran melarangnya. Jin Joo mau protes, tapi Yoo Ran langsung menyuruhnya diam. Yoo Ran tampak sedih menonton pertunjukan kembang api itu. Sedetik kemudian, ia mengizinkan Dong Sik mengganti siaran ke siaran golf.
"Terima kasih." ucap Dong Sik. Yoo Ran pergi. Begitu Yoo Ran pergi, Jin Joo langsung menendang kaki Dong Sik.
Jin Joo kesal karena suaminya itu mengucapkan terima kasih pada Yoo Ran.
"Ini TV kita, ini rumah kita, kenapa kau mengikuti perintahnya?" ucap Jin Joo.
"Entahlah. Setiap kali dia memerintahkan sesuatu, aku selalu menurutinya." jawab Dong Sik.
Dae Young memberitahu Seo Hee bahwa saat ini Joon Jae sedang bersama seorang gadis. Dae Young lantas penasaran bagaimana Seo Hee bisa tahu bahwa Joon Jae akan datang ke sana. Seo Hee berkata jika Joon Jae selalu melakukannya sejak kecil.
"Bahkan setelah ia tumbuh dewasa, ia tetap melakukan kebiasaannya." ucap Seo Hee.
Flashback...
Joon Jae kecil ingin bertemu dengan ibu kandungnya. Joon Jae berkata pada Seo Hee, bahwa ia dan ibunya sudah sepakat kalau mereka akan bertemu di hari ulang tahunnya. Namun Seo Hee melarang Joon Jae pergi. Joon Jae bersikeras ingin pergi.
"Kalau begitu pergilah. Ibumu tidak akan datang ke sana. Karena ayahmu sudah memberinya banyak uang. Jika dia bertemu denganmu, dia harus mengembalikan semua uang itu. Menurutmu kenapa ibumu pergi meninggalkanmu diam2? Itu karena dia lebih menyukai uang daripada dirimu.
"Ibuku bukan orang seperti itu!" isak Joon Jae.
Tak lama, CEO Heo datang. Dan Seo Hee langsung bersikap manis dengan memeluk Joon Jae. Seo Hee memberitahu CEO Heo kalau Joon Jae ingin bertemu ibu kandungnya. Mendengar itu, CEO Heo langsung membentak Joon Jae. Seo Hee pun marah karena CEO Heo membentak Joon Jae.
"Jangan menangis Joon Jae-ya, ibu tirimu akan sedih kalau kau menangis." bujuk Seo Hee.
Seo Hee kemudian memeluk erat Joon Jae. Dengan wajah liciknya, ia meminta maaf pada Joon Jae.
Flashback end...
Seo Hee berkata, bahwa ia sudah melakukan segalanya untuk mendapatkan harta CEO Heo. Seo Hee kemudian menyuruh Dae Young menemukan tempat tinggal Joon Jae.
Dae Young kemudian melihat Joon Jae yang berjalan bersama Sim Chung. Joon Jae stress karena Sim Chung terus saja mengikutinya. Sim Chung ingin ikut bersama Joon Jae. Tapi Joon menolaknya. Sim Chung ingin tahu alasannya.
"Bagaimana bisa kau ingin tinggal di rumah seorang pria? Apa yang akan dikatakan orang tuamu kalau mereka tahu?" ucap Joon Jae.
"Aku tidak punya orang tua." jawab Sim Chung.
"Kalau begitu jawab aku. Kita saling mengenal, kan? Sesuatu sudah terjadi, kan?" tanya Joon Jae.
Sim Chung tetap diam. Joon Jae pun berkata kalau ia tidak bisa membawa gadis asing ke rumahnya. Joon Jae lantas beranjak pergi, namun sebelum pergi ia menuliskan nomor ponselnya di tangan Sim Chung dan meminta Sim Chung menghubunginya jika Sim Chung mau mengatakan sesuatu.
Setelah Joon Jae pergi, Dae Young mau mendekati Sim Chung. Tapi kemudian Dae Young terkejut ketika melihat mobil Joon Jae berhenti.
Akhirnya, Joon Jae mengajak Sim Chung ikut dengannya. Sambil menghirup udara malam Kota Seoul, Sim Chung berkata kalau ia senang berada di Seoul. Ingatan Joon Jae lagi2 melayang ke saat2 mereka berada di Spanyol. Saat itu, Joon Jae terkejut mengetahui Sim Chung yang tidak pernah ke Seoul.
Kesal karena tidak bisa mengingat Sim Chung dengan jelas, Joon Jae pun menutup kaca mobilnya dengan kasar sehingga kepala Sim Chung terjepit. Sim Chung lantas tersenyum pada Joon Jae.
"Aku senang bisa bersamamu." ucap Sim Chung, yang lagi2 teringat akan kata cinta yang pernah Sim Chung ucapkan padanya saat ia terdampar di sebuah pulau.
"Aku hanya ingin membandingkan. Bisakah kau mengatakan kata2 ini padaku?" pinta Joon Jae.
"Apa itu?" tanya Sim Chung.
"Sa... sa... aiiish, lupakan!" ucap Joon Jae yang tidak jadi mengucapkannya setelah melihat tatapan aneh Sim Chung.
Joon Jae lantas melirik ke spionnya dan menyadari seseorang tengah mengikutinya. Joon Jae pun kesal dan menambahkan laju mobilnya. Saat berada di persimpangan jalan, Joon Jae dengan cepat membelokkan mobilnya, hingga akhirnya Dae Young kehilangan jejak Joon Jae.
Dae Young pun berteriak kesal karena kehilangan jejak Joon Jae.
Di lab, Si A masih memandangi guci yang terdapat lukisan Putri Duyung yang mencium seorang pria. Tak lama kemudian, rekan Si A datang dan terheran2 karena Si A masih terus memandangi lukisan itu. Si A lantas bertanya apa rekannya pernah melihat lukisan seperti itu.
"Bagaimana bisa seorang dari Zaman Joseon melukis seperti ini." ucap rekan Si A.
"Professor berkata, mungkin si pelukis naik mesin waktu dan melihat masa depan." jawab rekan Si A yang lain.
"Pria di lukisan ini sangat mirip dengan seseorang yang kukenal." ucap Si A.
"Siapa?" tanya rekan Si A.
"Kenalanku. Dia berulang tahun hari ini." jawab Si A.
Joon Jae akhirnya membawa Sim Chung ke rumahnya. Sim Chung terheran2 melihat barang2 yang ada di rumah Joon Jae. Namun ia langsung bergegas ke kolam renang saat melihat kolam renang yang berada di belakang. Nam Doo dan Tae Oh terheran2 melihat tingkah aneh Sim Chung.
"Kenapa kau membawanya ke sini! Apa kau gila!" protes Nam Doo pada Joon Jae.
Tepat setelah mengatakan itu, Sim Chung langsung melirik Nam Doo.
"Apa dia dengar?" bisik Nam Doo ke Joon Jae.
"Tidak ada makanan di sini?" tanya Sim Chung sambil menunjuk ke kolam renang.
"Kenapa harus ada makanan di situ? Masuklah." suruh Joon Jae.
Sim Chung takjub melihat spaghetti yang lagi dipanaskan di dalam microwave. Setelah dirasa cukup panas, Tae Oh mengeluarkan spaghetti itu dan Sim Chung lagi2 takjub melihatnya. Tae Oh lantas memberikan garpu ke Sim Chung. Sim Chung pun mulai meniup spaghettinya yang masih panas.
"Agasshi, dimana rumahmu?" tanya Nam Doo.
"Jauh." jawab Sim Chung.
"Rumahku juga jauh. Di Namyangju." ucap Nam Doo.
"Rumahku saaaaa..... ngat jauh." jawab Sim Chung.
"Joon Jae-ya, dia tidak cocok denganku." ucap Nam Doo.
"Bagaimana kalau dia cocok denganmu, Hyung? Apa seseorang menyuruhmu melakukan kencan buta?" jawab Joon Jae.
"Tapi tetap saja kita akan hidup bersama." ucap Nam Doo.
"Hidup bersama pantatmu? Kalian juga menumpang. Cepatlah pergi dari rumahku." protes Joon Jae.
"Kalau aku dan Tae Oh pergi, apa yang akan kalian lakukan di sini?" tanya Nam Doo.
"Aku membawanya karena ada sesuatu yang mau kutanyakan." jawab Joon Jae.
"Apa yang kau kau tanyakan?" protes Nam Doo.
Nam Doo pun kesal saat Joon Jae menunjukkan gelang giok itu pada Sim Chung.
"Kau tahu ini, kan? Ini milikmu?" tanya Joon Jae yang sukses membuat Sim Chung berhenti makan.
Joon Jae lalu mengembalikan gelang itu pada Sim Chung.
"Itu milikmu, kan?" tanya Joon Jae lagi.
Dan, Sim Chung pun mengangguk. Sim Chung lalu berkata kalau ia memberikan itu pada Joon Jae.
"Kau memberikannya padaku?" tanya Joon Jae kaget.
"Karena kau menyukainya." jawab Sim Chung.
"Tapi itu bukan benda yang bisa kau berikan begitu saja hanya karena dia menyukainya." ucap Nam Doo.
"Ada banyak barang seperti itu di rumahku." jawab Sim Chung, membuat Nam Doo dan Joon Jae saling berpandangan kaget.
Sim Chung lalu teringat saat ia membongkar peti yang berisi banyak guci antik di 'rumahnya'.
Mendengar itu, Nam Doo senang dan langsung mengizinkan Sim Chung tinggal bersama mereka. Nam Doo lalu bertanya sekali lagi apa Sim Chung benar2 punya banyak barang seperti itu. Sim Chung pun mengiyakan. Mendengar itu, Nam Doo pun berjanji akan bertanggung jawab atas kehidupan Sim Chung selama Sim Chung di Seoul.
"Aku tahu gelang itu, tapi aku tidak ingat siapa yang memberikannya. Apa itu masuk akal?" tanya Joon Jae.
Sim Chung pun langsung tertunduk sedih mendengarnya.
"Lihat, dia bisa bicara dengan baik tapi ketika topik penting muncul dia tidak mau berbicara!" protes Joon Jae.
Nam Doo pun langsung menenangkan Joon Jae.
"Siapa namamu?" tanya Nam Doo.
"Dia bilang dia tidak punya nama." jawab Joon Jae.
"Kenapa semuanya terus menanyakan siapa namaku?" tanya Sim Chung.
"Pertanyaan menarik. Orang2 menanyakan namamu agar mereka tahu bagaimana harus memanggilmu." jawab Nam Doo.
"Jadi mereka tidak bisa memanggilku jika aku tidak punya nama?" tanya Sim Chung.
"Akan lebih mudah jika memanggilmu dengan nama." jawab Nam Doo.
"Berikan aku nama!" pinta Sim Chung pada Joon Jae.
"Sebuah nama berasal dari perasaan ketika kau melihat orang itu. Ketika aku melihatmu, aku berpikir tentang Hepburn. Audrey Hepburn. Jika kau menonton film, kau akan melihat sang putri berkeliaran tanpa tahu apapun. Bagaimana dengan nama ini? Oh Deu Ree?" ucap Nam Doo.
"Karena dia sangat bodoh, jadi Sim Chung saja." jawab Joon Jae.
"Aku menyukainya." ucap Sim Chung.
"Hey, dia mengataimu bodoh!" protes Nam Doo.
"Aku menyukainya, Sim Chung" jawab Sim Chung sambil menatap Joon Jae.
Sim Chung lalu menghampiri Tae Oh. Ia menanyakan nama Tae Oh. Setelah Tae Oh memberitahu namanya, Sim Chung pun juga memberitahu namanya. Tae Oh menatap Sim Chung aneh. Sim Chung tertawa di sofa karena sangat menyukai nama barunya.
Tak lama kemudian, Si A datang dan Sim Chung langsung menatapnya dengan galak. Sim Chung pun langsung memperkenalkan namanya sambil menatap galak Si A. Tiba2, sebuah benda (aku tidak tahu itu apa) menabrak kaki Sim Chung. Sim Chung ketakutan dan langsung bergelantungan di badan Joon Jae.
Si A cemburu melihatnya. Sementara Nam Do tertawa terbahak2 dan Tae Oh tersenyum geli.
Sim Chung, Nam Doo, Tae Oh dan Si A duduk bersama merayakan ulang tahun Joon Jae. Sim Chung ingin meniup lilin kue ulang tahun Joon Jae, namun Joon Jae menghentikannya. Nam Doo mengajak mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun, tapi tiba2 Sim Chung langsung meniup lilinnya. Tak hanya itu, Sim Chung juga mencomot kue tart nya. Nam Doo, Tae Oh dan Joon Jae geli melihatnya sedangkan Si A merasa kesal. Sim Chung mencicipi kue itu dan ia sangat menyukainya.
"Makan pelan2, tidak akan ada yang mencurinya darimu." suruh Joon Jae.
Si A lalu memotong bagian kue yang masih utuh dan menyupai Joon Jae. Semula Joon Jae menolaknya, tapi Nam Doo memaksanya membuat Joon Jae terpaksa menerima suapan dari Si A. Sim Chung cemburu melihatnya. Si A kemudian membisikkan sesuatu di telinga Joon Jae. Sim Chung yang bisa mendengarnya pun tertawa.
Saat Si A mengambil tisu dan mengelap mulutnya, Sim Chung juga mengikutinya. Joon Jae terus menatap aneh Sim Chung.
Diluar, Si A protes pada Nam Doo karena mereka mengajak Sim Chung tinggal bersama. Nam Doo heran melihat Si A yang merasa tergganggu dengan Sim Chung. Si A pun melarang Nam Doo meninggalkan Joon Jae dan Sim Chung berdua di rumah. Si A juga mengatakan kecemasannya karena tidak ada kamar lain untuk Sim Chung tidur.
"Sebenarnya ada ruangan lain." jawab Nam Doo.
Dan benar saja, memang ada ruangan lain di kamar Joon Jae. Tepatnya, sebuah kamar di loteng. Sim Chung bertanya, apa dia boleh tinggal di rumah Joon Jae. Joon Jae pun berkata bahwa dirinya mengizinkan Sim Chung tinggal di rumahnya hanya untuk beberapa hari, itu pun karena dia mau mengecek sesuatu.
"Gomawo Heo Joon Jae!" teriak Sim Chung setelah Joon Jae turun ke bawah.
"Tentu saja kau harus berterima kasih. Sekarang diam dan tidurlah." suruh Joon Jae.
Sim Chung yang masih dengan euforia nya itu pun langsung membuat kegaduhan dengan meloncat2 di kasur. Joon Jae yang merasa terganggu pun berteriak menyuruh Sim Chung diam. Tapi bukannya diam, Sim Chung malah terus membuat kegaduhan dengan melakukan hal yang sama tapi kali ini sambil duduk karena mengira Joon Jae tak akan mendengarnya.
"Hey, aku masih bisa mendengarnya!" protes Joon Jae, yang langsung membuat Sim Chung diam dan membaringkan diri di kasur. Joon Jae pun tertawa geli dengan tingkah ajaib Sim Chung itu.
Di bawah guyuran hujan deras, Dae Young masih berkeliaran mencari Joon Jae. Dae Young kemudian menyadari sesuatu saat ia melihat ke arah Menara Seoul. Dae Young tersenyum menyeringai, kemudian beranjak ke tempat itu.
Keesokan harinya, hujan masih mengguyur wilayah itu dengan deras. Sim Chung terbangun karena hari sudah pagi. Menyadari hari sudah pagi, Sim Chung panik dan langsung turun dari tempat tidurnya. Ia membangunkan Joon Jae dan mengajak Joon Jae sarapan.
Sim Chung tampak tak sabar menunggu nasinya matang. Sementara Joon Jae sibuk memotong sayuran. Nam Doo membuka kulkas, ia terkejut karena semua susunya sudah habis.
"Ada seseorang yang meminumnya dalam sekali tegukan karena dia kelaparan menunggu makanan matang." jawab Joon Jae.
Benda itu kembali mengejutkan Sim Chung. Sim Chung yang ketakutan langsung berteriak dan melompat ke atas meja. Joon Jae dan Nam Doo terkejut karena teriakan Sim Chung itu.
"Walaupun aku lebih tua, itu bukan berarti aku selalu mengatakan hal yang benar." ucap Nam Doo.
Dae Young mulai mendatangi rumah di kawasan itu satu per satu untuk mencari Joon Jae. Rumah pertama yang ia datangi, milik seorang wanita yang sibuk mengurus bayinya. Dae Young pura2 menjajakan korannya. Wanita itu menolak dan mengaku bahwa ia sudah memiliki sesuatu yang bisa ia baca pagi itu. Wanita itu lantas menutup pintu rumahnya. Dae Young membuat tanda silang di dinding rumah itu yang menandakan rumah itu bukan rumah Joon Jae.
Rumah kedua tidak berpenghuni. Begitu pula rumah ketiga. Saat ia menggedor2 rumah ketiga, mobil Joon Jae melintas dan ia tidak menyadarinya.
Rumah keempat yang ia datangi milik seorang pria bertubuh besar. Pria bertubuh besar itu merasa terganggu dengan teriakan Dae Young. Ia memarahi Dae Young yang sudah membuat tidurnya terganggu. Pria itu lantas kembali masuk ke rumahnya. Dae Young mulai membuat tanda di dinding rumah pria itu. Tak lama, pria itu keluar dan ia marah melihat Dae Young menandai rumahnya. Ia menuduh Dae Young seorang pencuri dan langsung menghubungi polisi. Dae Young marah dan membunuh pria bertubuh besar itu.
Joon Jae berada di mall. Ia membelikan baju untuk Sim Chung. Saat ia melihat seorang pria yang sedang menunggu kekasihnya di sebuah toko pakaian, ingatan Joon Jae pun langsung melayang ke saat ia menunggu Sim Chung yang sedang berada di ruang fitting saat mereka berada di Spanyol.
Saat ia melewati toko sepatu, ia ingat saat memilihkan sepatu untuk Sim Chung.
Saat sedang menunggu lift, ia ingat saat mau meninggalkan Sim Chung di depan lift. Dan itu, membuat kepalanya semakin sakit.
Joon Jae mengendarai mobilnya sambil memikirkan aktivitasnya selama berada di Spanyol. Hujan kembali mengguyur wilayah itu pada malam harinya. Tak lama kemudian, ia dihubungi Nam Doo. Nam Doo menyuruh Joon Jae melihatnya di depan.
Begitu mobil Joon Jae berhenti, Nam Doo langsung menghampiri Joon Jae. Joon Jae menanyakan apa yang terjadi saat melihat polisi yang sedang melakukan razia. Nam Doo memberitahu Joon Jae bahwa tetangga yang menghuni rumah di depan rumah Joon Jae dibunuh pagi tadi. Salah satu polisi yang melakukan razia adalah Detektif Hong yang pernah menangkap Joon Jae.
Nam Doo menyuruh Joon Jae putar balik. Ia juga berkata sudah melarang Tae Oh ke rumah Joon Jae. Tapi Joon Jae mengkhawatirkan Sim Chung yang berada di rumah sendirian. Nam Doo yakin tidak akan terjadi apapun pada Sim Chung.
Detektif Hong yakin si pelaku pembunuhan adalah Ma Dae Young karena senjata pembunuhannya adalah palu. Rekan Detektif Hong tidak sependapat. Korban pembunuhan adalah seorang rentenir, ia yakin itu kasus balas dendam.
Di rumah, Sim Chung lagi serius menonton drama.
Tiba2, seseorang bermantel membunyikan bel. Sim Chung yang mengira itu Joon Jae langsung membukakan pintu.
Di mobil, Joon Jae teringat kata2nya pada Sim Chung tentang seseorang yang harus melindungi diri sendiri terlebih dahulu baru bisa melindungi orang lain.
Sim Chung membukakan pintu. Dae Young tersenyum melihat sosok Sim Chung di hadapannya.
Joon Jae yang mengkhawatirkan Sim Chung menyuruh Nam Doo minggir. Nam Doo panik ketika melihat mobil Joon Jae menerobos kerumunan polisi.
Bersambung.........
Epilog :
Ibu Dam Ryung berteriak memanggil pelayannya yang bernama Sa Wol (Jin Joo di masa depan). Ibu Dam Ryung menyuruh Sa Wol membuka semua tutup guci. Sa Wol menelan ludahnya menatap ribuan guci yang harus ia buka tutupnya satu per satu.
"Semuanya?" tanya Sa Wol.
"Apa itu sulit? Haruskah aku yang membukanya?" tanya ibu Dam Ryung.
"Tidak, Yang Mulia Ratu. Biar saya yang melakukannya." jawab Sa Wol.
Suami Sa Wol (Dong Sik di masa depan) menatap iba pada Sa Wol.
Namun setelah bersusah payah membuka tutupnya, Sa Wol malah disuruh menutupnya kembali karena hari akan hujan. Suami Sa Wol pun datang dan berkata kalau ia yang akan menutupnya tapi ibu Dam Ryung mengatakan kalau suami Sa Wol harus melakukan sesuatu yang lain.
Sa Wol berbicara berdua dengan suaminya. Sambil menitikkan air mata, ia menuduh majikannya yang melakukan itu untuk memisahkan mereka berdua. Tak lama kemudian, ibu Dam Ryung memanggilnya lagi. Sa Wol dengan wajah kesal berkata kalau ia terlahir kembali, ia yang akan menjadi majikannya.
0 Comments:
Post a Comment