Dam Ryung terus memacu kudanya. Sementara itu,
seseorang membuka pintu kamar tempat Sae Wa bersembunyi. Siapa dia? Hong Nan?
Bukan, tapi asisten Dam Ryung. Asisten Dam Ryung meminta Sae Wa ikut dengannya.
Tepat setelah kepergian Sae Wa, Hong Nan pun
sampai di kamar itu. Ia tersenyum kesal karena hanya mendapati sebuah kamar
yang kosong.
Dan, anak buah Bangsawan Yang pun langsung
berpencar di hutan guna mencari Sae Wa.
Sae Wa sendiri dibawa asisten Dam Ryung ke dalam
sebuah gua. Asisten Dam Ryung pun meminta Sae Wa berdiam di gua itu untuk
sementara waktu. Saat asisten Dam Ryung mau pergi, tiba2 saja ia menyadari
sesuatu. Ia pun langsung menanyakannya pada Sae Wa.
“Apa kau tahu siapa aku?” tanya asisten Dam
Ryung.
Dan Sae Wa pun menggeleng tidak tahu.
“Tidak boleh, kau mengikutiku tanpa tahu siapa
aku, bagaimana bisa kau mempercayai seseorang semudah itu?” omel asisten Dam
Ryung.
Asisten Dam Ryung pun memperkenalkan dirinya. Ia
berkata, bahwa dirinya adalah teman Dam Ryung.
“Teman? Apa itu teman?” tanya Sae Wa bingung.
“Teman adalah seseorang yang bisa dipercaya dalam
kondisi apapun. Jika seorang teman memiliki kekasih, maka temannya pun akan
ikut menjaga kekasih temannya itu.” jawab asisten Dam Ryung.
“Karena itu kau menyelamatkanku?” tanya Sae Wa.
“Jangan keluar, diluar sangat berbahaya, jadi
tetaplah di sini. Aku akan membawa Dam Ryung ke sini secepatnya.” Jawab asisten
Dam Ryung.
Asisten Dam Ryung kemudian beranjak pergi. Namun
saat melintasi hutan, ia malah bertemu anak buah Bangsawan Yang. Anak buah
Bangsawan Yang pun langsung mengejarnya. Mereka berkejar2an sampai ke tepi
tebing. Asisten Dam Ryung tersudut, hingga akhirnya ia jatuh ke bawah.
Dam Ryung yang baru tiba di kamar, terkejut
melihat seisi kamar yang berantakan.
Dam Ryung panic, ia pun masuk ke hutan mencari Sae Wa.
Dam Ryung panic, ia pun masuk ke hutan mencari Sae Wa.
Sae Wa yang masih menunggu Dam Ryung di gua,
mulai menggigil kedinginan. Dam Ryung sendiri putus asa karena tak jua
menemukan Sae Wa. Lalu, tiba2 saja, obor yang dibawanya padam.
Sementara di dunia modern, Joon Jae masih
menunggu Sim Chung di gembok cinta.
Chi Hyun melarikan Sim Chung ke rumah sakit
dengan wajah panic. Pihak rumah sakit mengalami kesulitan mengidentifikasi
identitas Sim Chung.
Joon Jae menghentikan mobilnya di lokasi
kecelakaan Sim Chung. Ia turun dari mobil dan terkejut melihat brosur yang
berserakan di jalan. Tak lama kemudian, ia menemukan ponsel Sim Chung
tergeletak di jalan.
Joon Jae panic, ia langsung melajukan mobilnya
dan mencari tahu apa ada kecelakaan di dekat Namsan Tower. Tapi sayangnya ia
tak mendapatkan informasi apapun. Petugas hanya menyuruhnya mengunjungi rumah
sakit terdekat.
Ingatan Joon Jae seketika melayang saat Sim Chung
berniat menyelamatkannya dari bunyi kembang api. Ia juga ingat saat Sim Chung
mengkhawatirkan luka di tangannya. Kata2 Sim Chung terngiang di telinganya saat
Sim Chung mengaku akan mencari uang yang banyak untuknya dan saat Sim Chung
mengajaknya bertemu di Namsan Tower ketika salju pertama turun.
Setibanya di rumah sakit, Joon Jae langsung
mencari Sim Chung di ruang UGD, tapi sayangnya ia tak berhasil menemukan sosok
yang dicarinya. Joon Jae pun menghubungi rumah sakit lain, ia menyebutkan ciri2
Sim Chung namun Sim Chung juga tak berada di rumah sakit itu.
Sopir Nam memberitahu Nyonya Kang (mulai
sekarang, Seo Hee kita panggil Nyonya Kang aja ya) bahwa CEO Heo harus
menghadiri pemakaman dan membutuhkan dasi hitam. Nyonya Kang yang sudah
menyiapkan dasinya sejak awal pun langsung memberikan dasi itu pada Sopir Nam.
“Anda sudah menerima pesannya?” tanya Sopir Nam.
“Baru saja, kami berencana makan malam diluar,
tapi terpaksa harus dibatalkan. Jadi aku memutuskan keluar saja.” Jawab Nyonya
Kang.
Ceo Heo dan Sopir Nam tiba di rumah sakit. Tepat
setelah mereka masuk ke dalam, Joon Jae juga tiba di rumah sakit itu. Joon Jae
memeriksa satu per satu ruangan UGD, hingga akhirnya ia menemukan Sim Chung
yang masih belum sadarkan diri dengan kaki dan tangan yang lecet.
Joon Jae memeriksa suhu tubuh Sim Chung. Ia pun
panic dan langsung berteriak memanggil perawat. Tapi si perawat malah menyahut
dengan malas2an. Ia berkata, bahwa pemeriksaan awal sudah dilakukan dan pasien
sedang menunggu giliran pemeriksaan patah tulang.
Mendengar itu, Joon Jae pun emosi. Ia langsung
berteriak bahwa tubuh pasien dingin seperti es. Si perawat menghela napas kesal
dan langsung mengecek Sim Chung dengan wajah terpaksa.
Begitu memeriksa Sim Chung, perawat itu panic dan
langsung teriak memanggil dokter. Perawat itu berkata bahwa pasien tak memiliki
tanda2 vital di tubuhnya dan suhu tubuhnya mencapai 29 derajat.
Dokter terkejut, apa-apaan ini, 29 derajat!
Dokter langsung memeriksa Sim Chung. Dokter pun memberi perintah untuk
menyiapkan CPR.
Joon Jae cemas luar biasa. Sementara Sim Chung,
di alam bawah sadarnya memimpikan kehidupan sebelumnya, dimana ia terikat di
sebuah kolam dan melihat Dam Ryung untuk yang pertama kalinya.
Monitor menunjukkan garis lurus pertanda bahwa
Sim Chung sudah pergi. Joon Jae terhenyak. Ia lantas menggenggam tangan Sim
Chung dengan erat sambil menundukkan kepalanya, seperti berharap Sim Chung
sadar kembali.
Sim Chung kembali memimpikan Dam Ryung. Dalam
mimpinya, Dam Ryung tampak meraih tangannya usai menyelamatkan dirinya dari
cengkraman Bangsawan Yang. Sentuhan itu membuat kesadaran Sim Chung kembali.
“Heo Joon Jae…” panggil Sim Chung lemah.
Semua tercengang…
“Kau baik2 saja?” tanya Joon Jae cemas.
“Aku bermimpi. Kau memegang tanganku dan
menyelamatkanku.” Ucap Sim Chung.
Joon Jae tertegun, sementara tangannya masih
menggenggam erat tangan Sim Chung dan matanya tampak berkaca2 menatap Sim
Chung.
Di rumah, Nam Doo yang lagi nonton TV mengira
Joon Jae bersenang2 di klub setelah mengusir Sim Chung. Ia pun merasa bersalah
karena Joon Jae yang belajar banyak hal buruk darinya malah menjadi lebih
buruk. Tae Oh yang lagi asyik main game cuek saja.
Tak lama kemudian, Joon Jae menghubungi Nam Doo.
Joon Jae meminta dibuatkan identitas palsu dan jaminan asuransi.
Tae Oh lagi cuek2. Dan Nam Doo pun meminta Joon
Jae untuk tidak meremehkan keahlian Tae Oh dengan menyuruh Tae Oh melakukan
sesuatu yang begitu gampang.
Namun begitu diberitahu Sim Chung yang masuk UGD
karena kecelakaan lalu lintas, mereka pun langsung bergerak ke rumah sakit.
Bahkan Tae Oh yang sedari tadi tidak memperdulikan perkataan Nam Doo dan asyik
main game, malah langsung menutup game nya usai mendengar kabar tentang Sim
Chung.
Sim Chung memandangi Joon Jae dengan wajah
tersipu malu. Joon Jae yang sok cuek itu bertanya apa Sim Chung baik2 saja.
“Heo Joon Jae, apa kau mengkhawatirkanku?” tanya
Sim Chung lembut.
“Iya.” Jawab Joon Jae.
“Benarkah?” tanya Sim Chung senang.
“Jika sesuatu yang buruk terjadi padamu,
mengingat kau adalah orang asing yang tak memiliki rumah atau keluarga, itu
akan menjadi masalah besar.” Jawab Joon Jae.
Tapi Sim Chung malah gak mempercayai alasan Joon
Jae itu. Ia tampak senang karena Joon Jae mengkhawatirkannya.
“Apa kau tak pernah berpikir untuk menghindari
mobil yang datang?” protes Joon Jae.
“Kau memegang tanganku sebelumnya karena kau
mencemaskanku, kan?” tanya Sim Chung.
“Apa kau tak sadar bahwa aku memarahimu sekarang?
Jika kau menyeberang jalan, lihat kiri-kananmu.” Omel Joon Jae.
Dan Nam Doo yang baru datang pun langsung memukul
kepala Joon Jae dari belakang. Nam Doo memarahi Joon Jae. Ia berkata semua itu
kesalahan Joon Jae karena sudah mengusir Sim Chung.
Sementara Tae Oh memelototi Joon Jae. Tapi Joon
Jae malah protes karena pelototan Tae Oh dan mencubit gemas pipi Tae Oh. Tae Oh
tetap saja memelototi Joon Jae.
Nam Doo kemudian menyuruh Joon Jae minggir dan
mendekati Sim Chung. Ia mengaku bahwa dirinya dan Tae Oh sangat mencemaskan Sim
Chung selama dalam perjalanan ke rumah sakit.
Joon Jae pun menyuruh Nam Doo berhenti bicara
dengan alasan dokter yang melarang Sim Chung banyak bicara.
“Kau bilang kakinya terluka, tapi kenapa dia tak
boleh bicara?” protes Nam Doo.
“Dokter bilang tak boleh.” Ucap Joon Jae.
Joon Jae pun menyuruh Nam Doo dan Tae Oh pergi
mengurus administrasi Sim Chung. Setelah mereka pergi, Sim Chung kembali
memandangi Joon Jae dengan wajah tersipu malu.
Saat mengurus administrasi Sim Chung, Nam Doo
tanpa sengaja mendengar percakapan beberapa dokter yang lewat di dekatnya. Para
dokter tidak percaya bahwa Sim Chung yang suhu tubuhnya mencapai 29 derajat itu
berhasil hidup kembali hanya dengan satu kali kejutan. Para dokter juga
membahas nama unik Sim Chung.
Chi Hyun lega setelah polisi menyatakan bahwa
dirinya tidak akan mendapatkan masalah apapun terkait insiden kecelakaan itu
karena hasil tes kandungan alcohol dan obat2annya negative serta usahanya yang
segera membawa korban ke rumah sakit. Polisi lantas menyerankan Chi Hyun untuk
berdamai dengan pihak keluarga korban. Polisi kemudian menanyakan dimana
keluarga korban. Saat Chi Hyun menunjuk ke arah UGD, ia terkejut mendapati Joon
Jae yang menatapnya dengan dingin di pintu UGD.
Joon Jae~Chi Hyun berbicara di sebuah ruangan
yang sunyi. Joon Jae ingin tahu apa Chi Hyun yang sudah menabrak Sim Chung.
Tapi Chi Hyun menegur Joon Jae yang bicara tidak sopan padanya. Chi Hyun
mengingatkan Joon Jae bahwa ia adalah kakak Joon Jae.
“Kakak apanya?!” jawab Joon Jae sembari tersenyum
kecil.
“Jangan berlagak seolah-olah kita ini keluarga,
dan jawab pertanyaanku. Apa kau yang menabraknya?” ucap Joon Jae lagi.
“Wanita itu berlari ke jalan. Itu kecelakaan yang
tak di sengaja.” Jawab Chi Hyun.
Seketika ingatan Joon Jae pun melayang ke masa
lalu setelah mendengar ucapan terakhir Chi Hyun tentang kecelakaan yang tidak
disengaja.
Flashback…
Chi
Hyun mengaku bahwa ia tak sengaja memecahkan foto keluarga Joon Jae. Chi Hyun
berkata bahwa ia hanya ingin meminjam MP3 Joon Jae dan tak sengaja menyenggol
foto itu. Chi Hyun bahkan juga meminta maaf pada ayahnya karena sudah
memecahkan foto itu.
“Ini
bisa terjadi pada siapa saja.” Jawab CEO Heo menenangan Chi Hyun.
“Hanya
pecahan kacanya saja yang akan berhamburan jika memang tak di sengaja. Bukan
bingkainya dan bahkan penahannya pun rusak. Ini berarti kau memang sengaja
merusaknya.” Jawab Joon Jae.
“Tidak!
Bukan begitu, percayalah.” Pinta Chi Hyun.
“Cukup!
Berhenti! Apa kau tak kasihan jika ibumu membersihkan bingkai foto ini tanpa
tahu bahwa kau belum membuangnya? Cepat bersihkan itu.” ucap CEO Heo.
Setelah
CEO Heo pergi, Chi Hyun tersenyum licik pada Joon Jae. Joon Jae emosi, ia
menerjang Chi Hyun dan langsung memukulinya. CEO Heo bergegas memisahkan
mereka. Ia mendorong Joon Jae dengan keras. Melihat lengan Chi Hyun yang
terluka karena serpihan kaca, CEO Heo pun langsung menampar Joon Jae. Joon Jae
jelas saja tercengang mendapat tamparan itu. Setelah menampar Joon Jae, CEO Heo
pun bergegas membawa Joon Jae ke rumah sakit tanpa menyadari bahwa lengan Joon
Jae juga terluka setelah didorongnya tadi. Tangis Joon Jae pun langsung pecah.
Flashback
end…
“Kelihatannya itu bukan suatu kebetulan bagimu. Aku
yakin itu.” ucap Joon Jae sembari menatap dingin Chi Hyun.
“Jangan berpikir begitu. Menurutmu aku menabraknya
dengan sengaja?” jawab Chi Hyun.
“Kau biasanya memang menyetir dengan tak tahu
aturan. Kenyataannya kau mengemudikan dirimu pergi ke tempat pribadi yang tak
di duga oleh orang lain.” Ucap Joon Jae.
“Kau mengarang cerita?” jawab Chi Hyun, lalu
beranjak pergi.
Namun Joon Jae bergegas menahan langkahnya dengan
memegang lengannya.
“Katakan! Apa kau melacak keberadaanku? Lalu
menabraknya? Beberapa waktu lalu, kau menyewa orang untuk melacakku? Jika
tidak, pasti ibumu?” ucaap Joon Jae.
Wajah Chi Hyun pun seketika berubah tegang usai
mendengar kata2 Joon Jae. Namun Chi Hyun masih tetap membela ibunya.
“Jangan sembarangan menduga! Kenapa ibuku harus menyewa orang untuk mengikutimu? Kau sama
sekali tak menarik!” jawab Chi Hyun.
“Aku? Aku anak kandung ayahku!” ucap Joon Jae.
Joon Jae kemudian menepuk bahu Chi Hyun.
“Pergilah dan berbaktilah pada orang tuamu. Kita
berdua tahu itu memang tugasmu menjadi anak kandung bagi ayah palsumu. Jangan
muncul lagi di hadapanku.” Ucap Joon Jae.
Joon Jae pun beranjak pergi. Namun langkahnya
langsung berhenti begitu mendengar Chi Hyun menjawab telepon sang ayah dan
meyakinkan sang ayah bahwa dia tidak terluka setelah insiden itu.
Dari kejauhan, Joon Jae melihat ayahnya yang
menjemput Chi Hyun. Namun sang ayah tidak menyadari kehadirannya. Sopir Nam lah
yang melihat Joon Jae berjalan masuk ke rumah sakit.
Di atap rumah sakit, Joon Jae merenung dengan
mata berkaca2.
Sim Chung yang baru saja dipindahkan ke bangsal
umum tampak antusias melihat banyak orang di sana. Nam Doo yang menemani Sim
Chung pun berkata karena ada banyak kecelakan jadi tidak ada lagi kamar yang
tersedia dan Sim Chung pun terpaksa harus menginap di bangsal itu untuk
sementara.
“Aku akan tinggal di sini?” tanya Sim Chung.
”Tidak selamanya, hanya tinggal untuk sementara
waktu.” Jawab Nam Doo.
“Dengan semua orang di sini?” tanya Sim Chung.
Dan Nam Doo pun membenarkan. Ingatan Sim Chung
pun langsung melayang ke jawaban Si A saat ia menanyakan arti pernikahan.
“Pernikahan
adalah seorang pria dan wanita hidup bersama di bawah satu atap karena mereka
saling mencintai, mengasihi satu sama lain dan merawat satu sama lain.” Ucap Si
A.
Sim Chung pun langsung mengkonfirmasi hal itu
pada Nam Doo dengan bertanya apa ia akan menikah dengan orang2 yang ada di
sana? Sontak para dokter yang sedang memeriksa pasien lain pun menoleh ke
arahnya.
“Katanya jika seorang pria dan wanita tinggal
bersama, mencintai satu sama lain dan merawat satu sama lain artinya menikah.
Itu berbeda dari menumpang.” Ucap Sim Chung lagi.
Tae Oh langsung cengo. Dan Nam Doo tersenyum
bingung kemudian menyuruh Sim Chung berbaring. Tapi Sim Chung menolak berbaring
dan bertanya pada pasien lain apakah mereka akan menikah sekarang?
“Aku sangat senang. Hari ini, aku akan menikah di
sini. Dan nanti aku akan menikah dengan Heo Joon Jae.” Ucap Sim Chung.
“Lakukan MRI pada otak pasien itu.” suruh dokter
senior sambil menatap Sim Chung.
Nam Doo diam saja dan hanya tersenyum mendengar
ucapan aneh Sim Chung. Sedangkan Tae Oh? Hmm… ada yang berbeda darinya. Ia
tampak tersipu malu. Untuk menyembunyikan wajahnya yang tersipu malu itu, Tae
Oh pun bergegas keluar.
Di luar, Tae Oh pun bergumam bahwa Sim Chung
lucu.
Tak lama kemudian, pegawai rumah sakit
(diperankan Park Jin Joo) datang mengantarkan makanan pada tiap pasien. Makanan
pertama, untuk Tuan Lee Da Bong. Pegawai rumah sakit berkata karena Tuan Lee
menderita diabetes maka Tuan Lee hanya akan menerima asupan kalori sebanyak
1700 kalori. Mendengar itu, Sim Chung pun langsung berkomentar.
“Oh, itu makanan rendah kalori? Sepertinya enak,
baunya enak mungkin rasanya gurih. Bagaimana menurutmu?” ucap Sim Chung.
Makanan kedua, untuk pasien lanjut usia. Pasien
lanjut usia itu menerima mie dengan kerang yang rasanya pedas. Sim Chung pun
lagi2 berkomentar.
“Itu menu khusus? Omo, kerang. Mereka biasanya
tak membuka mulut seperti itu tapi sekarang mulut mereka terbuka.” Ucap Sim
Chung.
Sim Chung pun menunggu gilirannya, tapi pegawai
rumah sakit hanya melewatinya begitu saja sambil mendorong rak yang sudah
kosong.
“Nona Sim Chung, anda diperintahkan untuk puasa.”
Ucap Park Jin Joo.
“Kalau begitu tolong beri aku menu buka puasa.”
Jawab Sim Chung.
“Puasa berarti kau tak akan mendapat makanan.”
Ucap Park Jin Joo.
“Tak ada makanan?” tanya Sim Chung.
“Mungkin kau akan di operasi, jadi aku diberitahu
agar menyuruhmu mengosongkan perut. Jadi kau harus puasa.” Jawab Park Jin Joo.
Sim Chung pun terkejut.
Joon Jae yang tengah melamun di tempat tidurnya
mendapat panggilan dari Sim Chung. Wajahnya langsung sumringah saat melihat layarnya,
tertera nama Sim Chung. Joon Jae pun berdehem, ia mencoba mengatur suaranya
agar terdengar biasa saja.
“Heo Joon Jae, apa yang harus ku lakukan... masalah
besar terjadi...” ucap Sim Chung.
Joon Jae langsung kaget, apa ?!
“Aku di suruh berpuasa. Yang lain mendapatkan makanannya
dengan normal, rendah kalori, makanan dengan menu khusus tapi aku satu-satunya
yang di suruh berpuasa. Joon Jae, apa yang harus ku lakukan?” ucap Sim Chung.
“Apa maksudmu? Itu mungkin karena kau akan di
operasi.” Jawab Joon Jae.
“Heo Joon Jae. Aku tak bisa tidur jika perutku
kosong.” Ucap Sim Chung.
Joon Jae pun menjauhkan ponsel dari telinganya
dan tersenyum geli.
“Aku paham, jadi tidurlah.” Suruh Joon Jae.
“Jika aku menutup mata, serasa makanan itu bolak-balik
di depanku.” Ucap Sim Chung.
“Apa?” tanya Joon Jae.
“Mie rebus pedas.” Jawab Sim Chung.
“Itu tak nyata.” Ucap Joon Jae.
“Karena rebusan mie pedas... aku tidak bisa
tidur...” jawab Sim Chung.
Namun suara Joon Jae tak terdengar lagi. Sim
Chung pun terus memanggil2 nama Joon Jae dengan muka memelas sambil
mengguncang2kan ponselnya.
Joon Jae langsung menghubungi dokter yang merawat
Sim Chung. Joon Jae meminta dokter membatalkan operasi Sim Chung dengan alasan
bahwa mental Sim Chung sudah kembali normal dan Sim Chung tidak mengalami
pendarahan yang hebat.
Si dokter pun jadi kesal, apa kau dokter!
“Apa itu penting sekarang? Dan yang lebih
penting, tindakan cepat bagi pasien... adalah menginformasikan hal itu pada pasien
lebih dulu, kan ?! Tidak, bukan begitu, kau menghalangi kecintaannya pada
makanan! Sudah ku bilang, kondisi mentalnya akan turun jika seperti ini! Jika
dia menggila, kau harus bertanggung jawab!” ucap Joon Jae gemes.
Keesokan paginya, Joon Jae sudah tiba di rumah
sakit. Ia mengintip Sim Chung yang baru saja mendapatkan sarapan pagi. Joon Jae
senyum2 sendiri melihat Sim Chung yang meniup menu special nya. Tapi tak lama
kemudian, Joon Jae tersadar. Ia pun terheran2 kenapa dirinya jadi seperti itu.
“Apa yang kau lakukan? Apa sekarang kau bahagia
karena ini?! Hentikan. Hentikan. Kenapa kau begitu senang karena wanita itu mendapatkan
kerang pedas dengan mie ?!” ucap Joon Jae heran.
Tak lama kemudian, Sim Chung menghubunginya. Sim
Chung cerita kalau iya baru saja mendapatkan menu special.
“Lalu kenapa?” tanya Joon Jae jutek.
Joon Jae lantas mengaku sibuk dan langsung
menutup teleponnya, kemudian beranjak pergi sambil tersenyum geli. Namun senyum
nya itu seketika menghilang saat ia bertemu Sopir Nam di bawah.
“Joon Jae sepertinya terlihat lebih bahagia dari
sebelumnya.” Ucap Sopir Nam.
Joon Jae tersenyum kecil mendengarnya.
Mereka lalu bicara di taman. Sopir Nam mengomeli
Joon Jae karena berpindah2 tempat dan memutuskan kontak mereka. Joon Jae
tersenyum kecil dan meminta maaf pada Sopir Nam. Sopir Nam lantas memberikan
termos pada Joon Jae.
“Ini adalah teh jeruk. Kau suka buatan istriku,
kan? Campur dalam air sehingga kau tak akan masuk angin. Dan pastikan untuk
berpakaian hangat di musim dingin ini.” ucap Sopir Nam.
Perhatian Sopir Nam itu pun membuat ingatan Joon
Jae kembali ke masa lalu.
Flashback…
Saat
itu, musim dingin, tahun 1998. Joon Jae menangis sambil memanggil2 ibunya. Tak
lama kemudian, Sopir Nam datang dan memberikan Joon Jae secangkir minuman.
“Minum
ini, jika kau terus menangis,tenggorokanmu akan sakit.” Ucap Sopir Nam iba.
“Ajusshi!
Tolong kembalikan ibuku!” rengek Joon Jae.
“Ajusshi
benar-benar minta maaf karena tak bisa membawa ibumu. Tapi sebaliknya, Ajusshi
akan melindungimu, selalu...” ucap Sopir Nam sembari menggenggam erat tangan
Joon Jae.
“Memangnya
Ajusshi siapa hingga mau melakukan itu ?!” tanya Joon Jae sambil menarik
tangannya dengan kasar.
“Ajusshi
adalah temanmu.” Jawab Sopir Nam sambil memegang tangan Joon Jae lagi.
“Aku
tak butuh itu! Kembalikan ibuku!” rengek Joon Jae.
Flashback
end…
Joon Jae juga mengingat kenangannya lainnya, saat
Sopir Nam datang mengobati lukanya yang terkena serpihan kaca. Joon Jae
berkata, bahwa ia akan pergi meninggalkan rumah itu.
“Lalu
bagaimana dengan ayahmu? Bahkan jika dia seperti itu kelihatannya, tapi di
dalam hatinya dia tak punya siapa pun selain kau.” jawab Sopir Nam.
“Ayah
juga memilikimu. Aku akan pergi dan aku akan mencari ibuku. Aku akan membeli
rumah yang sangat bagus dan aku akan tinggal bersama ibuku. Jadi, Ajusshi,
tolong lindungi ayahku.” Ucap Joon Jae.
Flashback end…
“Ajusshi, kau menepati janjimu, tapi aku masih
belum menepati janjiku.” Sesal Joon Jae.
“Ayahmu sedang mencarimu. Sepertinya dia mengira
dia bisa membereskan hal-hal di sekelilingnya.” Ucap Sopir Nam.
“Katakan padanya membereskan urusannya dan jangan
memandangku sebelah mata lagi. Ajusshi, aku akan pergi sekarang.” jawab Joon
Jae.
‘Bukankah sudah begitu seharusnya? Setidaknya
demi keluarga. Bahkan jika terlalu sulit untuk memaafkan, saat mereka juga
merindukanmu meski sulit untuk di ungkapkan. Ayahmu seperti itu dan dia sudah
tidak muda lagi.” Ucap Sopir Nam.
“Aku akan minum ini. Hati-hati di jalan.” Jawab
Joon Jae.
Joon Jae pun beranjak pergi. Sopir Nam memandang
kepergian Joon Jae dengan wajah iba. Tanpa mereka sadari, Ma Dae Young tengah
mengawasi mereka dari kejauhan Si pembunuh itu sepertinya menyamar menjadi
keluarga pasien, karena ia duduk berdekatan dengan salah satu pasien di rumah
sakit itu.
0 Comments:
Post a Comment