Sampai nada dering itu berhenti, Jin Eon tak kunjung keluar. Hae
Gang pun mengerti bahwa Jin Eon benar2 ingin melepaskannya. Sesuai janjinya
pada Jin Eon bahwa ia akan menghilang dari hidup Jin Eon jika Jin Eon tak
keluar menghampirinya sampai nada itu berhenti. Hae Gang beranjak pergi dengan
wajah kecewa. Tepat saat itu, Jin Eon membuka pintu pagar dan Hae Gang pun
langsung menghentikan langkahnya.
“Aku tidak bisa menikah denganmu, aku hanya akan berkencan
denganmu. Jangan jadi isteriku, jadilah kekasihku.” Ucap Jin Eon.
Hae Gang pun langsung memeluk Jin Eon. Jin Eon terpaku sejenak
sebelum akhirnya ia membalas pelukan itu.
Tae Seok yang memancing di tengah udara dingin tampak kesal saat
ingat kata2 Jin Ri tentang adiknya yang pergi ke Amerika bersama Yong Gi. Tae
Seok kemudian teringat kata2 Gyu Seok yang ingin menjadi ayah Woo Joo.
“Dokgo Yong Gi. Do Hae Gang!” ucapnya geram.
Jin Ri pergi diam2 menemui Tae Seok. Setibanya di sana, ia
mengutuk tempat persembunyian Tae Seok yang lebih mirip penjara.
Tae Seok sendiri masih kesal lantaran adiknya yang memilih tetap
bersama Yong Gi. Tak lama kemudian, ia dikejutkan dengan seberkas sinar. Sinar
itu berasal dari ponsel Jin Ri. Tae Seok : Siapa itu?
“Aku.” jawab Jin Ri sambil mengarahkan sinar ponselnya ke wajahnya
dan memasang tampang seram.
“Kau membuat aku takut! Jantungku hampir copot!” omel Tae Seok.
“Biar kulihat, bagaimana wajahmu….” Ucap Jin Ri lalu mengarahkan
sinar ponselnya ke wajah Tae Seok.
“… Aigoo, kau menjadi pengemis hanya dalam waktu 4 hari. Aku
membawakan pisau cukur, bercukurlah.” Ucap Jin Ri lagi.
Tae Seok pun bangkit dan langsung menarik Jin Ri ke dalam
pelukannya. Jin Ri langsung ngomel. Ia berkata bahwa ia tak akan berubah
pikiran meskipun Tae Seok bersikap seperti itu kepadanya. Tae Seok kemudian
melepaskan pelukanya dan mencium Jin Ri. Jin Ri pun kaget.
“Kenapa kau melakukannnya?” tanya Jin Ri.
“Karena dingin, aku bisa terkena hypothermia. Segera setelah aku
melihatmu, suhu tubuhku meningkat. Aku senang melihatmu, Jin Ri ku.” Jawab Tae
Seok.
Jin Ri pun menangis, dan Tae Seok langsung memeluk Jin Ri.
Jin Eon, Hae Gang dan Nyonya Hong makan bersama. Sepanjang makan
malam, Jin Eon terus saja memperhatikan Hae Gang. Hae Gang yang menyadari hal
itu pun berkata bahwa ia akan pindah duduk ke samping Jin Eon. Nyonya Hong
ingin tahu alasannya. Hae Gang berkata, karena Jin Eon terus menatapnya dan itu
membuatnya merasa tidak nyaman.
“Kenapa? Kau merasa tidak enak? Karena aku mencuri Hae Gang?”
tanya Nyonya Hong ke Jin Eon.
“Aku akan makan dengan kepala menunduk, bolehkan?” jawab Jin Eon.
Hae Gang pun langsung tersenyum menatap Jin Eon. Dan Nyonya Hong
tersenyum menatap Hae Gang.
Beberapa saat kemudian, Nyonya Hong pun menatap ke arah kursi Jin
Ri yang kosong.
“Kenapa aku tidak melihat Jin Ri? Dia harus turun untuk makan
bubur.” Ucap Nyonya Hong.
“Aku pergi ke atas, tapi dia tidak ada.” Jawab Hae Gang.
“Dia juga tidak menjawab telponnya, dan polisi mengatakan dia
tidak ada di sana.” Ucap Jin Eon.
“Kalau begitu dimana dia sekarang? Apa yang akan kita lakukan
dengan Jin Ri? Dia selalu melihat telponnya saat di pemakaman ayahmu. Jasad
menantu Min harus ditemukan supaya bisa diadakan upacara pemakaman. Sudah
beberapa hari, tapi jasadnya belum ditemukan, apakah itu artinya mereka tidak bisa
menemukannya?” jawab Nyonya Hong.
Ingatan Hae Gang pun seketika melayang pada kata2 Seok.
“Aku tahu ini tidak
membantu, tapi sebelum jasadnya ditemukan, tidak bisa dianggap kematian, tapi
orang hilang. Kami melihat berita, dan Seol Ri terkejut dan mengatakan dia
tidak mempercayainya. Dia bilang baru akan percaya kalau jasadnya ditemukan. Dan
itu mengingatkan aku tentang abu palsumu. Aku tahu kemungkinannya kecil, api
Min Tae Seok adalah orang yang mampu melakukan hal seperti itu...” ucap Seok.
Hae Gang pun langsung cemas memikirkan kemungkinan itu.
“Mereka bilang, dia meminta untuk menghentikan penyelidikan, dan
dia akan mengadakan pemakaman tanpa jasadnya.” Ucap Jin Eon.
Hae Gang pun terkejut mendengarnya.
“Apa? Itu tidak masuk akal. Bagaimana bisa mengadakan pemakaman
tanpa jasadnya?” jawab Nyonya Hong.
“Kalau noona menginginkan begitu, apa yang bisa kita lakukan?”
ucap Jin Eon.
Sementara Tae Seok dan Jin Ri sedang membicarakan kemungkinan Hae
Gang yang tidak akan masuk penjara.
“Aku tidak tahu, apakah dia akan dipenjara selama 3 atau 4 bulan. Atau
kalau dia beruntung, dia bisa langsung bebas. Itu tergantung dari jaksa dan
hakim yang akan dihadapinya.” Ucap Tae Seok.
Jin Ri pun kesal.
“Omong kosong, bicara tentang masa percobaan! Setelah menghancurkan
kehidupan seseorang, setelah menghancurkan rumah seseorang, setelah membuat dua
dari orang terbaik mati, dia hanya akan dipenjara selama 3 atau 4 bulan atau
bahkan mendapatkan masa percobaan? Tidak bisa, tidak akan pernah bisa. Do Hae
Gang juga harus masuk ke penjara. Dia juga harus mencoba hidup tercekik,
terkurung, sepinya penjara, harus sama. Kita harus membuat dia merasa bersyukur
atas sinar matahari.” Ucap Jin Ri.
“Bukannya tidak ada jalan. Daftar suap ayahmu, lihatlah di
laptopku. Lihatlah dan bawa daftar itu ke anak Supir Kim.” Jawab Tae Seok.
“Lalu bagaimana?” tanya Jin Ri.
“Karena ayah melakukan banyak sekali kesalahan, suruh dia untuk
mengalihkan semua itu kepada Do Hae Gang. Dan kalau dia tidak melakukannya,
katakan padanya bahwa kau akan membawa daftar suap itu ke media. Dan katakan
padanya, kau tidak rugi apa-apa. Katakan padanya kau akan mengungkapkan
semuanya dan siapkan upacara peringatan untuk suamimu. Dia akan mendatangi
orang-orang dari posisi yang tinggi supaya tidak membuat kekacauan di kantor
kejaksaan. Bagi mereka, itu mudah untuk memanipulasi hukuman.” Jawab Tae Seok.
“Maksudmu mengalihkan dosa-dosa ayah kepada Do Hae Gang kan?”
tanya Jin Ri.
“Buatlah seperti ayah yang melakukannya, bukan jaksa, mengalihkan
kesalahan itu padanya, bukan jaksa, maka Do Hae Gang akan mempercayainya. Kalau
kita membuatnya terlihat seperti mengurangi hukumannya, apa yang akan
dilakukannya? Dia sudah mati.” Jawab Tae Seok.
“Apa?” kaget Jin Ri.
“Mari kita mulai untuk memenjarakan kakaknya, kakak dari saudara
kembar itu. Maka aku akan merasa lebih baik, meskipun hanya setengahnya.” Jawab
Tae Seok.
Hae Gang pergi ke kamar Jin Eon untuk menemui Jin Eon. Jin Eon pun
merasa geli melihat Hae Gang yang memakai baju ibunya. Jin Eon lalu berkata bahwa
ia baru menyadari kalau Hae Gang tidak selalu terlihat cantik memakai baju
apapun. Hae Gang hanya tersenyum kesal.
“Apa kau datang untuk memeriksa apakah aku tidur atau tidak?”
tanya Jin Eon.
“Aku ingin mengucapkan selamat tidur padamu. Kau sudah bekerja
keras, jangan pikirkan apapun malam ini dan tidurlah dengan nyenyak.” Jawab Hae
Gang.
“Aku tahu kau melakukan ini karena ibuku. Tapi, ini adalah
bebanku, bukan bebanmu. Aku katakan lagi padamu, aku tidak ingin membagi beban
ini kepadamu. Meski aku mencintaimu, aku tidak bisa melakukan itu. Karena aku
mencintaimu, makanya aku tidak bisa melakukannya. Jangan pernah lagi berpikir
untuk menjadi isteriku karena ibuku.” Ucap Jin Eon.
“Sekarang ini, aku tidak hanya sekedar mencintai Choi Jin Eon saja.
Rasa sakit pria itu, penderitaannya, kesedihannya, dan hidupnya, aku mencintai
semuanya. Waktu aku berumur 20 tahun, hanya melihat cintamu, aku memilihmu. Tapi
sekarang, aku melihat semua darimu dan aku tetap memilihmu, jadi cobalah
mempercayai aku. Aku akan menunggu lamaranmu.” Jawab Hae Gang.
Hae Gang lantas memegang wajah Jin Eon dengan kedua tangannya.
“Tidurlah yang nyenyak, kekasihku.” Ucap Hae Gang.
Hae Gang pun tersenyum, begitu pula dengan Jin Eon.
Preview Ep 46
0 Comments:
Post a Comment