CEO Cha datang ke rumah sakit, dan semua jajaran direksi menyambut kedatangannya. Sementara itu, dokter mengumumkan kematian Min Ho. Ya, Seon Ho meninggal sebagai Min Ho pada tanggal 17 September pukul 1 siang. Mendengar itu, Min Ho yang terlihat seperti sedang tertawa ketimbang menangis itu pun berdiri. Dan Jung Woo, dia ingin otopsi dilakukan untuk mengetahui Min Ho bunuh diri atau bukan.
Min Ho pun langsung menatap
tajam Jung Woo.
“Apa maksudmu? Kau kan tahu dia
meninggalkan catatan bunuh diri.” Ucap Min Ho.
“Kita tidak punya pilihan. Dia
adalah tersangka kasus pembunuhan.” Jawab Jung Woo.
“Apa kau tidak butuh
persetujuan keluarga untuk melakukannya? Itu sama saja dengan membunuhnya dua
kali. Aku tida bisa membiarkannya.” Ucap Min Ho.
Tapi Jung Woo tak peduli dan
tetap menyuruh asistennya untuk melakukan otopsi. Tak lama kemudian, seketaris
Seon Ho memberitahukan kedatangan CEO Cha. Min Ho gugup, saking gugupnya ia
memunggungi semua orang untuk menyembunyikan wajah takutnya. Namun Jung Woo
bisa melihat kegugupan Min Ho dari tangan Min Ho yang gemetar.
Min Ho menuju ruangan ayahnya.
Sebelum masuk, ia menghela napas. Begitu masuk, sang ayah langsung menyebutkan
namanya. Ia gugup dan mau menjelaskan semuanya, tapi ternyata sang ayah hanya
ingin menanyakan apakah benar Min Ho sudah meninggal. Min Ho terkejut, ia tak
menyangka bahwa ayahnya tidak mengenali siapa dirinya dan ia pun membenarkan
pertanyaan ayahnya bahwa Min Ho sudah meninggal.
“Ini adalah hal yang bagus.. untuk
Chamyung Group... dan untukmu. Anggap saja dia pergi dengan segala kesulitan
yang dia sebabkan. Kalian berdua adalah saudara dari darah yang sama.. tapi dia
berbeda denganmu. Anggap saja dia tidak pernah ada. Lupakan semuanya. Sadarkan
dirimu.. dan selesaikan semuanya. Semua mata.. sedang tertuju pada kita
sekarang.” ucap CEO Cha.
Min Ho pun terluka
mendengarnya.
Begitu keluar dari ruangan sang
ayah, Min Ho terlihat kesal memikirkan kata2 sang ayah tadi.
Min Ho kemudian berjalan ke bangsal VIP dan di sana ia bertemu ibunya. Sang ibu mengenalinya sebagai Min Ho, bahkan meski perawat sudah mengatakan bahwa dia Seon Ho, tapi ibu Min Ho tetap memanggil Min Ho dengan nama Min Ho.
Min Ho kemudian berjalan ke bangsal VIP dan di sana ia bertemu ibunya. Sang ibu mengenalinya sebagai Min Ho, bahkan meski perawat sudah mengatakan bahwa dia Seon Ho, tapi ibu Min Ho tetap memanggil Min Ho dengan nama Min Ho.
Min Ho diam saja. Perawat lalu
menjelaskan pada Min Ho bahwa penyakit Nyonya Myung semakin lama semakin
memburuk. Min Ho pun meminta perawat merahasiakan kematian Seon Ho. Perawat
membawa Nyonya Myung pergi. Nyonya Myung pergi sambil bertanya2 dimana Seon Ho
dan kenapa Seon Ho tidak datang.
Min Ho kemudian terkejut saat
melihat Jung Woo sedang menatap tajam ke arahnya. Jung Woo pun berjalan
mendekati Min Ho. Dan batin Min Ho berkata, apa saja yang sudah diketahui Jung
Woo. Jung Woo berkata, akan ada surat penahanan dalam waktu dekat. Jung Woo
kemudian beranjak meninggalkan Min Ho. Dan batin Min Ho kembali berkata,
seberapa jauh Jung Woo akan menyelidiki kasusnya.
CEO Cha menatap foto
keluarganya. Batinnya pun berkata, bahwa ia sudah kehilangan seorang anak dan
ia tak bisa kehilangan yang satunya juga. Hmm… mungkinkah CEO Cha menyadari
yang meninggal itu adalah Seon Ho?
Proses otopsi pun dimulai. Jung
Woo dan Min Ho tampak mengawasi proses otopsi. Jung Woo meminta dokter
mengidentifikasi jasadnya terlebih dahulu. Semula dokter keberatan karena
identitas pria yang mati itu sudah diketahui ditambah lagi keluarganya juga ada
di sana, namun melihat mata tajam Jung Woo, dokter pun melakukan apa yang
diminta Jung Woo. Namun dokter terkejut saat menyadari sidik jari Seon Ho yang
rusak.
“Sidik jarinya rusak.” Ucap
dokter.
Kecurigaan Jung Woo pun semakin
kuat. Sementara Min Ho yang asli gugup teringat saat Seon Ho berusaha bertahan
dengan bergelantungan di lantai balkon. Tangan Seon Ho tergores lantai balkon
saat bergelantungan. Dokter ingin melakukan tes DNA, tapi Jung Woo tak setuju
karena tahu kembar identik memiliki DNA yang sama. Dokter membenarkan, lalu
bertanya apa yang harus mereka lakukan.
“Identifikasi dia dengan sidik
jarinya.” Suruh Jung Woo.
“Sudah kubilang. Sidik jarinya
sudah rusak.” Jawab dokter.
“Kalau begitu kita bisa ambil
sidik jarinya Tuan Cha Seon Ho.” Ucap Jung Woo.
Dokter bingung, apa maksudmu?
“Hasilnya akan ketahuan juga. Kalau
Tuan Cha Seon Ho berhasil diidentifikasi, maka jasad ini juga. Apa permintaanku
terlalu banyak, Presdir Cha Seon Ho?” tanya Jung Woo. Dan Min Ho pun tak punya
pilihan lain selain menuruti permintaan Jung Woo. Dokter berkata, hasilnya akan
keluar besok.
Jung Woo lalu meninggalkan
rumah sakit. Begitu ia pergi, Min Ho keluar rumah sakit dan menatap
kepergiannya dengan tajam. Supir Seon Ho datang. Min Ho langsung masuk ke
mobil. Di mobil, ia menyikut pintu mobil karena kesal. Supir Seon Ho merasa
aneh, tapi ia diam saja dan melajukan mobilnya.
Jung Woo menemui atasannya.
Atasan Jung Woo kesal karena Jung Woo melakukan otopsi, padahal mereka sudah
mendapatkan catatan bunuh dirinya. Jung Woo pun berkata bahwa atasannya sendiri
lah yang merusak kasus dengan catatan bunuh diri palsu itu.
“Makanya aku suka ini. Apa kau
mau berakhir seperti aku?” tanya sang atasan, dan Jung Woo pun menjawab iya.
“Jeong Woo-ya, apa yang
sebenarnya ingin kau lakukan? Mereka sudah bilang ini kasus bunuh diri. Apa kau
mau bilang kalau ada seseorang yang membunuhnya?” tanya sang atasan.
“Kau akan melihat kalau
hasilnya keluar besok.” Jawab Jung Woo.
“Bagaimana kalau kau salah?”
tanya atasannya.
“Percayalah padaku, Kepala
Jaksa.” Pinta Jung Woo.
Di ruangan Seon Ho, Min Ho
terlihat kesal mengingat Jung Woo yang terus berusaha membongkar kedoknya.
Saking kesalnya, ia sampai membanting papan nama Seon Ho.
Keesokan harinya, kita melihat
Min Ho yang berdiri di atap gedung rumah sakit. Tak lama kemudian, ia meraih
ponselnya dan menghubungi seseorang. Bersamaan dengan itu, Jung Woo berlari ke
ruang otopsi.Ia pun terkejut saat dokter mengatakan sidik jarinya cocok, dan
pria yang mati itu memang Cha Min Ho.Jung Woo pun menatap mayat Seon Ho dengan
tatapan ragu.
“Benarkah kau Cha Min Ho?”
tanyanya.
Jung Woo keluar dari ruang
otopsi sambil bertanya2. Diluar, ia bertemu dengan Min Ho yang tersenyum penuh
kemenangan. Min Ho berkata, ia datang untuk mengambil jasad Min Ho.
“Adikmu meninggal. Bagaimana
bisa kau tertawa seperti itu.” jawab Jung Woo.
Begitu masuk, Min Ho menyuruh
dokter keluar. Setelah dokter keluar, Min Ho menatap jasad Seon Ho dan meminta
maaf karena tidak punya pilihan lain. Ia berharap Seon Ho mengerti dengan apa
yang ia lakukan. Dan Min Ho juga berterima kasih pada Seon Ho.
Dokter menyuruh Min Ho
menandatangani surat. Setelah surat itu ditandatangani, dokter bilang ia akan
mengirim Min Ho kembali ke rumah sakit. Saat Min Ho mau pergi, dokter pun bertanya
apakah mendiang Min Ho suka mengenakan kacamata. Min Ho pun langsung tegang.
Dokter berkata kalau ia melihat ada bekas jejak kacamata di pelipis Min Ho.Min
Ho yang tegang pun menjawab kalau Min Ho memang suka memakai kacamata. Min Ho
pun beranjak pergi. Setelah Min Ho pergi, dokter menatap curiga ke arah jasad
Min Ho.
Jung Woo minum2 dengan pegawai
dan juga atasannya. Atasannya berkata, seharusnya Jung Woo mendengarkannya
sejak awal dan tidak melakukan penyelidikan sembarangan. Jung Woo diam saja. Ia
masih ragu kalau Min Ho benar2 sudah meninggal.
Dokter yang melakukan otopsi
meninggalkan rumah sakit dengan tergesa2. Ia tak sadar, sebuah truk tengah
mengikutinya. Mobil dokter itu kemudian berhenti di belakang mobil si bos. Si
pengemudi truk pun bertanya pada seseorang apa yang harus dia lakukan. Setelah
mendapatkan perintah, si pengemudi truk langsung memacu truknya dan menabrak
mobil dokter. Dokter dan si boss pun terluka parah.
Setelah kejadian itu, kita
melihat Min Ho yang menerima telepon dari seseorang dan ia memuji pekerjaan
orang itu.
Keesokan harinya,Min Ho
menggelar konferensi pers untuk meminta maaf atas kekacauan yang ditimbulkan
Min Ho. Dalam kesempatan itu juga, Min Ho berkata akan mendonasikan seluruh
asset milik Min Ho. Dan selanjutnya, mereka akan bekerja sama dengan semua
aktifitas penyelidikan yang berkaitan dengan masa lalu Min Ho dan memberikan
ganti rugi terhadap semua orang yang dirugikan atas insiden ini.
CEO Cha menonton konferensi
pers Min Ho dari ruangannya sembari memikirkan sesuatu.
Usai konferensi pers, Min Ho
langsung masuk ke lift. Sebelum menutup lift, ia menyuruh seketaris Seon Ho
menyiapkan pemakaman untuk Min Ho. Seketaris mengerti. Dan saat pintu lift
menutup, Min Ho menyeringai puas.
Asisten Go mencopoti foto2
korban Min Ho yang ada di bagan karena kasusnya sudah berakhir. Staf wanita
Jung Woo mendekati Jung Woo yang sedang membaca kembali laporannya.
“Jaksa Park, apa laporanmu
sudah selesai? Kepala Jaksa mau melihatnya.” Ucap staf wanita.
Jung Woo pun menyerahkan
laporannya, tapi ia langsung mengambilnya kembali begitu menyadari sesuatu.
Sambil melihat2 ujung amplopnya, ia teringat laporan Asisten Go tentang Min Ho
yang takut dengan jarum dan apapun yang tajam. Tapi hanya Min Ho saja,
sedangkan Seon Ho tidak.
“Aku harus menyerahkan ini
kepada seseorang lebih dulu.” Ucap Jung Woo, lalu beranjak pergi.
Asisten Go dan staf wanita pun
kebingungan menatap Jung Woo.
Pemakaman Seon Ho dihadiri
banyak orang. Salah seorang yang menghadiri pemakaman Seon Ho berkata, harga
saham Chamyung meroket karena si anak pembangkang sudah pergi.
Jung Woo datang melayat. Tujuan
sebenarnya sih dia mau menunjukkan sisi tajam amplop itu pada Min Ho. Saat
melihat Min Ho yang sedang melayani para pelayat, Jung Woo menatapnya dengan
tajam dan berkata dalam hati kalau Min Ho tak akan bisa menyembunyikan jati
diri Min Ho yang sebenarnya.
Jung Woo pun menemui Min Ho. Ia
berkata, ia datang untuk memberikan laporan terakhir pada Min Ho. Jung Woo pun
memperlihatkan sisi tajam amplop itu. Dan benar saja, Min Ho mulai gelisah tapi
ia sebisa mungkin bersikap tenang agar Jung Woo tidak curiga.
Flashback..
Saat bermain anggar bersama
sang kakak, sang kakak tak sengaja melukai matanya dengan pedang yang tajam.
Inilah kenapa Min Ho takut pada benda2 berujung tajam.
Flashback end…
Min Ho terlihat takut dengan
sisi tajam amplop itu tapi ia berusaha menahannya dan mengambil amplop itu. Ia
juga berterima kasih karena Jung Woo sudah datang.
Min Ho mencuci mukanya di
toilet agar ia lebih tenang. Saat keluar dari toilet, ia melihat Jung Woo
tengah menunggunya. Tapi Jung Woo malah pergi begitu saja tanpa berkata apa2.
Proses kremasi Seon Ho dimulai.
Min Ho mengantarkan kakaknya ke tempat kremasi.
“Semua sudah berakhir sekarang,
Hyung. Selamat tinggal.” Ucapnya dalam hati.
Saat hendak naik ke mobilnya
membawa abu sang kakak, ia terkejut melihat Jung Woo ada di depannya. Tapi saat
melihatnya kembali, Jung Woo sudah tidak ada. Seketaris Seon Ho pun bertanya,
apa Min Ho baik2 saja. Min Ho pun berkata, ia baik2 saja.
Di dalam mobilnya, Min Ho
bertanya2 apa yang harus ia lakukan pada Jung Woo.
4 bulan kemudian… Jung Woo
duduk di sel tahanan. Ia menangis karena tak bisa mengingat apapun. Ingatan
terakhirnya adalah, saat ia kabur bersama Cheol Sik dari anak2 buah Yong Joo,
saat ia merayakan ulang tahun anaknya bersama istrinya, saat istrinya mengobati
luka di kakinya dan juga kenangan manis bersama anak dan istrinya.
Pengacara Jung Woo yang sedang
menuju sel bicara dengan seseorang di telepon. Ia berusaha menenangkan si
penelpon dengan berkata bahwa kasusnya akan ditutup dan ia hanya butuh tanda
tangan saja.
Jung Woo dibawa petugas menemui
pengacaranya, tapi Jung Woo tidak mengenali pengacara itu. Pengacara Jung Woo
pun menyuruh petugas meninggalkan mereka berdua saja. Begitu petugas pergi,
pengacara Jung Woo meminta Jung Woo jangan berpura2 hilang ingatan.
Pengacara lalu menyiapkan
dokumen untuk ditandatangani Jung Woo, tapi Jung Woo diam saja dan itu membuat
pengacara kesal.
“Apa kau tidak ingat bahwa kau
sudah membunuh anak dan istrimu, kemudian membuang jasad mereka?” tanya si
pengacara.
Mendengar itu, Jung Woo marah
dan langsung memukul si pengacara.
“Apa kau bilang! Kau barusan
bilang apa!” bentak Jung Woo sambil mencengkram lengan si pengacara.
“Kau ini kenapa? Kita sudah
menyelesaikan semuanya dengan Jaksa Kang Jun Hyuk.” Jawab si pengacara.
“Siapa?” tanya Jung Woo.
“Jaksa Kang yang menangani
kasusmu. Kau bilang dia temanmu.” Jawab pengacara.
“Maksudmu Jun Hyuk? Kang Jun
Hyuk?” tanya Jung Woo lagi.
“Lupakan saja dan tanda tangani
surat ini! Kalau bukan aku tidak akan ada yang mau membelamu!” teriak si
pengacara.
Jun Hyuk yang dimaksud sedang
menemui dokter Jung Woo. Dokter memberitahu bahwa Jung Woo kehilangan
ingatannya lagi pagi ini. Dokter berkata, ini sudah kelima kalinya.
“Dia selalu bilang dia baru
saja mengadakan pesta ulang tahun anaknya semalam dan dia tidur di rumahnya.”
Ucap Jun Hyuk.
“Dia kehilangan ingatannya saat
tertidur, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.” Jawab dokter.
“Di hari keempat setelah
insiden terjadi, dia bangun dan tak bisa mengingat… empat hari sebelumnya, dan
sampai satu bulan, dua bulan dan tiga bulan selalu begitu. Dan sekarang
ingatannya selama empat bulan ke belakang sudah hilang.” Ucap Jun Hyuk.
“Seperti yang kuberitahu
sebelumnya, hilang ingatan yang dia alami, berbeda dengan hilang ingatan biasa.
Fakta bahwa ingatannya selalu kembali ke 4 bulan yang lalu itu sangat penting. Dia
mengatakan.. sedang mengadakan pesta ulang tahun anaknya dan dia tidur di
rumah. Itu adalah masa-masa yang sangat diinginkan olehnya untuk kembali lagi. Setelah
hari itu, semua hari yang ia jalani dianggap seperti mimpi buruk seperti yang
kau tahu.” jawab dokter.
“Tapi ini bukan yang pertama
atau kedua. Apa mungkin seseorang kehilangan ingatannya secara berulang-ulang?”
tanya Jun Hyuk.
“Bukan tidak mungkin, meskipun
kasus seperti ini jarang terjadi. Setelah mengalami kejadian yang membuatnya
mengalami trauma yang tidak sanggup ia hadapi, pertahanan dirinya lantas akan muncul.”
Jawab dokter.
“Ini membuat semua orang syok.”
Ucap Jun Hyuk.
4 bulan lalu… Jun Hyuk
terheran2 melihat barang2 yang ada di ruangan Jung Woo disita. Seseorang lalu
menghampiri Jun Hyuk dan memberitahu Jun Hyuk bahwa Jung Woo adalah tersangka
pembunuhan di Wolhwa-dong. Jun Hyuk terkejut.
Kepala Jaksa menerima banyak
telepon karena kasus itu. Jun Hyuk pun masuk ke ruangan Kepala Jaksa. Ia tidak
percaya Jung Woo melakukan pembunuhan.Kepala Jaksa tidak menjawab perkataan Jun
Hyuk, tapi memerintahkan Jun Hyuk menghentikan wartawan dan membawa Jung Woo
naik ke atas.
Jung Woo tiba di kantornya
bersama polisi. Begitu turun dari mobil polisi dengan tangan terborgol, ribuan
wartawan langsung mengerubunginya. Jung Woo diam saja menatap kerumunan
wartawan itu. Jun Hyuk pun datang. Ia meminta bantuan personel keamanan untuk
menghalau wartawan, kemudian melepas jasnya untuk melindungi Jung Woo dari
jepretan kamera wartawan.
Kasus Jung Woo ini pun memaksa
kejaksaan mengadakan rapat darurat.
“Apa yang harus kita lakukan
Kepala Jaksa Choi?” tanya atasan Kepala Jaksa.
“Aku akan memberikan pengarahan
setelah penyelidikan nanti.” Jawab Kepala Jaksa Choi.
“Apa menurutmu mereka akan
percaya asas praduga tak bersalah? Kalau kita mengeluarkan pendapat setelah investigasi,
kita akan dianggap melindungi dan citra kita di mata public akan jadi semakin
buruk. Kau mengerti maksudku, kan?” ucap atasan Kepala Jaksa Choi.
“Kita harus melakukan
penyelidikan.” Jawab Kepala Jaksa Choi.
“Berikan arahan segera. Ini
adalah kasus yang tak pernah terjadi di tubuh Kejaksaan. Takdir kita ditentukan
oleh ini!” ucap atasan Kepala Jaksa Choi.
Usai rapat, Kepala Jaksa Choi
menyuruh Jun Hyuk menangani kasus Jung Woo. Menurutnya, itulah satu2nya cara
untuk melindungi Jung Woo.
Setelah itu, Kepala Jaksa Choi
masuk ruang konferensi pers dan menjawab semua pertanyaan wartawan. Kebanyakan
wartawan menanyakan bukti pembunuhan yang dilakukan Jung Woo.
Jun Hyuk menemui Jung Woo di
ruang interogasi. Ia bertanya, apa yang sudah Jung Woo lakukan. Tapi Jung Woo
hanya menjawab bahwa ia harus menemukan Ha Yeon.
“Kau yang harusnya mengatakan
padaku, dimana dia?” tanya Jun Hyuk.
“Aku harus menemukannya. Aku harus
menemukannya. Putri kesayanganku Ha Yeon.” Tangis Jung Woo.
4 bulan setelahnya… dokter
menjelaskan apa yang dilakukan Jung Woo adalah insting manusia untuk menolak
dan menghindari kenyataan ketimbang menerimanya. Tapi Jun Hyuk heran kenapa itu
terjadi berulang2.
“Beberapa orang mencoba
menerima kenyataan yang sulit dipercaya. Saat seseorang mencapai batasnya, mereka
akan lari dari kenyataan untuk melindungi diri. Salah satunya dengan cara
menghapus ingatan mereka sendiri.” Jawab dokter.
“Tapi ini adalah kejahatan yang
dia lakukan.” ucap Jun Hyuk.
“Makanya dia semakin ingin
melupakannya. Bagaimanapun, ada satu hal yang mencemaskanku.” Jawab dokter.
“Apa itu?” tanya Jun Hyuk.
“Kehilangan ingatan secara
berulang mungkin akan membuat Tuan Park berada dalam kondisi yang semakin
parah. Mohon pertimbangkan lagi. Bayangkan dirimu terbangun di suatu pagi dan
kau menjadi pembunuh yang sudah membantai seluruh anggota keluargamu. Bulan-bulan
berlalu dan kau malah diancam hukuman mati. Bisa kau bayangkan bagaimana
perasaanmu?” jawab dokter.
“Sebentar lagi akan ada sidang
kedua. Apa menurutmu ada kemungkinan kondisinya akan lebih baik saat itu?”
tanya Jun Hyuk.
“Jika dia menerima kenyataan,
ada kemungkinan ingatannya akan kembali.Kalau ada sesuatu yang bisa membuatnya
menyadari kenyataan itu mungkin akan membantu. Penjara adalah tempat yang
benar-benar asing baginya.” Jawab dokter.
Jun Hyuk pun mengerti.
Dalam sebuah persidangan,
Pengacara Seo Eun Hye berencana memanggil saksi lagi tapi hakim malah memanggilnya
sebelum ia melakukan itu. Hakim bertanya, kapan selesainya dan Eun Hye berkata
masih ada beberapa saksi lagi.
“Selesaikan saja.” Suruh hakim.
“Apa? Apa maksudnya itu?” tanya
Eun Hye.
“Kau sudah melakukan lebih dari
cukup.” Jawab hakim.
“Apa maksudnya aku sudah
melakukan lebih dari cukup?” tanya Eun Hye.
“Semua orang yang duduk di
sini, mereka semua adalah saksi, kan? Kau sudah menanyai para saksi lebih dari
3 jam. Kau sudah membawa 16 saksi hanya untuk kasus pencurian biasa. Selama
pengalamanku menjad hakim, aku tidak pernah melihat sebegitu banyak saksi yang
diberi pertanyaan super panjang. Akhiri ini, sekarang!” suruh hakim.
“Kita kan harus melakukannya
dengan benar.” jawab Eun Hye.
“Ini adalah perintah dan
kebijakan hakim.” Ucap hakim.
Usai sidang, Eun Hye masuk ke
ruangan hakim dan marah2. Ia kesal karena hidup terdakwa tergantung pada
persidangan tadi. Tapi hakim malah bertanya apa begini cara Eun Hye melakukan
persidangan.
“Bagaimana bisa kau
menghentikanku saat aku sedang melakukan yang terbaik untuk membela klienku?”
protes Eun Hye.
“Dimana-mana, ada yang namanya
batasan. Aku yakin kau melihat jaksanya. Jaksa melakukan semuanya dengan hanya
2 saksi saja.” Jawab hakim.
“Kenapa bawa-bawa jaksa dalam
hal ini? Aku tidak mau mengatakannya.. tapi kalian berdua alumni dari kampus
yang sama, kan?” ucap Eun Hye.
“Apa katamu?” protes hakim.
“Kalau tidak, kenapa kau
berpihak padanya?” tanya Eun Hye.
“Bukan itu masalahnya. Persidangan
yang harusnya 1 jam malah jadi 5 jam.. karena kau!” jawab hakim.
“Persidangan yang hanya memaka
waktu 1 jam, itu tidak benar!” ucap Eun Hye.
“Kalau semua pengacara
sepertimu, bagaimana aku bisa menyelesaikan persidangan dalam 1 hari? Aku
bahkan tidak bisa menyelesaikan semuanya walaupun aku begadang semalaman.” Jawab
hakim.
“Jadi kau mau mengambil semua
hak terdakwa untuk mendapatkan pembelaan?” tuduh Eun Hye.
“Bukan itu maksudku.” Jawab
hakim.
“Yang kau katakan barusan
memang itu!” ucap Eun Hye.
Seseorang mengetuk pintu dan
meminta daftar evaluasi kinerja pengacara public. Hakim memberikannya, tapi tak
lama ia memintanya kembali dan mengambil daftar milik Eun Hye. Hakim pun
merobek daftar Eun Hye. Eun Hye syok melihatnya.
Eun Hye kemudian berdebat
dengan petugas yang meminta daftar evaluasi kinerja pengacara public tadi.
“Bukankah tugas dari seorang
pengacara public untuk melakukan yang terbaik membela terdakwa yang terkena
tuntutan hukum? Apa maksudnya aku tidak bisa meminta sidang ulang dan melakukan
yang terbaik yang ku bisa? Ini adalah kesalahan Hakim Kim, kan?” ucapnya.
“Bukan hanya Hakim Kim. Semua
hakim berpendapat sama. Mereka bilang kau malah mengganggu persidangan, bukan
membuat pembelaan. Kau harusnya jangan berlebihan.” Jawab si petugas.
“Berlebihan? Apa maksudmu? Apanya
yang berlebihan? Ini tidak adil. Kau gampang sekali mengatakannya karena ini
bukan urusanmu.” Protes Eun Hye.
Tak lama kemudian, pengacara
Jung Woo datang sambil marah2 pada petugas. Ia berkata tidak mau lagi membela
Jung Woo dan menyerahkan surat pengunduran dirinya.
“Bagaimana bisa kau melakukan
ini sementara sidang ke dua sudah di depan mata? Tahan saja dulu sebentar.”
Jawab petugas.
“Apanya yang mau ditahan? Apa
maksudmu tahan dulu? Lihat ini. Lihat! Aku akan memotong biaya.. tapi kasus
penganiayaan tidak ada apa-apanya, di bandingkan dengan yang dia hadapi
sekarang. Terserahlah, pokoknya cari saja orang lain. Aku menyerah. Aku selesai
di sini. Mengerti?” ucap pengacara Jung Woo, lalu pergi.
Si petugas itu pun bingung
karena banyak yang mengundurkan diri jadi pengacara Jung Woo. Ia tidak tahu
lagi pengacara public mana yang mau membela kasus Jung Woo.
“Aku akan ambil kasus ini. Kau
bilang sudah tidak ada yang tersisa. Kalau aku mengambil kasus ini,
pengangkatanku akan dipertimbangkan lagi, kan?” ucap Eun Hye.
“Tapi, kita harus menerima
persetujuan dulu dari terdakwanya.” Jawab si petugas.
“Itu tidak masalah. Aku ini
ahlinya kalau soal itu.” ucap Eun Hye.
Eun Hye lalu beranjak pergi,
tapi tak lama ia balik lagi untuk menanyakan apa kasusnya.
Di rumahnya, Eun Hye membaca kasus
Jung Woo. Ia pun bertanya2, dari sekian banyak orang kenapa harus Jung
Woo.Ingatan Eun Hye pun melayang ke saat ia berhadapan dengan Jung Woo di
pengadilan.
Flashback…
Di sebuah persidangan, Eun Hye
membela terdakwa, seorang ibu rumah tangga yang menikam suaminya karena sering
mendapatkan kekerasan dari suaminya.
“Terdakwa di rumah sakit selama
2 bulan, bukan 2 minggu.Terdakwa sudah menderita selama bertahun-tahun karena
kekerasan dalam rumah tangganya. Bahkan di malam hari saat insiden terjadi, dia
mengalami ketakutan yang luar biasa. Dan penyerangan itu membuatnya harus
dirawat selama 2 bulan di RS. Dia sadar hidupnya ada dalam bahaya. Dengan
instingnya dia menikam suaminya untuk pertahanan diri. Jaksa, bukankah itu
namanya pertahanan diri?” ucap Eun Hye.
Dan saat itu, Jung Woo lah yang
menjadi jaksa penuntutnya.
“Kau benar. Itu pertahanan
diri. Kalau kau bicara kebenaran, ini memang pertahanan diri.” Jawab Jung Woo
sembari mendekat ke meja Eun Hye.
“Apa maksudmu aku memberikan
informasi palsu?” tanya Eun Hye.
Jung Woo pun menggunakan dua
gelas yang ada di meja Eun Hye sebagai perumpaan. Gelas pertama, ada kejadian
penganiayaan yang menyebabkan korban dirawat selama dua bulan. Gelas kedua,
terdakwa merasa hidupnya dalam bahaya karena penyerangan itu dan secara tergesa-gesa
menikam sebanyak dua kali untuk bertahan.
“Sebelumnya, ini dianggap
pertahanan diri. Itu pendapatmu, ya kan?” tanya Jung Woo.
Eun Hye mengiyakan.
“Tapi bagaimana kalau kau
melihat dua kejadian ini secara terpisah? Apa ini namanya masih pertahanan
diri?” ucap Jung Woo.
Eun Hye dan hakim pun
tercengang mendengarnya. Sementara terdakwa, malah menangis. Dua putri terdakwa
tampak menunggu di bangku penonton.
“Penganiayaan terjadi di pagi
hari dan istrinya menikam sang suami di malam hari. Aku memasukkan ini sebagai
barang bukti.” Ucap Jung Woo.
Eun Hye hanya bisa menghela
nafas mendengarnya.
“Berdasarkan pasal 250 dari
hukum pidana hukuman dari kejahatan pembunuhan terhadap sang suami aku
menjatuhkan hukuman 5 tahun penjara.” Ucap Jung Woo.
Usai persidangan, Eun Hye
memanggil Jung Woo yang sedang berjalan tapi Jung Woo tidak peduli dan terus
berjalan. Eun Hye pun terpaksa berjalan mendahului Jung Woo.
“Jaksa Park. Kau dengar aku
memanggil. Kenapa kau mengabaikanku? Kau benar-benar tidak punya sopan santun.”
Protes Eun Hye.
“Apa kau punya sesuatu lagi
untuk dikatakan, Pengacara Publik Seo?” tanya Jung Woo.
“Kau harusnya menunjukkan belas
kasihmu.” Jawab Eun Hye.
“Belas kasih? Aku sudah
menunjukkan belas kasih.” Ucap Jung Woo.
“Apa maksudmu?” tanya Eun Hye.
“Belas kasih yang ditunjukkan
oleh seorang jaksa adalah memberikan hukuman yang sesuai berdasarkan hukum yang
berlaku.” Jawab Jung Woo.
“Dia hanya mengulur waktu
karena anaknya. Dan menjauhkan dia dari anak-anaknya selama 5 tahun adalah kebenaran yang dilakukan hukum, ya kan?” ucap
Eun Hye.
“Pengacara Publik Seo.” panggil
Jung Woo.
“Apa!” jawab Eun Hye dengan
suara tinggi.
“Kalau kau mau menang kau
seharusnya tidak memercayai terdakwa-mu. Kau tahu kenapa kau selalu kalah? Itu
karena kau hanya mengambil kasus yang kau sudah tahu kalau kau akan kalah.”
Ucap Jung Woo.
Jung Woo beranjak pergi. Eun
Hye tak terima dengan perkataan Jung Woo pun meneriaki Jung Woo dengan bahasa
informal, YAA!!
Jung Woo pun berhenti melangkah
dan menoleh ke Eun Hye. Tapi ia hanya membalas perkataan Eun Hye dengan
desahan, lalu beranjak pergi. Setelah Jung Woo kembali berjalan, Eun Hyu pun
meneriakkan sumpahnya.
“Aku akan menang di persidangan
berikutnya. Lihat saja.”
Flashback end…
“Apakah dia aka membiarkanku
mengambil alih kasusnya?” tanya Eun Hye ragu.
Eun Hye lalu kembali menatap seragam
Jung Woo. Dan dari sanalah, ia sadar Jung Woo masih belum terbukti bersalah.
Eun Hye kemudian mengambil kamusnya, dan melihat fotonya bersama sang ayah yang
ia sembunyikan di sana. Tapi kemudian bibinya datang menyuruhnya makan dan Eun
Hye langsung menyembunyikan foto itu.
“Ada apa? Apa kau sakit?” tanya
bibinya.
“Aku akan segera ke sana.”
Jawab Eun Hye.
Ingatan Eun Hye lantas melayang
ke masa lalu, saat dirinya yang masih kecil mengunjungi ayahnya di penjara.
Sang ayah berkata bahwa dirinya tidak bersalah dan akan segera bebas. Eun Hye
kecil pun percaya bahwa sang ayah bukan pelakunya dan berjanji akan
mengeluarkan ayahnya dari sana.
Teringat hal itu, membuat Eun
Hye menangis. Eun Hye pun buru2 menghapus air matanya sambil menatap foto Jung
Woo yang mengenakan seragam tahanan.
“Kau akan membiarkanku
mengambil alih kasusmu, Park Jeong Woo-ssi?” tanyanya.
0 Comments:
Post a Comment