Defendant Ep 2 Part 1

Sebelumnya...


CEO Cha datang ke rumah sakit, dan semua jajaran direksi menyambut kedatangannya. Sementara itu, dokter mengumumkan kematian Min Ho. Ya, Seon Ho meninggal sebagai Min Ho pada tanggal 17 September pukul 1 siang. Mendengar itu, Min Ho yang terlihat seperti sedang tertawa ketimbang menangis itu pun berdiri. Dan Jung Woo, dia ingin otopsi dilakukan untuk mengetahui Min Ho bunuh diri atau bukan.


Min Ho pun langsung menatap tajam Jung Woo.
“Apa maksudmu? Kau kan tahu dia meninggalkan catatan bunuh diri.” Ucap Min Ho.

“Kita tidak punya pilihan. Dia adalah tersangka kasus pembunuhan.” Jawab Jung Woo.

“Apa kau tidak butuh persetujuan keluarga untuk melakukannya? Itu sama saja dengan membunuhnya dua kali. Aku tida bisa membiarkannya.” Ucap Min Ho.

Tapi Jung Woo tak peduli dan tetap menyuruh asistennya untuk melakukan otopsi. Tak lama kemudian, seketaris Seon Ho memberitahukan kedatangan CEO Cha. Min Ho gugup, saking gugupnya ia memunggungi semua orang untuk menyembunyikan wajah takutnya. Namun Jung Woo bisa melihat kegugupan Min Ho dari tangan Min Ho yang gemetar.

Min Ho menuju ruangan ayahnya. Sebelum masuk, ia menghela napas. Begitu masuk, sang ayah langsung menyebutkan namanya. Ia gugup dan mau menjelaskan semuanya, tapi ternyata sang ayah hanya ingin menanyakan apakah benar Min Ho sudah meninggal. Min Ho terkejut, ia tak menyangka bahwa ayahnya tidak mengenali siapa dirinya dan ia pun membenarkan pertanyaan ayahnya bahwa Min Ho sudah meninggal.

“Ini adalah hal yang bagus.. untuk Chamyung Group... dan untukmu. Anggap saja dia pergi dengan segala kesulitan yang dia sebabkan. Kalian berdua adalah saudara dari darah yang sama.. tapi dia berbeda denganmu. Anggap saja dia tidak pernah ada. Lupakan semuanya. Sadarkan dirimu.. dan selesaikan semuanya. Semua mata.. sedang tertuju pada kita sekarang.” ucap CEO Cha.

Min Ho pun terluka mendengarnya.


Begitu keluar dari ruangan sang ayah, Min Ho terlihat kesal memikirkan kata2 sang ayah tadi. 




Min Ho kemudian berjalan ke bangsal VIP dan di sana ia bertemu ibunya. Sang ibu mengenalinya sebagai Min Ho, bahkan meski perawat sudah mengatakan bahwa dia Seon Ho, tapi ibu Min Ho tetap memanggil Min Ho dengan nama Min Ho.


Min Ho diam saja. Perawat lalu menjelaskan pada Min Ho bahwa penyakit Nyonya Myung semakin lama semakin memburuk. Min Ho pun meminta perawat merahasiakan kematian Seon Ho. Perawat membawa Nyonya Myung pergi. Nyonya Myung pergi sambil bertanya2 dimana Seon Ho dan kenapa Seon Ho tidak datang.


Min Ho kemudian terkejut saat melihat Jung Woo sedang menatap tajam ke arahnya. Jung Woo pun berjalan mendekati Min Ho. Dan batin Min Ho berkata, apa saja yang sudah diketahui Jung Woo. Jung Woo berkata, akan ada surat penahanan dalam waktu dekat. Jung Woo kemudian beranjak meninggalkan Min Ho. Dan batin Min Ho kembali berkata, seberapa jauh Jung Woo akan menyelidiki kasusnya.


CEO Cha menatap foto keluarganya. Batinnya pun berkata, bahwa ia sudah kehilangan seorang anak dan ia tak bisa kehilangan yang satunya juga. Hmm… mungkinkah CEO Cha menyadari yang meninggal itu adalah Seon Ho?


Proses otopsi pun dimulai. Jung Woo dan Min Ho tampak mengawasi proses otopsi. Jung Woo meminta dokter mengidentifikasi jasadnya terlebih dahulu. Semula dokter keberatan karena identitas pria yang mati itu sudah diketahui ditambah lagi keluarganya juga ada di sana, namun melihat mata tajam Jung Woo, dokter pun melakukan apa yang diminta Jung Woo. Namun dokter terkejut saat menyadari sidik jari Seon Ho yang rusak.

“Sidik jarinya rusak.” Ucap dokter.


Kecurigaan Jung Woo pun semakin kuat. Sementara Min Ho yang asli gugup teringat saat Seon Ho berusaha bertahan dengan bergelantungan di lantai balkon. Tangan Seon Ho tergores lantai balkon saat bergelantungan. Dokter ingin melakukan tes DNA, tapi Jung Woo tak setuju karena tahu kembar identik memiliki DNA yang sama. Dokter membenarkan, lalu bertanya apa yang harus mereka lakukan.
“Identifikasi dia dengan sidik jarinya.” Suruh Jung Woo.

“Sudah kubilang. Sidik jarinya sudah rusak.” Jawab dokter.

“Kalau begitu kita bisa ambil sidik jarinya Tuan Cha Seon Ho.” Ucap Jung Woo.

Dokter bingung, apa maksudmu?

“Hasilnya akan ketahuan juga. Kalau Tuan Cha Seon Ho berhasil diidentifikasi, maka jasad ini juga. Apa permintaanku terlalu banyak, Presdir Cha Seon Ho?” tanya Jung Woo. Dan Min Ho pun tak punya pilihan lain selain menuruti permintaan Jung Woo. Dokter berkata, hasilnya akan keluar besok.


Jung Woo lalu meninggalkan rumah sakit. Begitu ia pergi, Min Ho keluar rumah sakit dan menatap kepergiannya dengan tajam. Supir Seon Ho datang. Min Ho langsung masuk ke mobil. Di mobil, ia menyikut pintu mobil karena kesal. Supir Seon Ho merasa aneh, tapi ia diam saja dan melajukan mobilnya.

Jung Woo menemui atasannya. Atasan Jung Woo kesal karena Jung Woo melakukan otopsi, padahal mereka sudah mendapatkan catatan bunuh dirinya. Jung Woo pun berkata bahwa atasannya sendiri lah yang merusak kasus dengan catatan bunuh diri palsu itu.

“Makanya aku suka ini. Apa kau mau berakhir seperti aku?” tanya sang atasan, dan Jung Woo pun menjawab iya.

“Jeong Woo-ya, apa yang sebenarnya ingin kau lakukan? Mereka sudah bilang ini kasus bunuh diri. Apa kau mau bilang kalau ada seseorang yang membunuhnya?” tanya sang atasan.

“Kau akan melihat kalau hasilnya keluar besok.” Jawab Jung Woo.

“Bagaimana kalau kau salah?” tanya atasannya.

“Percayalah padaku, Kepala Jaksa.” Pinta Jung Woo.

Di ruangan Seon Ho, Min Ho terlihat kesal mengingat Jung Woo yang terus berusaha membongkar kedoknya. Saking kesalnya, ia sampai membanting papan nama Seon Ho.

Keesokan harinya, kita melihat Min Ho yang berdiri di atap gedung rumah sakit. Tak lama kemudian, ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Bersamaan dengan itu, Jung Woo berlari ke ruang otopsi.Ia pun terkejut saat dokter mengatakan sidik jarinya cocok, dan pria yang mati itu memang Cha Min Ho.Jung Woo pun menatap mayat Seon Ho dengan tatapan ragu.

“Benarkah kau Cha Min Ho?” tanyanya.

Jung Woo keluar dari ruang otopsi sambil bertanya2. Diluar, ia bertemu dengan Min Ho yang tersenyum penuh kemenangan. Min Ho berkata, ia datang untuk mengambil jasad Min Ho.

“Adikmu meninggal. Bagaimana bisa kau tertawa seperti itu.” jawab Jung Woo.

Begitu masuk, Min Ho menyuruh dokter keluar. Setelah dokter keluar, Min Ho menatap jasad Seon Ho dan meminta maaf karena tidak punya pilihan lain. Ia berharap Seon Ho mengerti dengan apa yang ia lakukan. Dan Min Ho juga berterima kasih pada Seon Ho.

Dokter menyuruh Min Ho menandatangani surat. Setelah surat itu ditandatangani, dokter bilang ia akan mengirim Min Ho kembali ke rumah sakit. Saat Min Ho mau pergi, dokter pun bertanya apakah mendiang Min Ho suka mengenakan kacamata. Min Ho pun langsung tegang. Dokter berkata kalau ia melihat ada bekas jejak kacamata di pelipis Min Ho.Min Ho yang tegang pun menjawab kalau Min Ho memang suka memakai kacamata. Min Ho pun beranjak pergi. Setelah Min Ho pergi, dokter menatap curiga ke arah jasad Min Ho.

Jung Woo minum2 dengan pegawai dan juga atasannya. Atasannya berkata, seharusnya Jung Woo mendengarkannya sejak awal dan tidak melakukan penyelidikan sembarangan. Jung Woo diam saja. Ia masih ragu kalau Min Ho benar2 sudah meninggal.

Dokter yang melakukan otopsi meninggalkan rumah sakit dengan tergesa2. Ia tak sadar, sebuah truk tengah mengikutinya. Mobil dokter itu kemudian berhenti di belakang mobil si bos. Si pengemudi truk pun bertanya pada seseorang apa yang harus dia lakukan. Setelah mendapatkan perintah, si pengemudi truk langsung memacu truknya dan menabrak mobil dokter. Dokter dan si boss pun terluka parah.

Setelah kejadian itu, kita melihat Min Ho yang menerima telepon dari seseorang dan ia memuji pekerjaan orang itu.


Keesokan harinya,Min Ho menggelar konferensi pers untuk meminta maaf atas kekacauan yang ditimbulkan Min Ho. Dalam kesempatan itu juga, Min Ho berkata akan mendonasikan seluruh asset milik Min Ho. Dan selanjutnya, mereka akan bekerja sama dengan semua aktifitas penyelidikan yang berkaitan dengan masa lalu Min Ho dan memberikan ganti rugi terhadap semua orang yang dirugikan atas insiden ini.

CEO Cha menonton konferensi pers Min Ho dari ruangannya sembari memikirkan sesuatu.


Usai konferensi pers, Min Ho langsung masuk ke lift. Sebelum menutup lift, ia menyuruh seketaris Seon Ho menyiapkan pemakaman untuk Min Ho. Seketaris mengerti. Dan saat pintu lift menutup, Min Ho menyeringai puas.

Asisten Go mencopoti foto2 korban Min Ho yang ada di bagan karena kasusnya sudah berakhir. Staf wanita Jung Woo mendekati Jung Woo yang sedang membaca kembali laporannya.

“Jaksa Park, apa laporanmu sudah selesai? Kepala Jaksa mau melihatnya.” Ucap staf wanita.

Jung Woo pun menyerahkan laporannya, tapi ia langsung mengambilnya kembali begitu menyadari sesuatu. Sambil melihat2 ujung amplopnya, ia teringat laporan Asisten Go tentang Min Ho yang takut dengan jarum dan apapun yang tajam. Tapi hanya Min Ho saja, sedangkan Seon Ho tidak.

“Aku harus menyerahkan ini kepada seseorang lebih dulu.” Ucap Jung Woo, lalu beranjak pergi.

Asisten Go dan staf wanita pun kebingungan menatap Jung Woo.

Pemakaman Seon Ho dihadiri banyak orang. Salah seorang yang menghadiri pemakaman Seon Ho berkata, harga saham Chamyung meroket karena si anak pembangkang sudah pergi.

Jung Woo datang melayat. Tujuan sebenarnya sih dia mau menunjukkan sisi tajam amplop itu pada Min Ho. Saat melihat Min Ho yang sedang melayani para pelayat, Jung Woo menatapnya dengan tajam dan berkata dalam hati kalau Min Ho tak akan bisa menyembunyikan jati diri Min Ho yang sebenarnya.

Jung Woo pun menemui Min Ho. Ia berkata, ia datang untuk memberikan laporan terakhir pada Min Ho. Jung Woo pun memperlihatkan sisi tajam amplop itu. Dan benar saja, Min Ho mulai gelisah tapi ia sebisa mungkin bersikap tenang agar Jung Woo tidak curiga.

Flashback..

Saat bermain anggar bersama sang kakak, sang kakak tak sengaja melukai matanya dengan pedang yang tajam. Inilah kenapa Min Ho takut pada benda2 berujung tajam.

Flashback end…

Min Ho terlihat takut dengan sisi tajam amplop itu tapi ia berusaha menahannya dan mengambil amplop itu. Ia juga berterima kasih karena Jung Woo sudah datang.

Min Ho mencuci mukanya di toilet agar ia lebih tenang. Saat keluar dari toilet, ia melihat Jung Woo tengah menunggunya. Tapi Jung Woo malah pergi begitu saja tanpa berkata apa2.


Proses kremasi Seon Ho dimulai. Min Ho mengantarkan kakaknya ke tempat kremasi.

“Semua sudah berakhir sekarang, Hyung. Selamat tinggal.” Ucapnya dalam hati.

Saat hendak naik ke mobilnya membawa abu sang kakak, ia terkejut melihat Jung Woo ada di depannya. Tapi saat melihatnya kembali, Jung Woo sudah tidak ada. Seketaris Seon Ho pun bertanya, apa Min Ho baik2 saja. Min Ho pun berkata, ia baik2 saja.


Di dalam mobilnya, Min Ho bertanya2 apa yang harus ia lakukan pada Jung Woo.

4 bulan kemudian… Jung Woo duduk di sel tahanan. Ia menangis karena tak bisa mengingat apapun. Ingatan terakhirnya adalah, saat ia kabur bersama Cheol Sik dari anak2 buah Yong Joo, saat ia merayakan ulang tahun anaknya bersama istrinya, saat istrinya mengobati luka di kakinya dan juga kenangan manis bersama anak dan istrinya.


Pengacara Jung Woo yang sedang menuju sel bicara dengan seseorang di telepon. Ia berusaha menenangkan si penelpon dengan berkata bahwa kasusnya akan ditutup dan ia hanya butuh tanda tangan saja.

Jung Woo dibawa petugas menemui pengacaranya, tapi Jung Woo tidak mengenali pengacara itu. Pengacara Jung Woo pun menyuruh petugas meninggalkan mereka berdua saja. Begitu petugas pergi, pengacara Jung Woo meminta Jung Woo jangan berpura2 hilang ingatan.

Pengacara lalu menyiapkan dokumen untuk ditandatangani Jung Woo, tapi Jung Woo diam saja dan itu membuat pengacara kesal.

“Apa kau tidak ingat bahwa kau sudah membunuh anak dan istrimu, kemudian membuang jasad mereka?” tanya si pengacara.

Mendengar itu, Jung Woo marah dan langsung memukul si pengacara.

“Apa kau bilang! Kau barusan bilang apa!” bentak Jung Woo sambil mencengkram lengan si pengacara.

“Kau ini kenapa? Kita sudah menyelesaikan semuanya dengan Jaksa Kang Jun Hyuk.” Jawab si pengacara.

“Siapa?” tanya Jung Woo.

“Jaksa Kang yang menangani kasusmu. Kau bilang dia temanmu.” Jawab pengacara.

“Maksudmu Jun Hyuk? Kang Jun Hyuk?” tanya Jung Woo lagi.

“Lupakan saja dan tanda tangani surat ini! Kalau bukan aku tidak akan ada yang mau membelamu!” teriak si pengacara.


Jun Hyuk yang dimaksud sedang menemui dokter Jung Woo. Dokter memberitahu bahwa Jung Woo kehilangan ingatannya lagi pagi ini. Dokter berkata, ini sudah kelima kalinya.

“Dia selalu bilang dia baru saja mengadakan pesta ulang tahun anaknya semalam dan dia tidur di rumahnya.” Ucap Jun Hyuk.

“Dia kehilangan ingatannya saat tertidur, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.” Jawab dokter.

“Di hari keempat setelah insiden terjadi, dia bangun dan tak bisa mengingat… empat hari sebelumnya, dan sampai satu bulan, dua bulan dan tiga bulan selalu begitu. Dan sekarang ingatannya selama empat bulan ke belakang sudah hilang.” Ucap Jun Hyuk.


“Seperti yang kuberitahu sebelumnya, hilang ingatan yang dia alami, berbeda dengan hilang ingatan biasa. Fakta bahwa ingatannya selalu kembali ke 4 bulan yang lalu itu sangat penting. Dia mengatakan.. sedang mengadakan pesta ulang tahun anaknya dan dia tidur di rumah. Itu adalah masa-masa yang sangat diinginkan olehnya untuk kembali lagi. Setelah hari itu, semua hari yang ia jalani dianggap seperti mimpi buruk seperti yang kau tahu.” jawab dokter.

“Tapi ini bukan yang pertama atau kedua. Apa mungkin seseorang kehilangan ingatannya secara berulang-ulang?” tanya Jun Hyuk.

“Bukan tidak mungkin, meskipun kasus seperti ini jarang terjadi. Setelah mengalami kejadian yang membuatnya mengalami trauma yang tidak sanggup ia hadapi, pertahanan dirinya lantas akan muncul.” Jawab dokter.

“Ini membuat semua orang syok.” Ucap Jun Hyuk.

4 bulan lalu… Jun Hyuk terheran2 melihat barang2 yang ada di ruangan Jung Woo disita. Seseorang lalu menghampiri Jun Hyuk dan memberitahu Jun Hyuk bahwa Jung Woo adalah tersangka pembunuhan di Wolhwa-dong. Jun Hyuk terkejut.

Kepala Jaksa menerima banyak telepon karena kasus itu. Jun Hyuk pun masuk ke ruangan Kepala Jaksa. Ia tidak percaya Jung Woo melakukan pembunuhan.Kepala Jaksa tidak menjawab perkataan Jun Hyuk, tapi memerintahkan Jun Hyuk menghentikan wartawan dan membawa Jung Woo naik ke atas.


Jung Woo tiba di kantornya bersama polisi. Begitu turun dari mobil polisi dengan tangan terborgol, ribuan wartawan langsung mengerubunginya. Jung Woo diam saja menatap kerumunan wartawan itu. Jun Hyuk pun datang. Ia meminta bantuan personel keamanan untuk menghalau wartawan, kemudian melepas jasnya untuk melindungi Jung Woo dari jepretan kamera wartawan.


Kasus Jung Woo ini pun memaksa kejaksaan mengadakan rapat darurat.

“Apa yang harus kita lakukan Kepala Jaksa Choi?” tanya atasan Kepala Jaksa.

“Aku akan memberikan pengarahan setelah penyelidikan nanti.” Jawab Kepala Jaksa Choi.

“Apa menurutmu mereka akan percaya asas praduga tak bersalah? Kalau kita mengeluarkan pendapat setelah investigasi, kita akan dianggap melindungi dan citra kita di mata public akan jadi semakin buruk. Kau mengerti maksudku, kan?” ucap atasan Kepala Jaksa Choi.

“Kita harus melakukan penyelidikan.” Jawab Kepala Jaksa Choi.

“Berikan arahan segera. Ini adalah kasus yang tak pernah terjadi di tubuh Kejaksaan. Takdir kita ditentukan oleh ini!” ucap atasan Kepala Jaksa Choi.

Usai rapat, Kepala Jaksa Choi menyuruh Jun Hyuk menangani kasus Jung Woo. Menurutnya, itulah satu2nya cara untuk melindungi Jung Woo.


Setelah itu, Kepala Jaksa Choi masuk ruang konferensi pers dan menjawab semua pertanyaan wartawan. Kebanyakan wartawan menanyakan bukti pembunuhan yang dilakukan Jung Woo.

Jun Hyuk menemui Jung Woo di ruang interogasi. Ia bertanya, apa yang sudah Jung Woo lakukan. Tapi Jung Woo hanya menjawab bahwa ia harus menemukan Ha Yeon.

“Kau yang harusnya mengatakan padaku, dimana dia?” tanya Jun Hyuk.

“Aku harus menemukannya. Aku harus menemukannya. Putri kesayanganku Ha Yeon.” Tangis Jung Woo.

4 bulan setelahnya… dokter menjelaskan apa yang dilakukan Jung Woo adalah insting manusia untuk menolak dan menghindari kenyataan ketimbang menerimanya. Tapi Jun Hyuk heran kenapa itu terjadi berulang2.

“Beberapa orang mencoba menerima kenyataan yang sulit dipercaya. Saat seseorang mencapai batasnya, mereka akan lari dari kenyataan untuk melindungi diri. Salah satunya dengan cara menghapus ingatan mereka sendiri.” Jawab dokter.

“Tapi ini adalah kejahatan yang dia lakukan.” ucap Jun Hyuk.

“Makanya dia semakin ingin melupakannya. Bagaimanapun, ada satu hal yang mencemaskanku.” Jawab dokter.

“Apa itu?” tanya Jun Hyuk.

“Kehilangan ingatan secara berulang mungkin akan membuat Tuan Park berada dalam kondisi yang semakin parah. Mohon pertimbangkan lagi. Bayangkan dirimu terbangun di suatu pagi dan kau menjadi pembunuh yang sudah membantai seluruh anggota keluargamu. Bulan-bulan berlalu dan kau malah diancam hukuman mati. Bisa kau bayangkan bagaimana perasaanmu?” jawab dokter.

“Sebentar lagi akan ada sidang kedua. Apa menurutmu ada kemungkinan kondisinya akan lebih baik saat itu?” tanya Jun Hyuk.

“Jika dia menerima kenyataan, ada kemungkinan ingatannya akan kembali.Kalau ada sesuatu yang bisa membuatnya menyadari kenyataan itu mungkin akan membantu. Penjara adalah tempat yang benar-benar asing baginya.” Jawab dokter.

Jun Hyuk pun mengerti.

Dalam sebuah persidangan, Pengacara Seo Eun Hye berencana memanggil saksi lagi tapi hakim malah memanggilnya sebelum ia melakukan itu. Hakim bertanya, kapan selesainya dan Eun Hye berkata masih ada beberapa saksi lagi.

“Selesaikan saja.” Suruh hakim.

“Apa? Apa maksudnya itu?” tanya Eun Hye.

“Kau sudah melakukan lebih dari cukup.” Jawab hakim.

“Apa maksudnya aku sudah melakukan lebih dari cukup?” tanya Eun Hye.

“Semua orang yang duduk di sini, mereka semua adalah saksi, kan? Kau sudah menanyai para saksi lebih dari 3 jam. Kau sudah membawa 16 saksi hanya untuk kasus pencurian biasa. Selama pengalamanku menjad hakim, aku tidak pernah melihat sebegitu banyak saksi yang diberi pertanyaan super panjang. Akhiri ini, sekarang!” suruh hakim.

“Kita kan harus melakukannya dengan benar.” jawab Eun Hye.

“Ini adalah perintah dan kebijakan hakim.” Ucap hakim.

Usai sidang, Eun Hye masuk ke ruangan hakim dan marah2. Ia kesal karena hidup terdakwa tergantung pada persidangan tadi. Tapi hakim malah bertanya apa begini cara Eun Hye melakukan persidangan.

“Bagaimana bisa kau menghentikanku saat aku sedang melakukan yang terbaik untuk membela klienku?” protes Eun Hye.

“Dimana-mana, ada yang namanya batasan. Aku yakin kau melihat jaksanya. Jaksa melakukan semuanya dengan hanya 2 saksi saja.” Jawab hakim.

“Kenapa bawa-bawa jaksa dalam hal ini? Aku tidak mau mengatakannya.. tapi kalian berdua alumni dari kampus yang sama, kan?” ucap Eun Hye.

“Apa katamu?” protes hakim.

“Kalau tidak, kenapa kau berpihak padanya?” tanya Eun Hye.

“Bukan itu masalahnya. Persidangan yang harusnya 1 jam malah jadi 5 jam.. karena kau!” jawab hakim.

“Persidangan yang hanya memaka waktu 1 jam, itu tidak benar!” ucap Eun Hye.

“Kalau semua pengacara sepertimu, bagaimana aku bisa menyelesaikan persidangan dalam 1 hari? Aku bahkan tidak bisa menyelesaikan semuanya walaupun aku begadang semalaman.” Jawab hakim.

“Jadi kau mau mengambil semua hak terdakwa untuk mendapatkan pembelaan?” tuduh Eun Hye.

“Bukan itu maksudku.” Jawab hakim.

“Yang kau katakan barusan memang itu!” ucap Eun Hye.

Seseorang mengetuk pintu dan meminta daftar evaluasi kinerja pengacara public. Hakim memberikannya, tapi tak lama ia memintanya kembali dan mengambil daftar milik Eun Hye. Hakim pun merobek daftar Eun Hye. Eun Hye syok melihatnya.

Eun Hye kemudian berdebat dengan petugas yang meminta daftar evaluasi kinerja pengacara public tadi.

“Bukankah tugas dari seorang pengacara public untuk melakukan yang terbaik membela terdakwa yang terkena tuntutan hukum? Apa maksudnya aku tidak bisa meminta sidang ulang dan melakukan yang terbaik yang ku bisa? Ini adalah kesalahan Hakim Kim, kan?” ucapnya.

“Bukan hanya Hakim Kim. Semua hakim berpendapat sama. Mereka bilang kau malah mengganggu persidangan, bukan membuat pembelaan. Kau harusnya jangan berlebihan.” Jawab si petugas.

“Berlebihan? Apa maksudmu? Apanya yang berlebihan? Ini tidak adil. Kau gampang sekali mengatakannya karena ini bukan urusanmu.” Protes Eun Hye.


Tak lama kemudian, pengacara Jung Woo datang sambil marah2 pada petugas. Ia berkata tidak mau lagi membela Jung Woo dan menyerahkan surat pengunduran dirinya.

“Bagaimana bisa kau melakukan ini sementara sidang ke dua sudah di depan mata? Tahan saja dulu sebentar.” Jawab petugas.

“Apanya yang mau ditahan? Apa maksudmu tahan dulu? Lihat ini. Lihat! Aku akan memotong biaya.. tapi kasus penganiayaan tidak ada apa-apanya, di bandingkan dengan yang dia hadapi sekarang. Terserahlah, pokoknya cari saja orang lain. Aku menyerah. Aku selesai di sini. Mengerti?” ucap pengacara Jung Woo, lalu pergi.

Si petugas itu pun bingung karena banyak yang mengundurkan diri jadi pengacara Jung Woo. Ia tidak tahu lagi pengacara public mana yang mau membela kasus Jung Woo.

“Aku akan ambil kasus ini. Kau bilang sudah tidak ada yang tersisa. Kalau aku mengambil kasus ini, pengangkatanku akan dipertimbangkan lagi, kan?” ucap Eun Hye.

“Tapi, kita harus menerima persetujuan dulu dari terdakwanya.” Jawab si petugas.

“Itu tidak masalah. Aku ini ahlinya kalau soal itu.” ucap Eun Hye.


Eun Hye lalu beranjak pergi, tapi tak lama ia balik lagi untuk menanyakan apa kasusnya.

Di rumahnya, Eun Hye membaca kasus Jung Woo. Ia pun bertanya2, dari sekian banyak orang kenapa harus Jung Woo.Ingatan Eun Hye pun melayang ke saat ia berhadapan dengan Jung Woo di pengadilan.

Flashback…

Di sebuah persidangan, Eun Hye membela terdakwa, seorang ibu rumah tangga yang menikam suaminya karena sering mendapatkan kekerasan dari suaminya.

“Terdakwa di rumah sakit selama 2 bulan, bukan 2 minggu.Terdakwa sudah menderita selama bertahun-tahun karena kekerasan dalam rumah tangganya. Bahkan di malam hari saat insiden terjadi, dia mengalami ketakutan yang luar biasa. Dan penyerangan itu membuatnya harus dirawat selama 2 bulan di RS. Dia sadar hidupnya ada dalam bahaya. Dengan instingnya dia menikam suaminya untuk pertahanan diri. Jaksa, bukankah itu namanya pertahanan diri?” ucap Eun Hye.

Dan saat itu, Jung Woo lah yang menjadi jaksa penuntutnya.

“Kau benar. Itu pertahanan diri. Kalau kau bicara kebenaran, ini memang pertahanan diri.” Jawab Jung Woo sembari mendekat ke meja Eun Hye.

“Apa maksudmu aku memberikan informasi palsu?” tanya Eun Hye.


Jung Woo pun menggunakan dua gelas yang ada di meja Eun Hye sebagai perumpaan. Gelas pertama, ada kejadian penganiayaan yang menyebabkan korban dirawat selama dua bulan. Gelas kedua, terdakwa merasa hidupnya dalam bahaya karena penyerangan itu dan secara tergesa-gesa menikam sebanyak dua kali untuk bertahan.

“Sebelumnya, ini dianggap pertahanan diri. Itu pendapatmu, ya kan?” tanya Jung Woo.

Eun Hye mengiyakan.

“Tapi bagaimana kalau kau melihat dua kejadian ini secara terpisah? Apa ini namanya masih pertahanan diri?” ucap Jung Woo.

Eun Hye dan hakim pun tercengang mendengarnya. Sementara terdakwa, malah menangis. Dua putri terdakwa tampak menunggu di bangku penonton.

“Penganiayaan terjadi di pagi hari dan istrinya menikam sang suami di malam hari. Aku memasukkan ini sebagai barang bukti.” Ucap Jung Woo.

Eun Hye hanya bisa menghela nafas mendengarnya.

“Berdasarkan pasal 250 dari hukum pidana hukuman dari kejahatan pembunuhan terhadap sang suami aku menjatuhkan hukuman 5 tahun penjara.” Ucap Jung Woo.

Usai persidangan, Eun Hye memanggil Jung Woo yang sedang berjalan tapi Jung Woo tidak peduli dan terus berjalan. Eun Hye pun terpaksa berjalan mendahului Jung Woo.

“Jaksa Park. Kau dengar aku memanggil. Kenapa kau mengabaikanku? Kau benar-benar tidak punya sopan santun.” Protes Eun Hye.

“Apa kau punya sesuatu lagi untuk dikatakan, Pengacara Publik Seo?” tanya Jung Woo.

“Kau harusnya menunjukkan belas kasihmu.” Jawab Eun Hye.

“Belas kasih? Aku sudah menunjukkan belas kasih.” Ucap Jung Woo.

“Apa maksudmu?” tanya Eun Hye.

“Belas kasih yang ditunjukkan oleh seorang jaksa adalah memberikan hukuman yang sesuai berdasarkan hukum yang berlaku.” Jawab Jung Woo.

“Dia hanya mengulur waktu karena anaknya. Dan menjauhkan dia dari anak-anaknya selama 5 tahun adalah  kebenaran yang dilakukan hukum, ya kan?” ucap Eun Hye.

“Pengacara Publik Seo.” panggil Jung Woo.

“Apa!” jawab Eun Hye dengan suara tinggi.

“Kalau kau mau menang kau seharusnya tidak memercayai terdakwa-mu. Kau tahu kenapa kau selalu kalah? Itu karena kau hanya mengambil kasus yang kau sudah tahu kalau kau akan kalah.” Ucap Jung Woo.

Jung Woo beranjak pergi. Eun Hye tak terima dengan perkataan Jung Woo pun meneriaki Jung Woo dengan bahasa informal, YAA!!

Jung Woo pun berhenti melangkah dan menoleh ke Eun Hye. Tapi ia hanya membalas perkataan Eun Hye dengan desahan, lalu beranjak pergi. Setelah Jung Woo kembali berjalan, Eun Hyu pun meneriakkan sumpahnya.

“Aku akan menang di persidangan berikutnya. Lihat saja.”

Flashback end…

“Apakah dia aka membiarkanku mengambil alih kasusnya?” tanya Eun Hye ragu.

Eun Hye lalu kembali menatap seragam Jung Woo. Dan dari sanalah, ia sadar Jung Woo masih belum terbukti bersalah. Eun Hye kemudian mengambil kamusnya, dan melihat fotonya bersama sang ayah yang ia sembunyikan di sana. Tapi kemudian bibinya datang menyuruhnya makan dan Eun Hye langsung menyembunyikan foto itu.

“Ada apa? Apa kau sakit?” tanya bibinya.

“Aku akan segera ke sana.” Jawab Eun Hye.

Ingatan Eun Hye lantas melayang ke masa lalu, saat dirinya yang masih kecil mengunjungi ayahnya di penjara. Sang ayah berkata bahwa dirinya tidak bersalah dan akan segera bebas. Eun Hye kecil pun percaya bahwa sang ayah bukan pelakunya dan berjanji akan mengeluarkan ayahnya dari sana.


Teringat hal itu, membuat Eun Hye menangis. Eun Hye pun buru2 menghapus air matanya sambil menatap foto Jung Woo yang mengenakan seragam tahanan.

“Kau akan membiarkanku mengambil alih kasusmu, Park Jeong Woo-ssi?” tanyanya.

0 Comments:

Post a Comment