“Gon-ah, sekarang kau orangku, kan?” tanya Hwa Gun dengan tatapan sedih. Gon mengiyakan.
“Jika kau ingin
melindungiku, mulai sekarang rahasiakan segala sesuatu tentang Putra Mahkota. Jika
kau memberitahukan rahasianya pada kakekku, lalu Putra Mahkota terluka, hatiku
akan hancur. Jika pedangmu sampai menghunus Putra Mahkota, sama artinya kau
mengonyak jantungku.” Ucap Hwa Gun, membuat Gon sedikit terkejut.
“Jika Putra Mahkota mati, aku
juga mati. Jadi sebagaimana kau melindungiku, kau juga harus lindungi Putra Mahkota.
Dengan begitu, aku bisa hidup.” ucap Hwa Gun.
Gon mengangguk mengiyakan.
Entahlah apakah ia akan menuruti Hwa Gun atau tidak, tapi kuharap Gon
benar-benar akan melindungi Putra Mahkota.
Keesokan harinya Raja mendapati PM Lee Sun masih menangisi kepergian Chun Soo. Dengan terpaksa, Raja menyuruh PM Lee Sun mengeksekusi Tuan Han. Raja berkata, Tuan Han adalah abdi setia PM Lee Sun.
“Tuan Han akan dibawa ke
tempat eksekusi. Dia adalah orang pertama yang harus membayar atas tindakan
gegabahmu kemarin. Sekarang kau ingin menyalahkan orang lain dan mengatakan tak
tahu apa-apa? Ini karenamu. Pemuda yang mati di tempatmu, dan Tuan Han mati
karena mematuhi perintahmu. Semua karenamu.” Ucap Raja.
PM Lee Sun semakin terluka.
“Inilah dirimu. Putra Mahkota Joseon. Raja Joseon selanjutnya. Satu kata saja darimu dapat membahayakan rakyatmu. Satu keputusanmu dapat menyelamatkan atau justru menghabisi rakyatmu. Setiap keputusan yang kau buat mempertaruhkan seluruh Joseon. Itulah... dirimu.” Ucap Raja.
Di tempat persembunyiannya,
Ga Eun membaca surat dari ayahnya.
“Ga Eun-ah, Putra Mahkota
tidaklah bersalah. Ayah meninggal bukan karena dirinya. Ayah pun tak ingin
meninggalkanmu…”
Ga Eun langsung memacu
kudanya menuju ibukota. Kita lalu kembali mendengar kelanjutan isi dari surat
Tuan Han.
… namun ada yang lebih ayah
benci dibanding kematian. Kita harus memilih antara hidup atau keadilan,itu
bukanlah kebebasan sesungguhnya. Tolong pahami keputusan ayahmu ini yang
memilih keadilan dibanding kehidupan. Maafkan aku dan ayah selalu menyayangimu.”
PM Lee Sun terluka dengan ucapan ayahnya tadi. Ia tak sanggup mengeksekusi Tuan Han. Raja bilang kalau PM Lee Sun tak melakukannya, orang lain yang akan mati.
“Saya tidak bisa
melakukannya. Lebih baik saya mati daripada melakukannya. Saya akan datang pada
mereka. Saya akan menghampiri Kelompok Pyunsoo dan mengatakan untuk membunuh
saya, lalu berhenti...”
“Tetaplah kuat. Siapa yang
akan memimpin rakyat bila Rajanya meninggal? Dan kau menyebut dirimu Putra
Mahkota Joseon?” marah Raja.
“Memang saya yang ingin
menjadi Putra Mahkota?! Apa saya yang mau hidup memakai topeng begitu? Kenapa
saya harus hidupdengan mengorbankan nyawa Tuan Han?!” teriak PM Lee Sun.
Raja terdiam.
“Kenapa anda melakukannya?
Kenapa anda harus memiliki perjanjian dengan Kelompok Pyunsoo? Kenapa anda
memberikan Departemen Pengadaan Air sebagai balasan atas nyawa saya? Kenapa?
Kenapa? Kenapa seperti itu?!”
Dan, bruuuk! PM Lee Sun seketika jatuh pingsan. Chung Woon dan Kepala Lee yang menunggu diluar sejak tadi pun langsung masuk. Chung Woon juga marah karena PM Lee Sun harus mengeksekusi sendiri Tuan Han.
Sun kehabisan bahan makanan.
Tak lama kemudian, Woo Bo datang membawa dua kantong beras. Satunya ia berikan
pada Sun dan satu lagi untuk mereka berikan ke Ga Eun.
Dalam perjalanan ke rumah Ga Eun, Sun bertanya bagaimana caranya meruntuhkan Departemen Pengadaan Air.
“Kau pikir meruntuhkan
mereka akan membawa perubahan?” jawab Woo Bo.
“Bukankah Raja mampu
melakukannya?” tanya Sun.
“Menemukan Raja yang mau
melakukannya akan lebih sulit dibanding mengubah dunia ini.” jawab Woo Bo.
“Bagaimana jika aku yang
melakukannya dan bukan Raja?” tanya Sun.
“Tidak akan ada yang bisa
melakukannya. Karena Joseon ini bukan milik Raja.” Jawab Woo Bo, membuat Sun terperangah.
Woo Bo dan Sun akhirnya tiba di rumah Ga Eun. Namun seorang pria datang dengan terengah2 dan memberitahu kalau Tuan Han akan dieksekusi Putra Mahkota besok. Ga Eun yang baru datang terkejut.
“Siapa katamu yang akan
dieksekusi? Siapa yang akan dieksekusi?” tanyanya pedih.
PM Lee Sun terbangun dan mendapati dirinya ada di penjara tanpa baju kebesarannya. Sontak, ia langsung menggedor pintu dengan panic.Tak lama kemudian, seseorang membukakan pintu dan orang itu Hwa Gun.
“Kau... gadis yang kulihat
di tempatku. Bagaimana kau bisa masuk kemari?” tanya PM Lee Sun heran.
Belum dijawab, PM Lee Sun
berkata harus segera pergi. Hwa Gun pun menawari kudanya.
Rombongan Ga Eun berlari menuju tempat eksekusi. Bersamaan dengan itu, PM Lee Sun memacu kudanya menuju tempat eksekusi. Hwa Gun tampak begitu senang bisa berkuda bersama PM Lee Sun.
Tuan Han mulai dibawa ke panggung eksekusi. Seluruh warga berkumpul menyaksikan eksekusi itu. Tuan Han mendengarkan pandangannya, ia cemas kalau2 Ga Eun menyaksikan eksekusinya. Tuan Han lalu melihat Moo Ha yang berdiri diantara kerumunan dengan tubuh gemetar.
Tak lama kemudian, Chung Woon yang mengenakan topeng dan baju PM Lee Sun naik ke panggung dan siap mengeksekusi Tuan Han. Chung Woon mengayunkan pedangnya, namun ia terhenti sejenak karena merasa tak tega. Ga Eun menangis menyaksikan itu.
Tepat saat itu, PM Lee Sun
datang dan berlari menembus kerumunan warga sambil berteriak meminta eksekusi
dihentikan. Namun terlambat, Tuan Han sudah dieksekusi.
0 Comments:
Post a Comment