Ga Eun mulai dirias sebagai dayang. Saat tengah dirias, Ga Eun teringat kematian Yang. Ga Eun pun bicara dalam hatinya, bahwa sekarang ia mengerti perasaan ayahnya saat menuliskan surat perpisahan itu untuknya. Ga Eun bahwa ia memiliki sesuatu yang lebih diinginkannya dibanding nyawanya. Satu2nya yang diinginkan Ga Eun adalah melengserkan Raja yang memihak Pyunsoo-hwe.
Saat akan menaiki tandu, rok Ga Eun ditarik oleh Kko Mool. Ga Eun menoleh dan melihat Kko Mool yang menatapnya sedih. Ga Eun kemudian memeluk erat Kko Mool.
Ga Eun akhirnya tiba di istana. Saat akan masuk istana, ia tertegun mendengar suara Seja yang berteriak memanggil namanya. Ga Eun menoleh dan menatap Seja dengan mata berkaca-kaca. Seja berlari mengejar Ga Eun. Dan Ga Eun, dalam hatinya, ia berkata bahwa ia juga akan bertarung melawan Pyunsoo-hwe. Ia tak ingin duduk diam tanpa melakukan sesuatu saat Pyunsoo-hwe mempermainkan standar keadilan negeri mereka.
Ga Eun pun berbalik.
Bersamaan dengan itu, tangisnya mulai berjatuhan. Ga Eun masuk ke istana. Seja
hendak menyusul Ga Eun, namun dihalangi penjaga. Pintu istana pun ditutup. Seja
berteriak, memanggil2 nama Ga Eun.
Di toko obat, ibu Sun tak henti2nya menangis. Woo Bo bertanya, apa dikatakan Ga Eun sebelum masuk ke istana. Ibu Sun bilang bahwa Ga Eun ingin melakukan sesuatu. Gantian Seja yang menanyakan pesan Ga Eun untuknya. Ibu Sun bilang Ga Eun hanya menitipkan permintaan maaf untuk Seja.
“Para wanita yang memasuki
istana hanya bisa keluar bila mereka mati.” Tangis ibu Sun.
Seja pun emosi. Ia beranjak
pergi. Chung Woon menyusulnya. Seja bilang bahwa dia mau ke istana untuk
menjemput Ga Eun. Namun Chung Woon menghalanginya.
“Memang Ga Eun Aghassi
diseret masuk ke sana? Apa dia dibawa paksa? Dia pergi secara sukarela. Dia
memang ingin menjadi dayang istana.” Ucap Chung Woon.
“Sebab itu, apa alasannya? Kenapa
dia pergi tanpa mengatakan apa pun padaku?” tanya Seja.
“Pasti ada alasan.” Jawab
Chung Woon.
“Kenapa ia pergi, apa tujuan
sebenarnya, semua itu tidak penting untukku. Sekarang juga, Ga Eun akan kubawa
kembali.” Ucap Seja dengan mata menyala-nyala.
“Dengan kekuasaan apa kau akan membawa Ga Eun kembali? Memang anak itu akan mati bila kau tidak pergi menyelamatkan dia?” tanya Woo Bo.
“Jadi, Anda menyuruhku
membiarkannya?” tanya Seja kesal.
“Dia dayang istana!
Wanitanya Raja! Kau bisa berada dalam bahaya, begitu pula Ga Eun bila kau
bersikap tidak rasional. Kenapa kau tidak mengerti?” jawab Woo Bo.
Woo Bo lalu meminta Seja
membiarkan Ga Eun dan focus bertemu Sun. Woo Bo yakin Sun bisa membantu Seja
soal Ga Eun.
Di istana, Daebi Mama membawa Ga Eun ke hadapan Raja. Daebi Mama berkata, karena Ga Eun sudah kehilangan sosok seorang ayah dan tidak punya tempat bergantung maka ia berniat menjadikan Ga Eun sebagai dayang istana dan menjaganya. Ia menanyakan pendapat Raja.
Ga Eun hanya menunduk,
sementara Sun, dia menatap Ga Eun dengan penuh cinta.
“Mama boleh melakukan apa
saja.” Ucap Sun.
“Mulai hari ini, dia akan
menjadi pelayan Jusang.” Jawab Daebi Mama yang membuat Sun semakin girang.
Daebi Mama lalu berkata pada
Ga Eun bahwa Jusang adalah ayah dari seluruh rakyat di negeri ini, akar dari
Joseon jadi Ga Eun harus melayani Jusang dengan segenap jiwa raga. Ga Eun
mengerti.
Sun tak hentinya memandangi
Ga Eun dengan penuh cinta. Sementara Daebi Mama menatap Sun penuh arti. Daebi
Mama lalu menyuruh Ga Eun keluar. Sampai Ga Eun keluar pun, Sun masih aja
memandangi Ga Eun.
Setibanya diluar, Ga Eun bingung harus kemana. Kepala Dayang pun datang dan meminta Ga Eun ikut dengannya.
Di dalam, Daebi Mama berkata
bahwa ia sudah memenuhi janjinya pada Sun. Tapi memasukkan orang luar langsung
sebagai selir Sun, merupakan tindakan yang melanggar aturan jadi itulah
sebabnya ia menjadikan Ga Eun dayang dulu dan ketika saatnya tepat, Sun bisa
menjadikan Ga Eun selirnya.
“Terima kasih, Mama.” ucap
Sun girang.
“Sekarang, apa kau sudah
memutuskan hendak bergandengan dengan siapa?” tanya Daebi Mama.
Sun terdiam dan teringat
kata2 Dae Mok tentang Daebi Mama yang memberinya hadiah berharga. Sun pun
menjadi cemas. Apalagi Dae Mok secara terang-terangan mengancam akan menyakiti
keluarganya. Daebi Mama mengerti yang dipikirkan Sun. Daebi Mama lalu
menyinggung soal Jenderal Jae Hon yang kembali.
Jenderal Jae Hon tampak memacu
kudanya menuju ibu kota.
Sementara Dae Mok, dia memperkenalkan Hwa Gun sebagai Daepyunsoo yang baru pada seluruh kroni2nya. Dae Mok pun berkata, akan melimpahkan segala urusan besar dan kecil pada Daepyunsoo yang baru. Menteri Joo nampak tak senang mendengarnya. Dae Mok lalu memberitahu Hwa Gun kalau Woo Jae yang saat ini menjabat sebagai Wakil Pyunsoo, memiliki permohonan.
“Kau bilang, ingin mengelola
ladang poppi? Bagi seorang Wakil Kepala, tidakkah pekerjaan itu terlalu remeh?”
tanya Hwa Gun.
“Mengelola ladang poppi bukanlah
hal yang remeh,” jawab Woo Jae.
“Untuk pertama kalinya,
ucapanmu membuatku terkesan. Ladang kecil itu merupakan sumber kekuatan kita. Kau...
tidak akan gagal di sana, 'kan?” tanya Dae Mok.
Woo Jae pun terdiam. Hwa Gun sudah ingin menangis. Ia merasa bersalah pada ayahnya, namun ia berusaha menguatkan hatinya dan mengizinkan Woo Jae mengelola ladang poppi. Hati Woo Jae pun semakin terluka, apalagi dia harus bersikap sangat hormat pada anaknya sendiri.
“Dia bilang dia membenciku
karena membunuh Seja. Dia bilang tak akan pernah bergabung dengan Daepyunsoo. Dia
menangis dan merutukku, bahkan pergi dari rumah. Namun anak itu, suatu hari mendadak
ingin menjadi penerusku. Cucuku itu, kira-kira apa yang ia pikirkan? Sebagai
kakeknya, aku akan mengabulkan keinginannya, karena dengan begitu rencananya
akan lekas ketahuan.” Jawab Dae Mok.
Seja menunjukkan peta Gunung Yeogueji itu pada pedagang keliling. Ia berkata, bahwa ia mengandalkan mereka. Sepertinya Seja menyuruh para pedagang keliling menyelidiki soal Gunung Yeogueji itu.
“Gunung Yeogueji, bahkan
para pedagang keliling tidak pernah mendengarnya. Hamba tidak tahu harus mulai
mencari darimana?” ucap Chung Woon.
“Dengan memanfaatkan
organisasi pedagang keliling, kita harus menggali lebih jauh.” Jawab Seja.
“Jeoha, sekarang hari
pertama bulan ini.” ucap Chung Woon.
“Aku tahu.” jawab Seja.
“Jika anda ke istana, anda
mungkin bisa bertemu Ga Eun Aghassi. Bila Ga Eun Aghassi berkeras pada
kehendaknya menjadi dayang istana, anda akan bagaimana?” tanya Chung Woon.
Seja diam saja dengan
tatapan pedih.
Ga Eun mulai melayani Raja. Ia membantu Raja memakai jubah. Sun, dibalik topengnya, tak berhenti memandangi Ga Eun dengan penuh cinta. Ga Eun nampak biasa aja. Selesai mengurus Raja, Ga Eun ingin pergi, namun Sun menahannya.
“Pekerjaan ini tidak
melelahkan untukmu?” tanya Raja.
“Hamba baik-baik saja.”
Jawab Ga Eun dingin.
Sun masih ingin bicara lagi, tapi Kepala Kasim tiba2 datang, membuat Sun sedikit merasa kesal. Ga Eun pun langsung beranjak pergi. Ia pergi dengan wajah dingin. Sun menatap Ga Eun dengan tatapan tak rela Ga Eun pergi.
Diluar, Ga Eun bertemu dengan Seja. Ga Eun terkejut, namun ia berusaha menghindari Seja. Seja minta penjelasan kenapa Ga Eun mau menjadi dayang. Tapi Ga Eun malah berteriak dan menghempaskan tangan Seja yang memegang tangannya.
“Menyentuh seorang dayang
istana, apa kau tidak tahu seserius apa kejahatan itu? Aku dayang istana dan
Doryongnim sedang di dalam istana sekarang. Tolong ingat itu.” ucap Ga Eun.
Seja terkejut dengan sikap
Ga Eun. Ga Eun lalu diajak pergi oleh Kepala Dayang untuk menghadiri pertemuan para
dayang.
Setelah Ga Eun pergi, Kepala Kasim datang menemui Seja. Kepala Kasim menasehati Seja, bahwa siapapun yang hendak menemui Raja maka harus menyiapkan tubuh dan pikirannya. Kesiapan hati seorang abdi setia. Seja pun teringat nasihat Kepala Kasim padanya dulu.
“Seja Jeoha, sebelum mulai mengurus permasalahan negara, anda
harus selalu menyiapkan tubuh serta pikiran anda. Kesiapan hati seperti itulah
yang dibutuhkan oleh calon Raja selanjutnya.” Ucap Kepala Kasim.
“Aku mengerti. Aku akan selalu mengingat kata-katamu.” Jawab
Seja.
Flashback end…
Kepala Kasim lalu membawa
Seja bertemu Raja. Seja memasuki balai istana dengan tubuh bergetar. Begitu
bertemu Raja, Seja langsung berlutut di hadapan Raja.
“Hamba Kepala Pedagang Park
Chun Soo. Hamba datang atas izin Jusang Cheonha.” Ucap Seja.
“Angkatlah dagumu.” Suruh
Raja.
Seja pun mendongak, menatap Sun. Dan Sun, dia terkejut melihat Seja yang masih hidup. Apakah Sun senang Seja masih hidup??
Raja mengaku memang sudah
lama ingin bertemu dengan Kepala Pedagang yang disebutnya memiliki reputasi
tinggi.
“Terima kasih atas
pujiannya, Cheonha. Banyak orang mengenal hamba berkat kemampuan sepele hamba. Anda
begitu memuji dengan menyebutnya reputasi tinggi.” Jawab Seja.
Sun ingin bicara lebih
banyak lagi, namun ia menahan diri dan berbicara dengan hati2 agar tidak
membuka identitas asli Seja.
“Bukankah kau sempat menjadi
kasim di Dongjungjeon dan bernama Chun Soo? Aku begitu mengharapkan kau masih
hidup. Aku mendoakannya setiap hari.”ucap Sun.
“Selama itu, hamba berada
dalam kondisi antara hidup dan mati. Hamba terbaring saja selama beberapa
bulan. Keluarga, teman-teman, semuanya telah tiada saat hamba terbangun.” Jawab
Seja.
Kepala Kasim pun langsung menatap
ke arah Seja dengan tatapan sedih. Apakah dia tahu inilah Seja yang asli?
“Bagaimana kau kemudian
menjadi Kepala Pedagang yang mengelilingi seluruh Joseon?” tanya Sun.
“Hamba mematuhi Guru hamba. Setelah
mendapatkan jawabannya, hamba menjadi Kepala Pedagang.” Jawab Seja.
“Kau sudah menemukan
jawabannya?” tanya Sun.
“Ya, Cheonha.” Jawab Seja.
Sun pun sumringah, namun
berikutnya senyum sumringanya itu menghilang dan ia mengaku iri pada Seja. Ia
berkata, banyak sekali orang yang mengawasinya. Bahkan sedetik saja, ia tak
pernah merasa tenang.
“Maafkan hamba.” Ucap Seja.
“Kau tidak perlu minta maaf.
Aku harap, pertemuan kita selanjutnya tidak seformal ini. Saat itu, ceritakan
lebih jauh padaku.” Jawab Sun.
“Hamba mengerti.” Ucap Seja.
“Beberapa hari lalu, pelangi
memasuki Istana Dalam. Anda melihatnya?” tanya Seja.
Hyun Seok yang mengerti
maksud Seja, langsung menatap ke arah Seja, Sementara Sun, awalnya bingung.
Tapi kemudian ia mengerti pelangi yang dimaksud Seja adalah Ga Eun.
Di pertemuan para dayang, Ga
Eun terus memikirkan sikap kasarnya pada Chun Soo tadi saat Chun Soo meminta
penjelasan kenapa ia mau jadi dayang istana. Ga Eun pun menghela napas, mencoba
menguatkan hatinya.
Tak lama, Mae Chang masuk sebagai Kepala Dayang dan ia terkejut melihat Ga Eun duduk diantara para dayang. Ga Eun pun terkejut melihat sosok Mae Chang.
Sementara itu, Sun
bertanya-tanya dalam hatinya kenapa Seja menanyakan Ga Eun. Saat hendak
menjawabnya, ia teringat kata2 Daebi Mama soal Ga Eun yang sudah jadi dayang
dan bisa jadi selir bila saatnya tiba. Teringat hal itu, Sun pun tersenyum
licik dan berbohong pada Seja kalau ia tidak melihat pelangi itu.
Begitu kelas para dayang berakhir, Ga Eun langsung menghampiri Mae Chang. Ga Eun tidak menyangka akan melihat Mae Chang di sana. Mae Chang pun mengatakan hal yang sama. Mae Chang lantas mengaku bahwa ia diperintahkan untuk mengajarkan puisi pada para dayang.
“Aku ingin menanyakan
sesuatu. Yang tidak bisa menulis. Namun ada sebuah nama tertulis di peta yang
kau berikan padaku. Peta itu sangat detail hingga sulit dipercaya merupakan
hasil gambar seorang anak kecil. Kenapa kau menggambar peta itu dan
menyerahkannya pada Doryongnim?” tanya Ga Eun.
“Aku tidak melakukannya
untuk menyakiti Doryongnim. Namun aku tidak bisa menjamin peta itu tak akan
menimbulkan masalah.” Jawab Mae Chang.
“Lalu, kenapa?” tanya Ga
Eun.
“Aku tidak menggambar denah
itu atas kehendakku. Aku tidak memiliki pilihan selain menggambarnya.” Jawab
Mae Chang.
Mae Chang masih ingin
bicara, namun karena takut ada yang menguping, Mae Chang akhirnya menuliskan
sesuatu dan memberikannya pada Ga Eun. Di kertas itu, tertulis surat dan nama
sebuah daerah, Gyeonggi-do.
Malam harinya, Mae Chang kembali berbicara dengan sosok misterius itu. Sosok misterius itu menanyakan soal Yang.
“Saya pernah bertemu dia
sekali. Saya tidak bisa melupakannya. Saya sempat mengalami yang ia alami. Anak
itu diracuni. Sudah terlambat untuk membantunya. Seandainya, anda terlambat
datang menyelamatkan saya, mungkin saya... juga meninggal. Terima kasih,
Abeoji.” Jawab Mae Chang.
“Kau ingin mengatakan
sesuatu?” tanya sosok misterius itu.
“Bisakah kita membantu
seseorang dengan kekuatan dan informasi milik kita? Selama ini saya mengawasi
Seja Jeoha. Jika dia mengambil alih tahta, dia akan melindungi rakyat. Abeoji
tidak ingin untuk membantu Seja Jeoha?” jawab Mae Chang.
“Dasar bodoh kau!” ucap
sosok misterius itu, lalu membuka pintu. Dan dia adalah… Kepala Kasim! Ternyata
benar Kepala Kasim tahu Chun Soo adalah Seja.
“Dia juga anak seorang
pengkhianat. Itukah sebabnya kau menggambar peta itu untuk Seja? Dae Mok, Daebi,
Seja. Jangan memihak siapa-siapa. Sebuah kekuatan harus stabil, agar tidak ada
yang mengambil tindakan gegabah. Hanya dengan begitu, keamanan kita tidak akan
terusik. Ingatlah ini. Bagi kita, Raja itu tidak ada.” Ucap Kepala Kasim.
Seja berjalan gontai keluar
dari istana. Ia teringat kata2 Sun bahwa Sun tak pernah merasa tenang di
istana. Seja pun kembali menatap ke istana. Ia merasa bersalah.
Setelah itu, Seja
berkeliling. Ia pun terkejut saat bertemu Ga Eun. Ga Eun celingak celinguk,
memastikan keadaan aman. Setelah itu, ia pergi ke belakang istana dan diikuti
oleh Seja.
“Ada sesuatu yang ingin
kukatakan. Ini soal peta yang digambar oleh Yang. Aku tidak tahu nama asli
tempat itu, tapi bisa dipastikan lokasinya ada di Gyeonggi-do. Pasti akan makan
waktu, tapi aku yakin kau akan menemukannya.” Ucap Ga Eun.
Ga Eun berdiri membelakangi Seja. Mata Ga Eun nampak berkaca2. Setelah mengatakan itu, Ga Eun mau pergi tapi ditahan oleh Seja. Seja pun berbalik dan menatap lirih Ga Eun.
“Kau baik-baik saja? Istana
ini tampak begitu megah dari luar, namun tak ada kedamaian di dalamnya. Apakah
tidak berat rasanya bagimu? Kau baik-baik saja? Kuharap kau tidak merasa sakit.”
Ucap Seja.
Tangis Ga Eun pun pecah,
namun ia berusaha tenang.
“Ga Eun-ah, apa menurutmu
kita tidak akan pernah bisa lagi bersama?” tanya Seja.
“Aku sudah menjadi dayang
istana. Kau dan aku tidak akan bisa seperti dulu.” Jawab Ga Eun.
Seja terkejut. Seketika,
genggaman tangan itu terlepas. Ga Eun menangis.
“Aku tidak menyangka tidak
dapat bersamamu akan sesakit ini rasanya.” Batin Ga Eun.
“Aku akan mengembalikan
keadaan. Cukup katakan sesuatu padaku. Kemudian, aku akan mengembalikan
segalanya. Katakan padaku bahwa masih ada tempat untukku di hatimu. Hanya itu
yang ingin aku dengar.” Ucap Seja.
Tangis Ga Eun semakin deras.
Namun akhirnya, ia memilih pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Seja semakin
terluka. Ia menatap kepergian Ga Eun dengan tatapan pedih.
Tanpa mereka sadari, Sun dan
Hyun Seok mengawasi mereka dari kejauhan. Sun terkejut mengetahui Seja dan Ga
Eun saling mencintai.
Sun kembali ke kamarnya. Ia
marah mengetahui perasaan Ga Eun pada Seja. Tak lama kemudian, ia berteriak
memanggil Kepala Kasim. Ia menyuruh Kepala Kasim bersiap2 karena ia mau menemui
Daebi Mama. Kepala Kasim melarang karena hari sudah larut, tapi Sun bersikeras
mau bertemu Daebi Mama.
0 Comments:
Post a Comment