Di kamarnya, Joon Jae sedang membaca artikel Dam Ryung yang tadi ditinggalkan Si A. Dalam artikel itu ditulis, Dam Ryung tenggelam saat menuju ke pengasingan. Tiba2 saja, Joon Jae mendapat penglihatan soal Dam Ryung yang dibawa menuju pengasingan dan bertemu Bangsawan Yang di tengah laut serta Sae Wa yang berenang ke permukaan setelah melihat lampion yang diterbangkan Bangsawan Yang.
Tiba2, Chung datang dan Joon Jae langsung
menyembunyikan artikel itu.
“Kenapa kau tidak tidur?” tanya Joon Jae.
“Heo Joon Jae, kupikir aku tahu.” jawab
Chung.
“Apa?” tanya Joon Jae.
“Jujur saja, hari ini aku menemukan banyak hal. Kudengar bahwa cinta pertama bagi seorang pria adalah seperti dicap. Begitu sudah dicap dalam hatimu, itu tidak akan hilang.” Jawab Chung.
“Cinta pertama?” tanya Joon Jae.
“Bagimu, Sae Wa adalah cinta pertamamu.”
Jawab Chung.
Joon Jae tersenyum geli, ia lalu ingin
menjelaskan tapi Chung tidak mau mendengar dan berkata karena Sae Wa sudah
meninggalkan cap besar di hati Joon Jae, makanya Joon Jae bermimpi sedih
begitu. Joon Jae berusaha menjelaskan tapi lagi2 Chung menyela kalimatnya.
“Tapi aku juga menemukan bahwa cinta pertama seorang pria tidak menjadi
kenyataan. Jadi aku akan membiarkan Se Hwa mencap "cinta pertama". Akan
jadi masalah besar kalau aku adalah cinta pertamamu. Hubungan kita hampir saja
tidak berhasil.” Ucap Chung.
Joon Jae diam saja dan hanya menghela napas
mendengar kalimat Chung.
Sementara Dae Young lagi minum2 di kamarnya. Tak lama, ponselnya berdering dan itu telepon dari Seo Hee. Seo Hee protes karena Dae Young hampir tertangkap ketika menculik seorang gadis padahal ia sudah menyuruh Dae Young membereskan Joon Jae.
Dae Young tertawa mendengarnya. “Ji Yeon.”
“Siapa Ji Yeon? Aku Kang Seo Hee.” Jawab Seo
Hee.
“Aku bermimpi. Dalam mimpiku, aku melihat
kehidupan masa laluku. Kau mungkin tidak
percaya tapi ini benar. Dalam mimpiku, ada Heo Joon Jae dan juga kau. Dan
wanita itu juga.” ucap Dae Young.
“Wanita itu... yang kau culik?” tanya Seo
Hee.
“Ya. Benar. Dalam mimpi itu, wanita itu...
adalah putri duyung.” Jawab Dae Young.
“Kau tidak minum obat belakangan ini, ya?
Itu karena kau tidak minum obat.” Ucap Seo Hee.
“Benar, benar. Kau mungkin tidak percaya,
tapi aku bisa gila. Aku tampak seperti orang gila. Tapi, mimpi itu begitu nyata
sampai aku jadi gila.” jawab Dae Young.
“Sekarang, kita hampir berhasil. Presdir Heo
hampir beres. Kalau kau bisa mengurus Joon Jae, Chi Yeon, kau, dan aku... Kita
bertiga bisa hidup bahagia. Kita sudah menunggu lama untuk hari ini. Tolong
luruskan pikiranmu dan minum obatnya. Berhenti bicara tentang mimpi aneh itu.”
ucap Seo Hee.
Adegan lalu berpindah pada Joon Jae yang
menemui psikiaternya. Joon Jae bercerita bahwa ia sering bermimpi aneh. Lalu
suatu hari, adegan aneh terlintas dalam pikirannya. Psikiater mendengar cerita
Joon Jae dengan raut serius.
“Ma Dae Young, mulai 2009, pergi sekali tiap
beberapa bulan, secara tidak teratur. Orang yang dia datangi paling sering
adalah yang ini.” ucap asisten Detektif Hong.
“Profesor Jin Gyeong Won?” tanya Detektif
Hong.
Profesor Jin yang dimaksud Detektif Hong adalah psikiater yang didatangi Joon Jae. Profesor Jin ingin tahu, apa Joon Jae mau melihat akhir dari mimpi itu.
“Kalau orang itu begitu mati-matian punya
cerita yang ingin dia sampaikan padaku, maka... aku ingin melihat bagian
akhirnya.” jawab Joon Jae.
“Melihat itu bisa saja menciptakan trauma
serius bagimu. Apa itu tidak apa-apa?” tanya Profesor Jin.
“Tidak masalah.” Jawab Joon Jae.
Joon Jae pun mulai diterapi. Bersamaan dengan itu, Dae Young sedang berjalan menuju ruangan Profesor Jin.
Dalam mimpinya, Joon Jae melihat Dam Ryung
yang meminta sesuatu pada sang asisten. Sang asisten berkata, bagaimana ia bisa
hidup kalau Dam Ryung meminta hal seperti itu. Asisten Dam Ryung lalu bertanya,
kapan mereka akan bertemu lagi. Dan Dam Ryung menanyakan pada tabib, tanggal
berapa hari itu. Tabib berkata, tanggal 15 Desember.
Dam Ryung lalu teringat mimpinya tentang
Joon Jae yang sedang membaca buku biografinya. Di dalam buku itu, tertulis
bahwa dirinya kan wafat di usia 27 tahun.
“Bahkan ketika aku tahu masa depan, itu hanya menunda sebentar. Aku melihat bahwa
aku tidak dapat mengubahnya dengan kekuatanku sendiri. Karena hari untuk kita
bertemu lagi sudah ditetapkan, kita akan bertemu lagi. Sebagai teman baik.”
Ucap Dam Ryung pada asistennya.
Dam Ryung dan asistennya lalu mulai menuju kapal yang akan membawa mereka ke tempat pengasingan. Di kapal, Dam Ryung bertemu pengawal yang ditugaskan untuk mengawalnya. Pengawal Dam Ryung adalah Detektif Hong di masa depan.
“Aku lega karena kau petugasnya.” Ucap Dam
Ryung.
“Aku tidak memikirkan hubungan pribadi. Aku
hanya melakukan apa yang harus kulakukan.” jawab si pengawal.
Dam Ryung lantas melihat anak buah Bangsawan
Yang yang menerbangkan lampion di pinggir pantai, tapi ia tidak curiga kalau
orang2 itu anak buahnya Bangsawan Yang.
Anak buah Bangsawan Yang mulai menerbangkan
lampion ke langit. Setelah itu, Bangsawan Yang bersama anak buahnya bergegas
menuju kapal. Di kapal, anak buah Bangsawan Yang menyiapkan jaring untuk
menangkap Sae Wa.
Tak lama kemudian, Sae Wa muncul setelah
melihat lampion itu. Ia berenang menuju permukaan karena mengira Dam Ryung lah
yang menerbangkan lampion itu.
Dam Ryung yang menuju pengasingan mendongakkan kepalanya ke langit dan ia terdiam melihat awan hitam yang menutupi bulan. Tak lama kemudian, ia terkejut melihat lampion yang beterbangan di langit.
Bangsawan Yang dan anak buahnya masih terus
menunggu. Tak lama kemudian, Bangsawan Yang melihat kemunculan Sae Wa. Sae Wa
sendiri berusaha menjauhi permukaan karena menyadari bahaya. Tepat saat itu,
anak buah Bangsawan Yang melemparkan jaring dan Sae Wa pun terperangkap di
dalamnya.
Dam Ryung yang melihat lampion beterbangan
di langit langsung teringat orang2 menerbangkan lampion tadi di pinggir pantai.
Merasa ada yang tidak beres, Dam Ryung langsung memerintahkan petugas memutar
arah kapal, tapi petugas menolak. Dam Ryung pun langsung mencabut pedang si
petugas dan mengarahkannya ke leher petugas.
“Jika aku tidak bisa melindungi orang itu, maka
tak ada lagi alasan bagiku untuk hidup.” ucap Dam Ryung.
Dengan tatapan nanar, si petugas pun
menyuruh anak buahnya memutar balik arah kapal. Si petugas berkata, bahwa Dam
Ryung sudah menyelamatkan ayahnya yang difitnah.
Sae Wa berusaha mencari jalan keluar, tapi
ia tak bisa berhasil menemukannya. Dari atas kapal, anak buah Bangsawan Yang
mulai menghujani Sae Wa dengan anak panah. Sae Wa awalnya berhasil menghindari
anak panah itu, namun tembakan terakhir berhasil melukai salah satu lengannya.
Tak lama kemudian, Bangsawan Yang melempari Sae Wa dengan tombak, tapi Sae Wa
berhasil menghindar.
Tepat saat itu, Dam Ryung dan anak buahnya datang. Bangsawan Yang pun mengejek Dam Ryung dengan menyebut Dam Ryung sebagai mantan kepala desa yang akan diasingkan karena terbukti berbuat jahat.
“HENTIKAN!” teriak Dam Ryung.
“Sepertinya kau masih belum memahami situasi
di mana kau mendapatkan keberanian untuk memerintah untuk menghentikan atau
tidak ketika kau seorang penjahat!” jawab Bangsawan Yang.
“Ini Petugas Kim Hyun dari Biro Investigasi
Kerajaan. Hal-hal aneh apa yang kamu lakukan disini?” tegur Petugas Kim.
“Pemburu berburu di pegunungan, dan nelayan
memancing di laut. Bukankah begitu?” ucap Bangsawan Yang.
Tiba2, anak buah Bangsawan Yang berseru
memberitahu ada darah.
Dam Ryung terkejut air laut yang bercampur
dengan darah. Bangsawan Yang memerintah anak buahnya untuk terus menembaki Sae
Wa. Dam Ryung yang tak terima wanita yang dicintainya terluka pun, akhirnya
melompat ke kapal Bangsawan Yang dan menebas anak buah Bangsawan Yang satu per
satu. Namun tak lama kemudian, anak buah Bangsawan Yang berhasil memukul
tengkuk Dam Ryung. Dam Ryung pun terkulai lemas.
Bangsawan Yang terus mengikuti arahnya Sae Wa. Tak lama kemudian, ia mengambil tombaknya dan siap melempar Sae Wa. Dam Ryung yang melihat itu, langsung teriak, SAE WA-ya!!
Mendengar teriakan Dam Ryung, Sae Wa
berhenti berenang. Tak lama, ia melihat tombak yang melaju ke arahnya. Sae Wa
pun memejamkan matanya. Tepat saat itu, Dam Ryung melompat ke air dan memeluk
erat tubuh Sae Wa. Dan, tombak Bangsawan Yang pun menghujam tubuh Dam Ryung.
Di atas kapal, Bangsawan Yang tertawa puas
menyaksikan pemandangan itu.
Sae Wa terkejut melihat tombak yang menembus
tubuh Dam Ryung. Tak lama kemudian, Dam Ryung pun menghembuskan napas
terakhirnya. Sae Wa memeluk tubuh Dam Ryung yang sudah tidak bernyawa itu.
Detik berikutnya, Sae Wa memegang tombak itu dan... ia menghujamkan tombak itu ke tubuhnya. Sae Wa tewas seketika.
Kita lalu dibawa melihat flashback... dimana Sae Wa remaja berkata, bahwa Dam Ryung hidup di darat dan ia di air. Sae Wa bertanya2, akankah mereka berada di surga yang sama setelah mereka mati.
“Surga tidak memiliki perbedaan antara air
dan tanah. Kita akan berada di surga
yang sama.” Jawab Dam Ryung.
“Kau tahu, Dam Ryeong. Jika mungkin, kita
bisa bertemu nanti di tempat lain, aku berharap kau akan menjadi kau dan aku
akan menjadi aku. Dengan begitu, aku bisa mengenalimu.” Ucap Sae Wa.
“Itu akan terjadi. Jika kita bertemu lagi,
kau akan menjadi kau dan aku akan menjadi aku.” jawab Dam Ryung.
“Apakah kita bisa mengingat apa yang kita
bicarakan sekarang?” tanya Sae Wa. Dan Dam Ryung pun terdiam.
Kembali ke Dam Ryung dan Sae Wa yang sudah
tewas karena tombak Bangsawan Yang. Kita mendengar jawaban Dam Ryung atas
pertanyaan Sae Wa remaja saat itu.
“Aku janji, bahkan jika kita dilahirkan
kembali, aku akan mencarimu, menemukanmu, dan terlahir untukmu, dan
melindungimu. Percakapan kita sekarang... aku akan mengingatnya untuk yakin.”
Ucap Dam Ryung.
Bersambung
0 Comments:
Post a Comment