Joon Jae hanya bisa diam menatap ibu yang
selama ini ia rindukan. Sementara itu, Yoo Ran menatap Joon Jae dengan mata
berkaca-kaca. Yoo Ran yang sudah tak tahan lagi, akhirnya memeluk Joon Jae dan
menangis dalam pelukan Joon Jae.
“Joon Jae-ya, maafkan aku.” ucap Yoo Ran berkali-kali.
Di belakang, Chung tersenyum memperhatikan
pertemuan ibu dan anak ini.
Cairan bening itu akhirnya menyeruak keluar
dari sudut mata Joon Jae. Tangisan Yoo Ran berhenti untuk beberapa saat.
Ditatapnya, serta disentuhnya wajah Joon Jae sebelum akhirnya menangis kembali
dan memeluk Joon Jae.
“Diantara banyak kata yang aku pelajari
setelah datang kemari, kata terbaik adalah akhir yang bahagia. Aku yakin bahwa
saat ini adalah akhir yang bahagia. Tapi harapan dan keputusasaan dalam hidup
yang kau lalui adalah... bahwa waktu terus berjalan dan kenangan berlalu. Dibalik
saat yang membahagiakan itu, tak ada seorangpun yang tahu kejadian seperti apa
yang menanti mereka.” Batin Chung.
Sekarang, ibu dan anak ini duduk berdua di sebuah kafe. Mereka awalnya tak saling bicara karena tak tahu harus bicara apa, sampai akhirnya Joon Jae memecah keheningan dengan menanyakan kesehatan sang ibu. Sang ibu hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Joon Jae. Yoo Ran kemudian balas bertanya, bagaimana kesehatan Joon Jae. Joon Jae pun berkata, bahwa ia baik2 saja. Yoo Ran kembali meminta maaf. Joon Jae pun meminta sang ibu agar berhenti mengucapkan kalimat itu.
“Aku tidak seharusnya... meninggalkanmu
seperti itu. Aku kira ayahmu yang kaya akan membesarkanmu dengan baik. Aku kira
kau akan hidup dengan baik dan bersekolah di luar negeri.” Ucap Yoo Ran dengan
wajah penuh penyesalan.
Joon Jae pun menghibur sang ibu dengan
berkata ia hidup dengan baik meskipun tidak belajar diluar negeri. Yoo Ran lalu
menanyakan alasan Joon Jae kabur dari rumah. Joon Jae pun berkata, ia kabur
karena ia sangat merindukan sang ibu. Mendengar itu, sang ibu kembali tertunduk
karena menyesal.
“Aku mengira saat itu aku akan langsung
bisa menemukanmu. Tapi ibu tidak bisa ditemukan dimanapun. Aku memikirkan
banyak hal. Apakah ibu sudah meninggal? Jadi, berhentilah mengatakan kau minta
maaf. Telah hidup sehat seperti ini, aku sangat bersyukur.” Ucap Joon Jae.
Tangis Yoo Ran kembali pecah. Melihat itu,
Joon Jae pun langsung berpindah tempat duduk ke samping ibunya. Ia mengambil
tisu lalu mengelap wajah sang ibu yang sudah basah karena air mata. Tangis Yoo
Ran terus mengalir. Joon Jae pun kembali memeluk ibunya.
“Tapi ibuku menjadi sangat kurus. Saat aku
masih kecil, kau selalu memelukku. Aku harus memelukmu setiap hari.” hibur Joon
Jae.
“Pasti sangat sulit bagimu... selama 10
tahun, anak kecil tumbuh sebesar ini. Untuk waktu yang sangat lama, kau
sendirian tanpa ibu. Anakku, ini pasti sangat sulit untukmu. Kau pasti sangat
kesepian. Ibu tidak memikirkannya...” ucap Yoo Ran.
Tangis Joon Jae pun kembali menyeruak
keluar.
“Itulah sebabnya kau tidak boleh pergi
lagi. Saat kita terpisah, kau tidak mengetahui apapun. Jadi, jangan pergi lagi.”
Jawab Joon Jae.
Chung yang sudah kembali ke rumah
memberitahu Nam Doo soal ibunya Joon Jae. Nam Doo terkejut mengetahui ahjumma
yang bekerja di rumah Si A adalah ibunya Joon Jae. Chung berkata, kalau
sekarang Joon Jae sedang bicara dengan sang ibu.
“Bukan hanya Joon Jae yang mencari ibunya, aku
juga mencarinya kemana-mana. Tapi aku tidak bisa percaya selama ini dia berada
di sekitar kita!” seru Nam Doo.
Si tunawisma sambil terus mengunyah
sepotong ayam goreng berkata, bahwa ini adalah sesuatu yang harus dirayakan.
Nam Doo pun terheran-heran. Dari semua hari, kenapa harus di hari ultahnya
Chung Joon Jae bertemu ibunya.
“Benar juga, kau bukan hanya pandai bicara tapi
logikamu juga sempurna.” Ucap Nam Doo.
Si tunawisma lantas memberikan piringnya
yang sudah kosong pada Nam Doo. Nam Doo dengan wajah kesal, akhirnya mengambil
piring itu dan beranjak ke dapur. Tapi saat ia mau beranjak ke dapur, kakinya
tersandung kursi dan itu mengingatkannya pada saat kakinya tersandung sebanyak
dua kali di hari ia mengetahui bahwa Chung adalah putri duyung. Nam Doo pun
bingung. Chung menegur Nam Doo, menyadarkan Nam Doo dari kebingungannya dan beranjak
ke dapur.
“Ini membuatku gila. Apa ini? Aku yakin
pasti ada sesuatu. Sesuatu yang besar.” Ucap Nam Doo sembari melihat Chung dari
dapur.
Joon Jae sudah berada di dekat rumah
bersama sang ibu. Sang ibu mengaku bahwa ia tidak bermimpi kalau rumah yang
pernah ia datangi adalah rumah Joon Jae. Joon Jae pun berkata, bahwa ia juga
tak pernah menyangka bahwa selama ini ia memakan masakan yang dibuat ibunya
sendiri.
Yoo Ran lantas teringat soal Si A yang ngaku2 pacarnya Joon Jae dan langsung menanyakan soal itu pada Joon Jae. Joon Jae berkata, bahwa Si A hanyalah teman kampusnya. Yoo Ran pun bertanya lagi, apakah Chung pacarnya Joon Jae. Ia bertanya dengan senyum mengembang. Mendengar pertanyaan sang ibu, Joon Jae tersipu malu.
“Omo, lihatlah bagaimana kau tersenyum. Kau
sangat menyukainya?” tanya sang ibu.
Senyum Joon Jae pun semakin melebar
mendengar kata2 sang ibu.
“Tapi... kalian sudah tinggal bersama?”
tanya Yoo Ran.
“Dia tidak punya tempat yang bisa dia
kunjungi karena keadaannya.” Jawab Joon Jae.
“Takdir memang aneh. Aku sering mendapatkan pertolongan dari Chung. Dia menolongku saat aku dicopet, dan dia juga menyelamatkanku dari kecelakaan mobil saat aku berjalan linglung.” Ucap Yoo Ran.
Mendengar sang ibu hampir kecelaakaan, Joon
Jae pun kaget.
“Bagaimana bisa kau hampir kecelakaan? Tolong
berhati-hatilah.” Ucap Joon Jae.
“Tapi... bagaimana kau bisa hidup di rumah
yang sebagus ini.” tanya Yoo Ran.
“Aku menghasilkan banyak uang. Ini adalah rumah sewaan. Setidaknya aku bisa mendapatkan rumah untuk kita hidup bersama. Jadi... berhentilah bekerja keras dan tinggallah bersamaku.” Jawab Joon Jae.
“Pekerjaan apa yang kau lakukan, Joon Jae?”
tanya Yoo Ran.
Joon Jae pun terdiam mendengar pertanyaan
sang ibu. Wajahnya langsung berubah. Akhirnya, Joon Jae hanya bisa bilang kalau
pekerjaannya hanya ini dan itu. Agar sang ibu tidak bertanya lagi soal
pekerjaannya, Joon Jae pun mengalihkan pembicaraan dengan mengajak sang ibu
masuk ke rumaahnya.
Mereka pun mulai merayakan ulang tahun
Chung. Setelah lagu ulang tahun selesai dinyanyikan, Chung mau langsung meniup
lilinnya tapi Joon Jae melarang dan menyuruh Chung mengucapkan satu keinginan
terlebih dahulu sebelum meniup lilin. Tapi Chung malah mengucapkan keinginannya
itu keras2 bahwa ia ingin hidup bahagia dalam waktu yang lama bersama Joon Jae.
“Permohonan harus di batin agar menjadi
kenyataan. Jika kau mengatakan dengan keras itu tidak akan terkabul.” Ucap Nam
Doo.
“Benarkah? Oh, apa yang harus kulakukan?”
jawab Chung panik.
“Tidak masalah. Itu akan menjadi kenyataan
meskipun kau mengatakannya dengan keras.” Ucap Joon Jae.
Chung lalu menyuruh Joon Jae menyalakan
lagi lilinnya untuk merayakan pertemuan Joon Jae dengan Yoo Ran. Tapi setelah
Joon Jae dan Yoo Ran meniup lilinnya, Chung minta dinyalakan lagi untuk
merayakan keberhasilan Yoo Na mendapatkan nilai 100 dalam test Bahasa Inggris.
Tapi abis itu, Chung lagi2 minta lilinnya dinyalakan.
“Hentikan, hentikan!” seru Nam Doo.
Si A yang lagi di lab, terkejut saat
menerima telepon dari Nam Doo. Nam Doo menyuruh Si A datang ke ultah Chung
serta memberitahu Si A kalau Joon Jae sudah menemukan sang ibu. Mendengar itu,
Si A pun panic dan hampir saja ia menjatuhkan gucinya. Nam Doo mengira kalau Si
A dan Yoo Ran pasti sudah sangat akrab karena tinggal di rumah yang sama dan
menyuruh Si A datang.
“Datanglah kemari. Di sini ada pesta besar.
Seorang anak sekolah dan gelandangan bahkan ada di sini.” Ucap Nam Doo.
Nam Doo lalu melirik si tunawisma yang asyik makan. Si tunawisma yang tahu dilirik Nam Doo, langsung memberikan tatapan tajamnya. Melihat tatapan tajam si tunawisma, Nam Doo merasa takut dan langsung memberikan senyumnya.
Usai bicara dengan Nam Doo, Si A pun
langsung terduduk lemas.
Pesta selesai, Tae Oh pun berencana mengantarkan Yoo Na pulang. Sebelum pulang, Yoo Na mengucapkan selamat ulang tahun pada Chung dan selamat pada Joon Jae karena sudah menemukan sang ibu. Joon Jae tersenyum mendengarnya dan berterima kasih pada Yoo Na sembari mencubit gemas pipi Yoo Na.
Sementara Nam Doo, dia lagi membersihkan
sofa yang tadi diduduki si tunawisma.
Sebelum pergi, si tunawisma minta tas yang biasa diberikan kalau datang ke pesta ulang tahun. Nam Doo pun berkata dengan heran, apakah si tunawisma mau ia membungkuskan makanan. Si tunawisma pun berkata bahwa ia tak makan makanan yang sudah lewat dua jam dimasak. Nam Doo pun mengerti dan menyuruh si tunawisma pergi.
“Hai, ada apa dengan semua temanmu? Apakah
tidak ada yang normal satupun?” protes Nam Doo ke Chung.
“Kenapa? Aku menyukai mereka. Aku menyukai
semua temanku di sini. Ibunya Heo Joon Jae juga temanku.” Jawab Chung.
‘Benar. Kami berteman.” Jawab Yoo Ran
sambil melirik Chung dan tersenyum.
“Lihatlah?
Kami berteman.” Ucap Chung, lalu pergi bersama ibunya Joon Jae.
“Hei, jika kau berteman dengan ibuku lalu
aku bagaimana?” protes Joon Jae menyusul keduanya.
“Rumah ini menjadi semakin aneh.” Gumam Nam
Doo gara2 temannya Chung.
Nam Doo memberitahu Yoo Ran betapa sulitnya
ia mencari Yoo Ran. Ia mendatangi semua alamat lama Yoo Ran dan mendatangi
semua teman dan saudara Yoo Ran. Yoo Ran berkata, bahwa ia menetap diluar
negeri setelah bercerai.
“Dan setelah itu dengan uang tabunganku aku
kembali, dan bekerja sebagai pembantu. Jadi sangat sulit untuk menemukanku.”
Ucap Yoo Ran.
“Kau pasti sangat menderita.” Jawab Nam
Doo.
Nam Doo lalu mengajak mereka bersulang untuk merayakan pertemuan Joon Jae dan Yoo Ran. Usai bersulang, Nam Doo menanyakan soal Kang Ji Hyun pada Yoo Ran. Yoo Ran terkejut dan ingin tahu kenapa mereka menanyakannya.
“Ada beberapa masalah, jadi kami sedang
mencari Kang Ji Hyun. ID tempat tinggalnya telah dibatalkan dan tidak ada catatan
mengenainya.” Jawab Nam Doo.
“Dia adalah seseorang yang aku kenal. Yang
aku kenal cukup baik.” Ucap Yoo Ran.
“ Benarkah?” tanya Joon Jae.
“Kau juga mengenalnya.” Jawab Yoo Ran.
“Joon Jae-ya, dia adalah ibu tirimu.” Jawab
Yoo Ran.
Joon Jae dan Nam Doo terkejut. Yoo Ran
menjelaskan, bahwa Ji Hyun sudah mengganti namanya menjadi Kang Seo Hee.
“Dia mengganti namanya? Jadi pasti ada
catatan yang tertinggal tapi tidak ada sama sekali.” Ucap Nam Doo.
“Aku tidak tahu mengenai semua itu, tapi
namanya saat di sekolah adalah Kang Ji Hyun. Aku yakin itu.” jawab Yoo Ran.
“Kang Ji Hyun adalah wanita itu?” gumam
Joon Jae tidak percaya.
“Apa ini? Ada apa?” tanya Yoo Ran.
Nam Doo hendak memberitahu, namun Joon Jae
mencegahnya dan berkata tidak ada apa2. Tapi Yoo Ran tidak percaya. Nam Doo pun
menjelaskan kalau Ji Hyun punya hubungan dengan buronan bernama Ma Dae Young.
Chung bertanya, apa hubungan mereka. Disaat Nam Doo mau menjelaskan, Joon Jae langsung
menyela kata2 Nam Doo dengan berkata kalau detektif yang mereka kenal lah yang
menanyakan itu.
Si A mondar mandir di depan rumah Joon Jae. Tak lama, Tae Oh datang dan ingin tahu apa yang Si A lakukan. Si A balik bertanya, apa ibunya Joon Jae masih di dalam. Tae Oh hanya berkata, mungkin.
“Apa mungkin... dia mengatakan sesuatu
tentang... aku?” tanya Si A terbata-bata.
“Tentang apa?” tanya Tae Oh balik.
“Lupakan.” Jawab Si A.
“Apa kau tidak akan masuk?” tanya Tae Oh.
“Tae Ho-ya, kau mau minum bersamaku?” pinta
Si A.
“Aku... tidak ingin minum bersamamu, Noona.”
Jawab Tae Oh.
“Ayolah, kita minum.” Paksa Si A, lalu
menggandeng Tae Oh dan menyeretnya pergi.
“Aku tidak tahu seberapa besar kau
menyukaiku, tapi kau ingin aku membuatmu tidak menyukaiku lagi? Aku... tahu bahwa
ahjumma itu adalah ibunya Joon Jae.” Ucap Si A.
“Lalu kenapa kau tidak mengatakan apapun?”
tanya Tae Oh.
“Aku... telah memperlakukannya dengan
buruk. Jadi kami tidak akrab. Tapi kemudian aku mengetahuinya bahwa dia adalah
ibu Joon Jae. Jadi aku mencoba memperbaiki hubunganku dengannya dan akan
mengatakan pada Joon Jae. tapi sekarang semuanya telah berakhir. Karena dia
sudah mengetahuinya, dia pasti tidak akan mau berteman denganku lagi bukan? Dia
akan menyuruhku pergi 'kan?” ucap Si A.
Tangis Si A pecah. Tae Oh dengan setia
mendengarkan curhatan Si A.
“Aku tahu bahwa aku wanita yang mengerikan. Bagaimana perasaanmu? Setelah mendengarnya, apa ada perasaanmu untuk ingin pergi jauh dariku? Bersyukurlah. Keinginanku adalah perasaanku pada Joon Jae menghilang seutuhnya. Tapi aku tidak bisa melakukannya, ini sangat sulit untukku. Aku mengatakan ini padamu sehingga kau tidak menderita seperti aku. Perasaanmu padaku, cinta itu, buanglah jauh-jauh.” Ucap Si A.
Si A menangis lagi. Tae Oh tersenyum geli mendengar
curhatan Si A.
Joon Jae memberitahu Detektif Hong kalau
Kang Ji Hyun adalah ibu tirinya. Detektif Hong pun menduga kalau alasan Dae
Young mengejar Joon Jae atas permintaan sang ibu tiri, tapi yang masih tidak
dimengerti Detektif Hong adalah alasan Ma Dae Young mau membunuh Joon Jae.
Asisten Detektif Hong pun berbisik itu karena Joon Jae melakukan sesuatu yang
menjengkelkan. Mendengar itu, Detektif Hong pun langsung menendang kursi
asistennya.
Ingatan Joon Jae melayang pada kata2 Chi
Hyun tentang sang ayah yang memberikan semua kekayaan pada Chi Hyun dan Seo
Hee.
“Hal pertama yang bisa aku katakan mungkin
adalah warisan.” Jawab Joon Jae.
Awalnya, Detektif Hong mengira Joon Jae
berusaha menipunya. Ia tak percaya bahwa Joon Jae anak seorang chaebol. Tapi
kemudian, Detektif Hong mendadak terhenyak.
“Apakah sekarang itu penting? Bisakah kau
menangkapnya sekarang?” ucap Joon Jae.
“Kita tidak bisa melakukannya tanpa bukti
yang akurat. Dan itu akan membuatnya tahu bahwa kita mencurigainya, jadi kita harus
berhati-hati sampai kita menemukan bukti.” Jawab Detektif Hong.
“Aku memiliki firasat akan hal ini. Puzzlenya
mulai menyatu. Dan kita juga tidak punya cukup waktu untuk menunggu.” Ucap Joon
Jae.
“Sekarang apa yang akan kau lakukan?” tanya
Detektif Hong.
“Aku akan melakukannya dengan caraku. Aku
akan menemukan bukti dan mengungkap segalanya secepat mungkin.” jawab Joon Jae.
Adegan berpindah pada dokter yang menjelaskan kondisi Sopir Nam. Dokter bilang, mereka beruntung karena Sopir Nam dalam keadaan masih bernafas dengan usaha sendiri dan itu terjadi saat mereka menggunakan alat bantu pernafasan sebagai pendukung sehingga tidak terjadi serangan jantung yang fatal.
“Dia hampir saja mati. Bagaimana bisa
sesuatu seperti ini terjadi lagi?” ucap istri Sopir Nam.
“Dalam kasus pasien ini, dia mengalami
cidera aksonal difuse. Dalam kasus seperti ini, terkadang pasien akan tiba-tiba
bangun dari komanya. Karena kita tahu dengan jelas bagaimana proses pemulihan
cidera otak, kita hanya menyebutnya keajaiban.” Jawab dokter.
“Aku mengharapkan keajaiban, Dokter.” Ucap
istri sopir Nam.
Dalam keadaan masih belum sadar, Sopir Nam kembali melihat kehidupan masa lalunya. Dalam mimpinya, ia yang bersembunyi di ruang rak buku mengintip sosok bercincin logam itu. Sopir Nam lantas buru2 mengambil gulungan kertas, namun diluar ia dipergoki oleh sosok Chi Hyun dan Nam Doo. Sopir Nam pun berusaha melarikan diri dari kejaran Chi Hyun dan Nam Doo.
Bersamaan dengan itu, jari2 Sopir Nam
bergerak. Ya, Sopir Nam mulai sadar!
Adegan lalu berpindah pada Seo Hee yang sedang mengurusi tanaman bunganya. Tak lama, Chi Hyun datang dan langsung menatap Seo Hee dengan marah. Seo Hee pun bertanya, ada apa.
“Apakah dia ayahku? Ma Dae Young?” tanya
Chi Hyun.
Seo Hee awalnya diam saja. Tapi akhirnya ia
mengakui bahwa Dae Young adalah ayah kandung Chi Hyun. Chi Hyun kecewa.
“Aku tidak mengerti, Chi Hyeon. Tanpa
mengetahui apapun, tanpa melakukan apapun, jika kau hanya duduk dan menunggu,
aku akan melakukan semuanya untukmu, jadi kenapa kau ingin tahu?” tanya Seo
Hee.
“Kenyataan bahwa aku adalah anak dari
seseorang seperti dia...!” teriak Chi Hyun.
Seo Hee terkejut. Dengan nafas tercekat, Chi Hyun berkata, bahwa ia membenci Dae Young. Seo Hee pun menjelaskan, kalau seharusnya ia memiliki saudara kembar. Mereka terlahir di waktu yang sama dan dimasukkan ke dalam keranjang yang sama dan dikirim ke panti asuhan, tapi adiknya diadopsi oleh keluarga kaya, sedangkan ia sendiri tidak.
“Seorang ayah yang melakukan kekerasan
setiap dia mabuk dan ibu yang menyedihkan... menjadi miskin tanpa masa depan...
bahkan dalam keadaan seperti itu, masih ada satu hal yang bagus untukku.” Ucap
Seo Hee.
Chi Hyun menangis mendengarnya. Ingatan Seo
Hee lalu melayang ke masa lalu.
Flashback…
Seo Hee remaja menangis di kantor polisi. Ia menjelaskan, bahwa ia tidak tahu apapun. Awalnya, ia mengira ayahnya tertidur setelah minum, namun saat ia bangun di pagi hari, ia menemukan ayahnya… Seo Hee tak sanggup melanjutkan ceritanya.
Setelah itu, kita melihat Seo Hee sedang
meratapi kematian suaminya.
Flashback end…
“Orang-orang terlihat percaya dengan apapun
yang dikatakan orang lemah... Sampai sejauh ini menggunakannya sebagai
senjataku, ini adalah jalan yang panjang dan sulit.” Ucap Seo Hee.
Chi Hyun hanya bisa tertunduk sedih
mendengarnya. Seo Hee lalu bangkit dan mendekati putranya.
“Chi Hyun-ah, aku tidak ingin kau mengambil jalan yang
lebih panjang lagi. Entah itu Ma Dae Young atau Heo Il Joong, mereka hanyalah
jembatan untuk kita.” ucap Seo Hee.
“Pakai saja jembatan itu untuk mendapatkan
sinar matahari. Dan hiduplah bukan sebagai gumpalan lumpur kotor tapi sebagai
bunga.” Ucap Seo Hee dengan mata berkaca-kaca.
Tae Oh mengantarkan Si A pulang. Si A berterima kasih karena Tae Oh sudah mau mengantarnya. Saat membuka pagar, Si A tiba2 saja jatuh dan Tae Oh dengan sigap memegangi Si A. Tae Oh lalu berkata, kalau ia akan berhenti menyukai Si A.
“Apa? Oh, cepat sekali.” Jawab Si A.
Tae Oh membenarkan. Si A pun terkejut
karena mengira Tae Oh sudah melupakannya.
“Jadi Noona, kau harus mengungkapkannya pada
Hyung Joon Jae dengan benar.” ucap Tae Oh.
“Di situasi seperrti ini? Bagaimana aku
bisa? Bagaimana jika aku tidak bisa melihatnya lagi?” tanya Si A cemas.
“Apakah ada artinya untuk terus menemuinya
seperti ini?” ucap Tae Oh.
Tae Oh lalu beranjak pergi. Si A yang
menatap kepergian Tae Oh pun bertanya2, bagaimana bisa Tae Oh melupakannya
secepat itu.
“Omo, jadi kau bertemu dengan putramu? Reuni
yang dramatis sekali!” komentar Jin Joo.
Di pinggir kolam renang, Chung minta Nam
Doo memberitahunya hubungan Ma Dae Young dengan ibu tiri Joon Jae. Nam Doo
balik tanya, kenapa Chung mau tahu soal itu. Chung bilang itu karena Dae Young
berusaha menyakitinya dan Joon Jae.
“Ma Dae Young punya seorang wanita dihidupnya
dan itu adalah Kang Ji Hyun. Dan disekitarnya terjadi kematian yang misterius. Dan
anggota keluarga yang mengadopsinya semuanya mengalami serangan jantung. Bunuh
diri, kecelakaan... Setelah kedua suaminya kehilangan penglihatan mereka, mereka
meninggal karena sakit dan kecelakaan. Kau tidak mengerti apa yang aku katakan
bukan?” ucap Nam Doo.
“Tidak, aku mengerti segalanya. Kau tahu,
akhir-akhir ini aku sering melihat berita.” Jawab Chung.
“Tetapi, Kang Ji Hyun punya seorang anak. tapi
kita tidak dapat menemukannya karena tidak ada catatan. Tapi jika Kang Ji Hyun
adalah ibu tirinya Joon Jae, lalu siapa anak itu, Heo Chi Hyeon, kakak tirinya
Joon Jae, mungkin saja adalah anak itu.” ucap Nam Doo.
Chung pun diam dan nampak memikirkan
sesuatu.
“Ada apa dengan ekspresimu?” tanya Nam Doo.
“Hanya saja... aku merasa Heo Joon Jae
sangat kesepian... “ jawab Chung.
“Dia pasti kesepian. Tapi pasti adalah
anugrah dia bertemu denganku setelah lari dari rumah. Entah kenapa rumah itu
cukup mengerikan...” ucap Nam Doo.
“Jika kau mengetahui yang lainnya, pastikan
kau memberitahuku.” Pinta Chung lalu beranjak pergi.
Setelah Chung pergi, Nam Doo pun memikirkan
apa yang terjadi pada hari dimana ia memergoki Chung sebagai putri duyung.
Namun Nam Doo tak bisa mengingatnya. Yang diingat Nam Doo hanyalah bahwa saat
itu ia menyuruh Chung menangis. Nam Doo pun terheran-heran kenapa ia menyuruh
Chung menangis saat itu.
0 Comments:
Post a Comment