The Legend Of Blue Sea Ep 18 Part 1

Sebelumnya...


Chi Hyun panic setelah melihat Dae Young di rumahnya. Ia berlari ke kamar sang ayah. Namun saat membuka pintu, ia mendengar ayahnya berbicara di telepon. Sang ayah berkata, jika dilahirkan kembali, ia ingin menjadi suami dan ayah yang baik untuk Yoo Ran dan Joon Jae.

“Itu yang aku harapkan. Ini mungkin keserakahanku. Aku minta maaf, Joon Jae-ya. Aku menyayangimu, anakku.” Ucap CEO Heo.


Chi Hyun terluka mendengarnya. Setelah mengatakan itu, CEO Heo menghembuskan napas terakhirnya. Melihat sang ayah tak bergerak, Chi Hyun pun mendekat dan memeriksa kondisi ayahnya. Chi Hyun terkejut menyadari ayahnya telah tiada. Chi Hyun bergegas meninggalkan kamar CEO Heo. Tapi saat mau keluar kamar, matanya tanpa sengaja melihat ke arah gelas minum CEO Heo yang nyaris kosong di meja. Chi Hyun memeriksa gelas itu. Ia menciumnya dan menyadari ada racun di sana.


Chi Hyun membersihkan gelas itu. Ia berusaha menghilangkan bau teh di gelas itu. Setelah itu, ia menghubungi 119.


Polisi langsung menggelar olah TKP. Chi Hyun diam saja sambil menangis. Polisi mengambil gambar ponsel dan juga gelas minum CEO Heo. Gelas itu kini berisi air putih biasa dan diletakkan Chi Hyun di tempat semula.


Polisi lantas menginterogasi Chi Hyun. Ia menanyai Chi Hyun, obat yang dikonsumsi CEO Heo baru2 ini.

“Aku tidak yakin. Dia baru saja operasi darurat karena pendarahan otak. Dia juga dijadwalkan untuk operasi katarak, jadi dia mungkin meminum obat yang terkait dengan itu.” jawab Chi Hyun pelan.

“Tidak ada luka lain, dan melihat warna tempat, tidak ada reaksi terhadap bahan kimia beracun. Melihat bibirnya yang biru, tampaknya serangan jantung, tapi kami akan memiliki lebih detailnya setelah pemeriksaan lebih lanjut.” Ucap polisi.


Polisi kemudian menanyai keberadaan Seo Hee. Chi Hyun bilang, ibunya menelpon dua jam yang lalu dan mengaku ada janji dengan seseorang.

“Jadi dia belum tahu kalau ayahmu meninggal?” tanya polisi.

“Aku belum sempat memberitahunya. Aku pikir dia akan sangat syok kalau dia tahu.” jawab Chi Hyun.

“Kalau begitu, mari kita pindahkan dia ke rumah sakit yang memiliki catatan medisnya. Apakah kamu setuju untuk itu?” ucap polisi.


Chi Hyun mengangguk. Chi Hyun kembali menangis saat melihat polisi menurunkan jasad sang ayah dari lantai atas.


Joon Jae tiba di kediaman sang ayah. Tangis Joon Jae pecah melihat sang ayah sudah tidak bernyawa. Bersamaan dengan itu, Chi Hyun keluar dari dalam rumah bersama seorang polisi. Chi Hyun langsung memalingkan mukanya begitu melihat Joon Jae. Sementara Joon Jae, dia marah dan memukul Chi Hyun. Joon Jae menyalahkan Chi Hyun dan Seo Hee atas kematian ayahnya. Ia mengancam akan membunuh mereka berdua.


Polisi yang mendampingi Chi Hyun sejak tadi berusaha menjauhkan Joon Jae dari Chi Hyun. Joon Jae mendorong polisi itu dan mengatai Chi Hyun pembunuh. Tapi Chi Hyun malah masang muka tidak bersalah saat dilabrak Joon Jae.

“Siapa kau? Aku tanya kau siapa?” tanya polisi itu kesal.

“Aku... aku anak Heo Il Joong! Aku anaknya...” jawab Joon Jae.

Polisi itu kaget dan langsung menatap Chi Hyun minta konfirmasi. Chi Hyun pun membenarkan hal itu. Ia mengaku bahwa Joon Jae adiknya. Mendengar itu, Joon Jae makin emosi. Ia terus memukuli Chi Hyun. Polisi yang mendampingi Chi Hyun pun mengancam akan menahan Joon Jae jika Joon Jae terus bersikap seperti itu.


Untungnya, Penyidik Hong datang tepat waktu. Penyidik Hong berusaha menenangkan Joon Jae. Pada Penyidik Hong, Joon Jae memberitahu ayahnya meninggal. Joon Jae menyesal karena terlambat menolong ayahnya.

“Itu sebabnya kau perlu sadar, berandal. Kau perlu mencari segala sesuatu. Mengapa ayahmu menjadi seperti itu... kau perlu mencari tahu.” ucap Penyidik Hong.

Penyidik Hong lantas menyuruh Joon Jae mengurus jasad CEO Heo. Penyidik Hong juga meminta rekannya mendampingi Joon Jae.


Chung mondar mandir di tepi kolam renang. Tak lama kemudian, Nam Doo menghampirinya dengan wajah penasaran. Nam Doo ingin tahu apa yang Chung pikirkan sekarang.

“Apa yang terjadi dengan Heo Joon Jae? Aku sangat khawatir sampai aku tidak bisa tidur.” Jawab Chung.

“Karena Petugas Hong pergi ke sana, aku yakin dia akan beritahu kita.” ucap Nam Doo.


Nam Doo lantas bertanya balik pada Chung. Ia penasaran, darimana Chung tahu Dae Young hilang ingatan. Apakah Chung yang membuat Dae Young hilang ingatan.

“Mengapa kau bertanya sesuatu seperti itu?” tanya Chung waspada.

“Aku tak pernah berpikir aku kenal kau dengan begitu baik, tapi belakangan ini, aku benar-benar tidak yakin siapa kau dan kemampuan macam apa yang kau miliki.” Jawab Nam Doo.


Nam Doo lantas mendekati Chung dan bertanya, siapa Chung sebenarnya.

“Aku... temanmu.” Jawab Chung.

“Ah, teman.” Ucap Nam Doo, lalu tersenyum licik.

Nam Doo kemudian mengaku bahwa pekerjaannya adalah menusuk temannya dari belakang.

“Meskipun aku tidak suka kau adalah orang semacam itu, bagiku, begitu aku menjadi teman, itu saja. Apakah kau menusuk dari belakang atau tidak, itu pilihanmu. Begitu aku ditusuk dari belakang, aku akan berpikir tentang apa yang harus kulakukan padamu. Sampai saat itu, kau adalah temanku.” Balas Chung.


Tak lama kemudian, Tae Oh datang dengan wajah panic.


Chung, Nam Doo dan Tae Oh bergegas ke rumah sakit. Mereka terdiam mendapati Joon Jae yang terduduk lemas di lantai rumah sakit. Nam Doo mengajak Tae Oh meninggalkan mereka berdua. Chung pun bergegas mendekati Joon Jae. Joon Jae menatap Chung dengan mata berkaca-kaca. Chung lantas memeluk Joon Jae.


Di pelukan Chung, tangis Joon Jae kembali pecah. Tak lama kemudian, Joon Jae melepaskan pelukannya dan meminta Chung menghapus ingatannya.

“Kamu bisa melakukannya, kan? Bisakah kau membuatku seperti itu? Semua kenangan indah menyakitkan karena itu indah. Kenangan buruk menyakitkan karena itu buruk. Semua kenangan ayahku sangat menyakitkan.” Ucap Joon Jae.


“Aku tetap tidak bisa menghapusnya. Tidak peduli betapa menyakitkannya, kau mencintai ayahmu. Dikatakan bahwa kau harus berpegang pada kenangan cinta bahkan jika itu menyakitkan.” Jawab Chung.

“Kalau saja aku berada di sana sedikit lebih cepat, aku bisa menyelamatkan ayah. Kalau saja rasa benciku padanya berkurang, aku bisa menyelamatkan ayahku.” Ucap Joon Jae.

“Itu bukan salahmu. Bukan karena dirimu.” Jawab Chung.


“Aku seharusnya menerima telepon terakhirnya. Aku seharusnya menjawabnya. Tidak apa-apa... bahwa aku memaafkan segalanya... Aku juga menyayanginya... Aku seharusnya mengatakan itu.” sesal Joon Jae.

Chung pun kembali memeluk Joon Jae.


Chi Hyun memapah ibunya menuju kamar jenazah. Joon Jae pun langsung menatap mereka dengan tajam. Nam Doo berusaha menguatkan Joon Jae.


Seo Hee berakting. Dia pura2 terpukul atas kematian suaminya. Dia juga pura2 pingsan. Chi Hyun pura2 panic dan membawa ibunya ke tempat lain. Chung melirik Joon Jae. Chung yang menyadari kemarahan Joon Jae, langsung menggenggam tangan Joon Jae.

“Dia benar-benar punya bakat hebat. Dia seharusnya menjadi aktris.” Ucap Nam Doo tidak percaya.


Sekarang, Joon Jae bicara dengan ibunya. Sang ibu tidak mengerti, kenapa ayah Joon Jae bisa seperti itu tiba2.

“Mereka masih memeriksa jenazahnya. Kita akan tahu hasilnya besok pagi.” jawab Joon Jae.

“Itu sebabnya aku menyuruhnya untuk berhenti minum terlalu banyak. Dan merokok, juga.” ucap Yoo Ran.


Yoo Ran lalu bercerita bahwa ia pernah bertemu CEO Heo sebelumnya, di rumah sakit itu. Yoo Ran berkata, CEO Heo pura2 tidak mengenalnya.

“Meskipun mata kami bertemu, dia melewatiku begitu saja. Tatapannya sepertinya dari seseorang yang benar-benar lupa semuanya. Ayahmu adalah orang yang keras.” Ucap Yoo Ran.

Joon Jae pun langsung teringat pesan terakhir sang ayah. Joon Jae kemudian memberitahu Yoo Ran bahwa sang ayah mengalami kerusakan kornea yang begitu parah hingga tidak bisa melihat. Yoo Ran terkejut mendengarnya.

“Dia tidak berpura-pura tidak melihat Ibu. Dia tidak bisa melihat Ibu.” Ucap Joon Jae.


Joon Jae lantas memeluk sang ibu. Tangis Yoo Ran mengalir dalam pelukan Joon Jae.


Seo Hee langsung menghubungi Pengacara Lee. Ia minta Pengacara Lee merilis surat kematian CEO Heo dan mentransfer harta CEO Heo pada dirinya. Tak lama kemudian, Chi Hyun datang dan minta ibunya mengaku agar ia bisa membantu sang ibu.

“Benar. Kau benar. Tapi... anggap saja, kau tidak perlu tahu apapun.” Jawab Seo Hee.


Chi Hyun keluar dari ruang UGD tempat sang ibu ‘dirawat’ dan tak sengaja bertemu Nam Doo diluar. Chi Hyun pun memanggil Nam Doo.


Bersamaan dengan itu, Sopir Nam kembali melihat kehidupan masa lalunya. Saat itu, Nam Doo yang tengah berlatih pedang dihampiri oleh Bangsawan Yang dan… Chi Hyun!

“Prajurit baru?” tanya Bangsawan Yang.

“Aku dipanggil Park Moo.” Jawab Nam Doo.

“Aku dengar keterampilanmu hebat. Tolong kawal anakku dengan baik.” Pinta Bangsawan Yang.


Dan anak Bangsawan Yang adalah Chi Hyun. Setelah Bangsawan Yang pergi, Chi Hyun dan Park Moo pun saling bertatapan.


Di dunia nyata, Chi Hyun dan Nam Doo juga saling bertatapan. Nam Doo heran Chi Hyun tahu namanya. Chi Hyun mengajak Nam Doo bicara. Mereka bicara di sudut tangga.

“Aku dengar kalau Joon Jae sedang melakukan pekerjaan yang aneh. Aku khawatir dan menyelidikinya sedikit. Sementara aku melakukannya, aku tahu tentangmu. Kau sedikit berbeda dari Joon Jae. Joon Jae melakukan penipuan terhadap uang kotor yang tersembunyi, atau uang ilegal, dimana korban tidak akan mampu untuk melaporkan penipuan. Tapi kau tidak peduli tentang sumbernya, Tuan Jo Nam Doo. Dengan kata lain, kamu melakukan segala macam kejahatan?” ucap Chi Hyun.


Nam Doo membenarkan. Chi Hyun lantas mengancam akan memasukkan Nam Doo dalam penjara jika Nam Doo tidak mau mendengarkannya.

“Harap perlakukan aku dengan baik. Aku selalu berada di sisi orang yang punya banyak uang. Tampaknya kau akan mewarisi semua kekayaan ayahmu, Hyungnim. Kalau begitu, tidak perlu mengancamku seperti ini. Aku punya banyak alasan untuk berpihak padamu.” Jawab Nam Doo.

Nam Doo lantas bertanya apa mau Chi Hyun.

“Aku akan menyingkirkan Joon Jae.” jawab Chi Hyun.

“Kemana?” tanya Nam Doo.

“Ke mana pun tidak apa-apa. Agar dia tidak ada di mana-mana.” Jawab Chi Hyun.

“Ah, sebenarnya, ada sesuatu yang spesial yang sangat kuinginkan. Kalau Joon Jae hilang, kurasa akan lebih mudah bagiku juga. Ah, tidak apa. Aku ragu sejenak karena merasa agak dekat dengannya, tapi, ya, mari kita lakukan.” ucap Nam Doo.


Nam Doo beranjak meninggalkan Chi Hyun dan mendapati Joon Jae yang tengah bicara dengan Penyidik Hong. Nam Doo pun tersenyum pada Joon Jae.


Penyebab kematian CEO Heo akhirnya keluar. Dokter menjelaskan, penyebab kematian CEO Heo adalah kegagalan jantung. Seo Hee menarik napas lega, sementara Joon Jae terkejut. Ia yakin ayahnya tewas karena racun.

“Kalau kematiannya disebabkan oleh keracunan, bibirnya akan berubah jadi cokelat tua.Tapi dalam kasus ini, bibirnya membiru. Ini gejala umum gagal jantung. Selain itu, kalau karena bahan kimia beracun, titik-titik kematiannya seharusnya menghitam, tapi itu tidak. Berdasarkan catatan medisnya, aku yakin itu adalah kematian alami yang disebakan gagal jantung akut.” Ucap dokter.


“Kalau itu racun kuat seperti sianida, akan seperti itu. Tapi setahuku gejalanya berbeda jika racunnya diekstrak dari bahan alami, seperti bunga wolfsbane. Di permukaan, gejalanya katanya sangat serupa dengan gagal jantung. Aku ingin otopsi dilakukan.” Jawab Joon Jae.


Chi Hyun terperangah mendengarnya. Seo Hee tak setuju.

“Kenapa? Apa ada sesuatu yang kau tidak ingin terungkap?” tanya Joon Jae.

“Bukan itu kataku. Joon Jae, untuk mengirimkan ayahmu sendirian seperti itu membuatku gila Aku tak mau dia harus dipotong-potong dengan pisau lagi. Apa yang kamu ingin cari tahu dengan otopsi?” ucap Seo Hee.

“Bukti bahwa kau membunuh ayahku.” Jawab Joon Jae.

Mendengar itu, Chi Hyun marah. Ia ingin menghajar Joon Jae, namun langsung dihentikan Seo Hee.


“Ini sudah sepuluh tahun, Joon Jae-ya. Selama sepuluh tahun, ayahmu sangat merindukanmu, tapi kau tidak pernah berkunjung. Aku ingin tahu kenapa kau seperti ini tiba-tiba. Apa karena uang? Kalau demi uang, aku bisa memberikannya padamu. Jadi, mari kita lepaskan dia dengan damai. Dia ayahmu. Jangan kejam begitu.” pinta Seo Hee.

“Dengan akting sempurna yang bahkan bisa menipu dirimu sendiri, kau mungkin telah menyihir banyak orang dan membutakan mata ayahku. Tapi itu tidak bekerja lagi.” Ucap Joon Jae.


Joon Jae lalu berkata pada polisi yang mendampingi Chi Hyun.
“Aku satu-satunya putra kandung Heo Il Joong. Bunga wolfbane yang ditemukan di rumah itu, dan jarum mikro, serta sejumlah antikolirgenik milik Kang Seo Hee. Semuanya bukti pembunuhan yang memberatkan, jadi aku meminta otopsi.” ucap Joon Jae.

“Aku putra tertua keluarga ini. Aku juga satu-satunya putra yang diakui ayahku. Adikku kabur dari rumah sepuluh tahun lalu dan memutuskan hubungan dengan ayah kami. Karena masalah warisan, ada konflik besar dengan Ayah belakangan ini. Aku dan ibuku tidak ingin otopsi.” Pinta Chi Hyun pada polisi.


Penyidik Hong mulai kesal mendengarnya. Sementara Joon Jae, langsung menatap tajam Chi Hyun.


Dipimpin Penyidik Hong, para polisi menggeledah kediaman CEO Heo. Penyidik Hong bertemu dengan Seo Hee yang sudah bersiap untuk pemakaman. Awalnya Seo Hee bersikap tenang, tapi ia mulai terganggu saat Penyidik Hong memanggilnya dengan nama Kang Ji Yeon. Penyidik Hong juga menunjukkan foto Seo Hee dengan saudara kembarnya.

“Di mana saudaramu sekarang? Atau, itu kau?” tanya Penyidik Hong.


Mereka tidak menemukan apapun disana. Penyidik Hong yakin ada sesuatu yang aneh di rumah itu. Penyidik Hong lantas pergi ke lantai dasar. Ia menatap ke sekeliling lantai dasar, lalu pergi begitu saja tanpa menyadari ada ruangan tersembunyi di sana.


Jin Joo memberitahu Dong Shik tentang kematian CEO Heo. Dong Shik terkejut. Jin Joo mencemaskan nasib mereka berdua. Dong Shik pun merasa mereka sudah salah mendukung orang. Dong Shik mendengar, CEO Heo menyerahkan semua warisan pada Seo Hee dan Chi Hyun. Seo Hee juga cemas, ia takut dimutilasi Seo Hee setelah apa yang ia lakukan pada Seo Hee.


Jin Joo menemani Yoo Ran ke pemakaman CEO Heo. Semua mata langsung tertuju pada Yoo Ran. Seo Hee kesal dengan kedatangan Yoo Ran, tapi Yoo Ran tidak peduli.


“Ayah Joon Jae, ada banyak alasan kenapa aku tidak dapat memaafkanmu. Tapi melihat akhir hidupmu, begitu menyedihkan. Apa kau bisa melihatku sekarang? Lihat aku dengan baik. Aku perlu mengucapkan selamat tinggal.” Batin Yoo Ran sambil menatap foto CEO Heo.


Yoo Ran lantas menenangkan dirinya di toilet. Tak lama kemudian, Seo Hee datang dan menertawakan Yoo Ran. Seo Hee menuduh Yoo Ran dan Joon Jae kembali demi warisan. Dan… plaaak! Yoo Ran menampar Seo Hee dengan keras.

“Yang datang mengumpulkan remah adalah kamu dan anakmu. Kalau kau melakukan itu, kau harusnya puas dengan mengisap darah orang lain. Sekarang pencuri ingin bersikap seperti pemilik? Kau terlalu serakah.” Jawab Yoo Ran.


Dikatai pencuri, emosi Seo Hee meledak. Ia ingin menampar Yoo Ran, tapi Chung datang menghalangi. Chung berkata, Seo Hee tidak berhak memukul Yoo Ran. Seo Hee marah dan meminta Chung melepaskannya. Tapi Chung tidak mau. Ia mendesak Seo Hee ke dinding dan berusaha membaca pikiran Seo Hee.


Chung akhirnya melihat bagaimana Seo Hee berusaha membunuh CEO Heo. Chung juga melihat Seo Hee menyembunyikan Dae Young di ruang tersembunyi di lantai dasar kediaman CEO Heo. Setelah melihat itu, Chung mengajak Yoo Ran pergi.


Joon Jae yang menyendiri di lobby. Sebuah pesan kemudian masuk ke ponselnya. Tak lama, Nam Doo datang dan bertanya, apa mereka menemukan bukti. Joon Jae menggeleng. Nam Doo lantas bertanya lagi, apa Joon Jae tidak ke pemakaman. Joon Jae menggeleng.

“Tetap saja kau harus pergi.” Ucap Nam Doo, sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

“Bagaimana mungkin? Aku belum menemukan bagaimana dia meninggal.” Jawab Joon Jae.

“Apa kau harus melakukan itu? Otopsi.” Tanya Nam Doo.

“Semuanya sudah berlalu. Apa pun yang terungkap tidak akan membuat ayahmu hidup lagi. Kita hanya membuat mereka marah. Seharusnya, kau bersikap baik pada mereka, berusaha untuk memastikan kau akan mewarisi sesuatu, setidaknya.” Ucap Nam Doo lagi.

“Bahkan jika itu urusan orang lain, apa kau harus mengatakan itu sekarang!” sewot Joon Jae.

“Kurasa aku tidak mengatakan sesuatu yang tidak boleh. Pikirkan soal itu.” ucap Nam Doo, lalu pergi.


Chung menghampiri Joon Jae dan memberitahu Joon Jae kalau ia melihat sesuatu. Setelah mengatakan itu, Joon Jae langsung mengajak Chung pergi. Joon Jae menyesal karena Chung harus melihat hal2 mengerikan yang seharusnya tak perlu Chung lihat.

“Kenapa, Heo Joon Jae? Kau pikir aku tak bisa? Benar bahwa aku datang ke tanah ini tanpa tahu apa-apa, yang membuat orang memperlakukan aku seperti idiot. Tapi tidak seperti yang kamu lihat, aku populer di lautan.” Jawab Chung.

“Benarkah?” tanya Joon Jae tidak percaya.

“Tentu! Tidak seperti yang kau lihat, aku adalah putri duyung dari spesies yang hampir punah. Ahhh, belakangan ini manusia masuk ke laut dengan kapal selam, skuba, atau apa pun itu. Apa kau sadar betapa sulitnya bagi para duyung untuk bersembunyi dan bertahan hidup? Lalu hiu datang kapan saja mereka mau, bilang, "Kami akan menggigit dan membunuhmu." Hidup kami juga sulit.” Jawab Chung.


“Apa yang kamu lakukan kalau hiu datang?” tanya Joon Jae.

“Aku bisa bertarung dengan hiu dan menang.” Jawab Chung bangga.

“Wah, sungguh? Pacarku yang terhebat!” puji Joon Jae sambil tersenyum.

“Kau tersenyum. Sejak sekarang, aku akan terus membuatmu tersenyum.” Jawab Chung.


Joon Jae lalu menggenggam tangan Chung dengan erat. Dan Chung, dia mencium tangan Joon Jae.


Joon Jae dan Chung akhirnya tiba di kediaman CEO Heo. Penyidik Hong masih di sana. Seolah melihat bayangan Seo Hee yang pergi ke lantai dasar, Chung mengajak Joon Jae dan Penyidik Hong mengikutinya. Joon Jae tidak menyangka Seo Hee membuat ruangan seperti itu di lantai dasar. Penyidik Hong memberitahu bahwa tim forensic sudah memeriksa ruangan itu.


Chung bergegas mengikuti bayangan Seo Hee yang masuk ke ruangan tersembunyi itu. Penyidik Hong terkejut melihat ruangan itu. Mereka juga menemukan bunga pembunuh itu di sana.


Di dinding disamping tempat tidur, mereka melihat gambar putri duyung.

“Ma Dae Young. Ma Dae Young pernah ke sini.” Ucap Chung.

“Dan Kang Seo Hee adalah Kang Ji Hyeon.” Lanjut Joon Jae.


Joon Jae bersama Penyidik Hong dan tim dari kepolisian tiba di pemakaman. Seo Hee pun langsung ditangkap saat itu juga. Chi Hyun meminta bukti dan surat perintah penahanan.

“Karena ada begitu banyak bukti yang ibumu tinggalkan di rumah, kami mampu dengan mudah mengumpulkan itu. Dan itulah sebabnya kami menangkapnya tanpa surat perintah.” Jawab Penyidik Hong.

Penyidik Hong memborgol Seo Hee. Semua orang langsung heboh melihat penangkapan Seo Hee. Sementara Seo Hee, dia terus menyangkal sudah membunuh CEO Heo dan menyuruh Chi Hyun mengontak lawyer mereka.


Setelah penangkapan itu, Joon Jae terdiam menatap foto sang ayah. Chung pun maju mendekati Joon Jae. Ia menggenggam tangan Joon Jae dan menyenderkan kepalanya di bahu Joon Jae. Mata Joon Jae nampak berkaca-kaca melihat foto sang ayah.

0 Comments:

Post a Comment