Chi Hyun panic setelah melihat Dae Young di rumahnya. Ia berlari ke kamar sang ayah. Namun saat membuka pintu, ia mendengar ayahnya berbicara di telepon. Sang ayah berkata, jika dilahirkan kembali, ia ingin menjadi suami dan ayah yang baik untuk Yoo Ran dan Joon Jae.
“Itu
yang aku harapkan. Ini mungkin keserakahanku. Aku minta maaf, Joon Jae-ya. Aku
menyayangimu, anakku.” Ucap CEO Heo.
Chi
Hyun terluka mendengarnya. Setelah mengatakan itu, CEO Heo menghembuskan napas
terakhirnya. Melihat sang ayah tak bergerak, Chi Hyun pun mendekat dan
memeriksa kondisi ayahnya. Chi Hyun terkejut menyadari ayahnya telah tiada. Chi
Hyun bergegas meninggalkan kamar CEO Heo. Tapi saat mau keluar kamar, matanya
tanpa sengaja melihat ke arah gelas minum CEO Heo yang nyaris kosong di meja.
Chi Hyun memeriksa gelas itu. Ia menciumnya dan menyadari ada racun di sana.
Chi Hyun membersihkan gelas itu. Ia berusaha menghilangkan bau teh di gelas itu. Setelah itu, ia menghubungi 119.
Polisi
langsung menggelar olah TKP. Chi Hyun diam saja sambil menangis. Polisi
mengambil gambar ponsel dan juga gelas minum CEO Heo. Gelas itu kini berisi air
putih biasa dan diletakkan Chi Hyun di tempat semula.
Polisi
lantas menginterogasi Chi Hyun. Ia menanyai Chi Hyun, obat yang dikonsumsi CEO
Heo baru2 ini.
“Aku
tidak yakin. Dia baru saja operasi darurat karena pendarahan otak. Dia juga
dijadwalkan untuk operasi katarak, jadi dia mungkin meminum obat yang terkait
dengan itu.” jawab Chi Hyun pelan.
“Tidak
ada luka lain, dan melihat warna tempat, tidak ada reaksi terhadap bahan kimia
beracun. Melihat bibirnya yang biru, tampaknya serangan jantung, tapi kami akan
memiliki lebih detailnya setelah pemeriksaan lebih lanjut.” Ucap polisi.
Polisi kemudian menanyai keberadaan Seo Hee. Chi Hyun bilang, ibunya menelpon dua jam yang lalu dan mengaku ada janji dengan seseorang.
“Jadi
dia belum tahu kalau ayahmu meninggal?” tanya polisi.
“Aku
belum sempat memberitahunya. Aku pikir dia akan sangat syok kalau dia tahu.”
jawab Chi Hyun.
“Kalau
begitu, mari kita pindahkan dia ke rumah sakit yang memiliki catatan medisnya.
Apakah kamu setuju untuk itu?” ucap polisi.
Chi Hyun mengangguk. Chi Hyun kembali menangis saat melihat polisi menurunkan jasad sang ayah dari lantai atas.
Joon
Jae tiba di kediaman sang ayah. Tangis Joon Jae pecah melihat sang ayah sudah
tidak bernyawa. Bersamaan dengan itu, Chi Hyun keluar dari dalam rumah bersama
seorang polisi. Chi Hyun langsung memalingkan mukanya begitu melihat Joon Jae.
Sementara Joon Jae, dia marah dan memukul Chi Hyun. Joon Jae menyalahkan Chi
Hyun dan Seo Hee atas kematian ayahnya. Ia mengancam akan membunuh mereka
berdua.
Polisi yang mendampingi Chi Hyun sejak tadi berusaha menjauhkan Joon Jae dari Chi Hyun. Joon Jae mendorong polisi itu dan mengatai Chi Hyun pembunuh. Tapi Chi Hyun malah masang muka tidak bersalah saat dilabrak Joon Jae.
“Siapa kau? Aku tanya kau siapa?” tanya polisi itu kesal.
“Aku...
aku anak Heo Il Joong! Aku anaknya...” jawab Joon Jae.
Polisi
itu kaget dan langsung menatap Chi Hyun minta konfirmasi. Chi Hyun pun
membenarkan hal itu. Ia mengaku bahwa Joon Jae adiknya. Mendengar itu, Joon Jae
makin emosi. Ia terus memukuli Chi Hyun. Polisi yang mendampingi Chi Hyun pun
mengancam akan menahan Joon Jae jika Joon Jae terus bersikap seperti itu.
Untungnya, Penyidik Hong datang tepat waktu. Penyidik Hong berusaha menenangkan Joon Jae. Pada Penyidik Hong, Joon Jae memberitahu ayahnya meninggal. Joon Jae menyesal karena terlambat menolong ayahnya.
“Itu
sebabnya kau perlu sadar, berandal. Kau perlu mencari segala sesuatu. Mengapa
ayahmu menjadi seperti itu... kau perlu mencari tahu.” ucap Penyidik Hong.
Penyidik
Hong lantas menyuruh Joon Jae mengurus jasad CEO Heo. Penyidik Hong juga
meminta rekannya mendampingi Joon Jae.
Chung mondar mandir di tepi kolam renang. Tak lama kemudian, Nam Doo menghampirinya dengan wajah penasaran. Nam Doo ingin tahu apa yang Chung pikirkan sekarang.
“Apa
yang terjadi dengan Heo Joon Jae? Aku sangat khawatir sampai aku tidak bisa
tidur.” Jawab Chung.
“Karena
Petugas Hong pergi ke sana, aku yakin dia akan beritahu kita.” ucap Nam Doo.
Nam Doo lantas bertanya balik pada Chung. Ia penasaran, darimana Chung tahu Dae Young hilang ingatan. Apakah Chung yang membuat Dae Young hilang ingatan.
“Mengapa
kau bertanya sesuatu seperti itu?” tanya Chung waspada.
“Aku
tak pernah berpikir aku kenal kau dengan begitu baik, tapi belakangan ini, aku
benar-benar tidak yakin siapa kau dan kemampuan macam apa yang kau miliki.”
Jawab Nam Doo.
“Aku...
temanmu.” Jawab Chung.
“Ah,
teman.” Ucap Nam Doo, lalu tersenyum licik.
Nam
Doo kemudian mengaku bahwa pekerjaannya adalah menusuk temannya dari belakang.
“Meskipun
aku tidak suka kau adalah orang semacam itu, bagiku, begitu aku menjadi teman,
itu saja. Apakah kau menusuk dari belakang atau tidak, itu pilihanmu. Begitu
aku ditusuk dari belakang, aku akan berpikir tentang apa yang harus kulakukan
padamu. Sampai saat itu, kau adalah temanku.” Balas Chung.
Tak
lama kemudian, Tae Oh datang dengan wajah panic.
Chung, Nam Doo dan Tae Oh bergegas ke rumah sakit. Mereka terdiam mendapati Joon Jae yang terduduk lemas di lantai rumah sakit. Nam Doo mengajak Tae Oh meninggalkan mereka berdua. Chung pun bergegas mendekati Joon Jae. Joon Jae menatap Chung dengan mata berkaca-kaca. Chung lantas memeluk Joon Jae.
Di
pelukan Chung, tangis Joon Jae kembali pecah. Tak lama kemudian, Joon Jae
melepaskan pelukannya dan meminta Chung menghapus ingatannya.
“Kamu
bisa melakukannya, kan? Bisakah kau membuatku seperti itu? Semua kenangan indah
menyakitkan karena itu indah. Kenangan buruk menyakitkan karena itu buruk. Semua
kenangan ayahku sangat menyakitkan.” Ucap Joon Jae.
“Aku
tetap tidak bisa menghapusnya. Tidak peduli betapa menyakitkannya, kau
mencintai ayahmu. Dikatakan bahwa kau harus berpegang pada kenangan cinta
bahkan jika itu menyakitkan.” Jawab Chung.
“Kalau
saja aku berada di sana sedikit lebih cepat, aku bisa menyelamatkan ayah. Kalau
saja rasa benciku padanya berkurang, aku bisa menyelamatkan ayahku.” Ucap Joon
Jae.
“Itu
bukan salahmu. Bukan karena dirimu.” Jawab Chung.
“Aku
seharusnya menerima telepon terakhirnya. Aku seharusnya menjawabnya. Tidak
apa-apa... bahwa aku memaafkan segalanya... Aku juga menyayanginya... Aku
seharusnya mengatakan itu.” sesal Joon Jae.
Chung
pun kembali memeluk Joon Jae.
Chi Hyun memapah ibunya menuju kamar jenazah. Joon Jae pun langsung menatap mereka dengan tajam. Nam Doo berusaha menguatkan Joon Jae.
Seo Hee berakting. Dia pura2 terpukul atas kematian suaminya. Dia juga pura2 pingsan. Chi Hyun pura2 panic dan membawa ibunya ke tempat lain. Chung melirik Joon Jae. Chung yang menyadari kemarahan Joon Jae, langsung menggenggam tangan Joon Jae.
“Dia
benar-benar punya bakat hebat. Dia seharusnya menjadi aktris.” Ucap Nam Doo
tidak percaya.
Sekarang,
Joon Jae bicara dengan ibunya. Sang ibu tidak mengerti, kenapa ayah Joon Jae
bisa seperti itu tiba2.
“Mereka
masih memeriksa jenazahnya. Kita akan tahu hasilnya besok pagi.” jawab Joon
Jae.
“Itu
sebabnya aku menyuruhnya untuk berhenti minum terlalu banyak. Dan merokok,
juga.” ucap Yoo Ran.
Yoo
Ran lalu bercerita bahwa ia pernah bertemu CEO Heo sebelumnya, di rumah sakit
itu. Yoo Ran berkata, CEO Heo pura2 tidak mengenalnya.
“Meskipun
mata kami bertemu, dia melewatiku begitu saja. Tatapannya sepertinya dari
seseorang yang benar-benar lupa semuanya. Ayahmu adalah orang yang keras.” Ucap
Yoo Ran.
Joon
Jae pun langsung teringat pesan terakhir sang ayah. Joon Jae kemudian
memberitahu Yoo Ran bahwa sang ayah mengalami kerusakan kornea yang begitu
parah hingga tidak bisa melihat. Yoo Ran terkejut mendengarnya.
“Dia
tidak berpura-pura tidak melihat Ibu. Dia tidak bisa melihat Ibu.” Ucap Joon
Jae.
Seo Hee langsung menghubungi Pengacara Lee. Ia minta Pengacara Lee merilis surat kematian CEO Heo dan mentransfer harta CEO Heo pada dirinya. Tak lama kemudian, Chi Hyun datang dan minta ibunya mengaku agar ia bisa membantu sang ibu.
“Benar.
Kau benar. Tapi... anggap saja, kau tidak perlu tahu apapun.” Jawab Seo Hee.
Chi Hyun keluar dari ruang UGD tempat sang ibu ‘dirawat’ dan tak sengaja bertemu Nam Doo diluar. Chi Hyun pun memanggil Nam Doo.
Bersamaan
dengan itu, Sopir Nam kembali melihat kehidupan masa lalunya. Saat itu, Nam Doo
yang tengah berlatih pedang dihampiri oleh Bangsawan Yang dan… Chi Hyun!
“Prajurit
baru?” tanya Bangsawan Yang.
“Aku
dipanggil Park Moo.” Jawab Nam Doo.
“Aku
dengar keterampilanmu hebat. Tolong kawal anakku dengan baik.” Pinta Bangsawan
Yang.
Dan
anak Bangsawan Yang adalah Chi Hyun. Setelah Bangsawan Yang pergi, Chi Hyun dan
Park Moo pun saling bertatapan.
Di
dunia nyata, Chi Hyun dan Nam Doo juga saling bertatapan. Nam Doo heran Chi
Hyun tahu namanya. Chi Hyun mengajak Nam Doo bicara. Mereka bicara di sudut
tangga.
“Aku
dengar kalau Joon Jae sedang melakukan pekerjaan yang aneh. Aku khawatir dan
menyelidikinya sedikit. Sementara aku melakukannya, aku tahu tentangmu. Kau
sedikit berbeda dari Joon Jae. Joon Jae melakukan penipuan terhadap uang kotor
yang tersembunyi, atau uang ilegal, dimana korban tidak akan mampu untuk
melaporkan penipuan. Tapi kau tidak peduli tentang sumbernya, Tuan Jo Nam Doo. Dengan
kata lain, kamu melakukan segala macam kejahatan?” ucap Chi Hyun.
Nam Doo membenarkan. Chi Hyun lantas mengancam akan memasukkan Nam Doo dalam penjara jika Nam Doo tidak mau mendengarkannya.
“Harap
perlakukan aku dengan baik. Aku selalu berada di sisi orang yang punya banyak
uang. Tampaknya kau akan mewarisi semua kekayaan ayahmu, Hyungnim. Kalau
begitu, tidak perlu mengancamku seperti ini. Aku punya banyak alasan untuk
berpihak padamu.” Jawab Nam Doo.
Nam
Doo lantas bertanya apa mau Chi Hyun.
“Aku
akan menyingkirkan Joon Jae.” jawab Chi Hyun.
“Kemana?”
tanya Nam Doo.
“Ke
mana pun tidak apa-apa. Agar dia tidak ada di mana-mana.” Jawab Chi Hyun.
“Ah,
sebenarnya, ada sesuatu yang spesial yang sangat kuinginkan. Kalau Joon Jae
hilang, kurasa akan lebih mudah bagiku juga. Ah, tidak apa. Aku ragu sejenak
karena merasa agak dekat dengannya, tapi, ya, mari kita lakukan.” ucap Nam Doo.
Nam Doo beranjak meninggalkan Chi Hyun dan mendapati Joon Jae yang tengah bicara dengan Penyidik Hong. Nam Doo pun tersenyum pada Joon Jae.
Penyebab kematian CEO Heo akhirnya keluar. Dokter menjelaskan, penyebab kematian CEO Heo adalah kegagalan jantung. Seo Hee menarik napas lega, sementara Joon Jae terkejut. Ia yakin ayahnya tewas karena racun.
“Kalau
kematiannya disebabkan oleh keracunan, bibirnya akan berubah jadi cokelat
tua.Tapi dalam kasus ini, bibirnya membiru. Ini gejala umum gagal jantung. Selain
itu, kalau karena bahan kimia beracun, titik-titik kematiannya seharusnya
menghitam, tapi itu tidak. Berdasarkan catatan medisnya, aku yakin itu adalah
kematian alami yang disebakan gagal jantung akut.” Ucap dokter.
“Kalau itu racun kuat seperti sianida, akan seperti itu. Tapi setahuku gejalanya berbeda jika racunnya diekstrak dari bahan alami, seperti bunga wolfsbane. Di permukaan, gejalanya katanya sangat serupa dengan gagal jantung. Aku ingin otopsi dilakukan.” Jawab Joon Jae.
“Kenapa?
Apa ada sesuatu yang kau tidak ingin terungkap?” tanya Joon Jae.
“Bukan
itu kataku. Joon Jae, untuk mengirimkan ayahmu sendirian seperti itu membuatku
gila Aku tak mau dia harus dipotong-potong dengan pisau lagi. Apa yang kamu
ingin cari tahu dengan otopsi?” ucap Seo Hee.
“Bukti
bahwa kau membunuh ayahku.” Jawab Joon Jae.
Mendengar
itu, Chi Hyun marah. Ia ingin menghajar Joon Jae, namun langsung dihentikan Seo
Hee.
“Ini sudah sepuluh tahun, Joon Jae-ya. Selama sepuluh tahun, ayahmu sangat merindukanmu, tapi kau tidak pernah berkunjung. Aku ingin tahu kenapa kau seperti ini tiba-tiba. Apa karena uang? Kalau demi uang, aku bisa memberikannya padamu. Jadi, mari kita lepaskan dia dengan damai. Dia ayahmu. Jangan kejam begitu.” pinta Seo Hee.
“Dengan
akting sempurna yang bahkan bisa menipu dirimu sendiri, kau mungkin telah
menyihir banyak orang dan membutakan mata ayahku. Tapi itu tidak bekerja lagi.”
Ucap Joon Jae.
“Aku
satu-satunya putra kandung Heo Il Joong. Bunga wolfbane yang ditemukan di rumah
itu, dan jarum mikro, serta sejumlah antikolirgenik milik Kang Seo Hee. Semuanya
bukti pembunuhan yang memberatkan, jadi aku meminta otopsi.” ucap Joon Jae.
“Aku
putra tertua keluarga ini. Aku juga satu-satunya putra yang diakui ayahku. Adikku
kabur dari rumah sepuluh tahun lalu dan memutuskan hubungan dengan ayah kami. Karena
masalah warisan, ada konflik besar dengan Ayah belakangan ini. Aku dan ibuku
tidak ingin otopsi.” Pinta Chi Hyun pada polisi.
Dipimpin Penyidik Hong, para polisi menggeledah kediaman CEO Heo. Penyidik Hong bertemu dengan Seo Hee yang sudah bersiap untuk pemakaman. Awalnya Seo Hee bersikap tenang, tapi ia mulai terganggu saat Penyidik Hong memanggilnya dengan nama Kang Ji Yeon. Penyidik Hong juga menunjukkan foto Seo Hee dengan saudara kembarnya.
“Di
mana saudaramu sekarang? Atau, itu kau?” tanya Penyidik Hong.
Mereka tidak menemukan apapun disana. Penyidik Hong yakin ada sesuatu yang aneh di rumah itu. Penyidik Hong lantas pergi ke lantai dasar. Ia menatap ke sekeliling lantai dasar, lalu pergi begitu saja tanpa menyadari ada ruangan tersembunyi di sana.
Jin
Joo memberitahu Dong Shik tentang kematian CEO Heo. Dong Shik terkejut. Jin Joo
mencemaskan nasib mereka berdua. Dong Shik pun merasa mereka sudah salah
mendukung orang. Dong Shik mendengar, CEO Heo menyerahkan semua warisan pada
Seo Hee dan Chi Hyun. Seo Hee juga cemas, ia takut dimutilasi Seo Hee setelah
apa yang ia lakukan pada Seo Hee.
Jin
Joo menemani Yoo Ran ke pemakaman CEO Heo. Semua mata langsung tertuju pada Yoo
Ran. Seo Hee kesal dengan kedatangan Yoo Ran, tapi Yoo Ran tidak peduli.
“Ayah Joon Jae, ada banyak alasan kenapa aku tidak dapat memaafkanmu. Tapi melihat akhir hidupmu, begitu menyedihkan. Apa kau bisa melihatku sekarang? Lihat aku dengan baik. Aku perlu mengucapkan selamat tinggal.” Batin Yoo Ran sambil menatap foto CEO Heo.
Yoo
Ran lantas menenangkan dirinya di toilet. Tak lama kemudian, Seo Hee datang dan
menertawakan Yoo Ran. Seo Hee menuduh Yoo Ran dan Joon Jae kembali demi
warisan. Dan… plaaak! Yoo Ran menampar Seo Hee dengan keras.
“Yang
datang mengumpulkan remah adalah kamu dan anakmu. Kalau kau melakukan itu, kau
harusnya puas dengan mengisap darah orang lain. Sekarang pencuri ingin bersikap
seperti pemilik? Kau terlalu serakah.” Jawab Yoo Ran.
Dikatai pencuri, emosi Seo Hee meledak. Ia ingin menampar Yoo Ran, tapi Chung datang menghalangi. Chung berkata, Seo Hee tidak berhak memukul Yoo Ran. Seo Hee marah dan meminta Chung melepaskannya. Tapi Chung tidak mau. Ia mendesak Seo Hee ke dinding dan berusaha membaca pikiran Seo Hee.
Chung akhirnya melihat bagaimana Seo Hee berusaha membunuh CEO Heo. Chung juga melihat Seo Hee menyembunyikan Dae Young di ruang tersembunyi di lantai dasar kediaman CEO Heo. Setelah melihat itu, Chung mengajak Yoo Ran pergi.
Joon
Jae yang menyendiri di lobby. Sebuah pesan kemudian masuk ke ponselnya. Tak
lama, Nam Doo datang dan bertanya, apa mereka menemukan bukti. Joon Jae
menggeleng. Nam Doo lantas bertanya lagi, apa Joon Jae tidak ke pemakaman. Joon
Jae menggeleng.
“Tetap
saja kau harus pergi.” Ucap Nam Doo, sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
“Bagaimana
mungkin? Aku belum menemukan bagaimana dia meninggal.” Jawab Joon Jae.
“Apa
kau harus melakukan itu? Otopsi.” Tanya Nam Doo.
“Semuanya
sudah berlalu. Apa pun yang terungkap tidak akan membuat ayahmu hidup lagi. Kita
hanya membuat mereka marah. Seharusnya, kau bersikap baik pada mereka, berusaha
untuk memastikan kau akan mewarisi sesuatu, setidaknya.” Ucap Nam Doo lagi.
“Bahkan
jika itu urusan orang lain, apa kau harus mengatakan itu sekarang!” sewot Joon
Jae.
“Kurasa
aku tidak mengatakan sesuatu yang tidak boleh. Pikirkan soal itu.” ucap Nam
Doo, lalu pergi.
Chung
menghampiri Joon Jae dan memberitahu Joon Jae kalau ia melihat sesuatu. Setelah
mengatakan itu, Joon Jae langsung mengajak Chung pergi. Joon Jae menyesal
karena Chung harus melihat hal2 mengerikan yang seharusnya tak perlu Chung
lihat.
“Kenapa,
Heo Joon Jae? Kau pikir aku tak bisa? Benar bahwa aku datang ke tanah ini tanpa
tahu apa-apa, yang membuat orang memperlakukan aku seperti idiot. Tapi tidak
seperti yang kamu lihat, aku populer di lautan.” Jawab Chung.
“Benarkah?”
tanya Joon Jae tidak percaya.
“Tentu!
Tidak seperti yang kau lihat, aku adalah putri duyung dari spesies yang hampir
punah. Ahhh, belakangan ini manusia masuk ke laut dengan kapal selam, skuba,
atau apa pun itu. Apa kau sadar betapa sulitnya bagi para duyung untuk bersembunyi
dan bertahan hidup? Lalu hiu datang kapan saja mereka mau, bilang, "Kami
akan menggigit dan membunuhmu." Hidup kami juga sulit.” Jawab Chung.
“Apa
yang kamu lakukan kalau hiu datang?” tanya Joon Jae.
“Aku
bisa bertarung dengan hiu dan menang.” Jawab Chung bangga.
“Wah,
sungguh? Pacarku yang terhebat!” puji Joon Jae sambil tersenyum.
“Kau
tersenyum. Sejak sekarang, aku akan terus membuatmu tersenyum.” Jawab Chung.
Joon
Jae lalu menggenggam tangan Chung dengan erat. Dan Chung, dia mencium tangan
Joon Jae.
Joon
Jae dan Chung akhirnya tiba di kediaman CEO Heo. Penyidik Hong masih di sana.
Seolah melihat bayangan Seo Hee yang pergi ke lantai dasar, Chung mengajak Joon
Jae dan Penyidik Hong mengikutinya. Joon Jae tidak menyangka Seo Hee membuat
ruangan seperti itu di lantai dasar. Penyidik Hong memberitahu bahwa tim
forensic sudah memeriksa ruangan itu.
Chung
bergegas mengikuti bayangan Seo Hee yang masuk ke ruangan tersembunyi itu.
Penyidik Hong terkejut melihat ruangan itu. Mereka juga menemukan bunga
pembunuh itu di sana.
“Ma
Dae Young. Ma Dae Young pernah ke sini.” Ucap Chung.
“Dan
Kang Seo Hee adalah Kang Ji Hyeon.” Lanjut Joon Jae.
Joon
Jae bersama Penyidik Hong dan tim dari kepolisian tiba di pemakaman. Seo Hee
pun langsung ditangkap saat itu juga. Chi Hyun meminta bukti dan surat perintah
penahanan.
“Karena
ada begitu banyak bukti yang ibumu tinggalkan di rumah, kami mampu dengan mudah
mengumpulkan itu. Dan itulah sebabnya kami menangkapnya tanpa surat perintah.”
Jawab Penyidik Hong.
Penyidik
Hong memborgol Seo Hee. Semua orang langsung heboh melihat penangkapan Seo Hee.
Sementara Seo Hee, dia terus menyangkal sudah membunuh CEO Heo dan menyuruh Chi
Hyun mengontak lawyer mereka.
Setelah penangkapan itu, Joon Jae terdiam menatap foto sang ayah. Chung pun maju mendekati Joon Jae. Ia menggenggam tangan Joon Jae dan menyenderkan kepalanya di bahu Joon Jae. Mata Joon Jae nampak berkaca-kaca melihat foto sang ayah.
0 Comments:
Post a Comment