Nyonya Yang akhirnya memberitahu Nyonya No yang mana Eun Seok diantara Ji An dan Ji Soo. Pandangan Nyonya No pun langsung mengarah pada foto keluarga Nyonya Yang di atas meja. Dengan tatapan syok, ia menatap foto Ji An dan bertanya apa Ji An benar2 putrinya?
Nyonya Yang terduduk lemas. Nyonya No menuntut penjelasan, kenapa Nyonya Yang malah mengambil Eun Seok, bukan mengembalikan padanya padahal foto Eun Seok terpampang di seluruh koran dan televisi.
“Sejak dahulu, aku amat menginginkan seorang putri. Dahulu aku bahagia
bisa punya dua putri.” Jawab Nyonya Yang
lirih.
Flashback…
Nyonya
Yang mengajak kedua putrinya yang kembar identik membeli jepit rambut di pasar.
Ia menyuruh Ji An memilih satu. Saat dirinya tengah asyik memilih-milih
hairpin, salah satu putri kembarnya berlari ke seberang jalan karena melihat
ada anak yang bermain gelembung sabun. Di tengah jalan, sebuah motor melaju
kencang dan menabrak salah satu putri kembar Nyonya Yang. Salah satu putri
kembar Nyonya Yang tewas.
Di pemakaman putrinya, Nyonya Yang terus menangis. Tuan Seo yang juga terpukul atas kematian salah satu putrinya, berusaha menguatkan istrinya.
Usai
dari pemakaman, Tuan Seo dan Nyonya Yang menemukan Eun Seok yang menangis
sendirian di tepi jembatan. Nyonya Yang pun langsung merasa putrinya seperti
hidup kembali.
Flashback
end…
“Kami menemukannya begitu saja. Kami pikir dia ditinggalkan. Aku
menanyai polisi soal laporan anak hilang,tapi mereka bilang tidak ada.Tinggi
dan penampilan mereka sungguh mirip.Dua hari kemudian,kami membawanya ke
Dubai.Aku tidak bisa melaporkan kematiannya,jadi, selama tiga tahun, aku
mendoakan dia dalam hati.” Ucap Nyonya Yang.
Dan seketika, Nyonya No teringat laporan Seketaris Min soal Keluarga Seo
yang pindah ke Dubai dua hari setelah Eun Seok menghilang.
Nyonya No pun marah, ia bilang Eun Seok tidak bisa menggantikan anak
Nyonya Yang yang tewas.
Nyonya Yang tidak terima. Ia balik mempertanyakan kenapa Nyonya No bisa
kehilangan Eun Seok. Nyonya No menangis. Ia berkata, seseorang telah menculik
Eun Seok nya. Nyonya Yang pun penasaran, bagaimana Nyonya No bisa mengetahui
mereka lah yang menemukan Eun Seok.
Nyonya No tidak menjawab pertanyaan Nyonya Yang, tapi meminta Nyonya
Yang memberitahu Ji An semuanya. Nyonya Yang terdiam. Nyonya No yakin, Ji An
akan syok mengetahuinya jadi lebih baik Nyonya Yang memberitahunya sekarang.
Seketaris Min menunggu diluar. Tak lama kemudian, Nyonya No keluar dan
langsung memberitahu Seketaris Min siapa Eun Seok. Ternyata, Seketaris Min
sudah menduganya sejak awal kalau Eun Seok adalah Ji An.
“Sekarang anda mau ke mana?” tanya Seketaris Min.
“Aku harus menemui Eun Seok.” Jawab Nyonya No.
Nyonya Yang masih gemetaran sepeninggalan Nyonya No. Tak lama kemudian, Hae Ja keluar dari kamar mandi sambil ngomel2 karena kloset yg macet. Nyonya Yang terkejut melihat Hae Ja. Ia lupa kalau tadi Hae Ja nyelonong masuk ke rumahnya sebelum Nyonya No datang. Dan benar saja, Hae Ja mendengar semuanya.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang? Dia bilang akan membawa Ji An
bersamanya.” Ucap Hae Ja.
Tapi Hae Ja yg tadinya begitu khawatir, buru2 meralat ucapannya dengan
menyuruh Nyonya Yang membiarkan Ji An dibawa oleh mereka karena mereka orang
kaya.
Nyonya Yang pun langsung menyuruh Hae Ja berhenti bicara. Tapi Hae Ja
terus saja bicara. Kali ini, dia mengkhawatirkan Tae Soo karena Tae Soo lah
yang paling dekat dengan Ji An.
“Eonni, Jebal! Jebal!” pinta Nyonya Yang sembari berteriak.
Nyonya Yang lantas menyuruh Hae Ja pergi karena ia ingin sendiri. Namun
Hae Ja bukannya langsung pergi, malah mendesak Nyonya Yang mengambil keputusan
segera. Nyonya Yang pun kembali memohon, ia berkata tidak punya energy untuk
bicara saat ini. Nyonya Yang kemudian pergi dengan tubuh gemetaran.
Di sela2 waktu istirahatnya, pikiran Tae Soo terus tertuju pada Ji An
yang akan mencari pekerjaan paruh waktu. Tae Soo lantas melihat buku
rekeningnya, lalu meminjam ponsel temannya.
Di toko roti, Ji Soo heran sendiri karena Mr. Sun nya belum juga menghubunginya. Di tengah kebingungannya, ponselnya tiba-tiba berdering. Ji Soo langsung senang menatap layar ponselnya, ia yakin si penelpon adalah Mr. Sun nya karena nomor yang tertera di layar ponselnya tidak dikenal.
Dengan sedikit gugup, Ji Soo menjawab panggilan yang ia yakini dari Mr.
Sun nya. Ia bahkan juga sedikit melembutkan suaranya. Namun saat mendengar
suara si penelpon, wajahnya langsung berubah kecewa. Itu bukan suara Mr. Sun
nya tapi suara ayahnya.
“Ayah menghubungimu memakai ponsel orang lain. Jadi, jawab pertanyaan
ayah dengan cepat. Dia mana restoran tempat Ji An bekerja? Apakah di Yeounido?”
tanya Tuan Seo.
Selesai bicara dengan sang ayah, Ji Soo kembali murung. Kang Nam Goo keluar dan menyuruh Ji Soo pulang. Ji Soo pun curhat soal dirinya yang sudah memberikan nomor telepon pada seorang pria, tapi pria itu tidak menghubunginya.
“Pria bersepeda itu tidak menyukaimu, Ji Soo-ya.” ucap Nam Goo.
Ji Soo pun terkejut Nam Goo tahu siapa pria yang disukainya. Nam Goo
berkata, ia sering melihat Ji Soo mengejar pria itu. Ji Soo kemudian protes
soal ucapan Nam Goo kalau si Mr. Sun tidak menyukainya. Ji Soo yakin, Mr. Sun
nya sangat sibuk sehingga tidak punya waktu menghubunginya.
“Pria tidak akan menunda jika mereka ingin menghubungi seorang wanita. Selama
mereka memang tertarik.” Jawab Nam Goo.
Ji Soo langsung lemas. Setelah itu, mendadak saja, ia menyalahkan Ji An
yang sudah membuatnya gagal menembak Mr. Sun nya.
Woo Hyuk menegur Woo Hee yg sedikit kurang ramah pada pelanggan. Ia menyuruh Woo Hee mengucapkan salam pada pelanggan yang baru datang atau hendak pergi. Woo Hyuk lantas menyuruh Woo Hee latihan. Tiba-tiba saja, Woo Hee teringat pada gadis yang memberikan nomor ponsel pada Woo Hyuk.
“Gadis yang memberimu nomor ponselnya. Dia datang ke kafe lagi hari ini.”
ucap Woo Hee.
“Itu bukan urusanku.” Jawab Woo Hyuk.
“Dia terus memeriksa ponselnya. Kurasa dia menunggu telepon darimu.”
Ucap Woo Hee.
Woo Hyuk pun terdiam. Ia langsung teringat saat menghapus nomor Ji Soo dari ponselnya semalam. Woo Hee memuji Ji Soo sebagai gadis yang cantik. Woo Hyuk sebal dan mengaku benci gadis yang blak-blakan. Woo Hyuk juga berkata, kalau Ji Soo terus mengikutinya kemana2 selama berbulan2.
“Aku kasihan kepadanya.” Ucap Woo Hee.
“Noona!” protes Woo Hyuk.
“Cinta pertamamu sudah menghubungimu?” tanya Woo Hee.
“Tidak. Dia tidak membalas pesanku. Ponselnya dimatikan.” Jawab Woo
Hyuk.
Woo Hyuk lantas menghubungi ponsel cinta pertamanya yang tak lain adalah
Ji An. Dan ia terkejut karena ponsel Ji An sudah aktif, tapi sedang sibuk.
Ji An sendiri lagi bicara sama ayahnya. Sang ayah mengaku ada di Seoul karena harus mampir ke kantor pusat. Tuan Seo bilang, ia ada di Yeouido. Tuan Seo menanyakan restoran tempat Ji An bekerja. Setelah Ji An mengatakan kalau restorannya ada Yeouido juga, Tuan Seo mengajak Ji An makan malam bersama. Belum sempat Ji An menjawab, Ji An sudah dapat orderan lagi dari boss nya. Tak hanya itu, Ji An juga dimarahin lagi oleh boss nya.
Tanpa Ji An sadari, ada yg memperhatikannya dari dalam mobil. Perasaan Nyonya No campur aduk melihat Ji An dimarahi seperti itu. Antara kesal, sedih dan merasa bersalah pada Ji An.
Seohyun yang hendak pergi latihan music terkejut melihat ibunya pulang lebih awal. Nyonya No yg melihat anaknya masih di rumah juga terkejut. Seohyun beralasan, gurunya mengatur ulang jadwal latihan paginya. Nyonya No pun menyuruh Seohyun tetap focus berlatih sebelum akhirnya masuk ke rumah.
Ji Ho ingin membelikan sepatu untuk Ji An karena melihat sepatu Ji An
yang sudah tidak layak pakai. Ia mengambil sepasang sepatu berwarna hitam yg
sangat cantik dan bertanya pada manajernya berapa harga sepatu itu jika
dipotong diskon pegawai.
“Astaga, kau baru saja menjelaskan kepada pelanggan bahwa itu produk
terbaru. Jangan bermimpi. Diskon pegawai apanya.” Jawab si manajer.
“Lantas aku harus membayar penuh?” tanya Ji Ho.
“Kau sungguh menyedihkan. Kenapa kau ingin membelinya? Apa kau punya
pacar?”
“Tidak, aku tidak akan punya pacar sampai menyelesaikan misiku. Ini
untuk kakak perempuan tertuaku.” Jawab Ji Ho.
Manajer pun menghela napas setelah mendengar alasan Ji Ho. Ia lantas menunjuk sepatu yang lain dan memperbolehkan Ji Ho membeli sepatu itu dengan diskon pegawai. Ji Ho langsung senang.
Nyonya No akhirnya memasuki kamar Eun Seok yang tidak pernah dimasukinya
sejak Eun Seok menghilang. Ia menutupi pintu kamarnya dengan kain gorden dan
menghalangi pintu dengan meja. Kini, setelah menemukan Eun Seok, ia pun masuk
ke kamar itu setelah bertahun-tahun. Dengan perasaan campur aduk, dia menyuruh
Seketaris Min mengosongkan kamar itu.
Tuan Choi yang lagi memperingati hari kematian pamannya, dihubungi oleh
Seketaris Min. Seketaris Min menyuruh Tuan Choi pulang lebih awal sesuai
permintaan Nyonya No. Tapi Tuan Choi menolak, meskipun Seketaris Min sudah
mengatakan ada hal penting yang mau dibicarakan Nyonya No. Tuan Choi dengan
suara dinginnya, berkata akan bermalam di tempat itu.
Nyonya No kesal tahu suaminya akan pulang besok. Seketaris Min menyuruh
Nyonya No menghubungi sendiri Tuan Choi, tapi Nyonya No yang terlanjur kesal
menolaknya.
Tuan Seo menunggu Ji An di depan restoran mewah. Begitu Ji An datang, ia
langsung mengajak Ji An masuk dan mengaku sering makan di tempat itu saat masih
berbisnis dulu. Ji An menolak, ia sadar ayahnya tidak akan bisa mentraktirnya
makan di tempat mahal seperti itu. Ji An lantas mengajak ayahnya pergi.
Ji An dan Tuan Seo akhirnya makan di pinggir jalan. Ji An nampak tidak berselera. Tuan Seo pun berkata, kalau seharusnya tadi mereka makan di restoran itu. Mendengarnya, Ji An langsung makan dan mengatakan makanan disana juga enak.
“Semua sama saja jika sudah dicerna. Hanya bertahan di mulut selama 10
detik. Aku tidak mau makan daging hanya demi 10 detik.” Ucap Ji An.
Tuan Seo lantas menyuruh Ji An membuka mulut, mau menyuapi Ji An samgyeopsal. Ji An yang entah kenapa merasa canggung menolak suapan sang ayah dan memilih makan sendiri. Tuan Seo kemudian berkata, ia sudah belajar dari pengalaman bahwa semua ada masanya.
“Anggap saja ini belum waktunya untukmu.” Ucap Tuan Seo.
“Bukan hanya aku yang tidak mendapat pekerjaan itu.” jawab Ji An.
Tuan Seo lantas menyuruh Ji An berhenti bekerja paruh waktu dan
memberikan Ji An uang untuk liburan. Tuan Seo beralasan ia baru saja mendapat
bonus. Namun Ji An menolak uang pemberian ayahnya. Ia beralasan, terlalu tua
untuk menerima uang dari sang ayah dan menyuruh sang ayah memberikan uang itu
pada ibu. Ji An juga berkata, ia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri sejak lama.
“Bukan berarti ayah tidak bisa memberimu uang.” Protes Tuan Seo.
“Aku akan menerima niat baik Ayah.” jawab Ji An, lalu mengembalikan
amplop itu pada Tuan Seo.
“Ayah tidak bisa pulang. Malam ini ayah harus ke Daejeon.” Ucap Tuan Seo karena Ji An berpikir ia akan pulang.
Tahulah Ji An kalau ayahnya pulang karena dirinya. Ia kesal ayahnya
membuang2 ongkos bis hanya untuk menghibur dirinya yang gagal dapat pekerjaan
itu. Tuan Seo terkejut karena Ji An berbicara formal kepadanya. Ji An beralasan
karena dirinya sudah dewasa. Tak ingin ditanya2 lagi soal dirinya yang mendadak
berbicara formal, Ji An pun menyuruh ayahnya makan dan minta ayahnya untuk
tidak mencemaskan dirinya.
Ji An mengantar ayahnya ke stasiun. Begitu sampai di stasiun, Tuan Seo langsung menyuruh Ji An pulang tapi Ji An gak mau pulang sebelum melihat ayahnya itu masuk. Setelah melihat ayahnya masuk ke dalam stasiun, Ji An pun mulai berjalan menjauhi stasiun. Tuan Seo yang belum benar2 masuk, keluar lagi dan melihat Ji An dari kaca.
Ji An tiba-tiba saja berbalik, menoleh pada sang ayah. Sang ayah pun
langsung membentuk love sign. Ji An tersenyum dan menyuruh ayahnya pergi. Tuan
Seo mengangguk dan bergegas masuk ke stasiun. Ji An mendekat ke kaca, melihat
sang ayah menuruni tangga menuju stasiun dengan wajah sedih.
Ji Soo menunggu Ji An di tempat biasa. Begitu Ji An datang, Ji Soo langsung curhat soal Mr. Sun nya yang masih belum menghubunginya. Ia takut kalau Mr. Sun nya membencinya. Ji An yang sudah lelah dengan semua masalahnya, pun marah. Ji Soo heran sendiri kakaknya marah2.
“Sudah kakak bilang, kakak akan ke sana dan menanyakan alamat tempat
kerja Mr. Sun. Jadi, kakak mohon. Bisakah
kau menunggu beberapa hari? Biar kakak mengambil napas dahulu. Beri kakak waktu
untuk memperbaiki diri dahulu.” Pinta Ji An.
Ji An lalu pergi duluan. Melihat kakaknya marah2, Ji Soo pun seketika
teringat obrolannya dengan Do Kyung, saat ia menemui Do Kyung kemarin.
Do
Kyung terkejut saat Ji Soo menceritakan tentang Ji An yang sudah dipecat. Ji
Soo pun bertanya, apa yang harus mereka lakukan. Do Kyung langsung protes
mendengar kata2 ‘mereka’ yang diucapkan Ji Soo.
“Aku
korban dan kau keluarga pelaku.” Ucap Do Kyung.
“Jika
kakakku tahu aku menyamar sebagai dia, aku akan dihabisi. Karena kini kita
berdua terlibat, kurasa aku bisa bilang seperti itu.” jawab Ji Soo.
Ji Soo tiba2 punya ide. Ia berjanji akan mengganti rugi begitu mendapatkan gajinya. Do Kyung tak setuju. Ia yakin, Ji An tidak akan membiarkan Ji Soo melakukannya. Mendengar kata2 Do Kyung, nyali Ji Soo mulai ciut. Do Kyung lantas berjanji akan menangani Ji An. Do Kyung bilang akan menangani Ji An seperti orang dewasa.
Flashback
end…
Nyonya Yang berbaring di kasurnya dan masih kelihatan resah. Tak lama,
terdengar suara Ji Soo yang mengajaknya nonton drama. Karena Nyonya Yang tidak
menjawab, akhirnya Ji Soo membuka pintu. Tak lama, Ji An pun juga muncul di depan
pintu.
“Kalian pulang bersama?” tanya Nyonya Yang.
“Kami bertemu dalam perjalanan.” Jawab Ji An.
“Ji Soo, mandilah. Ji An, kemari.” Suruh Nyonya Yang.
Nyonya Yang menyuruh Ji An berhenti bekerja di restoran ayam. Ia tak suka melihat Ji An menghabiskan waktu di depan minyak mendidih di musim panas. Ji An beralasan, gajinya besar. Tapi Nyonya Yang kekeuh mau Ji An berhenti. Nyonya Yang juga memberikan uang pada Ji An.
“Kenapa ibu seperti ini? Lowongan pekerjaan di musim panas tidak stabil.
Aku akan mendaftar pekerjaan lagi di musim gugur.” Jawab Ji An.
“Lantas beristirahatlah sampai musim gugur.” Suruh Nyonya Yang.
“Aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku melakukannya karena bisa dan
sudah seharusnya begitu.” jawab Ji An.
“Kau mau membuat ibu kesal? Baumu seperti ayam saat pulang ke rumah tiap
malam. Kau tampak lelah.” Ucap Nyonya Yang.
“Ibu yang mau membuatku kesal.” Jawab Ji An.
“Berhenti bekerja di tempat ayam itu. Sulitkah?” tanya Nyonya Yang.
Ji An pun menghela nafasnya. Helaan nafasnya terdengar berat. Ji An
beralasan, dia tahu betapa kesulitannya keluarga mereka setiap bulan. Ia bahkan
juga belum melunasi biaya kuliahnya dan tidak tahu kapan ia bisa mulai bekerja.
Ji An mengaku tidak bisa berhenti begitu.
“Simpanlah uang ini. Aku tidak akan bisa membayar biaya hidup untuk
sementara.” Ucap Ji An.
Sepeninggalan Ji An, Nyonya Yang terlihat menangis.
Paginya, Do Kyung mengambil kembali kunci mobilnya dari Seketaris Yoo. Ia beralasan mau menyapa mobilnya. Seketaris Yoo menanyakan soal kerusakan mobil Do Kyung yang disebabkan Ji An. Do Kyung ingin menunggu beberapa hari lagi. Ia yakin, Ji An menghubunginya.
“Akan kuminta dia mengirimkan uangnya ke akunku.” Ucap Seketaris Yoo.
“Tidak. Suruh saja dia datang ke kantor.” jawab Do Kyung.
Ji An dipecat dari restoran ayam. Si pemilik beralasan, keponakannya ingin bekerja disana. Ji An tidak terima dipecat begitu saja. Ia berkata, seharusnya si pemilik resto ayam memberinya waktu untuk mencari pekerjaan baru.
Ji An dipecat dari restoran ayam. Si pemilik beralasan, keponakannya ingin bekerja disana. Ji An tidak terima dipecat begitu saja. Ia berkata, seharusnya si pemilik resto ayam memberinya waktu untuk mencari pekerjaan baru.
“Karena itulah aku memberimu bayaran lebih. Ini untuk semua kerja
kerasmu. Aku merasa bersalah karena membuatmu bekerja begitu keras.” Jawab si
pemilik resto.
Tapi Ji An hanya mau menerima setengah saja dari uang itu.
Sepeninggalan Ji An, si pemilik resto teringat pertemuannya dengan
Nyonya No. Ternyata Nyonya No lah yang menyuruh si pemilik resto memecat Ji An.
Si pemilik resto jelas heran ada orang yang tidak dikenalnya tiba2 menyuruhnya
memecat pegawainya. Nyonya No beralasan, ia tidak suka melihat si pemilik resto
mengasari putrinya. Nyonya No juga menitipkan sejumlah uang pada si pemilik
resto untuk Ji An.
Ji An kembali mencari lowongan kerja di internet. Ia langsung menghubungi si pemasang lowongan kerja dan mengatakan akan datang jam sebelas membawa resume nya. Tiba2 saja, perut Ji An berbunyi. Ji An melirik jamnya, sudah jam tiga dan ia belum makan siang.
Ji An mampir ke mini market. Semula, ia mau membeli burger. Tapi karena mahal, ia memilih makanan lain yang harganya cukup murah. Ha Jung tiba2 menghubungi Ji An. Ha Jung menagih janji Ji An yang mau membayar biaya rumah sakit, juga meminta uang damai.
“Aku belum mendapatkan pesangonku.” Jawab Ji An.
“Uang damainya hanya 5.000 dolar.” Ucap Ha Jung.
Mendengar kata ‘5.000 dolar’, Ji An langsung teringat Do Kyung. Ji An
pun langsung menutup panggilan Ha Jung dan bergegas menghubungi ponsel Do
Kyung.
Do Kyung sedang unjuk kebolehan bersama teman2nya di arena offroad. Permainan Do Kyung pun dipuji oleh investor dari Australia. Tak hanya itu, Do Kyung juga dapat pujian dari temannya. Mereka bilang, berkat Do Kyung kesepakatan mereka dengan investor asing itu berjalan lancar.
Di sela2 pekerjaan, Ji Tae dan Soo A saling berkomunikasi lewat chat. Soo Ae tanya, jika Ji Tae mendapatkan nomornya, haruskah ia menikahi Ji Tae.
“Itu hukuman. Kita memutuskan tidak menikah.” Balas Ji Tae.
Soo A pun langsung mendengus kesal. Setelah Ji Tae selesai dengan nasabahnya, Soo A langsung menuju ke meja Ji Tae, tapi keduluan Ji An. Terpaksa lah Soo A duduk di meja lain. Ia juga menatap Ji An dengan tatapan cemburu.
“Ada apa kau kemari? Kau bahkan tidak menelepon.” Tanya Ji Tae.
“Aku hanya kebetulan lewat dan terpikirkan sesuatu yang mau kutanyakan
kepadamu.” Jawab Ji An.
“Ada apa?” tanya Ji Tae.
“Bisakah kita meminjam uang lebih melalui pinjaman pegawai?” tanya Ji
An.
“Hei, pinjamannya sudah mencapai maksimum. Pinjamannya mencapai batas
saat deposito sewa kita naik.” Jawab Ji Tae.
“Benar juga. Aku lupa soal itu. Aku bertanya karena aku membutuhkan dana
darurat.” Ucap Ji An.
Setelah menanyakan itu, Ji An langsung pergi. Begitu Ji An pergi, Soo A langsung duduk di depan Ji Tae. Ia ingin tahu siapa Ji An. Ji Tae pun berkata itu adiknya yang pertama. Pandangan Ji Tae tak lepas dari Ji An. Ia menatap Ji An dengan pandangan cemas.
Do Kyung dapat laporan dari karyawannya kalau interpreter untuk acara
mereka masuk rumah sakit. Do Kyung pun menyuruh salah satu dari pelayan yg
mengambil tugas itu, tapi mereka tidak bisa. Tepat saat itu, Ji An
menghubunginya. Do Kyung sedikit kesal karena Ji An baru menghubunginya
sekarang dan menanyakan 5.000 dollar nya. Ji An kebingungan menjawabnya. Tiba2,
Do Kyung menanyakan Ji An pernah bekerja di divisi apa.
“Di tim penjualan dan pemasaran Bisnis Global.” Jawab Ji An.
“Kau pasti bisa berbahasa Inggris. Bisa berbahasa Jepang? Sekarang juga,
kenakan pakaian rapi dan datanglah ke Yangpyeong. Kau akan dibayar mahal.” Ucap
Do Kyung.
Ji An pun langsung pulang untuk mengganti pakaiannya. Ia bahkan tidak mendengarkan omongan ibunya yang meminta dia berhenti kerja. Hati Nyonya Yang pun semakin teriris setelah melihat kaos Ji An yang terkena noda minyak saat menggoreng ayam.
Air mata sy seketika jatuh liat Tuan Seo bikin tanda love sign gitu buat
Ji An… tp Ji An kenapa jadi canggung gitu ya ke Tuan Seo.. apa si Ji An mulai
ngerasa kalo dia anak pungut? Apa Ji An bener2 Eun Seok?
Si pemilik resto ayam mecat Ji An sy pikir atas suruhan Nyonya Yang.
Ternyata atas suruhan Nyonya No yg kesal liat Ji An dimarah-marahin gitu…
Hidup Ji An bener2 berat banget…. udah pontang panting, ngerjain ini itu
tapi gara2 si Ha Jung, dia batal diangkat jadi pegawai tetap…. Kerja di resto
ayam, kena marah mulu sama si pemilik resto… sy gk sabar nungguin Ji An hidup
sebagai Eun Seok… semoga dia bener2 Choi Eun Seok.. gk kebayang lah reaksinya
seandainya dia bukan Eun Seok..
Terakhir, sy mau komenin soal Ji Tae… Sulung Keluarga Seo ini sukses
ngerebut hati sy… Ji Tae ini diluarnya aja kliatan dingin… sy suka pas dia
natap cemas Ji An…
Suka dech..
kykx bkal bnyak masalah.