Flashback…
Ji
Soo yang dipekerjakan di meja admin, suatu hari dimintai bantuan oleh dokternya. Tapi saat berhadapan
dengan pasien, Ji Soo pun merasa mual dan ingin muntah. Kebetulan Hyuk juga
salah satu pasien di klinik gigi tempat Ji Soo kerja saat itu. Si pasien pun
tidak terima dan mau menampar Ji Soo meski Ji Soo sudah minta maaf. Tepat saat
itu, Hyuk datang dan mencegah tangan pasien melayang ke pipi Ji Soo. Ji Soo pun
terpana.
Ji
Soo pun berniat memberikan roti pada Hyuk sebagai ucapan terima kasih namun
sayangnya, hujan tiba2 turun dan ia tak bawa payung. Ji Soo bergegas melindungi
rotinya. Seseorang tiba2 memayunginya.
Ji Soo mendongak, orang itu ternyata Hyuk. Ji Soo pun kembali terpana.
Flashback
end…
Tangis Ji Soo pun pecah. Ia tidak mengerti kenapa Hyuk
yang dulu begitu manis padanya sekarang bersikap begitu dingin.
Sementara itu, Hyuk lagi menjelaskan ke noona nya alasan
dia tidak menyukai Ji Soo.
“Ini sebabnya aku tidak menyukainya. Dia bahkan tidak bisa
menyapa karena begitu malu. Dahulu juga dia begitu. Spesialis pembersih gigi
yang hampir memuntahi pasiennya? Setelah kekacauan itu, dia keluar membeli
roti. Dia kembali sambil memakannya. Dia seperti hantu yang kelaparan.” Ucap
Hyuk.
“Tidak semua orang pintar dan bertalenta.” Jawab Woo
Hee.
“Bukan karena dia tidak pintar. Dia menyedihkan. Dia
bekerja di klinik gigi dan restoran. Kini dia bekerja di toko roti. Dia bahkan
tidak punya tujuan hidup. Dia tidak punya rencana apa pun.” Ucap Hyuk.
“Kau tidak mengatakan semua hal itu kepadanya, kan?”
tanya Woo Hee.
“Aku hanya bilang aku menyukai orang lain. Aku juga
memintanya untuk tidak mengatakan apa pun.” Jawab Hyuk.
“Kau kejam.” Ucap
Woo Hee.
“Aku bisa dianggap kejam jika memberinya harapan palsu.”
Jawab Hyuk.
Adegan lalu berpindah pada Do Kyung dan Ji An yang lagi
makan malam. Do Kyung menceritakan ttg keluarga mereka pada Ji An.
“Ibu dan Bibi tidak rukun. Kakek tidak ingin mewariskan
perusahaannya kepada putri-putrinya. Dia mencari pria baik untuk dijadikan
menantu. Ayah dan Presdir Jung Myung Soo.”
Ji An yang penasaran tanpa sadar mencondongkan badannya
ke arah Do Kyung. Do Kyung pun langsung menegur Ji An.
“Tegakkan punggungmu.
Bagaimanapun, pastikan kau tersenyum saat berbicara. Saat aku
membicarakan Ibu dan Bibi, kau seperti bocah yang suka bergosip.” Ucap Do
Kyung.
Ji An pun meminta maaf. Do Kyung lantas menyuruh Ji An makan. Tapi melihat Ji An memotong daging steak terlalu besar, Do Kyung kembali menegurnya.
“Potong dagingnya kecil-kecil. Teguk anggurnya sedikit.” Ucap Do Kyung.
Do Kyung juga mengajari Ji An yang lain.
“Meja makan bukan hanya untuk makan. Yang penting adalah
yang terjadi saat makan. Makanannya hanya pelengkap perbincangan yang lancar. Terutama
dalam berbisnis. Jangan kehilangan kendali karena terfokus pada makanan. Di
hadapan Pimpinan No, Presdir No, dan Jung.”
Do Kyung kemudian menceritakan soal kakek mereka pada Ji An.
“Kakek adalah putra penjual daging. Tapi kini dia di sini.
Dia bukan orang biasa. Seleranya sederhana, tapi bukan berarti dia ramah. Dia
pria yang luar biasa. Perkataannya adalah hukum, jalan, dan kebenaran.”
Saat pelayan datang mau menuangkan wine, Ji An mengangkat gelasnya. Melihat itu, Do Kyung langsung menyuruh pelayan pergi. Setelah pelayan pergi, Do Kyung kembali mengajari Ji An.
“Saat seseorang menuangkan anggur biarkan gelasnya tetap
di atas meja. Itu berarti kau memercayai penuang anggurnya atau siapa pun yang
memberikannya kepadamu.” Ucap Do Kyung.
Saat menuju pulang, Ji An melihat ke sekeliling mobil Do Kyung. Do Kyung pun kembali menegur Ji An. Do Kyung bilang tidak sopan melihat2 isi mobil orang lain. Dengan wajah cemberut, Ji An pun menjelaskan kalau ia hanya mencari air.
“Jika ada, memangnya itu punyamu? Ini ruang orang lain.
Kau bisa meminum apa saja yang kau temukan? Kalau kau haus, kau tinggal
bertanya apa aku punya air.” Ucap Do Kyung.
“Kita ini orang asing?” tanya Ji An.
“Semua orang selain dirimu adalah orang asing. Aku juga
tidak punya air.” Jawab Do Kyung.
Di saat hendak tidur, Ji An merasa tidak nyaman dengan
perutnya. Akhirnya Ji An pun muntah di kamar mandi. Do Kyung yang kebetulan mau
masuk kamarnya, mendengar suara Ji An muntah. Tapi ia diam saja dan kembali ke
kamarnya meski khawatir. Ia yakin, Ji An akan meminta obat pada Seketaris Min.
Namun pada kenyataannya, tidak. Ji An takut meminta obat
pada Seketaris Min. Ia juga takut menanyakan dimana obatnya. Ia takut Do Kyung
dan Seohyun akan semakin memperlakukannya dengan buruk jika mereka tahu dirinya
memuntahkan makanan yang ia makan bersama Do Kyung.
Ji An pun mengambil boneka Ji Soo.
“Jika kau di sini, kau akan mengomeliku dan menusuk
jariku untuk mengeluarkan darah. Aku merindukanmu, Ji Soo-ya. Aku merasa sangat kesepian di sini.” Ucap Ji
An.
Ji An lalu memeluk boneka Ji Soo dan… menangis.
Esoknya, Do Kyung khawatir melihat Ji An yang makan seperti biasa. Tuan Choi lantas menanyakan schedule Ji An hari itu. Ji An bilang, pagi ini dia ada kelas kepribadian dan kelas seni. Setelah itu, ia akan mempelari soal riasan di Cheongdam-dong, kemudian ada latihan pilates. Dan setelah itu ada kelas Bahasa Inggris.
“Bagaimana dengan makan siang?” tanya Tuan Choi
khawatir.
“Aku menyuruhnya membawa roti lapis. Dia tidak akan
punya waktu untuk makan di perusahaan. Dia harus belajar banyak sebelum itu.”
jawab Nyonya No.
Do Kyung pun semakin mengkhawatirkan Ji An.
Ji Soo yang lewat di tempat ia biasa minum bir dengan Ji An, langsung teringat pada Ji An. Ji Soo yang merindukan Ji An, akhirnya memutuskan mampir ke sana.
Ji An menghubungi Ji Soo saat Ji Soo mulai mabuk. Khawatir mendengar suara Ji Soo, Ji An pun langsung meninggalkan kelasnya dan pergi menyusul Ji Soo dengan taksi.
Dalam pelukan Ji An, Ji Soo curhat soal cintanya yang ditolak Mr. Sun. Ji An lalu menyuruh Ji Soo duduk dan bercerita. Ji Soo berkata, kalau Mr. Sun nya menyukai gadis lain. Ji An pun langsung sewot mendengarnya.
“Kau tidak memeriksa hal-hal seperti itu? Katamu kau
mengikutinya. Kau tidak tahu dia punya pacar?” tanya Ji An.
“Bukan itu. Aku tidak tahu dia punya pacar. Pikirmu aku
bodoh? Akankah aku menyukai pria yang punya pacar?” jawab Ji Soo.
“Meskipun mereka tidak berpacaran, tapi katamu kau melihat wanita yang dia sukai. Seharusnya kau menyerah atau menyatakan perasaanmu lebih awal.” Ucap Ji An.
“Kau kesal? Saat ini, aku merasa hatiku seperti tertusuk
jarum.” Jawab Ji Soo.
“Apakah begitu sakit?” tanya Ji An.
“Kau tahu, rasanya seperti jarum yang begitu kecil, 10 kali lebih kecil dari jarum yang biasa dipakai menjahit. Jarum itu menusuk hatiku dan rasanya sangat sakit.” Jawab Ji Soo.
“Pasti sangat sakit.” Ucap Ji An sembari mengelus pipi
Ji Soo.
“Kini aku harus bagaimana?” tanya Ji Soo.
“Lupakan dia. Jika keputusannya sudah bulat, kau tidak
akan bisa mengubahnya.” Jawab Ji An.
Nyonya No yang tiba di rumah dengan wajah marah,
langsung menyuruh Seketaris Min membuang barang-barang kenangan Ji An.
Ji An mengantarkan Ji Soo pulang. Ia menggendong Ji Soo sampai ke rumah. Nyonya Yang yang takut Ji An bertemu dengan suaminya, langsung menyuruh Ji An pergi. Nyonya Yang juga marah karena Ji An tidak menghubunginya saat tahu Ji Soo mabuk. Nyonya Yang tidak suka Ji An sering2 pulang ke rumah mereka.
Di depan rumah, Ji An tanpa sengaja melihat ayahnya. Ia pun langsung bersembunyi di balik pohon dan menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca.
Di rumah, Seohyun ngadu ke Do Kyung soal Ji An yang membolos dari semua kelas. Seohyun juga memberitahu Do Kyung soal Ji An yang mengambil kembali hadiah kalung dari Do Kyung.
“Sebenarnya dia mau menjadi bagian dari keluarga ini
atau tidak?” tanya Seohyun.
Sepeninggalan Seohyun, Do Kyung terkejut melihat Seketaris Min dan dua pembantu mereka membawa keluar barang2 lama Ji An. Seketaris Min mengatakan, kalau ia disuruh Nyonya No membuang barang2 itu.
“Akhirnya dia terkena masalah.” Gumam Do Kyung khawatir.
Ji An yang baru sampai di rumah langsung diomeli Nyonya
No.
“Ibu membuatkan jadwal agar kau tidak bodoh. Tapi kau
mengecewakan ibu seperti ini? Ibu pikir kau pintar.Ibu salah.” Ucap Nyonya No.
“Kami kembar selama 25 tahun. Dia membutuhkanku.” Jawab
Ji An.
“Ibu bilang kita kita harus mengganti 25 tahun yang
hilang dan kau tidak boleh pergi sendirian. Kau tidak mengerti maksudnya?” ucap
Nyonya No.
“Tidak ada yang mustahil jika punya kemauan. Pikirmu kau
akan lebih tinggi atau special jika bersikap seperti yang lain dan melakukan
semua kehendakmu?” marah Nyonya No.
“Dia adikku.” Ucap Ji An.
“Mantan adikmu!” tegas Nyonya No.
“Kenapa aku tidak boleh menemui keluargaku? Hanya karena
kini aku tinggal bersama Ibu, bukan berarti mereka sudah bukan keluargaku. Saudaraku
tidak bisa dianggap orang asing.” Jawab Ji An.
Nyonya No tambah marah, begitukah?
“Di sini, aku Eun Seok, tapi aku tetap Seo Ji An
meskipun sudah berusaha keras.” Jawab Ji An.
“Lantas, haruskah ibu memanggilmu Ji An bukan Eun Seok?”
tanya Nyonya No.
“Aku belum terbiasa dengan semua ini.” jawab Ji An.
“Kau yang memutuskan untuk kembali, jadi, jangan lupakan
itu. Kau harus bertanggung jawab atas pilihanmu. Karena kau, ibu, ayahmu,
kakak, dan adikmu akan menjadi bahan gosip. Jika itu terjadi, seharusnya kau
tidak usah kembali.” Ucap Nyonya No.
Di atas, Seohyun dan Do Kyung juga lagi membahas soal Ji An. Tak lama kemudian, Ji An naik ke atas. Seohyun pun ikut mengomeli Ji An yang tidak mematuhi perintah ayah dan ibu mereka.
“Jika tumbuh di sini sepertimu, kakak tidak akan
kesulitan mengikuti aturan. Maaf sudah membuatmu terganggu dengan hal itu.”
jawab Ji An dengan suara pelan.
Seohyun hanya menghela nafas mendengar jawaban Ji An.
Sementara Do Kyung mulai memahami perasaan Ji An.
Sampai di kamar, Ji An terkejut melihat barang2 lamanya sudah lenyap. Ji An pun langsung menanyakan itu pada Seketaris Min. Ia terkejut tahu Seketaris Min membuang barangnya atas perintah Nyonya No.
Ji An pun bergegas mengubek2 sampah. Ia putus asa
lantaran tidak berhasil menemukan barangnya.
Untuk melampiaskan rasa sakitnya, Ji An mencari bir di
dapur. Tapi yang ia temukan hanyalah botol wine.
Ji An lalu mengendap2 ke halaman. Ia berusaha sekuat
tenaga memanjat tembok rumahnya. Tapi sayangnya pelariannya gagal karena dia
kepergok Do Kyung. Ji An yang terkejut mendengar suara Do Kyung akhirnya jatuh.
Sontak, Do Kyung langsung menangkap tubuh Ji An.
0 Comments:
Post a Comment